• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADSORPSI ISOTERM SLIDE

N/A
N/A
Shem Sebastian

Academic year: 2024

Membagikan "ADSORPSI ISOTERM SLIDE"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ADSORPSI ISOTERM

1

(2)

2

Isoterm adsorpsi merupakan fungsi konsentrasi zat terlarut yang terserap pada padatan terhadap konsentrasi larutan. Persamaan yang dapat digunakan untuk menjelaskan data percobaan isoterm dikaji oleh Freundlich, Langmuir, serta Brunauer, Emmet dan Teller (BET).

Tipe isoterm adsorpsi dapat digunakan untuk mempelajari mekanisme adsorpsi fase cair-padat pada umumnya menganut tipe isoterm Freundlich dan Langmuir.

Adsorben yang baik memiliki kapasitas adsorpsi dan presentase penyerapan yang tinggi. Kapasitas adsorspsi dapat dihitung denganmenggunakan rumus:

Kadar adsorbat yang teradsorpsi oleh adsorben dengan rumus berikut :

Q = Kapasitas adsorpsi (mg/g)

Co = Konsentrasi awal (mg/l)

Ce = Konsentrasi akhir (mg/l)

V = Volume sampel (l)

W = Berat adsorben (gram)

(3)

Adsorpsi Isotherm

= Sejumlah gas yang teradsorpsi per satuan adsorben pada kesetimbangan yang diukur terhadap tekanan parsial pada suhu tetap.

ENVE542 GYTE Çevre Müh. 3

(4)

ADSORPSI FISIKA

Adsorpsi Fisika

Interaksi antar molekul antara adsorbat dan adsorben dengan gaya Van der Waals.

jika gaya interaksinya lemah, maka proses adsorpsi fisika dengan mudah dapat dihilangkan oleh

pemanasan atau penurunan tekanan dari adsorbat.

(5)

ADSORPSI KIMIA

Chemical adsorption

Pada adsorpsi kimia, gaya interaksi antara adsorbat dengan adsorben sangat kuat;

Molekul adsorbat membentuk ikatan kimia dengan adsorben di permukaan.

(6)

MANUFACTURE OF

ACTIVATED CARBON:

DIFFERENT RAW

MATERIALS

(7)

ACTIVATION FURNACE

TYPES

Rotary kiln

Multiple Hearth ↑

(8)

DIFFERENT PHYSICAL FORMS

OF ACTIVATED CARBON

(9)
(10)

Scanning Electron

Microscope Photo of

GAC

(Granular Atomic

Carbon)

(11)

Area of a few grams of

activated

carbon

(12)

Types of Adsorption Modes

Physical adsorption or physisorption

Chemical adsorption or chemisorption

Bonding between molecules and surface is by weak van der Waals forces.

Chemical bond is formed between molecules and surface.

(13)

Physisorption versus chemisorption

Adsorption Energetics

surface

DE(ads) DE(ads) < DE(ads)

Physisorption Chemisorption

small minima large minima

weak Van der Waal formation of surface attraction force chemical bonds

repulsive force

attractive forces Chemisorption

(14)

Physical Adsorption

d

metal surface

nitrogen Van der Waal forces E(d)

0.3 nm

Note: there is no activation barrier for physisorption

fast process

Applications:

• surface area measurement

• pore size and volume determination

• pore size distribution

(15)

ADSORPSI FISIKA

1. Ikatan yang terjadi antara adsorbat dengan adsorben lemah, lewat ikatan Van der Waals.

2. Harga entalpi adsorpsinya kecil .

3. Hanya terjadi pada temperatur di bawah titik didih adsorbat.

4. Umumnya lapisan adsorpsinya bersifat multilayer.

5. Proses adsorpsinya tidak memerlukan atau tidak melibatkan energi aktivasi.

6. Faktor adsorbat lebih menentukan kuantitas adsorpsi daripada bila dibandingkan dengan faktor adsorben.

7. Bila tekanan adsorbat naik, maka jumlah adsorbat pada permukaan adsorben akan naik pula.

(16)

ADSORPSI KIMIA

1. Ikatan yang terjadi antara adsorbat dengan adsorben cukup kuat, jenis ikatanya: ikatan kovalen, ikatan hidrogen, interaksi dipol – dipol, interaksi ion-dipol.

