No. 1, 2023, 01-11 http://tkp.stmi.ac.id/
Adsorpsi Adsorption
Devi Yusraini
1*, Reyhan Z Fathurrahman
1, Widia Astuti
1Kelompok 6, TK02, 2021
*Email: [email protected]
Abstrak
Adsorpsi merupakan peristiwa menempelnya atom atau molekul suatu zat pada permukaan zat lain karena ketidakseimbangan gaya pada permukaan. Pemanfaatan arang aktif pada praktikum ini ialah sebagai adsorben, sedangkan asam asetat sebagai adsorbat. Proses adsorpsi ini merupakan proses adsorpsi fisik yang terjadi karena adanya gaya Van der Waals. Adapun penentuan konsentrasi awal dan konsentrasi akhir yang digunakan ialah dengan menggunakan titrasi asam basa. Dengan menggunakan larutan penitrasi berupa NaOH 0,1 N yang telah distandarisasi oleh asam oksalat. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan adsorpsi isoterm Freundlich bagi proses adsorpsi asam asetat (CH3COOH) oleh karbon aktif. Isoterm Freundlich menggunakan persamaan log (x/m) = log k + n log c.
Abstract
Adsorption is the event of the attachment of atoms or molecules of a substance to the surface of another substance due to the provocation of forces on the surface. Utilization of activated charcoal in this lab is as an adsorbent, while acetic acid as an adsorbate. This adsorption process is a physical adsorption process that occurs due to the Van der Waals force. The concentration of the initial concentration and concentration of the end used is by using acid-base titration. By using a titration solution in the form of 0.1 N NaOH which has been standardized by oxalic acid. The aim of this lab is to determine the Freundlich adsorption isotherm for the adsorption process of acetic acid (CH3COOH) by activated carbon. The Freundlich isotherm uses the equation log (x/m) = log k + n log c.
Kata Kunci: Adsorben, Adsorpsi, Asam asetat, Isoterm Freundlich, Karbon aktif
1. PENDAHULUAN
Salah satu metode yang efektif, ramah, sederhana, dan mudah diterapkan dalam menanggulangi pencemaran air adalah melalui proses adsorpsi (Yagub et al., 2014). Beberapa jenis adsorben dapat digunakan seperti berbahan dasar karbon, batu apung, polimer, dan komposit organik- inorganik. Diantara berbagai jenis adsorben ini, adsorben berbahan dasar karbon seperti karbon aktif dinilai lebih menjanjikan karena karbon aktif mengandung 85-95% karbon, yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas permukaan karbon aktif berkisar antara 300-3500 m 2 /gram, ini berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan karbon aktif
mempunyai sifat sebagai adsorben (Sembiring dan Sinaga, 2003). Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat karbon aktif (Sembiring dan Sinaga, 2003).
Karbon aktif merupakan adsorben dengan permukaan lapisan yang luas dengan bentuk butiran (granular) atau serbuk (powder). Karbon aktif tersedia dalam berbagai bentuk misalnya pelet (gravel, 0,8 - 5 mm), lembaran fiber, bubuk (PAC : powder active carbon, 0,18 mm atau US mesh 80) dan butiran-butiran kecil (GAC : Granular Active carbon, 0,2 - 5 mm) (Suarsa, 2015). Karbon aktif merupakan bahan yang multifungsi dimana hampir sebagian besar telah dipakai penggunaannya oleh berbagai macam jenis industri (Suarsa, 2015).
Struktur pori dari karbon aktif selalu mengandung mikropori, mesopori dan makropori.
Masing-masing pori ini mempunyai fungsi tertentu dalam proses penyerapan. Mesopori mempunyai fungsi menangkap bahan yang diserap dan sebagai jalan masuk menuju mikropori. Makropori mempunyai fungsi mempercepat molekul-molekul adsorbat menuju poro-pori lebih kecil yang terletak lebih dalam. Sedangkan pori-pori yang paling berperan pada adsorbsi adalah jenis mikropori.
Adsorpsi merupakan peristiwa menempelnya atom atau molekul suatu zat pada permukaan zat lain karena ketidakseimbangan gaya pada permukaan.
