• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADSORPSI LOGAM Pb DAN Fe DENGAN ZEOLIT A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ADSORPSI LOGAM Pb DAN Fe DENGAN ZEOLIT A"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

i

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat sarjana S-1

Andika Munandar

09630025

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

Jadilah ilmuwan atau peneliti yang “sehat” lahir dan batin

(Utoro Yahya)

“Do the best”

(Arryanto Yateman)

“Ada tiga tipe pekerja yaitu Bekerja dengan cerdas, bekerja dengan keras dan

bekerja dengan malas”

(8)

viii

Bapak, Ibu, Alm. mamah, kakak laki-laki dan perempuan, serta

adik laki-laki dan perempuan

dengan doa dan dukungannya

Dan untuk almamater tercinta

Program Studi Kimia

Fakultas Sains Dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

(9)

ix

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan

rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Adsorpsi Logam Pb dan Fe Dengan Zeolit Alam Teraktivasi Asam Sulfat sebagai syarat menyelesaikan studi Strata-1 dengan baik. Shalawat dan salam selalu

tercurah kepada Nabi Agung Muhammad SAW, keluarga serta para sahabat yang

selalu menjadi suri tauladan bagi umatnya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penyelesaian

penelitian dan penulisan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan

dari banyak pihak. Terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Albert, Alm mamah Naimah, ibu azwita, bang ihsan, kakak cici, aditya

dan andini dengan semua doa dan dukungan.

2. Bapak Wahyudi Wibowo yang telah memberikan bahan dan

masukan-masukan tentang penelitian.

3. Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, MA. Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

4. Bapak Khamidinal, M.Si dan Didik Krisdiyanto, M.Sc., selaku Dosen

Pembimbing skripsi yang telah memberikan kritik dan masukan yang tiada

lelah.

5. Ibu Esti Wahyu Widowati, M.Si, M.Biotech., selaku Kepala Program Studi

(10)

x

7. Pak wijaya, pak indra dan mba isni untuk masukan, dukungan dan nasihat

untuk menyelesaikan skripsi.

8. Siwi Hanjanattri yang selalu ada untuk menemani. Terima kasih atas

kebersamaannya.

9. Sahabat terbaik, teman-teman kimia 2009 yang memberi banyak masukan

dan semangat.

10. Anak kost dwima yang selalu bantu memberikan hiburan jangan lupa futsal

dan pes-nya.

11. Buat iradio jogja yang selalu menemanin ketika menulis dan membacakan

requestan lagu

Penulis menyadari bahwa Tugas akhir ini masih memiliki banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat

terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga

Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Yogyakarta, 21 Maret 2014

(11)

xi

(12)

xii

C. Bahan... 22

D. Prosedur Penelitian... 22

1. Preparasi Zeolit Alam ... 22

2. Pembuatan larutan induk asam sulfat ... 23

3. Pengaktifan Zeolit Alam Menggunakan Asam Sulfat ... 23

(13)

xiii

Gambar 4.2 Spektra FTIR zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam ... 30

(14)

xiv

Tabel 4.2 Interpretasi FTIR zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi ... 31

Tabel 4.3 Interpretasi SAA terhadap zeolit alam dan zeolit teraktivasi asam ... 33

Table 4.4 Distribusi pori zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam ... 34

Tabel 4.5 Isoterm adsorpsi logam Pb dari zeolit alam dan zeolit teraktivasi ... 35

Tabel 4.6 Isoterm adsorpsi logam Fe dari zeolit alam dan zeolit teraktivasi ... 36

Tabel 4.7 Adsorpsi multikomponen logam Pb dan Fe dengan zeolit alam ... 37

Tabel 4.8 Adsorpsi multikomponen logam Pb dan Fe dengan zeolit teraktivasi .. 38

Tabel 4.9 Kinetika adsorpsi logam Pb ... 39

(15)

xv

Lampiran 3 : Isoterm adsorpsi logam Fe... 55

Lampiran 4 : Waktu kontak logam Pb dan Fe dengan zeolit alam dan zeolit

teraktivasi ... 60

Lampiran 5 : Kinetika adsorpsi logam logam Pb dengan zeolit alam... 61

Lampiran 6 : Kinetika adsorpsi logam Fe dengan zeolit alam ... 64

Lampiran 7 : Kinetika adsorpsi logam Pb dengan zeolit alam teraktivasi asam ... 66

(16)

xvi Andika Munandar

09630014

======================================================

Logam Pb dan Fe merupakan limbah yang dapat mencemari lingkungan, kedua logam tersebut banyak terdapat pada limbah accu sehingga untuk menghilangkan kedua logam dapat menggunakan adsorpsi dengan materi adsorben yang berpori seperti zeolit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter, kapasitas adsorpsi, dan kinetika adsorpsi dari zeolit alam dan zeolit teraktivasi asam sebagai adsorben yang mengadsorp kedua logam.

Zeolit alam diayak untuk mendapatkan ukuran yang sama. Zeolit alam yang telah diayak diaktivasi menggunakan asam sulfat. Zeolit alam dan zeolit teraktivasi asam kemudian dikarakterisasi dengan XRD, FTIR dan SAA. Zeolit kemudian digunakan sebagai adsorben untuk menjerap logam Pb dan Fe dengan variasi konsterasi satu logam, konsterasi dua logam bersama dan waktu pengadukan. Larutan sampel yang telah diadsorp kemudian dianalisis konsentrasi akhir dengan AAS.

Zeolit teraktivasi asam merupakan jenis modernit. Proses aktivasi menyebabkan terjadinya dealuminasi terlihat dari bertambahnya Si/Al pada zeolit teraktivasi asam dan menyebabkan bertambahnya luas permukaan zeolit. Tipe isoterm yang digunakan isoterm langmuir untuk masing masing logam Pb dan Fe, untuk isoterm kedua logam menggunakan kompetisi isoterm langmuir yang menghasilkan persamaan di bawah ini untuk masing-masing adsorben, sedangkan kinetika adsorpsi masing masing logam Pb dan Fe yang diadosrpsi zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam menunjukkan pseudo orde dua yang menguatkan isoterm langmuir.

Kata kunci : zeolit, accu zuur, logam Pb, logam Fe, adsorpsi, dealuminasi,

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencemaran lingkungan oleh industri yang berupa limbah baik berupa zat

organik ataupun logam berat menjadi suatu permasalahan yang sangat penting

yang mana diperlukan penanganan yang tepat serta ramah lingkungan baik limbah

tersebut akan digunakan kembali untuk produksi ataupun yang akan dibuang ke

lingkungan karena sudah tidak dapat digunakan kembali, limbah – limbah yang

masuk dalam kategori logam berat digunakan oleh beberapa industri baik berupa

industri rumah tangga ataupun industri besar. Limbah logam berat sangat

berbahaya yang mana dapat mengubah keadaan air secara perlahan- lahan

disebabkan logam berat dapat menjadi suatu zat padat yang dapat tersuspensi

dalam air, selain itu limbah logam berat bersifat terakumulatif sehingga akan

selalu bertambah dan dapat mengurangnya kadar air bersih yang dapat dikonsumsi

oleh makhluk hidup. Apabila air tersebut tetap digunakan untuk keperluan

sehari-hari seperti diminum ataupun untuk kegunaan yang lain maka kadar logam berat

yang mencemari lingkungan akan terakumulasi dalam tubuh makhluk hidup

ataupun merusak eksosistem pada lingkungan sehingga dapat menyebabkan

penyakit ketika telah melebihi ambang batas kadar ditentukan (Islam, 2007).

Limbah logam berat seperti kadmium(Cd), timbal(Pb), besi(Fe), perak

(Ag), seng/zink(Zn), kromiun(Cr), tembaga(Cu), raksa(Hg), kobalt(Co), dan

sesium(Se). Potensi yang disebabkan oleh logam berat ini bermacam-macam jenis

(18)

diterima oleh tubuh makhluk hidup, yaitu ; timbal (Pb) dapat menyebabkan

gangguan ginjal dan keguguran pada ibu hamil serta timbal memiliki sifat

karsinogenik, dan besi (Fe) dapat memberikan bekas karat pada pakaian yang

dicuci dengan air yang memiliki kadar besi yang tinggi serta bahaya lain yang

disebabkan oleh lingkungan tercemar dari logam berat yang tidak dikelola dengan

baik sehingga melebihi ambang batas yang ditentukan oleh pemerintah (Rukaesih,

2004).

Penanganan logam berat dapat menggunakan beberapa proses yang

didapatkan melalui tiga cara yaitu fisika, biologi, atau kimia yang mana

penanganan logam berat ini bisa menggunakan satu cara, dua cara, ataupun tiga

cara pada waktu yang berdekatan. Namun demikian perlu diketahui teknik yang

terdapat dari tiga cara ini supaya dapat menggunakan cara yang tepat serta

mendapatkan hasil yang maksimal sehingga dapat mengurangi pencemaran serta

dapat mengurangi biaya atau menambahkan pemasukan dalam untuk penanganan

limbah yang berupa logam berat. Beberapa proses yang digolongkan oleh tiga

cara tersebut ialah dimulai dari biologi yang menggunakan makhluk hidup seperti

bakteri atau tumbuhan yang dapat menyerap logam berat ataupun mengubah

logam berat tersebut menjadi tidak berbahaya, secara fisika bisa berupa filtrasi

dan adsorpsi, dan cara yang terakhir ialah kimia dimana cara kimia ada beberapa

macam metode , yaitu : netralisasi asam basa, koagulasi dan flokuasi, pertukaran

ion, elektrodialisis, disinfektan, khlorinasi, ozonisasi, khlorin oksida, pemindahan

ammonia, dan adsorpsi. Oleh karena terdapat persamaan pada kimia dan fisika

(19)

adsorpsi yaitu pada permukaan adsorben (fisisorpsi) atau gugus aktif (kemisorpsi)

dari adsorben agar dapat menyerap adsorbat pada limbah cair (Suharto, 2011).