2. Harga entalpi adsorpsinya cukup besar . 3. Dapat terjadi pada temperatur tinggi.

4. Umumnya lapisan adsorpsinya berjenis monolayer.

5. Proses adsorpsinya bisa berlangsung bila sistem memiliki energi aktivasi yang cukup.

6. Kuantitas adsorpsi ditentukan oleh faktor adsorbat maupun adsorben.

7. Bila tekanan adsorbat naik, maka jumlah adsorbat pada permukaan adsorben mengalami penurunan.

(17)

Increasing magnification

(18)

Tahap difusi ke adsorpsi

(19)

Adsorpsi isoterm Freundlich

Rumusnya sebagai berikut:

Jika di-log-kan menjadi:

Ccq

k n m

X 1 log

log

log  

m log X

n

Ceq

m k

X 1/

 .

X = massa adsorbat yang teradsorpsi m = massa adsorben

n dan k = tetapan adsorpsi

Ceq = konsentrasi adsorbat dalam keadaan setimbang

(20)

Adsorpsi isoterm Fruedlich

(21)

Adsorpsi isoterm Freundlich

Juga berlaku untuk gas:

x : masa gas yang teradsorbsi

m : masa adsorben

P : tekanan parsial

k dan n suatu konstanta yang tergantung temperatur

Tekanan rendah

Tekanan tinggi

(22)

Diketahui

Dibuat grafik ln Kads vs 1/T sesuai dengan persamaan :

ads

ads

RT K

G  ln D

R G T

K

ads

D

ads

 

) /

1 ( ln

Reaksi Kesetimbangan Adsorpsi

(23)

Determination of D H(ads)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

q

P

InP

T T

qi

1/T

(P1, T1) (P2, T2)

(

InP1/T

)

q=const

=

DHR(ads)

Θ = fraksi permukaan yang tertutup

(24)

Adsorpsi Isoterm Langmuir

Tipe isoterm Langmuir merupakan proses adsorpsi yang berlangsung secara kimisorpsi satu lapisan (adsorpsi yang terjadi melalui ikatan kimia yang sangat kuat antara sisi aktif permukaan dengan molekul).

Adsorbat dan dipengaruhi oleh densitas elektron. Adsorpsi satu lapisan terjadi karena ikatan kimia biasanya bersifat spesifik, sehingga permukaan adsorben mampu mengikat adsorbat dengan ikatan kimia.

Isoterm Langmuir diturunkan berdasarkan teori dengan persamaan : (slide berikutnya).

(25)

Adsorpsi Isoterm Langmuir

Kecepatan adsorpsi

= Ka PA N (1-θ) Kecepatan desorpsi

= Ka.N.θ sehingga

Pada keadaan setimbang, Maka

θ = K. PA / (1+K.PA)

PA = θ/K + θ.PA

PA/V = θ/(K.V) + 0.PA/V PA/V = 1/(K.V*) + PA/V*

Dibuat grafik hubungan antara PA dg PA/V,

didapat 1/V* sbg gradien dan 1/(K.V*) sbg

intersept

N = jumlah sisi permukaan N(1-θ) = jumlah sisi yang kosong

Θ = fraksi permukaan yang tertutup PA = tekanan gas

ka = tetapan laju adsorpsi kd = tetapan laju desorpsi

bila K = ka/kd dan θ = V/V*, dengan V* volume berkenaan dengan penutupan seluruh permukaan

(26)

Adsorpsi isoterm Langmuir

(27)

Enthalpy of Adsorption

Heats of adsorption change as a function of surface coverage

2 0 0

0 0

0

0 0

0 0

K ln K

ln

K ln

RT H T

R S RT

H

S T

H RT

G

S M

S M

AD AD AD

AD AD

AD

surface surface

g

 D

 

 

 D

 D

D

 D

 D

q differentiate

Van’t Hoff equation

(28)

