• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ade Nurul Hikmah 1304622051 Laporan Akhir Indeks Bias

N/A
N/A
Ika Kartika

Academic year: 2023

Membagikan "Ade Nurul Hikmah 1304622051 Laporan Akhir Indeks Bias"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIKUM FISIKA DASAR I SEMESTER 117

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2022

Laporan Awal Laporan Akhir Total

Tanggal Percobaan : Senin, 01 November 2022 Tanggal Pengumpulan : Minggu, 06 November 2022

ASISTEN LABORATORIUM : Atika Marisa Diniyah (1306620002) Catur Anthony Hermanta (1306620077) Hanum Puji Pangesti (1306620011) Muhamad Rizki (1306620051)

NAMA : Ade Nurul Hikmah

NIM : 1304622051

DOSEN PENGAMPU : Dr. Hadi Nasbey, S.Pd., M.Si

INDEKS BIAS

(2)

INDEKS BIAS

A. TUJUAN

1. Menentukan indeks bias berbagai larutan dengan berbagai konsentrasi.

2. Menentukan sudut kritis larutan.

3. Memahami hubungan antara indeks bias dengan konsentrasi larutan.

4. Mengidentifikasi dan memahami metode penentuan kadar senyawa berdasarkan indeks bias.

5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi indeks bias.

6. Menentukan kadar gula dengan menggunakan metode pengukuran indeks bias.

B. ALAT DAN BAHAN

1. Bejana pengukur indeks bias 2. Refraktometer

3. Berbagai larutan dengan konsentrasi yang berbeda.

C. TEORI DASAR

Apabila seberkas cahaya mengenai bidang batas antara dua medium yang berbeda, maka berkas cahaya itu akan dipantulkan (refleksi) dan biaskan (refraksi). Pada gejala refleksi maupun refraksi tersebut berlaku hukum Snellius :

a) Apabila seberkas cahaya datang pada bidang batas antara dua medium dengan indek bias masing-masing n dan n maka cahaya tersebut akan dipantulkan dan dibiaskan.

b) Berkas cahaya pantul sebidang dengan berkas cahaya dating, dan memiliki sudut pantul sama dengan sudut datang atau dapat dituliskan (i) = (p), dimana (i) adalah sudut datang dan (p) adalah sudut pantul.

c) Sedangkan bila cahaya tersebut dibiaskan, maka berlaku:

(1) disebut indeks bias relatif dari medium kedua terhadap medium pertama.

Jika sudut bias r = 90, sehingga sin r = 1, maka sudut datang i disebut sudut kritis (ic).

Sehingga, bila seluruh berkas cahaya yang datang pada bidang batas antara medium tersebut akan dipantulkan semuanya/sempurna.

(3)

Gambar 1. Visualisasi fenomena pemantulan dan pembiasan

Menghitung koefisien indeks bias relatif

Berdasarkan persamaan 1) maka diperoleh: 𝑛 sin 𝑖 = 𝑛′ sin 𝑟. Selanjutnya perhatikan gambar 1. Berdasarkan gambar 1, maka kita akan dapatkan hubungan 𝑛 𝑛 sehingga 𝑛𝑥 = 𝑛′𝑥′atau

( disebut indeks bias relatif).

Refractometer

Jika berkas cahaya datang dari zat antara dengan indeks bias n dan mengenai sisi prisma (indeks bias n) dengan sudut hampir 90 maka diperoleh persamaan berikut:

1) Pada saat cahaya masuk prisma, berdasarkan persamaan 1) berlaku:

𝑛 = 𝑛′ sin 𝑟₁ (2)

2) Pada saat cahaya masuk prisma, berdasarkan persamaan 1) berlaku:

𝑛 sin 𝑟₂ = 𝑛′ sin 𝑖₂ (3)

3) Sedangkan

𝛽 = 𝑟₁ + 𝑖₂ (4)

Gambar 2. Pembiasan pada Prisma

(4)

Substitusi persamaan 2), 3) dan 4) diperoleh:

𝑖𝑛 𝑟 𝑖𝑛 𝛽 𝑟 (5)

Pada prisma, besaran-besaran seperti 𝑛′, 𝛽 dan sudut kritis prisma (𝑟 ) merupakan besaran tertentu yang besarnya tergantung pada bahan dan jenis prisma, dan

𝑛 𝑖𝑛 𝛽 𝑟 merupakan suatu ketetapan (sebut saja k). Maka :

𝑖𝑛 𝑟 (6)

dengan 𝑘 = 𝑛′sin(𝛽 − 𝑟₁) atau 𝑛

. Indeks bias 𝑛 dapat dihitung jika 𝑟₂ diketahui.

(Tim Dosen Fisika Dasar, 2014)

TEORI TAMBAHAN

Indeks bias pada masing-masing medium optik dideskripsikan dalam suatu perbandingan antara cepat rambat cahaya pada ruang hampa serta cepat rambat cahaya pada medium.

(Cahyono et al, 2018)

Indeks bias merupakan rasio antara kelajuan cahaya pada ruang hampa terhadap kelajuan cahaya dalam suatu bahan. Cepat rambat gelombang cahaya pada ruang hampa bernilai c.

Apabila melewati sebuah medium, perubahan dialami cahaya tersebut kecepatan (v), dengan perbandingan nilai v<c (cepat rambat cahaya pada ruang hampa). Saat cahaya merambat pada sebuah bahan, nilai kelajuan akan turun dengan nilai sebuah faktor yang ditentukan oleh karakteristik bahan yang disebut indeks bias (n). Pernyataan tersebut sesuai dengan persamaan berikut :

𝑛

n = indeks bias

c = laju cahaya pada ruang hampa v = kecepatan laju cahaya pada medium

(Zamroni, 2013)

(5)

Alat ukur indeks bias mempunyai berbagai macam sesuai dengan prinsip pengukuran yang diterapkan salah satunya yakni refraktometer. Sedangkan untuk memperoleh

viskositas suatu cairan digunakan viskosimeter dengan berbagai metode. (Apriyanto et al, 2013)

Prinsip snellius, apabila sinar datang dari udara menuju permukaan air/kaca dengan sudut datang yang sama. Pembiasan pada permukaan air serta kaca akan berbeda yang

menyebabkan sudut bias memiliki nilai yang tidak sama. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibanding dengan laju cahaya pada medium kurang rapat. Kemampuan suatu medium dalam membelokkan cahaya yang melaluinya dinamakan indeks bias.

(Faradhillah & Hendri, 2019)

Snellius (1626) mencari hubungan sudut dating dengan sudut bias. Hasil eksperimen ini dikenal dengan hukum snellius yang berbunyi “Sinar datang, garis normal dan sinar bias terletak pada satu bidang datar. Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat, maka sinar dibelokkan mendekati garis normal. Jika kebalikannya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, maka sinar dibelokkan menjahui garis normal.” (Giancoli, 2001)

D. CARA KERJA

Refractometer sederhana

1. Mengisi bejana dengan larutan dengan konsentrasi tertentu.

2. Menempatkan standar S didinding bagian belakang bejana.

3. Mengukur A dan X sebagai sudut datang.

4. Membuat S, O, dan A terlihat jika diamati melalui larutan (A akan berpindah ke A

jika diamati melalui larutan).

5. Mengukur x dan x yang menunjukkan kedudukan titik A dan A

6. Mengukur sudut bias sebagai A dan X

7. Mengubah letak S dan catat kedudukan A dan Aserta X dan X seperti langkah 6 dan 7.

8. Melakukan percobaan diatas untuk bermacam-macam konsentrasi, misalnya 50%, 40%, 30%, 20% dan 10%.

(6)

Refractometer Abbe

1. Mencatat temperatur di ruang anda kerja.

2. Mengatur lensa refractometer sehingga garis silang dan skala tampak jelas.

3. Membersihkan prisma dengan kain lunak dan bersih.

4. Meneteskan cairan yang akan diukur indeks biasnya (beberapa tetes) pada prisma penerang, kemudian rapatkan kembali prisma penerang dan pengukur.