Metode adsorpsi memiliki beberapa keuntungan dibandingkan metode

lainnya yang telah disebutkan diatas, yaitu dapat menyerap logam berat pada

limbah cair atupun perairan, memiliki sifat selektif yang tinggi sehingga akan

terjadi kompetisi pada penyerapan logam berat oleh adsorben, adsorben yang

digunakan dapat berupa adsorben alam ataupun adsorben sintesis. Adsorben alam

bisa berupa zeolit, bentonit, kitosan dan ada beberapa yang lain dengan terdapat

suatu luas permukaan dan terdapat pori – pori yang berguna sebagai penahan

molekul yang sesuai dengan ukuran permukaan pada senyawa tersebut ataupun

terdapat gugus aktif yang berguna sebagai penyerap dan penahan molekul dengan

cara mengikat melalui gugus aktif tersebut, sedangkan adsorben sintesis bisa

berasal dari bahan alami yang di sintesis dengan bahan kimia lainnya atau berasal

dari campuran antara bahan kimia satu dengan bahan kimia yang lain.

Adsorben yang bisa berasal dari alam dan sintesis salah satu berupa zeolit,

yang mana zeolit ini merupakan hasil dari batuan alami yang zeolit memiliki

gugus aktif berupa silika alumina (SiO2.Al2O3) dan memiliki luas permukaan

tertentu sehingga dapat mengadsorp baik melalui gugus aktif ataupun luas

permukaan yang telah di aktivasi ataupun di aktivasi dan dimodifikasi dengan

senyawa lain untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi yang di miliki zeolit.

Aktivasi yang dilakukan untuk zeolit melalui dua cara yaitu aktivasi secara fisika

ataupun kimia yang mana aktivasi fisika berupa hidrotermal dan ayakan yang

(20)

diaktivasi asam ataupun basa sedangkan untuk modifikasi dapat berupa

penambahan senyawa lain bisa bersifat senyawa organik ataupun anorganik,

aktivasi zeolit dengan asam atau basa memiliki tujuan tertentu berupa jika

diaktivasi asam maka akan terjadi dealuminasi dan dekatonisasi yang mana hal ini

akan menghilangkan ataupun mengurangi gugus alumina serta senyawa anorganik

yang menutup pori pada zeolit sehingga menghasilkan luas permukaan yang besar

dan jumlah pori yang lebih banyak sehingga dapat melakukan adsorpsi lebih

besar, sedangkan untuk aktivasi menggunakan basa digunakan untuk menambah

jumlah kation tertentu pada zeolit alam yang sebelumnya sudah terdapat kation

ataupun memang ditambahkan untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi sebagai

pemanfaatan yang lain ( Jing, 2007).

Oleh karena zeolit dapat melakukan adsorpsi pada logam berat dengan

cara diaktivasi dengan asam bertujuan mengurangi ataupun menghilangkan

kation, anion, dan senyawa organik yang terdapat pada zeolit, sedangkan logam

berat yang dijadikan sebagai limbah yaitu timbal dan besi hal ini disebabkan

perusahaan listrik untuk kendaraan bermesin memiliki sumber listrik seperti aki

(accumulator) yang mana terdapat limbah padat dan limbah cair yang menjadikan

masalah bagi lingkungan ataupun yang disebabkan terdapat padatan tersuspensi

pada limbah cair yang mana menjadi awal permasalahan ketika limbah tersebut di

buang ke lingkungan dan digunakan kembali. Sehingga dilakukanlah penelitian

tentang “studi pengaruh Fe dan Pb terhadap kapasitas adsorpsi dengan aktivasi

(21)

B. Batasan Masalah

1. Zeolit yang digunakan berasal dari daerah klaten

2. Asam yang digunakan berupa asam sulfat (H2SO4) dengan konsentrasi

0,5 M.

3. Karakterisasi yang digunakan difraksi sinar-x (XRD) untuk menguji

kristalinitas, gugus fungsi zeolit dengan Fourier transformation infra

red (FTIR), dan luas permukaan serta porositas menggunakan surface

area analyzer (SAA)

4. Logam yang digunakan berupa logam Fe dan Pb.

5. Variasi hanya di waktu kesetimbagan dan konsentrasi.

6. Isoterm yang digunakan isoterm Langmuir dan isoterm Freundlich

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakter dari zeolit alam sebelum dan sesudah diaktivasi

asam ?

2. Bagaimana pengaruh logam lain terhadap kapasitas adsorpsi pada

zeolit alam ?

3. Bagaimana persamaan isoterm adsorpsi yang dihasilkan dari dua

logam ?

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui karakter dari zeolit alam sebelum dan sesudah diaktivasi

(22)

2. Mengetahui pengaruh logam lain terhadap kapasitas adsorpsi pada

zeolit alam.

3. Mengetahui persamaan isoterm adsorpsi yang dihasilkan dari dua

logam.

E. Manfaat Penelitian

1. Mengetahui zeolit alam yang terdapat di Indonesia khusus jawa tengah

2. Menjadi rujukan dalam penanganan terhadap logam Fe dan Pb

3. Memberikan pengetahuan tentang kapasitas adsorpsi zeolit alam untuk

limbah yang multikomponen khusus limbah Fe dan Pb dengan

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

Amun (2004) Kesetimbangan Adsorpsi Optiomal Campuran Biner Cd (II)

dan Cr (III) dengan Zeolit Alam Terimpregnasi 2-merkaptobenzotiazol, jurnal ini

menunjukkan bahwa zeolit alam dapat dimodifikasi dengan senyawa lain yang

sebelum modifikasi dilakukan dealuminasi menggunakan asam mineral yaitu

asam sulfat, sehingga menjadikan asam sulfat sebagai aktivan yang digunakan

pada penelitian dikarenakan membuat perbandingan Si lebih besar terhadap Al.

Dyah (2009) Adsorpsi Multi Logam Ag(I), Pb(II), Cr(III), Cu(II) dan

NI(II) pada Hibrida Etilendiamino-Silika dari Abu Sekam Padi, menunjukkan

silika yang dihasilkan dari abu sekam padi sangat tinggi sehingga apabila zeolit

teraktivasi oleh asam dan menghasilkan perbandingan antara harga Si lebih besar

dibandingkan Al yang diakibatkan Al2O3 ikut larut ketika diaktivasi asam. Selain

dari kadar Si yang cukup besar jurnal ini menunjukkan bahwa adsorpsi walaupun

memiliki selektivitas yang tinggi tetapi dapat mengadsorb beberapa komponen

yang berbeda dari logam yang menjadi pencemar dari lingkungan.

Noor (2010) Adsorpsi Fe dan Mn dalam limbah cair dengan zeolit alam,

menunjukkan potensi zeolit alam yang terdapat di Indonesia yang jumlah masih

banyak terdapat di alam, memiliki umur yang panjang untuk zeolit, dan memiliki

selektivitas yang tinggi dalam mengadsorb logam – logam berat tanpa

dimodifikasi. Karena faktor selektivitas yang tinggi maka penelitian tentang

(24)

Fe dan Mn dengan bilangan oksidasi yang sama dan adsorpsi melalui tahapan satu

komponen dilanjutkan dengan tahapan multikomponen dengan metode Batch.

Atik (2012) Studi Adsorpsi Logam Pb (II) dan Cd(II) Pada Asam Humat

Dalam Medium Air, menunjukkan tentang dua variasi teori adsorpsi yaitu tentang

kinetika adsorpsi yang menggunakan variasi waktu kontak dan isoterm adsorpsi

menggunakan variasi konsentrasi logam terhadap asam humat yang menunjukkan

isoterm Langmuir yang digunakan pada penelitian.

Penelitian diatas menjadi acuan untuk penelitian yang akan dilakukan

yaitu adsorpsi logam Pb dan Fe dengan bilangan oksidasi yang sama melalui cara

multikomponen menggunakan zeolit alam dan zeolit alam yang diaktivasi dengan

asam sulfat.

B. Dasar Teori 1. Zeolit

Zeolit merupakan suatu mineral yang ditemukan oleh Freherr Alex

Cronsted yang berasal dari Swedia yang merupakan seorang mineralogi, zeolit

pertama kali ditemukan pada tahun 1755 dalam bentuk berupa padatan kristal

mikroporus yang berarti kristal berpori. Zeolit berasal dari bahasa Yunani zhein

yang berarti mendidih dan lithos yang berarti batuan, dikarenakan oleh temuan

Cronsted berupa uap yang dihasilkan dari batuan tersebut ketika dipanaskan.

Zeolit yang berpori ini memiliki struktur dasar berupa silika alumina dan

berbentuk tetrahedral (TO4) yang merupakan unit bangun primer yang dijembatani

(25)

merupakan dari kation, harga x bisa 2 atau lebih, n valensi kation, a dan b valensi

dari alumina dan silika serta c valensi dari air (Wang, 2007).