Isosteric enthalpy of adsorption

 

 

 

 D

 

 

 D

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2 1

0

2 1

2 0

1 ln 1

ln

ln K

ln

ln 1 ln

K ln

K 1

T T

R H p

p

RT p H

T

T p T

p p

AD

AD

q

q

q q

q q q

q

Re-arranging Langmuir

Differentiate & re-arrange

Use van’t Hoff

(29)

Measuring isosteric enthalpies

 

 

 

 D

 

 

2 1

0

2

1

1 1

ln R T T

H p

p

AD

q

RT q

H

q ST   D AD 0  D 

Isosteric HEATS of adsorption

sometimes used instead of enthalpies

(30)

Measuring isosteric enthalpies

( )

( ) R H T

p

T dT

T d

AD 0 2

/ 1

ln

1 /

1

D

q

Atkins & de Paula, 8th p. 919-920

Note

(31)
(32)

Adsorpsi isoterm Langmuir

untuk beberapa harga K

(33)

Persamaan Adsorpsi isoterm Langmuir

Dapat ditulis

Jika ditata ulang, diperoleh

kurva antara Ceq/(x/m) terhadap Ceq

eq eq

C a

C b a m

X

. 1

. .

( X C /

eq

m )  a 1 . b  b 1 . C

eq
(34)

ADSORPSI ISOTERM

LANGMUIR

(35)

Example: Adsorption Isotherm

Each jar receives activated carbon and 100 mL of a

600-mg/L solution of xylenes and is then shaken for 48 h.

Jar 1 2 3 4 5

Carbon (mg) 60 40 30 20 5

C

e

(mg/L) 25 99 212 310 510

(36)

Example continued

Freundlich Isotherm

y = 0.1875x + 2.7121 R2 = 0.9219

2.95 3 3.05 3.1 3.15 3.2 3.25 3.3

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

log (Ce) (mg/L)

log (X/M) (mg/g)

(37)

Example: Adsorption Isotherm

Test 1 2 3 4

P (kPa) 0.027 0.067 0.133 0.266 X/M (kg/kg) 0.129 0.170 0.204 0.240

Benzene

(38)

Example continued

Langmuir Isotherm

y = 3.7159x + 0.0035 R2 = 0.9967

0.000 0.005 0.010 0.015 0.020 0.025 0.030 0.035

0.000 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 0.008 Ce

Ce/(X/M)

(39)

Summary of adsorption isotherms

Easy to fit adsorption data Chemisorptions and

physisorption Freundlich

Useful in analysis of reaction mechanism Chemisorption and

physisorption Langmuir

Note Application

Isotherm equation Name

x =Kp1/n

m

x ap m 1+bp=

(40)

Foto BET

(41)

ADSORBSI BET

Salah satu karakteristik karbon aktif berkualitas ialah memiliki luas permukaan yang tinggi.

Semakin besar luas permukaan karbon aktif, semakin besar pula daya adsorpsinya. Luas permukaan suatu adsorben dapat diketahui dengan alat pengukur luas permukaan yang menggunakan prinsip metode BET.

Pengukuran luas permukaan dengan model BET ini biasanya menggunakan nitrogen sebagai adsorbat. Adsorpsi isotermis dengan prinsip BET merupakan jenis adsorpsi fisis.

Metode BET pertama kali ditemukan oleh Brenauer, Emmet, dan Teller pada tahun 1938.

Metode BET ini merupakan pengembangan dari teori Langmuir. Teori Langmuir digunakan untuk adsorpsi monolayer kemudian dikembangkan menjadi teori BET yang menyatakan bahwa adsorpsi dapat terjadi di atas lapisan adsorbat monolayer sehingga teori dan model BET ini dapat digunakan untuk adsorpsi multilayer.

(42)

Gambar adsopsi menurut Brunauer

(43)

Adsorpsi BET

( ) ( ) Z  c Z c Z 

V V

mon gas

. 1

1 1

.

 

P*

zP

dengan

( ) ( )

mon mon

gas cV

Z c

V c V

Z Z

. . 1 .

1 .