5. Memutar pemutar disebelah kanan sehingga batas gelap terang tepat pada garis silang. Bacalah skalanya!

E. PERTANYAAN AWAL

1. Jelaskan mengapa apabila seberkas cahaya sampai pada batas antar dua medium transparan akan terjadi refleksi dan refraksi?

Ketika melewati dua medium transparan maka seberkas cahaya akan dipantulkan, karena cahaya merupakan suatu gelombang yang sifatnya dipantulkan jika melewati suatu permukaan dan dibiaskan karena gelombang cahaya mengalami perubahan cepat rambat yang bergantung pada kerapatan medium kedua terhadap medium pertama, perubahan juga terjadi pada panjang gelombang dan arah cahaya, sedangkan frekuensi tetap.

Seberkas cahaya mengalami refleksi (dipantulkan) karena cahaya merupakan suatu gelombang yang salah satu sifatnya adalah dipantukan jika melewati suatu permukaan.

Selain itu juga, seberkas cahaya mampu mengalami refraksi karena gelombang cahaya mengalami perubahan cepat rambat yang bergantung pada kerapatan medium kedua terhadap medium pertama, panjang gelombang dan arah cahaya juga berubah, sedangkan frekuensinya tetap.

2. Jika seberkas cahaya dari ruang hampa menuju zat antara, apa yang terjadi?

Jelaskan berdasarkan persamaan 1!

Cahaya yang datang dari ruang hampa dengan sudut tertentu menuju suatu medium akan dipantulkan dan dibiaskan. Terjadi pembelokan gelombang cahaya menuju garis normal karena adanya perubahan cepat rambat cahaya dari medium yang lebih rapat massanya menjadi sedikit lebih lambat. Sudut bias (r) bergantung pada sudut datang (i). Keduanya diukur dari garis normal, yaitu garis tegak lurus antara permukaan dan

adalah indeks bias materi. Sehingga dapat dituliskan

(7)

F. DATA PENGAMATAN NST Bejana Indeks bias - Sudut di udara (A) = 0,50

- Kedudukan di larutan (X) = 0,2 cm

NST Gelas ukur = 1 ml NST Timbangan = 0,01 gram S = 5 cm

1. Percobaan 1 menggunakan larutan gula 5%

Mula-mula Bias

A X A′ X′

31,5 7,9 cm 45,5 11,6 cm

31,5 8,4 cm 44,5 12,3 cm

31 8,3 cm 44,5 11,1 cm

32,5 8,6 cm 46 11,6 cm

30,5 8,1 cm 44,5 11,3 cm

2. Percobaan 2 menggunakan larutan gula 10%

Mula-mula Bias

A X A′ X′

30,5 8,1 cm 40,5 11,6 cm

32 8,5 cm 46 11,5 cm

30,5 8,2 cm 48,5 11 cm

31,5 8,4 cm 46,5 11,6 cm

31,5 8,4 cm 41,5 11,6 cm

3. Percobaan 3 menggunakan larutan gula 15%

Mula-mula Bias

A X A′ X′

31,5 8,4 cm 47,5 11,6 cm

37 8,5 cm 46,5 11,6 cm

31,5 8,4 cm 45 11,3 cm

38 8,6 cm 47 11,7 cm

38 8,5 cm 47 11,6 cm

Massa wadah = 194 gram Massa wadah + air = 382 gr Air = 200 ml

Massa air = 188 gram Gula = 10 gram

Massa wadah = 194 gram Massa wadah + air = 372 gr Air = 190 ml

Massa air = 178 gram Gula = 20 gram

Massa wadah = 194 gram Massa wadah + air = 362 gr Air = 180 ml

Massa air = 168 gram Gula = 30 gram

(8)

G. PENGOLAHAN DATA a. Data Tunggal

1) Jarak

̅ KSR S

5 cm ≈ 0,05 m = 𝑛

=

=

=

=

=

= ( ̅ )