Zeolit memiliki lebih dari 150 tipe dengan berbagai macam jenis kation

penyusun struktur zeolit dengan cara saling mengikat dengan silika alumina, jenis

zeolit ditentukan dari rasio Si/Al dengan rasio yang rendah memiliki

perbandingan Si/Al 1-1,5, rasio yang sedang memiliki perbandingan Si/Al 2-5,

dan rasio yang tingi memiliki perbandingan Si/Al 10-100 atau lebih. Zeolit yang

berasal dari alam memiliki banyak kation, zeolit alam yang merupakan batuan

alami memiliki pengotor berupa senyawa organik atau senyawa anorganik yang

membuat kemampuan adsorpsi lemah dan zeolit alam memiliki alumina dengan

struktur okathedral yang merupakan sifat quarsa sehingga zeolit alam perlu

dihilangkan pengotornya (Ulfah, 2006).

Zeolit alam yang banyak pengotor dapat dihilangkan dengan dua cara

yaitu secara fisik dan kimia, secara fisik zeolit alam akan dipanaskan dengan suhu

tinggi yang berguna untuk menghilangkan atau mengurangi kadar senyawa

organik atau anorganik yang dapat menguap ketika dipanaskan dan secara kimia

zeolit alam bisa dengan diasamkan atau dibasakan untuk menghilangkan senyawa

organik dan senyawa anorganik yang menyebabkan peningkatan kritaslinitas dan

luas permukaan (Ulfah, 2006).

Zeolit memiliki beberapa sifat yang berasal dari struktur zeolit yang

tetrahedral (TO4) serta berpori, sifat yang terdapat pada zeolit ialah

menghilangkan air (dehidrasi), katalisator, menyerap senyawa kimia (adsorben),

(26)

melakukan pertukaran kation yang menjadikan zeolit sebagai adsorben yang baik

untuk melakukan adsorpsi (Ulfah, 2006).

2. Dealuminasi atau dekationisasi

Dealuminasi merupakan penghilangan atau pengurangan gugus alumina

yang asimetris dengan struktur oktahedral sehingga kandungan aluminium pada

zeolit menjadi optimal yang mengakibatkan zeolit mampu stabil pada suhu tinggi,

selain penghilang gugus alumina dealuminasi dapat menjadi pengontrol aktivitas

keasaman serta selektifitas pada zeolit yang diperlihatkan dari reaksi dealuminasi

pada zeolit yaitu

SiO2- + H2O SiOH + OH- (1)

(Trisunaryanti, 1996). Dekationisasi ialah penghilangan ataupun pengurangan

senyawa – senyawa yang memiliki sifat kation berupa logam yang terdapat pada

zeolit alam.

3. Adsorpsi

Adsorpsi merupakan suatu metode penanganan limbah khususnya limbah

dengan ukuran partikel tertentu ataupun memiliki gugus aktif yang dapat

ditangkap secara kimia, oleh karena itu terdapat dua macam teknik adsorpsi yaitu

berupa fisisorpsi dan kemisorpsi yang mana pada fisisorpsi menggunakan ukuran

partikel yang tidak dapat lewat pada suatu permukaan adsorben (gaya ) sedangkan

kemisorpsi merupakan penyerapan suatu senyawa yang berupa kation ataupun

anion dengan gugus aktif sebagai penyerapan ( Atkins, 1990).

Metode adsorpsi memiliki suatu kapasitas yang merupakan kemampuan

(27)

diperlihatkan dari perubahan konsentrasi, massa dari adsorben ataupun yang lain

sehingga menyebabkan pengaruh terhadap kation ataupun anion yang terdapat

dalam limbah tersebut, hal ini dikarenakan setiap kation ataupun anion yang

diserap oleh adsorben akan terjadi kompetisi yang terlebih dahulu diadsorp

(Atkins, 1990).

4. Adsorpsi Isoterm

Adsorpsi isoterm merupakan adsorpsi dengan keadaan suhu yang konstan.

Adsorpsi yang terjadi dalam keadaan kesetimbangan baik laju adsorpsi dan

desorpsi relatif sama

r adsoprsi = r desoprsi (2)

hal ini dikarenakan kesetimbangan adsorpsi digambarkan dengan persamaan

isoterm. Terdapat beberapa parameter untuk menunjukkan sifat permukaan dan

afinitas dari adsorben baik pada kondisi suhu dan pH tetap, hal ini yang menjadi

alasan dilakukan beberapa penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki isoterm

dari adsorpsi ion logam berat dengan dihubungkan terhadap pH, jumlah adsorben,

konsentrasi sekutu, waktu kontak serta suhu. Terdapat beberapa jenis persamaan

isoterm adsorpsi yang sering digunakan secara luas, yaitu :

a. Isoterm Langmuir

Isoterm Langmuir merupakan isoterm yang paling sederhana dengan

asumsi bahwa setiap pori bersifat ekuivalen sehingga partikel terikat di tempat

tersebut. Namun hal tersebut tidak bergantung pada partikel yang menempati

tempat yang saling berdekatan. Selain asumsi diatas ada asumsi yang lain berupa

(28)

pada lapisan tunggal (monolayer), panas adsorpsi tidak tergantung pada

penutupan permukaan, semua bagian dan permukaann bersifat homogen, dan

jumlah tertentu gugus aktif adsorben yang membentuk ikatan kovalen atau ion.

Isoterm Langmuir memiliki persamaan yang digunakan sebagai dasar

mengetahui keadaan setimbang dari proses adsorpsi dan desorpsi yang dihasilkan

pada sistem cair-padat (Do. Duong D, 1998). Yaitu :

r adsorpsi = r desorpsi (3)

Qe =

(4)

Persamaan diatas dapat digunakan untuk kurva garis linear yang

menghubungkan antara Ce/Qe dengan Ce, maka

(5)

Keterangan :

Qe : jumlah adsorbat terserap/berat adsorbat pada

kesetimbangan (mg/g)

Qm : kapasistas penyerap maksimum pada permukaan/berat

padatan (mg/g)

K : konstanta kesetimbangan (L/mg)

Ce : konsentrasi pada kesetimbangan (mg/L)

Jika diasumsikan dalam persamaan garis linear sehingga Ce/Qe itu sebagai sumbu

Y dan Ce sebagai sumbu X, maka persamaan diatas dapat dituliskan dengan

(Sutarti, 1994).

(29)

Jika percobaan dilakukan dengan variasi konsentrasi Pb dan Fe terhadap

waktu kontak dan konsentrasi awal, maka akan diperoleh Ce, Qm, dan Qe

sehingga didapatkan harga kesetimbangan dengan hubungan antara Qe dan Ce

pada berbagai suhu, dan kesetimbangan untuk multikomponen dengan

menggunakan model kompetitif Langmuir seperti persamaan (Do.Duong D, 1998)

(7)

Keterangan :

Qe : jumlah adsorbat terserap/berat adsorbat pada

kesetimbangan (mg/g)

Qm : kapasistas penyerap maksimum pada permukaan/berat

padatan (mg/g)

Ce : konsentrasi pada kesetimbangan (mg/L)

K : harga Sum of Squared Error minimum

i : logam awal

k : logam pembanding

SSE =∑ ( Qe,hitung– Qe,data)2 (8)

persentase kesalahan relatif rata – rata untuk N berdasarkan persamaan di bawah

ini dengan menggunakan i sebagai komponen

(9) Selain menggunakan model isoterm Langmuir yang multi komponen perlu

diketahui harga α yaitu tingkat daya pemisah yang dapat dihitung dari persamaan

(30)

α=

Isoterm Freundlich merupakan isoterm yang memiliki asumsi yang

berbeda dengan isoterm Langmuir dan asumsi isoterm Freundlich ialah terbentuk

beberapa lapisan (multilayer) dari molekul - molekul adsorbat pada permukaan

adsorben, bagian gugus aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen, dan

hanya melibatkan gaya sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu bagian

permukaan ke bagian permukaan lain dari adsorbe (Atkins, 1990). Isoterm

Freundlich terdapat persamaan empiris untuk menentukan kesetimbangan

adsorbat ketika terjadinya proses adsorpsi, yaitu :

Qe = KfCe1/n (11)

Kf dan n merupakan suatu konstanta maka harga konstanta dari Kf dan n

didapatkan dari persamaan logaritmik yang sesuai dengan persamaan (Kundari,

2008).

Log Qe = log Kf + Log Ce (12)

5. Kinetika adsorpsi

Kinetika adsorpsi merupakan bagian dari adsorpsi yang membahas tentang

laju adsorpsi dari suatu adsorben terhadap adsorbat sehingga kinetika adsorpsi

memiliki beberapa persamaan untuk menentukan konstanta laju dari adsorpsi dari

adsorben (Fatimah, 2013), beberapa persamaan kinetika adsorpsi seperti

(31)

digunakan untuk adsorpsi logam ialah pseudo yang memiliki dua jenis pseudo

yaitu pseudo orde satu dan pseudo orde dua yang mana persamaan pseudo orde

satu mengikuti persamaan Lagergren yaitu

(13)

persamaan di atas diintegrasikan maka akan menjadi persamaan di bawah ini

(14) hasil integral dari persamaan di atas menghasilkan persamaan di bawah ini

ln (Qe-Qt) = ln Qe – k t (15)

persamaan di atas ketika dijadikan persamaan linear maka ln (Qe-Qt) versus t

sehingga akan didapatkan nilai k dan Qe dari persamaan linear ( Lagergren,

1989). Selain pseudo orde satu masih ada orde dua yang mengikuti persamaan Ho

yang ada di bawah ini

(16)

persamaan di atas diintegrasikan maka menjadi persamaan di bawah ini

(17) Hasil integral dari persamaan di atas menghasilkan persamaan di bawah ini

(18)

persamaan di atas ketika dijadikan persamaan linear maka

versus t sehingga

akan didapatkan nilai k dan Qe dari persamaan linear ( Ho, 2000).