Zat yang teradsorpsi disebut adsorbat dan zat pengadsorpsi disebut adsorben. Ada dua metode adsorpsi yaitu adsorpsi secara fisika (physiosorption) dan adsorpsi secara kimia (chemisorption). Perbedaan utama pada kedua jenis adsorpsi ini terletak pada proses laju reaksi yang terjadi di permukaan adsorben dan energi aktivasinya (Atkins, 1997). Pada proses adsorpsi secara fisika gaya yang mengikat adsorbat oleh adsorben adalah gaya-gaya van der Waals.
(Ramadhani, 2013).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi daya adsorpsi suatu bahan yaitu (Yahya, 2018):
a. Karakteristik fisik dan kimia adsorben, antara lain luas permukaan, ukuran pori, adsorpsi kimia dan sebagainya.
b. Karakteristik kimia adsorbat, antara lain ukuran molekul, polaritas molekul, komposisi kimia dan sebagainya.
c. Konsentrasi adsorbat dalam larutan d. Karakteristik larutan, antara lain pH dan temperatur
e. Lama waktu adsorpsi.
Isoterm adsorpsi adalah proses adsorpsi yang berlangsung pada temperatur tetap. Adsorpsi suatu adsorbat pada keadaan setimbang dan isotermal sering dinyatakan dengan persamaan empiris Freundlich, Langmuir, serta BET (Brauner, Emmet dan Teller). Persamaan Freundlich adalah persamaan empiris dengan menggunakan pendekatan penjerapan secara fisis (Bhattacharyaa, dkk., 2006). Sedangkan persamaan Langmuir menggunakan pendekatan kinetika, yaitu proses kesetimbangan terjadi pada saat kecepatan adsorpsi sama dengan desorpsi. Desorpsi adalah pelepasan kembali ion/molekul yang telah berikatan dengan gugus aktif pada adsorben (Wankasi, 2005).
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan adsorpsi isoterm Freundlich bagi proses adsorpsi asam asetat (CH3COOH) oleh karbon aktif.
2. METODOLOGI PRAKTIKUM Tabel 1. Bahan Percobaan 1
No Nama
Senyawa
Rumus Senyawa
Jumlah 1. Asam Asetat CH3COOH 100 ml
2. Asam
Oksalat
C2H2O4.2H2O
100 ml
3. Aquadest H2O 1000 ml
4. Karbon Aktif - 1,5 gr
5. Natrium Hidroksida
NaOH 500 ml
6. Fenolftalein C20H12O4 5 tetes
Gambar 1. Buret
Tabel 2. Peralatan Percobaan Adsorpsi No Nama Alat Ukuran Jumlah
1. Buret 50 ml 2
2. Erlenmeyer 250 ml 6
3. Gelas Ukur 10 ml 1
4. Corong - 2
5. Gelas Kimia 100 ml 2
6. Spatula - 1
7. Neraca Analitik Digital
- 1
8. Hotplate - 2
9. Magnetic Stirrer
- 2
No. 1, 2023, 01-11 http://tkp.stmi.ac.id/
3. PROSEDUR KERJA
A. Standarisasi larutan standar sekeunder NaOH dengan larutan standar asam oksalat
B. Menghitung konsentrasi awal larutan asam asetat
C. Proses Adsorpsi Membuat larutan standar asam
oksalat (C2H2O4.2H2O) 0,1 N volume 100 ml larutan (BM C2H2O4.2H2O = 126,07 dan berat
ekivalen C2H2O4.2H2O = 2) dalam labu ukur
Memipet 10 ml larutan standar asam oksalat (C2H2O4) yang telah
dibuat kedalam erlenmeyer 250 ml