=

2) Volume Larutan

3) Massa

NST = 0,01 gram Konsentrasi

larutan gula

KSR

5% 10 gr = 𝑛

=

=

=

=

=

= ( )

= 𝑟 NST = 1 ml

V KSR V

200 ml = 𝑛

=

=

=

=

=

= ( )

=

190 ml = 𝑛

=

=

=

=

=

= ( )

=

180 ml = 𝑛

=

=

=

=

=

= ( )

=

(9)

10% 20 gr = 𝑛

=

=

=

=

=

= ( )

= 𝑟

15% 30 gr = 𝑛

=

=

=

=

=

= ( )

= 𝑟

b. Data Majemuk 1) Larutan gula 5%

No. A A2 X X2 A′ (A′)2 X′ (X′)2

1. 31,5 992,25 7,9 cm 62,41 45,5 2.070,25 11,6 cm 134,56 2. 31,5 992,25 8,4 cm 70,56 44,5 1.980,25 12,3 cm 151,29 3. 31 961 8,3 cm 68,89 44,5 1.980,25 11,1 cm 123,21 4. 32,5 1.056,25 8,6 cm 73,96 46 2.116 11,6 cm 134,56 5. 30,5 930,25 8,1 cm 65,61 44,5 1.980,25 11,3 cm 127,69

157 4.932 41,3 341,43 225 10.127 57,9 671,31

Pengolahan A

̅ KSR A

̅

𝑛𝑛 𝑛

̅

= ( ̅ )

=

Pengolahan X

̅ KSR X

̅

𝑛𝑛 𝑛

̅

= ( ̅ )

(10)

Pengolahan A′

̅ KSR A′

̅

𝑛𝑛 𝑛

̅̅̅

= ( ̅ )

=

Pengolahan X′

̅̅̅ KSR X′

̅

𝑛𝑛 𝑛

̅̅̅

= ( ̅ )

2) Larutan gula 10%

No. A A2 X X2 A′ (A′)2 X′ (X′)2

1. 30,5 930,25 8,1 cm 65,61 40,5 1.640,25 11,6 cm 134,56 2. 32 1.024 8,5 cm 72,25 46 2.116 11,5 cm 132,25 3. 30,5 930,25 8,2 cm 67,24 48,5 2.352,25 11 cm 121 4. 31,5 992,25 8,4 cm 70,56 46,5 2.162,25 11,6 cm 134,56 5. 31,5 992,25 8,4 cm 70,56 41,5 1.722,25 11,6 cm 134,56

156 4.869 41,6 346,22 223 9.993 57,3 656,93

(11)

Pengolahan A

̅ KSR A

̅

𝑛𝑛 𝑛

̅

= ( ̅ )

=

Pengolahan X

̅ KSR X

̅ ̅

𝑛𝑛 𝑛

̅

= ( ̅ )

Pengolahan A′

̅ KSR A′

̅

𝑛𝑛 𝑛

̅̅̅

= ( ̅ )

=

Pengolahan X′

̅̅̅ KSR X′

̅

𝑛𝑛 𝑛

̅̅̅

= ( ̅ )

(12)

3) Larutan gula 15%

No. A A2 X X2 A′ (A′)2 X′ (X′)2

1. 31,5 992,25 8,4 cm 70,56 47,5 2.256,25 11,6 cm 134,56 2. 37 1.369 8,5 cm 72,25 46,5 2.162,25 11,6 cm 134,56 3. 31,5 992,25 8,4 cm 70.56 45 2.025 11,3 cm 127,69 4. 38 1.444 8,6 cm 73,96 47 2.209 11,7 cm 136,89 5. 38 1.444 8,5 cm 72,25 47 2.209 11,6 cm 134,56

176 6.241,5 42,4 359,58 233 10.861,5 57,8 668,26

Pengolahan A

̅ KSR A

̅

𝑛𝑛 𝑛

̅

= ( ̅ )

=

Pengolahan X

̅ KSR X

̅ ̅

𝑛𝑛 𝑛

̅

= ( ̅ )

(13)

Pengolahan A′

̅ KSR A′

̅

𝑛𝑛 𝑛

̅̅̅

= ( ̅ )

=

Pengolahan X′

̅̅̅ KSR X′

̅

𝑛𝑛 𝑛

̅̅̅

= ( ̅ )

H. PERHITUNGAN

1) Hitung indeks dan sudut kritis masing-masing larutan pada percobaan Refractometer sederhana !