6. Pengaruh kation atau anion

Pengaruh kation atau anion saat terjadi adsorpsi sangat penting disebabkan

(32)

dikarenakan kation atau anion memiliki bilangan oskidasi yang berbeda dan

pengaruh kapasitas pertukaran kation yang terdapat zeolit (Nurimaniwathy, 2004).

Oleh karena keadaan limbah yang tidak hanya terdiri satu kation atau anion

melainkan terdapat beberapa macam kation ataupun anion lain yang akan terjadi

kompetisi dalam penyerapan oleh adsorben (Raya, 1998).

7. Logam Pb

Timbal mempunyai berat atom 207,21 mol/gram, berat jenis 11,34 gram/L,

bersifat lunak serta berwarna biru atau silver abu - abu dengan kilau logam, nomor

atom 82 mempunyai titik leleh 327,4ºC dan titik didih 1.620ºC (Fardiaz, 1995).

Timbal termasuk logam berat ”trace metals” karena mempunyai berat jenis lebih

dari lima kali berat jenis air (Darmono, 2001). Senyawa Pb yang masuk ke dalam

tubuh melalui makanan dan akan mengendap pada jaringan tubuh, dan yang lain

akan terbuang bersama bahan sisa metabolisme.

Timbal adalah unsur yang ditemukan di dalam batu - batuan, tanah,

tumbuhan dan hewan. Timbal 95% bersifat anorganik dan umumnya dalam

bentuk garam anorganik yang kurang larut dalam air. Selebihnya berbentuk

timbal organik. Timbal organik ditemukan dalam bentuk senyawa Tetra Ethyl

Lead (TEL) dan Tetra Methyl Lead (TML), jenis senyawa ini hampir tidak larut

dalam air, namun dapat dengan mudah larut dalam pelarut organik misal dalam

lipid. Waktu keberadaan timbal dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti arus

angin dan curah hujan. Timbal tidak mengalami penguapan namun dapat

ditemukan di udara sebagai partikel. Karena timbal merupakan unsur yang tidak

(33)

Timbal banyak dimanfaatkan oleh kehidupan manusia seperti sebagai

bahan pembuat baterai, amunisi, produk logam (logam lembaran, solder, dan

pipa), perlengkapan medis (penangkal radiasi dan alat bedah), cat, keramik,

peralatan kegiatan ilmiah/praktek (papan sirkuit / CB untuk komputer) untuk

campuran minyak bahan - bahan untuk meningkatkan nilai oktan.

Konsentrasi timbal di lingkungan tergantung pada tingkat aktivitas

manusia, misal di daerah industri, di jalan raya, dan tempat pembuangan sampah.

Karena timbal banyak ditemukan pada lingkungan maka timbal dapat memasuki

tubuh melalui udara, air minum, makanan dan tanah pertanian.

8. Logam Fe

Besi mempunyai berat atom sebesar 55,84 mol/gram dengan berat jenis

7,86 gram / L bersifat padatan yang keras berwarna abu-abu, dan memiliki nomor

atom sebesar 26 serta mempunyai titik leleh 1538 oC dan titik didih sebesar 1861

o

C (Fardiaz, 1995). Besi termasuk logam berat dan memiliki berat jenis lebih dari

berat jenis air (Darmono, 2001), sifat kimia senyawa Fe dalam perairan yang

terdapat di lingkungan akan menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselin dan

alat – alat rumah tangga serta akan menimbulkan rasa yang tidak enak pada air

minum dengan konsentrasi kurang lebih 0,31 mg/L dan akan memberikan warna

kuning pada air tanah jika terdapat jumlah besi pada tanah sangat banyak. Selain

hal tersebut masih ada sifat redoks, pembentukan kompleks, metabolisme oleh

mikroorganisme (Rukaesih, 2004).

Besi memiliki dua bilangan oksidasi yaitu besi (II) dan besi (III) yang

(34)

dikarenakan mikroorganisme yang menghasilkan keadaan reduksi dalam air tanah.

Keadaan besi (II) ketika di tanah memiliki konsentrasi sekitar 1,0-10 mg/L namun

demikian konsentrasi besi (II) bisa sampai 50mg/L pada air tanah tertentu,

keadaan tidak terdapat oksigen atmosfer pada air tanah yang mengandung besi (II)

akan terlihat jernih namun setelah mengalami oksidasi oleh oksigen yang berasal

dari atmofser maka mengubah ion ferro menjadi ion ferri sehingga membuat air

menjadi keruh yang dapat lihat reaksi di bawah ini ( Achmad Rukaesih, 2004).

4 Fe2+ + O2 + H2O 4 Fe(OH)3 + 8 H+ (19)

Reaksi di atas merupakan pembentukkan besi (III) oksida terhidrat yang

tidak larut dalam air, selain disebabkan oleh oksidasi oksigen atmosfer yang

dapat membentuk ion ferri bisa terjadi karena pH rendah yang diakibatkan oleh

limbah tambang asam. Oleh karena keadaan pH yang rendah maka oksidasi ion

ferro menjadi ion ferri di katalis oleh bakteri besi yaitu Thiobacillus ferroxidants,

Thiobacillus thiooxidants, dan Thiobacillus ferrooxidants (Achmad Rukaesih,

2004).

9. Difraksi sinar-X

Difraksi sinar-X (XRD) dalam pengertian ilmu kimia ialah teknik analitik

yang sesuai untuk menguji Kristalit atau non kristalit, seperti keramik, logam,

material elektronik, materi geologi, organik, dan polimer. Dimana materi tersebut

bisa berupa serbuk. Kristal tunggal, film tipis dengan banyak lapisan (multilayer

thin film), lembaran, serat fiber, atau materi yang tidak beraturan (Settle, 1997).

Analisis difraksi sinar-x untuk zeolit ialah mengidentifikasikan zeolit

(35)

kristal, analisis difraksi sinar-x (XRD) didasarkan pada daya pantul cahaya yang

mengenai kristal sehingga menghasilkan dua cara yang berguna untuk mengetahui

kisi kristal dan jarak lapisan atom atau ion penyusun serta mengetahui sudut

kristal. Kedua cara tersebut ialah persamaan bragg untuk mengetahui jarak lapisan

atom atau ion penyusun serta mengetahui sudut kristal dan indeks miller untuk

mengetahui kisi kristal (Richardson, 1989).

Selain analisis kualitatif terdapat analisis kuantitatif pada difraksi sinar-x

(XRD) dengan cara membandingkan intensitas puncak difraksi antara satu jenis

zeolit dengan zeolit yang lain dengan intensitas dinyatakan sebagai I/I1 (Wong-ng

et.al, 2001: 1020).

10.Fourier Transmission Infra Red

Fourier Transmission Infra Red merupakan metode dari spekroskopi infra

merah dengan bilangan gelombang dari 4000 - 0 cm-1, spektorskopi infra merah

mendeteksi perubahan molekul-molekul diatomik yang berupa perubahan vibrasi

rotasi. Vibrasi rotasi infra merah tengah terdapat batas minimal yaitu pada

bilangan gelombang 1300 - 33 cm-1 (Sunardi, 2005).

Vibrasi rotasi infra merah untuk zeolit memiliki dua jenis vibrasi yaitu

vibrasi internal yang menunjukkan tetrahedral SiO4 dan AlO4 sebagai unit

pembangun primer dari kerangka zeolit dan vibrasi eksternal yang menunjukkan

ikatan-ikatan eksternal pada tetrahedral serta sensitif pada topologi zeolit

(Flanigen, 1971).

Bilangan gelombang dari infra merah menunjukkan rentangan tertentu

(36)

cm-1) yang menjadi acuan bila terjadi aktivasi dengan asam yang ditunjukkan

dengan bilangan gelombang yang lebih besar dari zeolit sebelum diaktivasi asam

(Breck, 1974:425).

11.Surface Area Analyzer

Surface Area Analyzer memiliki beberapa metode dengan salah satu

berupa Gases Surface Analyzer yang metode ini menggunakan gas untuk

menganalisis luas permukaan suatu material berpori dengan teknik adsorpsi

desorpsi dengan adsorbat berupa gas yang bersifat inert seperti nitrogen atau

helium dan adsorben berupa material berpori yaitu zeolit dikatakan sebagai

adsorpi fisika (fisisorpsi) yang hanya terjadi interaksi antara molekul adsorben

dengan adsorbat. Surface Area Analyzer akan didapatkan beberapa data-data yang

bisa diubah dalam berbagai hal mulai dari bentuk material berpori seperti

monolayer atau multilayer dan jenis material berpori seperti mikropori, mesopori,

dan makropori ( Yateman, 2009).

Data Gases Area Analyzer untuk menganalisis material berpori seperti

zeolit umumnya yaitu BET yang menghasilkan data berupa luas permukaan, rerata

pori, dan total pori yang berguna untuk mengetahui kemampuan adsorpsi dari

material berpori yang mendapatkan perlakuan sehingga mengalami penambahan

luas permukaan meningkatkan kemampuan adsorspis (Rina, 2012).