Menambahkan 5 tetes indikator fenolftalein
Mentitrasi larutan asam oksalat dengan larutan NaOH 0,1 N yang telah dibuat oleh laboran
dengan hati-hati dan dikocok sampai terjadi perubahan warna
dari tidak berwarna sampai menjadi warna merah muda yang dapat bertahan minimal 30
detik
Mencatat pemakaian volume NaOH
Menghitung normalitas larutan NaOH
Memipet 10 ml larutan asam asetat 0,2 N ke dalam erlenmeyer
250 ml
Menambahkan 5 tetes indikator fenolftalein
Titrasi larutan asam asetat dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi pada poin A
di atas dengan hati-hati dan dikocok sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna sampai menjadi warna
merah muda yang dapat bertahan minimal 30 detik
Mencatat pemakaian volume NaOH
Menghitung normalitas larutan NaOH
Melakukan langkah 1 s/d 5 untuk menghitung konsentrasi awal larutan asam asetat 0,2 N, 0,4 N
dan 0,6 N
Menimbang 0,5 gram karbon aktif lalu masukkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml
Menambahkan 50 ml larutan asam asetat konsetrasi 0,2 N ke dalam
erlenmeyer 250 ml
3. DATA PERCOBAAN A. Standarisasi NaOH Volume NaOH = 500 ml Konsentrasi NaOH = 0,1 N
B. Konsentrasi asam asetat dan asam klorida Tabel 3. Data Percobaan Konsentrasi asam asetat
Asam Asetat Asam Asetat (sebelum adsorpsi) (setelah adsorpsi) Volume
NaOH
M Asam asetat
Volume NaOH
M Asam asetat 20,125 0,20125 19,9 0,199
45,9 0,459 42,75 0,4275
60,4 0,604 58,25 0,5825
Tabel 4. Data Percobaan Proses Adsorpsi
Asam asetat (BM Asam asetat = 60,052) n awal
(M)
n akhir
(M) x (M) x (gr) 0,20125 0,199 0,00225 0,00135117
0,459 0,4275 0,0315 0,01891638 0,604 0,5825 0,0215 0,01291118
Asam asetat (BM Asam asetat = 60,052)
m x/m c (n akhir x BM)
0,5087 0,0026 11,9503
0,5006 0,0377 25,6722
0,5022 0,0257 34,9803
Memasukkan magnetic stirrer ke dalam erlenmeyer 250 ml
Menutup erlenmeyer dengan aluminium foil
Menyalakan stirrer pada hotplate dan lakukan pengadukan dengan kecepatan rendah selama 10 menit
Memisahkan karbon aktif dengan larutan asam asetat menggunakan
kertas saring
Memipet 10 ml asam asetat yang telah dipisahkan dengan karbon aktif ke dalam erlenmeyer 250 ml
Menambahkan 5 tetes indikator fenolftalein
Titrasi larutan asam asetat dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi pada poin A
di atas dengan hati-hati dan dikocok sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna sampai menjadi warna
merah muda yang dapat bertahan minimal 30 detik
Mencatat pemakaian volume NaOH
Menghitung normalitas larutan asam asetat setelah proses
adsorpsi
Melakukan langkah 1 s/d 11 untuk konsentrasi larutan asam asetat
0,2 N, 0,4 N dan 0,6 N.
Praktik Operasi Teknik Kimia - Adsorpsi
No. 1, 2023 Page | 01