Indeks bias mutlak Konsentrasi 5%

𝑛 𝑛 𝑖

𝑟

𝑛

√( 𝑛

𝑖) ( 𝑖) ( 𝑛

𝑟) ( 𝑟)

√( 𝑛

𝑟) ( 𝑖) ( 𝑖 𝑟

𝑟 ) ( 𝑖) √( ) ( ) (

) ( )

(14)

KSR 𝑛

𝑛

𝑛 𝑛

Konsentrasi 10%

𝑛 𝑛 𝑖

𝑟

𝑛

√( 𝑛

𝑖) ( 𝑖) ( 𝑛

𝑟) ( 𝑟)

√( 𝑛

𝑟) ( 𝑖) ( 𝑖 𝑟

𝑟 ) ( 𝑖) √( ) ( ) (

) ( )

KSR 𝑛

𝑛

𝑛 𝑛

Konsentrasi 15%

𝑛 𝑛 𝑖

𝑟

𝑛

√( 𝑛

𝑖) ( 𝑖) ( 𝑛

𝑟) ( 𝑟)

√( 𝑛

𝑟) ( 𝑖) ( 𝑖 𝑟

𝑟 ) ( 𝑖) √( ) ( ) (

) ( )

KSR 𝑛

𝑛

𝑛 𝑛

(15)

Indeks bias relatif Konsentrasi 5%

𝑛

𝑛

√( ) ( ) (

) ( )

√( ) ( ) (

) ( )

KSR 𝑛

𝑛

𝑛 𝑛

Konsentrasi 10%

𝑛

𝑛

√( ) ( ) (

) ( )

√( ) ( ) (

) ( )

KSR 𝑛

𝑛

𝑛 𝑛

Konsentrasi 15%

𝑛

𝑛

√( ) ( ) (

) ( )

√( ) ( ) (

) ( )

(16)

KSR 𝑛

𝑛

𝑛 𝑛

Sudut kritis 𝑛 𝑛 𝑟

Dengan n (indeks bias udara) = 1 dan sin r = sin 90o = 1 Maka sin i = 𝑛 𝑖 𝑛 (i = sudut kritis)

Konsentrasi 5% Konsentrasi 10% Konsentrasi 15%

S = 5 cm 𝑖 𝑛

𝑖 𝑖

S = 5 cm 𝑖 𝑛

𝑖 𝑖

S = 5 cm 𝑖 𝑛

𝑖 𝑖

2) Berdasarkan data hasil percobaan yang telah anda lakukan , buatlah grafik hubungan antara indeks bias dengan konsentrasi larutan serta hubungan antara sudut krisis dengan konsentrasi larutan!

Indeks bias dengan konsentrasi larutan X = konsentrasi

Y = indeks bias Pada S = 5 cm

No. x y x2 y2

1. 0,1 0,7368 0,01 0,54287424

2. 0,2 0,7377 0,04 0,54420129

3. 0,3 0,7933 0,09 0,62932489

0,6 2,2678 0,14 1,71640042

𝑥 𝑥 𝑥

𝑛 𝑥 𝑥 𝑛 𝑥 𝑥

𝑛 𝑥 𝑥

𝑥 𝑥

(17)

No.

1.

2.

3.

I. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk menentukan nilai indeks bias mutlak, indeks bias relative, indeks bias berbagai larutan, dan bagaimakah hubungannya dengan konsentrasi larutan tersebut. Secara umum, kegiatan percobaan ini merupakan peristiwa pembiasan. Pembiasan adalah proses pembelokan cahaya yang megenai bidang batas antara dua medium.