12.Atomic Adsorbtion Spectorscopy

Spektroskopi serapan atom ialah metode analisis yang didasarkan pada

penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu oleh suatu detector yang

(37)

spektroskopi serapan atom menggunakan lampu katoda berongga yang memiliki

emisi cahaya yang akan menghasilkan panjang gelombang tertentu untuk setiap

unsur logam. Spektroskopi serapan atom dapat digunakan dua macam analisis

yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif dengan cara berkas cahaya yang di absorbsi

dengan jumlah tertentu akan sebanding dengan atom-atom keadaan dasar

(Underwood, 1989), spektroskopi serapan atom sama dengan spektroskopi yang

lain yaitu diperlukan panjang gelombang maksimal tertentu untuk setiap atom

yang akan di analisis seperti Logam Pb memiliki panjang gelombang sebesar 217

nm dan logam Fe memiliki panjang gelombang sebesar 248 nm (khopkar, 1990).

C. Hipotesa

1. Zeolit alam yang diaktivasi asam akan mengalami peningkatan

kristalinitas zeolit dari karakterisasi difraksi sinar-x, dealuminasi

ditunjukkan oleh karakterisasi Fourier Transformation infra red, dan

penambahan luas permukaan ditunjukkan dengan Surface Area Analyzer.

2. Logam Pb dan Fe yang diadsorp oleh zeolit alam dan zeolit alam

teraktivasi asam akan mengalami keadaan setimbang yang mengikuti

isoterm Langmuir.

3. Waktu kontak antara logam Pb dan Fe dengan zeolit alam dan zeolit

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 11 April – 11 Juni 2013 bertempat pada

Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gajah Mada.

B.Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hotplate, cawan

petri, magnetit stirer dan alat gelas lainnya. Untuk karakterisasi zeolit alam yang

akan digunakan maka dianalisis dengan X-Ray Diffraction (XRD), Fourier

Transformation InfraRed (FTIR), Surface Area Analyzer (SAA), dan kemampuan

adsorpsi logam oleh zeolit menggunakan Atomic Adsorption Spectroscopy (AAS).

C.Bahan

Bahan yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah zeolit alam Klaten

(dibeli dari toko progo mulyo). Serta bahan lainnya berupa asam sulfat (H2SO4)

p.a sebagai bahan untuk aktivasi zeolit, aquades, timbal dua nitrat (Pb(NO3)2), dan

besi dua sulfat (FeSO4.12H2O).

D.Prosedur Penelitian 1. Preparasi zeolit alam

Zeolit alam yang telah dihaluskan direndam dalam akuades sambil diaduk

dengan magnetit stirer selama 1 jam pada suhu kamar, kemudian disaring dan

dikeringkan dengan oven 120oC selama 24 jam sehingga tidak lengket pada

spatula ketika diambil dengan spatula. Zeolit alam yang telah kering dianalisis

(39)

2. Pembuatan larutan induk H2SO4 (0,5M)

Sebanyak 13,9 mL H2SO4 pekat dipipet dan diencerkan dengan akuades

dalam labu ukur 500 mL hingga tanda batas.

3. Pengaktifan kimia menggunakan asam sulfat (H2SO4)

Serbuk zeolit sebanyak 50 gram dimasukkan dalam gelas beker 500 mL

ditambahkan asam sulfat (H2SO4) dengan konsentrasi 0,5 M. Selanjutnya diaduk

menggunakan magnetik stirer selama 120 menit. Kemudian dicuci dengan

akuades dan dikeringkan dalam oven selama 24 jam kemudian didinginkan hingga

suhu kamar menggunakan desikator. Zeolit yang telah teraktivasi selanjutnya di

lakukan karakterisasi akhir menggunakan XRD, FTIR dan SAA.

4. Variasi Waktu Kontak

Larutan sampel yang berisi komponen tunggal dari Fe dan Pb dengan

konsentrasi 12 dan 10 ppm dibuat kemudian diambil 25 mL untuk dimasukan ke

dalam 8 buah tabung reaksi ukuran 50 mL dan dilakukan adsorpsi dengan zeolit 1

gram. Proses adsorpsi dilakukan dengan variasi waktu yaitu: 15 menit, 30 menit,

45 menit, 60 menit, dan 75 menit, 90 menit, 105 menit, 120 menit. Selanjutnya

dilakukan analisis dengan Atomic Adsorption Spectroscopy (AAS).

5. Variasi konsentrasi

Berdasarkan hasil waktu kontak untuk logam Pb sebesar 120 menit dan 60

menit untuk logam Fe maka dilakukan penelitian dengan variasi konsentrasi

limbah pada komponen Fe dan Pb dengan simulasi dari larutan induk yang

diencerkan sehingga konsetrasi 10 ppm, 30 ppm, 50 ppm, 70 ppm, dan 90 ppm,

(40)

dan dimasukan dalam tabung reaksi 50 mL kemudian dimasukkan 1 gram zeolit

pada masing – masing tabung reaksi kemudian tabung reaksi pada suhu kamar.

Setelah mencapai waktu kesetimbangan logam Pb selama 120 menit dan Fe

selama 60 menit, kemudian larutan diambil filtrat dan dianalisis dengan Atomic

Adsorption Spectroscopy (AAS).

6. Adsorpsi dua komponen

Adsorpsi dua komponen masing – masing larutan Fe dan Pb di ambil 25

mL dan dimasukan dalam ke dalam tabung reaksi 50 mL dan masing – masing

ditambahkan 1 gram zeolit lalu tabung reaksi diaduk menggunakan shaker pada

suhu ruangan. Setelah larutan diaduk menggunaka shaker diambil filtrat dan

(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Zeolit

1. Karakterisasi Zeolit menggunakan Difraksi sinar-X (XRD)

Zeolit alam yang akan digunakan untuk mengadsorps dilakukan aktivasi

menggunakan asam sulfat dengan konsentrasi 0,5 M, yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan adsorpsi sehingga bisa diasumsikan bahwa zeolit alam

yang diaktivasi akan memiliki luas permukaan yang lebih luas. Zeolit alam dan

zeolit alam teraktivasi dikarakterisasi oleh tiga macam alat karakterisasi seperti

difraksi sinar-X (XRD), Fourier Transformattion Infra Red (FTIR), Surface Area

Analyzer (SAA), dan untuk menganalisis kemampuan adsorpsi dari zeolit ialah

menggunakan Atomic Adsorption Spectroscopy (AAS). Karakterisasi pertama

menggunakan difraksi sinar-X (XRD) yang menunjukkan macam – macam kristal

dari zeolit yang berbeda – beda yang dihasilkan dari reaksi batuan alami zeolit

dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.1

Gambar 4.1 dan Tabel 4.1 memperlihatkan adsorben yang digunakan

merupakan zeolit ditunjukkan dengan dua jenis, yaitu klinoptilolit yang lebih

banyak pada zeolit alam sedangkan zeolit alam teraktivas asam lebih banyak

mordenit. jenis klinoptilolit yang merupakan zeolit alam memiliki struktur berupa

| Na1.84K1.76Mg0.2Ca1.24(H2O)21.36 | [ Si29,84Al6.16O72 ] dan mempunyai bentuk

kristal yang monoklinik dengan cincin 8 dan cincin 10 sehingga jenis klinoptilolit

(42)

Mordenit yang mendominasi zeolit setelah diaktivasi asam memiliki

struktur berupa | Na8(H2O)24 | [ Si40Al8O96 ] dan mempunyai bentuk kristal

ortorombik dengan cincin 8 dan cincin 12 yang mana jenis mordenit merupakan

jenis faujasit ( M.M.J. Treacy and J.B. Higgins, 2001), menurut Bobonich, F.M.

et, al dalam Suparno (2010) struktur kristal mordenit sangat kompleks terdiri dari

dua tipe saluran pori (pore channels ) dan sistem rongga (void systems) yang

berbeda.

Saluran A terbentuk dari gabungan 12-MR (Membered Rings) yang setiap

cincinnya mengandung 12 atom oksigen. Saluran B terdiri dari 8-MR yang setiap

cincinnya mengandung 8 atom oksigen. Saluran A berbentuk eliptikal dengan

diameter 0,65 – 0,70 nm sementara saluran B memiliki diameter 0,26 – 0,57 nm

Saluran A dan B terhubung secara tegak lurus dengan bentuk kristal ortorombik.

Tabel 4.1 interpretasi 2θ zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam

(43)

Gambar 4.1 Spektra XRD zeolit alam (a) dan zeolit alam teraktivasi asam (b)

Penelitian Suseno (2010) menunjukkan puncak-puncak tertinggi yang

muncul pada difraktogram pada daerah 2θ = 22,17o

; 9,69o; dan 28,20o

menandakan jenis mineral zeolit yaitu klinoptilolit, untuk zeolit alam maupun

yang sudah diaktivasi asam ditemukan adanya puncak tinggi pada daerah 2θ =

25,58o; 27,65o; dan 13,39o yang merupakan ciri khas dari kelompok mordenit

yang berarti bahwa setelah dilakukan aktivasi kristalinitas zeolit alam tidak

(44)

Kesuma (2013) menambahkan bahwa mineral penyusun zeolit alam

kebanyakan adalah mordenit dan kuarsa. Hal ini dapat dilihat dari puncak

tertinggi zeolit yang berada pada 2θ = 22,3o

(d = 3,98Å), 2θ = 9,79o (d = 9,02Å),

2θ = 25,65o(d = 3,47Å), dan 2θ = 27,66o

(d = 3,22Å). Sedangkan mineral kuarsa

ditunjukkan pada 2θ = 26,26o (d = 3,39Å). Akan tetapi puncak-puncak spesifik

yang menunjukkan zeolit jenis klinoptilolit pada 2θ = 9,88o (d = 8,96Å) 2θ =

11,19o (d = 7,91Å) ; 2θ = 22,36o (d = 3,98 Å) dan 2θ = 22,50o (d = 3.95 Å)

(Fatimah dan Wijaya K, 2005).