4. ANALISIS DATA 4.1 Perhitungan Massa NaOH
N = 𝑀𝑟𝑀 × 1000𝑉 × 𝑒 0,1 = 40𝑀 × 1000500 × 1
M = 2 𝑔𝑟𝑎𝑚
4.2 Perhitungan Massa Asam Oksalat N = 𝑀
𝑀𝑟 × 1000
𝑉 × 𝑒 0,1 = 126,07𝑀 × 1000
100 × 2 M = 0,63 𝑔𝑟𝑎𝑚
4.3 Perhitungan Konsentrasi Asam Asetat 𝑁𝐶𝐻₃𝐶𝑂𝑂𝐻× 𝑉𝐶𝐻₃𝐶𝑂𝑂𝐻 = 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑁𝐶𝐻₃𝐶𝑂𝑂𝐻= 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑁𝐶𝐻₃𝐶𝑂𝑂𝐻
1. Asam Asetat Konsentrasi Awal (Sebelum karbon aktif)
a. Asam Asetat 0,2 N
𝑁𝐶𝐻₃𝐶𝑂𝑂𝐻 = 0,1 𝑁 × 20,125 𝑚𝑙
10 𝑚𝑙 = 0,20125 𝑁 b. Asam Asetat 0,4 N
𝑁𝐶𝐻₃𝐶𝑂𝑂𝐻 = 0,1 𝑁 × 45,9 𝑚𝑙
10 𝑚𝑙 = 0,459 𝑁 c. Asam Asetat 0,6 N
𝑁𝐶𝐻₃𝐶𝑂𝑂𝐻 = 0,1 𝑁 × 60,4 𝑚𝑙
10 𝑚𝑙 = 0,604 𝑁
2. Asam Asetat Konsentrasi Akhir (Setelah karbon aktif)
a. Asam Asetat 0,2 N
𝑁𝐶𝐻₃𝐶𝑂𝑂𝐻 = 0,1 𝑁 × 19,9𝑚𝑙
10 𝑚𝑙 = 0,199 𝑁 b. Asam Asetat 0,4 N
𝑁𝐶𝐻₃𝐶𝑂𝑂𝐻 = 0,1 𝑁 × 42,75 𝑚𝑙
10 𝑚𝑙 = 0,4275 𝑁 c. Asam Asetat 0,6 N
𝑁𝐶𝐻₃𝐶𝑂𝑂𝐻 = 0,1 𝑁 × 58,5 𝑚𝑙
10 𝑚𝑙 = 58,5 𝑁 4.4 Perhitungan x (M)
𝑥 (𝑀) = 𝑁 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑁 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 a. Asam Asetat 0,2 N
𝑥 (𝑀) = 0,20125 − 0,199 = 0,00225 𝑁 b. Asam Asetat 0,4 N
𝑥 (𝑀) = 0,459 − 0,4275 = 0,0315 𝑁
c. Asam Asetat 0,6 N
𝑥 (𝑀) = 0,604 − 0,5825 = 0,0215 𝑁
4.5 Perhitungan x (gr)
𝑥 (𝑀) =
𝑥 (𝑔𝑟)𝐵𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 ×1000
𝑉
𝑥 (𝑔𝑟) =
𝑥 (𝑀) × 𝐵𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 × 𝑉1000
a. Asam Asetat 0,2 N
𝑥 (𝑔𝑟) = 0,00225 × 60,052 × 10
1000 = 0,00135117 𝑔𝑟 b. Asam Asetat 0,4 N
𝑥 (𝑔𝑟) =
0,0315 × 60,052 × 101000 = 0,01891638 𝑔𝑟 c. Asam Asetat 0,6 N
𝑥 (𝑔𝑟) =
0,0215 × 60,052 × 101000 = 0,01291118 𝑔𝑟
4.6 Perhitungan x/m 𝑥/𝑚 = 𝑥 (𝑔𝑟)
𝑚
a. Asam Asetat 0,2 N 𝑥/𝑚 = 0,00135117 𝑔𝑟
0,5087 𝑔𝑟 = 0,0026 𝑔𝑟 b. Asam Asetat 0,4 N
𝑥/𝑚 = 0,01891638 𝑔𝑟
0,5006 𝑔𝑟 = 0,0377 𝑔𝑟 c. Asam Asetat 0,6 N
x/m = 0,01291118 gr
0,5022 gr = 0,0257 gr
4.7 Perhitungan log x/m a. Asam Asetat 0,2 N
log 0,0026 = −2,58503
b. Asam Asetat 0,4 N
log 0,0377 = −1,42366
c. Asam Asetat 0,6 N log 0,0257 = −1,59007
4.8 Perhitungan c 𝑐 = 𝑁𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 × 𝐵𝑀
a. Asam Asetat 0,2 N
c = 0,199 N × 60,052 kg/mol = 11, 9503 b. Asam Asetat 0,4 N
c = 0,4275 N × 60,052 kg/mol = 25,6722 c. Asam Asetat 0,6 N
c = 0,5825 N × 60,052 kg/mol = 34,9803
4.9 Perhitungan log c a. Asam Asetat 0,2 N
log 11,9503 = 1,07738
b. Asam Asetat 0,4 N
log 25,6722 = 1,40946
c. Asam Asetat 0,6 N log 34,9803 = 1,54382
4.10 Perhitungan grafik pada gambar 2
y = mx + c
y = n log c + log k y = 0,2332x + 0,8771
log k = c log k = 0,8771
k = 10
log kk = 7,431902
n = 0,2332
5. PEMBAHASAN
Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu terhadap zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat tanpa meresap kedalamnya (Dewi dkk, 2015).