Pembiasan cahaya terjadi jika cahaya merambat dari suatu medium menembus ke medium lain yang memiliki kerapatan yang berbeda. Pembiasan yang terjadi pada suatu zat akan berbeda dengan zat lainnya bergantung pada kerapatan medium zat tersebut. Dengan kerapatan medium zat yang berbeda-beda akan menghasilkan indeks bias yang berbeda pula.

Indeks bias merupakan perbandingan laju cahaya di ruang hampa terhadap cepat rambat cahaya. Umumnya, laju cahaya berbeda jika memasuki material yang berbeda. Laju cahaya dalam es adalah 2,3 x108 m/s sedangkan dalam intan adalah 1.24x108 m/s. Oleh karena itu, perlu didefinisikan suatu besaran yang menentukan laju cahaya dalam material.

13 13,2 13,4 13,6 13,8 14 14,2 14,4

0,1 0,2 0,3

Grafik Hubungan Indeks Bias dengan Konsentrasi Larutan

Konsentrasi Larutan

(18)

Besaran tersebut disebut indeks bias. Secara matematis, indeks bias dapat ditulis:

𝑛 Dimana :

𝑛 = indeks bias

= kecepatan cahaya dalam ruang hampa (299,792,458 meter/detik) = cepat rambat cahaya pada suatu medium

Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 atau 𝑛

Pada percobaan ini, digunakan medium yang ditembus cahaya ialah udara dan air (larutan gula) dengan berbagai konsentrasi yaitu 5%, 10% dan 15%. Pada percobaan ini digunakan refractometer sederhana. Refraktometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kadar bahan terlarut dengan memanfaatkan rekasi cahaya. Prinsip kerja alat tersebut adalah jika cahaya yang masuk melalui prisma cahaya hanya bisa melewati bidang batas antara cairan dan prisma kerja dengan suatu sudut yang terletak dalam batas-batas tertentu yang ditentukan oleh sudut batas antara cairan dan alas.

Prosedur yang dilakukan pada percobaan ini adalah yang pertama menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan yakni, gula, bejana indeks bias, neraca o’hauss, tabung ukur, dan air. Lalu dilakukan pengukuran gula sesuai berapa konsentrasi yang diinginkan dengan ditimbang pada neraca o’hauss dan melarutkannya dalam air. Selanjutnya mengamati seberkas cahaya yang mengenai bidang batas 2 medium dengan memperhatikan posisi pada bejana Indeks bias. Lalu mencatat data pengamatan A(sudut mula-mula) ,X , A’(sudut bias), dan X’ yang di dapat dari pengukuran medium udara dan larutan gula dengan konsentrasinya masing-masing.

Setelah data di dapat, mulailah mencari nilai indeks bias dengan rumus : 𝑛 𝑖

𝑟 Indeks bias relatif dengan rumus :

𝑛 Dan sudut kritis :

𝑟 𝑛

(19)

Berdasarkan grafik, hubungan antara konsentrasi dan indeks bias dari hasil perhitungan dan Least square semakin tinggi konsentrasi larutan gula, maka semakin tinggi pula nilai indeks bias yang didapatkan. Begitupula dengan hubungan antara konsentrasi dan sudut kritis bahwa semakin tinggi konsentrasi, maka semakin tinggi pula sudut kritis yang didapatkan. Seperti yang digambarkan oleh grafik berikut :

J. PERTANYAAN AKHIR

1. Bagaimana pendapat anda tentang hubungan antara indeks bias relatif dengan indeks bias mutlak dalam percobaan ini?

Indeks bias relatif suatu larutan adalah perbandingan nilai indeks bias mutlak dari dua medium yang berbeda. Medium pada praktikum ini adalah udara dan cairan (larutan glukosa). Jadi indeks bias relative memuat dua medium yang dilewati cahaya.