Zeolit alam yang akan digunakan untuk adosrpsi dilakukan aktivasi

dengan cara diasamkan yang bertujuan untuk terjadi dealuminasi. Dealuminasi

menjadi langkah penting berhubungan dengan fungsi zeolit sebagai katalis.

Tujuan dealuminasi adalah untuk mengoptimalkan kandungan Si/Al dalam zeolit,

sehingga zeolit menjadi lebih stabil pada temperatur tinggi (Lestari, 2010).

Pengasaman ini akan menyebabkan terjadi pertukaran kation dengan H+.

Ion H+ yang berasal dari asam mempengaruhi elektron bebas pada atom O untuk

membentuk ikatan koordinasi. Dengan demikian pada Al-O akan kekurangan

elektron sehingga akan bersifat lebih polar dan tidak sekuat sebelumnya, sehingga

Al akan putus dari ikatannya.

Dalam penelitian Syafii dkk (2010), proses aktivasi, ion H+ yang

dihasilkan dari reaksi penguraian HCl dalam medium air akan mengurai ikatan

atom Al yang berada pada struktur zeolit. Ion H+ ini akan diserang oleh atom

oksigen yang terikat pada Si dan Al. Berdasarkan harga energi dissosiasi ikatan

(45)

(190 kkal/mol), maka ikatan Al-O jauh lebih mudah terurai dibandingkan Si-O.

Sehingga ion H+ akan cenderung menyebabkan terjadinya pemutusan ikatan Al-O

dan akan terbentuk gugus silanol. Sedangkan ion Cl- hasil penguraian ion HCl

juga akan mempengaruhi kekuatan ikatan Al-O dan Si-O. Ion Cl- memiliki

elektronegativitas yang tinggi (3,16) dan berukuran kecil (r = 0,97Ǻ), sehingga

menyebabkan ion ini mudah berikatan dengan kation bervalensi besar seperti Si4+

dan Al3+. Tetapi ion Cl- akan cenderung berikatan dengan atom Al dikarenakan

harga elektronegativitas atom Al lebih kecil (1,61) dibanding elektronegativitas

atom Si (1,90).

Penurunan kadar Al juga terjadi pada penelitian dari Las (2011) yang

dapat dilihat dari rasio Si/Al zeolit. Rasio Si/Al pada zeolit tanpa aktivasi adalah

5,89 sedangkan zeolit yang sudah diaktivasi adalah 6,52. Semakin kecil kadar Al

dalam zeolit maka semakin besar rasio Si/Al. Penurunan kadar Al pada zeolit

yang sudah diaktivasi dikarenakan penambahan H2SO4 yang menyebabkan zeolit

mengalami dealuminasi (lepasnya Al dari struktur zeolit). Zeolit yang diaktivasi

dengan H2SO4 akan membentuk H-zeolit.

Oleh karena zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam yang telah

dikarakterisasi oleh difraksi sinar-x menunjukkan kemiripan dengan beberapa

penelitian sebelumnya maka karakterisasi dilanjutkan menggunakan Fourier

Transformattion Infra Red (FTIR) sehingga didapatkan perubahan gugus fungsi

(46)

2. Karakterisasi Zeolit menggunakan Fourier Transformation Infra Red

(FTIR)

Fourier Transformation Infra Red (FTIR) yang merupakan salah satu

bentuk karakterisasi yang berguna untuk mengetahui gugus fungsi zeolit seperti

gugus SiO dan Al2O3, karena zeolit merupakan zat padat yang terdiri dari silika

alumina (SiO.Al2O3) serta Fourier Transformation Infra Red (FTIR) memperkuat

karakterisasi yang dimiliki oleh difraksi sinar-x (XRD), hasil dari Fourier

Transformation Infra Red (FTIR) dapat dilihat gambar dan Tabel di bawah ini

(47)

Tabel 4.2 interpretasi FTIR zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi

adanya vibrasi Si-O, dan daerah 1045 cm-1 adanya vibrasi Al-O. Sedangkan pada

zeolit teraktivasi asam puncak-puncak terlihat jelas, yaitu pada 1046 cm-1 (gugus

Al-O) yang lebih melebar dibandingkan zeolit alam, bahu sekitar 1200 cm-1

(uluran asimetris), puncak 3626 cm-1 (gugus -OH) yang lebih sempit

dibandingkan zeolit alam, dan puncak pada 792 cm-1 semakin tajam dibandingkan

dengan puncak dari zeolit alam.

Gambar 4.2 dan Tabel 4.2 menunjukkan perubahan pada adsorben yang

merupakan zeolit sebelum teraktivasi asam dengan zeolit teraktivasi asam.

Gambar 4.2 memperlihatkan penurunan intensitas bilangan gelombang pada OH

dari 3448.72 cm-1 ke 3425.58 cm-1 yang mana hal ini menunjukkan pengaruh

asam sulfat yang mengurangi OH, selain pada bilangan gelombang OH terdapat

perubahan pada bilangan gelombang 1056.99 cm-1 menjadi 1064.71 cm-1

(48)

yang lebih besar ketika diaktivasi dengan asam sulfat. Hal ini menunjukkan

bahwa pada interpretasi Al-O telah terjadi dealuminasi yaitu pengurangan atau

penghilangan Al2O3 yang bersifat asimetris ( Yateman, 2009).

Hasil penelitian Sriatun (2005) menunjukkan bahwa terdapat pergeseran

frekuensi atau bilangan gelombang pada daerah rentangan asimetris O-Si-O dan

O-Al-O. Pergeseran tersebut terjadi dari 1045,3 cm-1 ke 1076,2 cm-1. Untuk

daerah vibrasi tekuk Si-O dan Al-O zeolit alam terletak di daerah 441,7 cm-1 dan

mengalami pergeseran karena diaktivasi dengan asam menjadi 443,6 cm-1. Hampir

semua pita pada zeolit hasil dealuminasi yang telah disebutkan di atas mengalami

pengurangan intensitas bila dibandingkan dengan pita zeolit sebelum

proses dealuminasi. Jadi dengan berkurangnya spesies alumina dari kerangka

zeolit menyebabkan pergeseran frekuensi dan pengurangan intensitas pita spektra

inframerah.Kenaikan intensitas puncak serapan Al-O pada zeolit aktivasi

mengindikasikan bahwa zeolit dengan H2SO4 memberikan efek pertukaran

kation-kation lain dengan H+ berhasil dilakukan.

3. Karakterisasi Zeolit menggunakan Surface Area Analyzer (SAA) Karakterisasi Surface Area Analyzer yang digunakan berupa porositas

yang dapat mengetahui luas permukaan, total pori, rerata pori, dan distribusi pori

yang dihasilkan dari zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam yang dihasilkan

dari adsorpsi dan desorpsi terhadap gas nitrogen namun sebelum itu dilakukan

pembersihan dari pengotor pada pori-pori adsorben atau dibuat keadaaan nol

(49)

Tabel 4.3 yang menunjukkan hasil dari uji porositas sehingga diketahui luas

permukaan, total pori, rerata pori, dan distribusi pori yang di ambil dari multipoint

BET plot dan multipoint BJH dari zeolit tersebut ( Is Fatimah, 2012 ).

Gambar 4.3 menunjukkan pola adsorpsi tipe III yang dapat dilihat dari

ukuran pori zeolit yang menunjukkan zeolit alam termasuk dalam jenis mesopori

yang memiliki ukuran 20-500 Å dan zeolit teraktivasi asam memiliki jenis ukuran

mikropori < 20 Å dengan sifatnya monolayer (Utami, 2012). Dari hasil ukuran

pori tersebut terlihat bahwa ukuran pori semakin kecil karena distribusi pori

meningkat ketika dilakukan proses aktivasi dengan asam sulfat.

a b

Gambar 4.3 a dan b menunjukkan garis hyteris loop untuk zeolit alam dan zeolit

teraktivasi asam

Tabel 4.3 interpretasi SAA terhadap zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam

Zeolit Total pori

(cc/gram)

Luas permukaan (m2/gram)

Rerata pori (Ǻ)

Alam 1.065x10-1 76.448 2.78725x101

Teraktivasi asam 1.522x10-1 180.459 1.68665x101

(50)

Table 4.4 distribusi pori zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam

Zeolit Mikro (%) Meso (%) Makro (%)

Alam 27,0 72,0 1,0

Teraktivasi asam 24,3 74,0 1,7

Dari Tabel 4.3 zeolit alam memiliki luas permukaan dan total pori yang lebih

kecil dibandingkan luas permukaan dan total pori dari zeolit teraktivasi asam. Dari

rerata pori zeolit alam lebih besar dibandingkan zeolit sesudah diaktivasi hal ini

dikarenakan dari distribusi pori Tabel 4.4 yang menunjukkan jumlah mikropori

yang berkurang dan meningkatnya jumlah meso dan makropori dari zeolit. Hasl

ini menunjukkan bahwa aktivasi asam membuat luas permukaan dan total pori

menjadi lebih luas karena adanya pelarutan senyawa-senyawa pengotor yang

menutupi pori namun rerata pori mengalami penurunan disebabkan oleh

permukaan zeolit yang memiliki pori-pori yang kecil menjadi tertutup akibat dari

luas permukaan yang bertambah (Rosdiana, 2006).