1

 

 

Vgas = volume gas yang teradsorpsi

Vmon = volume gas gas yang membentuk monolayer c = tetapan adsorpsi

P = tekanan uap/gas

P* =takanan uap/gas di atas ketebalan lapisan

Bila c >>> 1, maka :

Z V

V

mon gas

1

1 untuk gas tidak reaktif

(44)

Adsorpsi isoterm BET

] ).

1 ( 1 )[

1 (

.

Z c Z

Z c V

V

mon gas

mon mon

gas c V

Z c

V c V

Z Z

.

).

1 (

. 1 ).

1 (

 

 

Keterangan :

Vgas/Vmon : derajat penutupan permukaan oleh adsorbat, V : volume gas yang diadsorpsi

Vm: volume gas maksimum yang mungkin teradsorpsi Po : tekanan uap jenuh gas

A, b, c, K, n : konstanta

(45)

Adsorption Isotherms, BET

Pada plot P/(Vtotal(P-Po) versus P/Po, slope dan intersep, diperoleh garis yang dapat menen-tukan c and Vm .

Jika harga P/Po kurang dari 0.05 dan lebih besar dari 0.35, maka plot BET adalah tidak linear. Oleh karena itu tehnik yang lain dapat dipakai Vm

ENVE542 GYTE Çevre Müh. 47

) / )(

1 ( 1 )[

( o o

m P P c P P

cP V

V

(46)

Adsorption On Solid Surface

Use of BET isotherm to determine the surface area of a solid

At low relative pressure P/P0 = 0.05~0.35 it is found that

Y = a + b X

The principle of surface area determination by BET method:

A plot of against P/P0 will yield a straight line with slope of equal to (c-1)/(cVm) and intersect 1/(cVm).

For a given adsorption system, c and Vm are constant values, the surface area of a solid material can be determined by measuring the amount of a particular gas adsorbed on the surface with known molecular cross-section area Am,

* In practice, measurement of BET surface area of a solid is carried out by N2 physisorption at liquid N2 temperature; for N2, Am = 16.2 x 10-20m2

48

) (

) 1(

1

1 0 0 0

0 P/ P P/ P

cV c cV ) P / P ( V

P / P

m m

P P V P P

/

( / )

0

1 0

P/P0 P P

V P P /

( / )

0

1 0

A A N A V

s m m mV

m T P

,

.

6 022 1023 Vm- volume of monolayer adsorbed gas molecules calculated from the plot, L VT,P- molar volume of the adsorbed gas, L/mol

Am- cross-section area of a single gas molecule, m2

(47)

Adsorption On Solid Surface

Five types of physisorption isotherms are found over all solids

Type I adalah material dg pori kecil seperti charcoal.

jadi ini adalah tipe Langmuir monolayer, sedang

“empat” yang lain adalah tidak

Type II untuk material non-porous

Type III porous material dg gaya kohesi antar adsorbat lebih besar dibanding gaya adhesi antar adsorbat dan adsorben.

Type IV adsorpsi berkelanjutan (pertama monolayer kemudian membentuk lapisan berikutnya)

Type V porous materials dg gaya kohesi antar adsorbat dan adsorben jadi lebih besar dibanding antar adsorbat.

49 I

II

III

IV

V

relative pres. P/P0 1.0

amount adsorbed

(48)

Adsorption Isotherm

IUPAC Classification

Type I

(Activated Carbon, Zeolites)

Micropores (< 2 nm)

Type III

(Bromine on silica gel)*

Type V

(Water on charcoal)*

Weak interaction

Type II

(Clay, pigments, cements)

Type IV

(oxide gels, zeolites)

Strong interaction

Macropores (> 50 nm) Mesopores

(2 – 50 nm)

* Do, D. D., Adsorption Analysis: Equilibria and Kinetics, Imperial College Press, London (1998).

(49)

Using the BET

Atkins & de Paula 8

th

p. 921

Prinsip di balik analisis luas permukaan dan ukuran pori yang ada di pasaran. Gunakan nitrogen pada 77K sebagai adsorbat.