Mekanisme adsorpsi digambarkan sebagai proses dimana molekul yang semula ada pada larutan, menempel pada permukaan zat adsorben secara fisika. Suatu molekul dapat teradsorpsi jika gaya adhesi antara molekul adsorbat dengan molekul adsorben lebih besar dibanding dengan gaya kohesi pada masing-masing molekul ini. Gaya adhesi adalah gaya tarik menarik antara molekul yang tak sejenis, sedangkan gaya kohesi adalah gaya tarik menarik anatara molekul yang sama. Proses adsorpsi
biasanya dilakukan untuk mengurangi senyawa organik yang terdapat dalam limbah cair, sehingga limbah cair dapat dimurnikan.
Proses adsorpsi terjadi karena adanya luas permukaan, makin luas permukaan adsorben yang disediakan maka makin banyak molekul yang diserap (Bassett, 1994). Zat yang teradsorpsi disebut adsorbat dan zat pengadsorpsi disebut adsorben.
Pada praktikum ini kami menggunakan arang aktif sebagai adsorben yaitu sebanyak 1,5 gram dan asam asetat sebagai adsorbat sebanyak 500 ml pada asam asetat 0,2 N, asam asetat 0,4 N, dan asam asetat 0,6 N. Adsorpsi yang terjadi pada arang aktif dengan asam asetat ini merupakan adsorpsi fisik. Molekul yang teradsorpsi terikat secara lemah dipermukaan, sehingga bersifat dapat balik (reversibel). Proses adsorpsi ini tidak bersifat site specific atau tidak pada tempat yang spesifik, dimana molekul yang teradsorpsi bebas untuk menyelimuti seluruh permukaan (Noll, dkk., 1992).
Pada praktikum ini adsorpsi suatu adsorbat pada keadaan setimbang dan isotermal yang terjadi ialah dengan menggunakan persamaan isotermal Freundlich. Karena persamaan isotermal Freundlich menggunakan pendekatan penjerapan secara fisis (Bhattacharyaa, dkk., 2006). Proses penjerapan pada adsorben terjadi dengan tingkat energi yang berbeda. Dikarenakan alasan berikut: pertama, setelah molekul-molekul teradsorpsi pada permukaan padatan tidak ada asosiasi dan disosiasi.
Kedua, hanya terjadi mekanisme adsorpsi secara fisis tidak ada mekanisme chemisorption. Ketiga, permukaan padat bersifat heterogen.
Praktikum dilakukan dengan cara menghitung konsentrasi awal atau sebelum penambahan karbon aktif dengan menghitung konsentrasi akhir atau setelah penambahan karbon aktif. Metode yang digunakan ialah menggunakan metode titrasi asam basa dengan menggunakan alat yaitu statis, klem, dan buret. Penentuan konsentrasi asam asetat awal (sebelum penambahan karbon aktif) dilakukan dengan cara asam asetat (CH3COOH) dengan variasi yang berbeda 0,2 N, 0,4 N, 0,6 N yang merupakan senyawa asam. Kemudian masing-masing asam asetat tersebut dititrasi menggunakan senyawa basa yaitu asam hidroksida (NaOH) 0,1 N sebanyak 2 gram yang sebelumnya telah distandarisasi oleh asam oksalat (C2H2O4.2H2O). Asam asetat sebanyak 10 ml yang dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer kemudian diteskan indikator fenolftalein sebanyak 5 tetes menggunakan pipet. Asam asetat dititrasi menggunakan NaOH 0,1 N yang telah distandarisasi sebanyak 50 ml, lalu dikocok dengan hati-hati sampai terjadi perubahan warna dari yang tidak berwarna sampai menjadi warna merah muda.
Berdasarkan percobaan tersebut, diperoleh data konsentrasi awal asam asetat 0,2 N ialah sebesar 0,20125 N dengan volume NaOH 0,1 N
Praktik Operasi Teknik Kimia - Adsorpsi
No. 1, 2023 Page | 01
sebesar 20,125 ml. Kemudian, untuk konsentrasi awal asam asetat 0,4 N ialah sebesar 0,459 N dengan volume NaOH 0,1 N sebesar 45,9 ml.