Suyati (2005) menyatakan bahwa penambahan nikel sebesar 4,35% pada

zeolit aktif meningkatkan luas permukaan pori sekitar 42,32%, volume pori total

juga meningkat sebesar 41,29% namun jejari pori menurun sebesar 4,29%. Ini

berarti zeolit mengalami restrukturisasi khususnya pada saat proses kalsinasi

ataupun aktivasi. Sehingga zeolit alam mengalami peningkatan pada total pori dan

luas permukaan zeolit namun rerata pori dan distribusi pori mengalami

(51)

B. Isoterm Adsorpsi

1. Adsorpsi logam Pb

Logam Pb dengan zeolit non aktivasi dengan variasi konsentrasi awal

yang akan mendapatkan hasil adsorpsi dengan dilihat pada Tabel dan grafik

dibawah ini,

Tabel 4.5 Isoterm adsorpsi logam Pb dari zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam

NO Jenis zeolit Isoterm Langmuir Isoterm Freundlich

K Qm R2 K Qm R2

alam memiliki nilai R2 lebih kecil dibandingkan zeolit alam teraktivasi asam pada

isoterm Langmuir dan isoterm Freundlich dikarenakan aktivasi asam dapat

mempertambah luas permukaan dan meningkatkan gugus aktif zeolit yang

mengakibatkan peningkatan kemampuan adsorpsi terhadap logam Pb yang sesuai

dengan hasil dari karakterisasi ( Rina, 2012 ).

Isoterm adsorpsi terhadap logam Pb dari zeolit alam dan zeolit alam

teraktivasi asam yaitu isoterm Langmuir diperlihatkan dari harga R2 yang lebih

mendekati satu dibandingkan dengan isoterm Freundlich, sehingga asumsi yang

digunakan asumsi isoterm Langmuir yang berupa monolayer, sifat permukaan

homogen, dan memiliki sisi aktif membentuk ikatan secara kimia sehingga

menghasilkan adsorpsi berupa kemisorpsi ( Do Duong, 1998 ).

Hasil asumsi isoterm adsorpsi menunjukkan kapasitas adsorpsi maksimal

(52)

dikarenakan zeolit alam teraktivasi memiliki gugus aktif yang lebih banyak

dibandingkan zeolit alam yang ditunjukkan dari perubahan kristalinitas zeolit dan

terjadi dealuminasi yang dialami zeolit alam teraktivasi asam ( Wahyuni, 2010 ).

2. Adsorpsi logam Fe

Setelah logam Pb yang diadsorpsi maka dilanjutkan logam Fe yang

diadsorp menggunakan zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam dengan

variasi konsentrasi awal sehingga didapatkan beberapa hasil seperti kapasitas

adsorpsi maskimal, konstanta dan harga R2 yang dapat dilihat pada Tabel dibawah

ini.

Tabel 4.6 Isoterm adsorpsi logam Fe dari zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam

NO Jenis zeolit Isoterm Langmuir Isoterm Freundlich

K Qm R2 K Qm R2

1 Zeolit alam 0,184 13,880 0,992 1,991 1,715 0,929

2 Zeolit teraktivasi asam

0,024 1,360 0,974 1x10-3 0,406 0,946

Tabel 4.6 menunjukkan isoterm adsorpsi logam Fe dari zeolit alam berupa

isoterm Langmuir dikarenakan memiliki nilai R2 lebih besar dan mendekati satu

dibandingkan isoterm Freundlich, untuk zeolit alam teraktivasi asam isoterm

adsorpsi berupa isoterm Langmuir dikarenakan memiliki harga R2 lebih besar dan

mendekati satu dibandingkan isoterm Freundlich dikarenakan aktivasi asam dapat

mempertambah luas permukaan dan meningkatkan gugus aktif zeolit yang

mengakibatkan peningkatan kemampuan adsorpsi terhadap logam Pb yang sesuai

(53)

Karena isoterm adsorpsi yang terjadi merupakan isoterm langmuir maka

asumsi yang digunakan berupa isoterm Langmuir berupa monolayer, sifat

permukaan homogen, dan memiliki sisi aktif membentuk ikatan secara kimia

sehingga menghasilkan adsorpsi yang lebih spesifik ( Do Duong, 1998 ), terjadi

perbedaan kapasitas adsorpsi maksimal logam Fe yang diadsorp zeolit alam lebih

besar dibandingkan zeolit alam teraktivasi asam hal ini dikarenakan zeolit alam

teraktivasi asam masing terdapat logam Fe dan gugus aktif yang terdapat pada

zeolit alam teraktivasi asam sehingga mengurangi kemampuan kapasitas adsorpsi

maksimum.

3. Adsorpsi Multikomponen

Isoterm adsorpsi dilanjutkan untuk dua komponen yaitu logam Pb dan

logam Fe dengan perbedaan konsentrasi awal yang diadsorp menggunakan zeolit

alam dan zeolit alam teraktivasi asam, karena isoterm pada satu komponen

menggunakan isoterm Langmuir maka pada isoterm dua komponen menggunakan

model kompetisi isoterm Langmuir ( Kundari, 2010 ). Isoterm adsorpsi dari logam

Pb dan Fe menggunakan zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam dapat dilihat

pada Tabel di bawah ini.

Tabel 4.7 Adsorpsi multikomponen konsentrasi awal logam Pb dan Fe dengan zeolit alam

Tabel 4.7 yang merupakan isoterm adsorpsi multikomponen dari zeolit

(54)

menghasilkan suatu persamaan dengan salah satu logam sebagai logam

pembanding, persamaan model kompetitif isoterm Langmuir memerlukan tingkat

daya pemisah antar logam sebagai faktor pengaruh kation atau anion, persamaan

model kompetitif isoterm Langmuir dengan logam Pb sebagai pembanding yang

diadsorp menggunakan zeolit alam ialah

dengan faktor pemisah sebesar 8,865 yang menunjukkan adsorpsi logam Pb dan

logam Fe menggunakan zeolit alam sangat besar sehingga kapasitas adsorpsi

dalam keadaan setimbang zeolit alam terhadap dua logam sangat besar.

Tabel 4.8 adsorpsi multikomponen konsentrasi awal logam Pb dan Fe dengan zeolit alam teraktivasi asam

Dengan logam Pb sebagai pembanding yang diadsorp menggunakan zeolit

alam teraktivasi asam ialah

Dengan faktor pemisah sebesar 0,116 yang menunjukkan adsorpsi logam Pb dan

logam Fe menggunakan zeolit alam teraktivasi asam sangat kecil sehingga

kapasitas adsorpsi zeolit alam teraktivasi asam terhadap dua logam sangat kecil.

Karena faktor pemisah logam Pb dan Fe yang diadsorp menggunakan

zeolit alam lebih baik delapan puluh kali dibandingkan faktor pemisah logam Pb

(55)

dengan penelitian amun ( 2004 ) yang menggunakan zeolit-MBT dan zeolit-Na

memiliki faktor pemisah untuk campuran Cr dan Cd lebih baik hingga 5-8 kali.

Kundari ( 2010 ) menyatakan bahwa persamaan tersebut digunakan untuk

mengetahui kapasitas adsorpsi satu logam dari campuran logam yang terdapat

pada larutan sampel limbah yang di adsorps oleh zeolit alam ataupun zeolit alam

teraktivasi asam dan memiliki faktor pemisah antara zeolit alam dan zeolit alam

teraktivasi asam tertentu yang menunjukkan kemampuan adsorpsi adsorben

terhadap adosrbat yang lebih dari satu komponen pada limbah cair.

C. Kinetika Adsorpsi

1. Kinetika adsorpsi logam Pb

Setelah isoterm adsorpsi satu komponen dan multikomponen maka

dilanjutkan kinetika adsorpsi untuk logam Pb dan Fe menggunakan zeolit alam

dan zeolit alam teraktivasi sebagai adsorben. Model kinetika adsorpsi yang

digunakan adalah pseudo orde satu dan pseudo orde dua untuk logam Pb yang

dapat dilihat hasilnya dari Tabel di bawah ini,

Tabel 4.9 Kinetika adsorpsi logam Pb

NO Jenis zeolit Pseudo Orde Satu Pseudo Orde Dua

(56)

kapasitas adsorpsi dan konstanta laju yang digunakan yaitu pseudo orde dua.

Selain melihat Harga R2 perlu melihat harga konstanta kinetika dan kapasitas

adsorpsi antara zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam dengan logam Pb

yang mengalami penurunan pada zeolit alam teraktivasi asam, hal ini

dimungkinkan karena interaksi zeolit alam teraktivasi asam dengan logam Pb

telah setimbang pada waktu yang lama.

Adsorpsi zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam terhadap logam Pb

menggunakan model kinetika adosrpsi ialah pseudo orde dua sehingga

menunjukkan model adsoprsi ialah kemisoprsi. Hal ini sesuai dengan penelitian

wahyuni (2010) menyatakan isoterm langmuir yang dihasilkan pada

kesetimbangan kimia menunjukkan bahwa kinetika yang akan terjadi ialah pseudo

orde dua.