Dengan mengetahui ukuran molekul, luas permukaan dan / atau ukuran pori dapat ditentukan dari isotermnya.

http://www.beckman.com/products/instrument/partChar/pc_sa3100.asp

(50)

Surface Area Determination

BET surface area by N2 physisorption

- adsorption

- desorption

Plot P/n(P0-P) versus P/P0

calculate c and nm from the slope (c-1/ nmc) and intercept (1/nmc) of the isotherm

measurements usually obtained for P/P0 < 0.2

c = 69.25

nm = 4.2 x 10-3mol Area = 511 m2/g

c = 87.09

nm = 3.9 x 10-3mol Area = 480 m2/g

(51)

Contoh Soal 1

1) Diberikan data hasil percobaan adsorpsi gas CO pada permukaan Charcoal (C) yang memenuhi persamaan adsorpsi isotermis Langmuir sebagai

berikut:

a) Adsorpsi isotermis pada 2730K

P (torr) 100 200 300 400 500 600 700 V (cm3)10,30 19,30 27,30 34,10 40 45,5 48 b) Adsorpsi dengan variasi temperatur :

T (0k) 200 210 220 230 240 250 P (torr) 30 37,1 45,2 54 63,5 73,0

Tentukan : - Energi bebas adsorpsinya pada suhu 273 0K - Entalpi adsorpsi rata-ratanya

(52)

Penyelesaian

a) menggunakan persamaan:

Data diolah dan hasilnya adalah:

P (torr) 100 200 300 400 500 600 700 9,71 10,36 10,99 11,73 12,50 13,19 14,58

Dibuat grafik antara P/Vgasterhadap P, maka diperoleh:

Slope = 1/V dan V = 150 cm3 (volume monolayer) Intersep = 1/K . V maka K = 7,5 x 10-3torr-1 Δ Gads = - R.T.ln.K = - 8,314 (273) 1n [7,4 x 10-3]

= 11.137,89 joule/mol = 11,13789Kjoule/mol

V K V

P V

P

gas .

1

cm3

torr V

P

gas

(53)

Penyelesaian 1 (lanjutan)

b) Pada θ tetap, maka ln K + ln P = konstan, sehingga

Atau

T (0K) 200 210 220 230 240 250

1/T x 103 5 4,76 4,55 4,35 4,17 4,0 Ln P 3,40 3,61 3,81 3,99 4.15 4,30

Dibuat grafik antara ln P terhadap 1/T, diperoleh:

Slope =

Δ.Hads= - 7,5 K joule/mol

q q

KP 1 2

. . .

. 1 . .

. 1 .

T R

H A T

K n T

P

n ads





q q

R H T

P

n . ads )

/ 1 (

. 1

. D

q

R Hads D.

(54)

Soal nomor 2

Adsorpsi isoterm asam asetat pada arang aktif pada suhu 250C adalah sbb

Bila volume asam asetat 200 ml, tentukan kontanta adsorpsinya.

C0(konsentrasi awal asetat dalam mol/lt)

Ceq(konsentrasi kesetimbangan

asam asetat dalam mol/lt) M (massa Charcoal dalam gram)

0,503 0,252 0,126 0,0628 0,0314 0,0157

0,434 0,202 0,0899 0,0347 0,0113 0,00333

3,96 3,94 4,00 4,12 4,04 4,00

(55)

penyelesaian

Digunakan persamaan adsorpsi isoterm Freundlich : jika dilogaritmakan didapat

n

Ceq

m k

X 1/

.

Ceq

k n m

X 1 log

log

log  

(56)

penyelesaian

C0 Ceq X (gram) X/m

0,503 0,252 0,126 0,0628 0,0314 0,0157

0,434 0,202 0,0899 0,0347 0,0113 0,00333

0,828 0,6 0,433 0,337 0,241 0,148

0,209 0,152 0,1083 0,0818

0,06 0,037

(57)

Dibuat grafik hubungan log X/m terhadap log Ceq Didapat intersep = - log K = - 0,552  K = 0,28

Slope = 1/n = 0,332  n = 2,82

(58)

Soal Latihan

1. Bedakan antara adsorpsi fisika dan adsopsi kimia!

2. Bedakan antara adsopsi isoterm Freudlich dengan Langmuir!

3. Bedakan antara adsorpsi monolayer dengan adsorpsi multilayer!

4. Bagaimana cara penentuan surface coverage?

5. Bagaimana cara penentuan luas permukaan adsorben?

6. Bagaimana cara penentuan panjang dan penampang- lintang molekul?

(59)

Soal nomor 7

Berikut ini diberikan data adsorpsi isotermis gas CH4 pada permukaan padatan karbon hitam dengan massa 10 gram pada 00C.