Sedangkan, untuk konsentrasi awal asam asetat 0,6 N ialah sebesar 0,604 N dengan volume NaOH 0,1 N sebesar 60,4 ml.
Penentuan konsentrasi akhir (setelah penambahan karbon) ialah dengan menambahkan karbon aktif sebanyak 0,5087 gram pada asam asetat 0,2 N, lalu 0,5006 gram pada asam asetat 0,4 N, dan 0,5022 gram pada asam asetat 0,6 N dengan masing- masing jumlah larutan asam asetat sebanyak 50 ml ke dalam erlenmeyer. Lalu masukkan juga alat magnetic stirrer ke dalam erlenmeyer. Magnetic stirrer ini berfungsi untuk melakukan pengadukan larutan. Kemudian erlenmeyer ditutup dengan menggunakan aluminium foil agar larutan tersebut tidak terkontaminasi oleh lingkungan sekitar.
Melakukan pengadukan larutan dengan menyalakan stirrer pada hotplate selama 10 menit. Setelah 10 menit, karbon aktif disaring dari larutan asam asetat dengan menggunakan kertas saring. Kemudian mentitrasi larutan asam asetat tersebut dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N. Maka hasil dari menitrasi itu merupakan konsentrasi akhir asam asetat.
Berdasarkan percobaan tersebut, maka diperoleh data konsentrasi akhir untuk asam asetat 0,2 N sebesar 0,199 N dengan volume 19,9 ml. Lalu untuk konsentrasi akhir asam asetat 0,4 N sebesar 0,4275 N dengan volume 42,75 ml. Kemudian untuk konsentrasi akhir asam asetat 0,6 N sebesar 0,5825 N dengan volume 58,25 ml.
Maka dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa konsentrasi awal menurun setelah dilakukan penambahan karbon aktif. Hal tersebut terjadi dikarenakan asam asetat telah diadsorpsi oleh karbon aktif. Selain itu, pada larutan dengan konsentrasi rendah diperoleh jumlah bahan yang teradsorpsi lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan larutan yang konsentrasinya tinggi. Hal ini disebabkan karena kemungkinan frekuensi tumbukan antara partikel semakin besar.
Derajat keasaman juga dapat mempengaruhi adsorpsi karena pH menentukan tingkat ionisasi larutan, pH yang baik berkisar antara 8-9. Pada praktikum ini, menggunakan indikator fenolftalein (pp) sebanyak 5 tetes sebagai indikator pembanding dalam proses titrasi asam basa dengan rentang pH sebesar 8-9,8. Warna larutan akan berubah menjadi merah muda seiring terjadinya penurunan pH dengan kata lain bertambahnya ion H+ dari asam kuat dan ion OH- telah dinetralkan oleh ion H+ dari asam asetat (CH3COOH).
Pada praktikum adsorpsi ini menggunakan persamaan adsorpsi isoterm Freundlich, maka persamaan yang digunakan ialah log (x/m) = log k +
n log c. Persamaan tersebut ditunjukkan pada gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Kurva Hubungan antar Jumlah Adsorben (x/m) dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan setelah tercapai kesetimbangan (c) Berdasarkan grafik pada gambar 2 dapat diketahui bahwa dengan menggunakan persamaan isoterm Freundlich diperoleh nilai R2 yang hampir mendekati 1. Pada isoterm Freundlich diperoleh persamaan y = 0,2332x + 0,8771 dengan nilai R² = 0,9435. Berdasarkan persamaan tersebut, diperoleh nilai log k sebesar 0,8711 sehingga diiperoleh nilai k sebesar 7,431902 dan nilai n sebesar 0,2332.
2. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan arang aktif sebagai adsorben dan asam asetat dengan variasi 0,2 N, 0,4 N, dan 0,6 N diperoleh nilai k sebesar 7,431902 dan nilai n sebesar 0,2332 dengan nilai R2 yang mendekati 1 yaitu sebesar 0,9435. Dapat diketahui pula konsentrasi asam asetat sebelum ditambahkan karbon aktif lebih tinggi dibandingkan konsentrasi asam asetat setelah ditambahkan karbon aktif.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu praktikum, terutama pada Program Studi Teknik Kimia Polimer Politeknik STMI Jakarta yang telah menyediakan tempat atau laboratorium untuk praktik yang didukung dengan fasilitas- fasilitas yang memadai untuk praktikum ini. Terima kasih juga kepada Ibu Isma selaku dosen pengampu Praktikum Operasi Teknik Kimia dan Ibu Ida selaku laboran yang telah membimbing dan memberikan ilmu serta pengalamannya kepada kami selama praktikum ini.
y = 0,2332x + 0,8771 R² = 0,9435 0
0,5 1 1,5 2
-2,58503 -1,42366 -1,59007
log c
log x/m
Grafik Adsorpsi Isoterm
Freundlich
DAFTAR PUSTAKA
Tahad, A., Sanjaya, A.S., 2017. Isoterm Freundlich, Model Kinetika Dan Penentuan Laju Reaksi Adsorpsi Besi Dengan Arang Aktif Dari Ampas Kopi. J. Teknik Kimia, Universitas Mulawarman
https://e-
journals.unmul.ac.id/index.php/TK/article/vie w/1140/982
C. A. Saputri, 2020. Kapasitas Adsorpsi Serbuk Nata De Coco (Bacterial Sellulose) Terhadap Ion Pb2+ Menggunakan Metode Batch. J.
Kimia.
https://doi.org/10.24843/JCHEM.2020.v14.i0 1.p12
Anggriani, U.M., dkk. 2021. Kinetika Adsorpsi Karbon Aktif Dalam Penurunan Konsentrasi Logam Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb). J.
Teknik Kimia, Politeknik Negeri Sriwijaya.
Palembang.
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/kimia/artic le/view/3435
Yustinah, dkk. 2019. Kesetimbangan Adsorpsi Logam Berat (Pb) Dengan Adsorben Tanah Diatomit Secara Batch. J. Teknik Kimia, Unviversitas Muhammadiyah Jakarta. Jakarta.
https://media.neliti.com/media/publications/47 0832-none-6ce2ecad.pdf
Wijayanti, I.E., Kurniawati, E.A., 2019. Studi Kinetika Adsorpsi Isoterm Persamaan Langmuir Dan Freundlich Pada Abu Gosok Sebagai Adsorben. J. Pendidikan Kima, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Serang.
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/EduChem ia/article/view/6119
Fatimah, dkk. 2021. Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit Alam yang Diaktivasi dan Diimpregnasi HCl dan Mg2+ pada Penjerapan Ion Fosfat. J.
Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
Medan.
https://talenta.usu.ac.id/jtk/article/view/4010 Hasni, dkk. 2020. Kesetimbangan Proses Desorpsi
Amonia Dari Arang Aktif Hasil Pirolisis Limbah Biomassa. J. Teknik Kimia.
Universitas Muslim Indonesia. Makassar.
https://ojs.uniska-
bjm.ac.id/index.php/JST/article/view/2803/0 Apriani, F., dkk. 2016. Ekstrak Metanol Buah Lakum (Cayratia Trifolia (L.) Domin) Sebagai Indikator Alami Pada Titrasi Basa Kuat Asam Kuat.
J. Kimia, Universitas Tanjungpura. Pontianak https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jkkmipa/ar ticle/view/16951
LAMPIRAN
Gambar 3. Penimbangan massa NaOH Gambar 5. Asam oksalat yang sudah dititrasi
Gambar 4. Penimbangan massa asam oksalat
Gambar 6. Asam asetat (sebelum penambahan karbon aktif) yang sudah dititrasi
Praktik Operasi Teknik Kimia - Adsorpsi
No. 1, 2023 Page | 01
Gambar 7. Penimbangan karbon aktif
Gambar 8. Pengadukan larutan dengan menggunakan magnetic stirrer dan hotplate
Gambar 9. Penyaringan asam asetat dari karbon aktif
Gambar 10. Asam asetat (setelah karbon aktif) yang sudah dititrasi
LAPORAN SEMENTARA
Praktik Operasi Teknik Kimia - Adsorpsi
No. 1, 2023 Page | 01