2. Kinetika adsorpsi logam Fe

Kemudian kinetika adsorpsi dilanjutkan terhadap logam Fe dengan pseudo

orde satu dan pseudo orde dua sebagai kinetika adsorpsi yang digunakan sehingga

hasil kinetika adsorpsi dapat dilihat dari Tabel di bawah ini,

Tabel 4.10 kinetika adsorpsi logam Fe

NO Jenis zeolit Pseudo Orde Satu Pseudo Orde Dua

k Qe R2 K Qe R2

(57)

yang lebih mendekati satu dibandingkan pseudo orde satu sehingga harga

kapasitas adsorpsi dan konstanta laju digunakan yaitu pseudo orde dua.

Selain harga R2 perlu melihat harga konstanta kinetika dan kapasitas

adsorpsi antara zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam dengan logam Fe

yang mengalami penurunan pada zeolit alam teraktivasi asam, hal ini

dimungkinkan karena interaksi zeolit alam teraktivasi asam dengan logam Fe

telah setimbang pada waktu yang lama.

Adsorpsi zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam terhadap logam Fe

mempunyai model kinetika adosrpsi ialah pseudo orde dua yang sama dengan

logam Pb sehingga memiliki model adsoprsi ialah kemisoprsi.

Hasil dari karakterisasi, isoterm adsoprsi dan kinetika adsorpsi

disimpulkan dari karakerisasi yang menunjukkan zeolit alam teraktivasi asam

mengalami peningkatan kristalinitas, peningkatan rasio Si/Al, dan peningkatan

luas permukaan yang dilanjutkan dari masing – masing hasil uji karakterisasi.

Setelah karakterisasi zeolit dilanjutkan isoterm adsoprsi yang

menunjukkan isoterm untuk satu komponen dan dua komponen menggunakan

isoterm Langmuir dan kapasitas adsorpsi untuk dua komponen ialah

Untuk zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam ialah

(58)

Kemudian kinetika adsorpsi untuk logam Pb dan Fe yang diadsorp zeolit alam dan

zeolit alam teraktivasi asam menghasilkan persamaan pseudo orde dua yang

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Karakter zeolit alam mengalami peningkatan kristalinitas, peningkatan

rasio Si/Al, dan peningkatan luas permukaan setelah zeolit alam

teraktivasi asam.

2. Isoterm adsorpsi untuk logam Pb dan Fe ialah isoterm Langmuir.

3. Kapasitas adsorpsi untuk multikomponen dengan zeolit alam ialah

dan zeolit alam teraktivasi asam ialah

B. Saran

1. Aktivan yang digunakan basa kuat seperti NaOH atau KOH

2. Karakterisasi yang digunakan fluoresense sinar-x (XRF)

(60)

Daftar Pustaka

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia lingkungan. Andi, Yogyakarta.

Amri Amun, Supranto, M fahrurozi. 2004. Kesetimbangan Adsorpsi Optional Campuran Biner Cd(II) dan Cr(III) dengan Zeolit Alam Terimpregnasi 2-merkaptobenzotiazol. Jurnal natur Indonesia.

A.M. El-Kamash et al., (2005), Modeling batchkinetics and thermodynamics of zinc and cadmium ions removal from waste solutions using synthetic zeolite A, Journal of Hazardous Materials B127 p:211–220[25] McKay, Y.S. Ho, (1999), Pseudo-second order model forsorption processes Process

Biochem,vol.34,hal.451-460

Arryanto, Yateman. 2009. Material Canggih : Rekayasa material Berbasis Sumber Daya Alam Silika-Alumina. Jurusan Kimia FMIPA UGM, Yogyakarta.

Atkins. 1990. Kimia Fisik jilid 1 Edisi keempat. Diterjemahkan oleh Irma I.Kartohadiprojo. Erlangga, Jakarta.

Breck, D.W. 1974. Zeolite Molecular Sieves: Structure, Chemistry, and Use. John Wiley & Sons. New York.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran, Jakarta: Universitas Indonesia.

Do, D, 1998. Adsorption Analysis: Equilibrium and Kinetics. Series Chemical Engineering Vol2. Queensland.

E. M. Ulfah, F. A. Yasnur, Istadi. 2006. Optimasi Pembuatan Katalis Zeolit X dari Tawas, NaOH dan Water Glass Dengan Response Surface Methodology, Bulletin of Chemical Reaction Engineering & Catalysis, 1, 26-32.

Fatimah, Is. 2013. Kinetika Kimia. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Fatimah, Is dan Karna Wijaya. 2005. Sintesis Tio

2/Zeolit Sebagai Fotokatalis Pada Pengolahan Limbah Cair Industri Tapioka Secara Adsorpsi-Fotodegradasi.

Teknoin. Vol 10. No 4. Hal 262

Flanigen, E. M., H. Khatami., H. A. Szymanski. 1971. Infrared Structural Studies of Zeolite Framework, Molecular Sieve Zeolite-I. American Society

(61)

Frank A. Settle, 1997. Handbook of Instrumental Techniques for Analytical Chemistry: X-Ray Diffraction by Joseph Formica, p.339-364. Prentice Hall PTR, Upper Sandle River, New Jersey.

Ho, Y.S., Mc Kay, G., Wase, DAJ, dan Foster,CF. 2000. Study of the Sorption of Divalent Metal Ions onto Peat. Adsorp. Sci.Technol 18, 639-650

Islam EU, Yang XE, He ZL, Mahmood Q. 2007. Assessing potential dietary of heavy metals in selected vegetables and food crops. J Zhejiang Univ Sci B 8(1):1-13.

Ismunandar, 2006. Padatan Oksida Logam Struktur,Sintesis, dan Sifat sifatnya.

ITB, Bandung.

Jing Fan, Chunlai Wu, Yafang Wei,Chuanyun Peng, Pingan Peng. 2007.

Preparation of xylanol orange fungtionalized silica gel as a selective solid phase extractor and its application for preconcentration-sepration of mercury from waters. J Hazard Mater 145 : 323– 330.

Kesuma, R.F dkk. 2013. Karakterisasi Pori Adsorben Berbahan Baku Kaolin Capkala dan Zeolit Dealuminasi. Pontianak: Prodi Kimia, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Pontianak

Khopkar SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Terjemahan A. Saptoraharjo. UI Press, Jakarta.

Kundari N. A. dan Wiyuniati, S. 2008. Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi Tembaga dalam Limbah Pencuci PCB dengan Zeolit, Seminar nasional IV SDM Teknologi nuklir Yogyakarta, 25-26 Agustus 2008

Kundari N. A, Susanto Apri, dan Prihatiningsih Maria Christina. 2010. Adsorpsi Fe Dan Mn Dalam Limbah Cair Dengan Zeolit Alam, Seminar nasional VI SDM Teknologi nuklir Yogyakarta, 18 November 2010.

Lagergren. S. 1989, Zur Theorie der Sogenannten Adsorption Geloster Stoffe. Kungliga Svenska Vetenskapsakademiens. Handlingar 24, 1-39

Lestari, Dewi Yuanita. 2010. Kajian Modifikasi dan Karakterisasi Zeolit Alam dari Berbagai Negara. Profesionalisme Peneliti dan Penyidik Dalam Riset dan Pembelajaran yang Berkualitas dan Berkarakter. Yogyakarta

Gambar

Tabel 4.1 interpretasi 2θ zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam
Gambar 4.1 Spektra XRD zeolit alam (a) dan zeolit alam teraktivasi asam (b)
Gambar 4.2 spektra FTIR zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi asam
Tabel 4.2 interpretasi FTIR zeolit alam dan zeolit alam teraktivasi Interpretasi gugus fungsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Daftar Kadar Logam Cu,Fe, dan Pb dari Setiap Sampel Obat Tradisional Minyak Karo dengan Standard BPOM tentang Kandungan Logam dalam jenis Ramuan Obat.. yang Digunakan Pada Kulit

Pada sistem empat logam pada logam bermassa sama dan bermolaritas sama diketahui bahwa Pb(II) lebih banyak teradsorpsi dibandingkan dengan Hg(II), Cu(II) dan

Persamaan ini nantinya akan digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan hasil analisa AAS.. Persamaan untuk masing- masing logam Cd 2+ adalah sebagai

Pada sistem empat logam pada logam bermassa sama dan bermolaritas sama diketahui bahwa Pb(II) lebih banyak teradsorpsi dibandingkan dengan Hg(II), Cu(II) dan

Penentuan kadar logam Besi (Fe) dan Timbal (Pb) dalam larutan standar sebelum dan sesudah zeolit diaktivasi dan sebelum diaktivasi dengan menentukan waktu

Dari kedua model isoterm tersebut, yang paling sesuai untuk adsorpsi logam kromium menggunakan adsorben zeolit alam terakti- vasi kimia fisik secara asam adalah

Proses adsorpsi pada adsorben biomassa Nannochloropsis sp untuk ion logam Pb(II) dan Cd(II) relatif lebih cepat mencapai maksimum apabila dibandingkan dengan

Penelitian adsorpsi Isotermis ion Fe pada karbon aktif juga dilakukan oleh Das dkk, 2020 yang menunjukkan bahwa persamaan Langmuir dapat mewakili proses adsorpsi tersebut dengan nilai