Pgas (Torr) 100 200 300 400 Vgas (cm3) 97,5 144 182 214

Tentukan : (a) harga keseimbangan (K), (b) volume

monolayer (V) dan (c) harga energi bebas adsorpsi (ΔGads ) pada suhu 00C tersebut.

(60)

Soal nomor 8

Data adsorpsi isotermis BET dari molekul gas N2 pada permukaan katalis Rutil (TiO2) pada suhu 750K adalah sebagai berikut:

P(torr) 1,20 14 45,8 87,5 127,7 164,4 204,7 Vgas (cc) 235 559 649 719 790 860 950 Bila pada 750K, harga P0= 570 Torr.

Maka tentukan:

- harga tetapan adsorpsinya (C)

- volume monolayer gas adsorbat (Vmon)

(61)

Soal nomor 9

Data adsorpsi isoterm ion Cd dalam rambut pada suhu 32 o C adalah sbb:

Jika massa rambut= 1 g & volume Cd(II)=20ml. Tentukan:

a.

Konstanta adsorpsinya

b.

Harga Δsads jika K =1/2 & ΔHads = 2KJ/mol pada suhu 320 C.

Cdawal (ppm) Cdeq (ppm)

19,591 0,7490

39,612 1,5205

60,360 2,3780

80,960 3,1890

96,700 19,6840

(62)

Soal nomor 10

Data adsorpsi isotermis Langmuir dari diatomic X2 pada

permukaan C aktif pada suhu 2730K, adalah sebagai berikut:

P (torr) 100 200 300 400 500 600 700

Vgas (cm3) 10,2 18,6 25,5 31,5 36,9 41,6 46,1 tentukan:

a. Vmono gas

b. ΔGads pada suhu 273oK

Gambar

Foto BET
Gambar adsopsi menurut Brunauer

Referensi

Dokumen terkait

Model isoterm adsorpsi yang sesuai untuk peristiwa ini dapat dimanfaatkan untuk studi kinetika adsorpsi timbal pada abu sekam padi dan juga perancangan pengolahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorpsi anion oleh bentonit-CTAB mengikuti adsorpsi isoterm Langmuir dengan kapasitas adsorpsi sebesar 167,66 mg/g dan energi adsorpsi

Hasil penentuan kurva persamaan isoterm adsorpsi pada ion logam berat Cd didapatkan hasil persamaan isoterm Langmuir yang memiliki R 2 = 0,818 dan persamaan isoterm

Percobaan kali ini menggunakan adsorpsi fisika, karena asam asetat dan asam klorida tidak membentuk ikatan dengan karbon aktif yang menghasilkan zat baru, namun hanya

Banyaknya ion logam yang teradsorpsi pada keadaan setimbang dapat dihitung menggunakan persamaan 1 selanjutnya diterapkan dalam persamaan isoterm adsorpsi Langmuir

Penelitian dilakukan dengan 4 (empat) tahap yaitu preparasi zeolit sebagai adsorben, penetuan kinetika adsorpsi, penetuan isoterm adsorpsi, dan karakterisasi zeolit

Berdasarkan perbandingan nilai R 2 yang diperoleh dari kedua kurva isoterm adsorpsi, nilai R 2 pada kurva isoterm adsorpsi Langmuir lebih besar dibandingkan dengan

Uji kinetika adsorpsi TiO2-zeolit terhadap strontium Uji kinetika adsorpsi memiliki metode yang sama dengan prosedur uji isoterm dan termodinamika adsorpsi, tetapi pada uji