2. Bagaimana menurut anda pengukuran indeks bias dengan refractometer Abbe?

Refraktometer abbe adalah refraktometer untuk mengukur indeks cairan, padatan dalam cairan atau serbuk dengan indeks bias dari 1.300-1.700 dan persentase adalah 0- 95%. Alat untuk menentukan indeks bias minyak, lemak, gelas optik, larutan gula dan sebagainya. Pengukuran indeks bias menggunakan refraktometer abbe lebih akurat di bandingkan dengan refraktometer sederhana karena refraktometer abbe dapat dibaca langsung dengan ketelitian sampai 0,001 dan 0,0002 dari gelas skala yang ada didalamnya.

13 13,2 13,4 13,6 13,8 14 14,2 14,4

0,1 0,2 0,3

Grafik Hubungan Indeks Bias dengan Konsentrasi Larutan

Konsentrasi Larutan

(20)

K. KESIMPULAN

1. Menentukan kadar atau konsentrasi suatu larutan dapat dilakukan dengan menggunakan Refractometer.

2. Sudut kritis adalah peristiwa pada pemantulan cahaya yang terjadi sudut sinar datang yang sinar biasnya tepat pada bidang batas.

3. Sudut kritis suatu larutan dapat dicari dengan rumus I =arc sin n’

4. Indeks bias relative berhubungan dengan indeks bias mutlak. Indeks bias mulak didapat dari satu medium. Sedangkan indeks bias relative memuat dua medium.

5. Indeks bias relatif suatu larutan adalah perbandingan nilai indeks bias mutlak dari dua medium yang berbeda. Medium pada praktikum ini adalah udara dan cairan (larutan glukosa).

6. semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin besar pula sudut yang dihasilkan.

7. Besarnya indeks bias larutan gula sebanding dengan konsentrasinya. Semakin besar konsentrasi larutan gula, maka semakin besar pula indeks biasnya.

8. Hubungan indeks bias dan sudut kritis dengan konsentrasi larutan adalah sebanding, jika konsentrasi larutan bertambah tinggi maka nilai indeks bias yang didapatkan semakin besar pula.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, K. D. (2013). Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika. Pemanfaatan Hukum Snellius sebagai Dasar Alat Ukur Indeks Bias dan Viskositas Larutan Garam Berbasis Mikrokontroler AVR ATMega8535., 1(1): 7-12.

Bowo Eko Cahyono, M. M., & Mukarromah, L. (2018). Jurnal UNIPMA . Sifat histerisis pada konstanta dielektrik dan indeks bias minyak zaitun dengan variasi suhu.

Faradhillah, F., & Hendri, s. (2019). IJIS EDU. Mengukur Indeks Bias Berbagai Jenis Kaca Dengan Menggunakan Prinsip Pembiasan.

Giancoli, D. C. (2001). Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Juliana, E. d. (2015). Jurnal Fisika Edukasi (JFE). Perbedaan Indeks Bias Minyak Goreng Curah Dengan Minyak Goreng Kemasan Bermerek Sunco, Vol.2 No.2. halaman 76- 78.

Laili Mei Ari Putri, d. (2017). Jurnal Pembelajaran Fisika: Pendidikan Fisika FKIP

Universitas Jember. Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu, Vol 6 No. 2.hal 147-153.

Tim Dosen Fisika Dasar. (2014). Universitas Negeri Jakarta. Modul Panduan Praktikum Fisika Dasar.

Zamroni, A. (2013). Jurnal Fisika . Pengukuran Indeks Bias Zat Cair Melalui Metode Pembiasan Menggunakan Plan Paralel , 2088-1509.

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan untuk menentukan konsentrasi pewarna hijau standar pada larutan sampel berdasarkan indeks bias sampel yang diukur dengan Refraktometer dengan sumber cahaya LED

Nilai bobot jenis, indeks bias dan kelarutan dalam etanol dari minyak cengkeh, minyak sereh dan minyak pala merupakan hal yang penting dalam penentuan mutu

Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa dengan mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan sukrosa dengan indeks bias diharapkan Portable Brix Meter