z Agama dan Masyarakat
Pertemuan ke 9
Agama dan Masyarakat
Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh
pengetahuan yang meliputi penulisan sejarah dan figure para Nabi dalam mengubah kehidupan sosial, argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang Tuhan dan kesadaran akan kematian.
Fungsi Agama dalam Masyarakat
Agama merupakan pegangan hidup (way of life) dengan meyakini, percaya dan taat pada agama yang dianut.
Agama adalah fenomena hidup manusia dengan dorongan untuk beragama, penghayatan terhadap wujud agama serta bentuk pelaksanaannya dalam masyarakat bisa berbeda-beda namun pada hakikatnya sama yaitu agama merupakan jawaban atas kerinduan manusia yang paling dalam yang bisa mengatasi semua permasalahan manusia.
Agama seringkali menjadi motif dalam keputusan politik, sosial ekonomi, dan kebudayaan. Agama dapat menjadi pemersatu persaudaraan yang kuat dan kekal melampaui batas geografis.
2 Dimensi agama : yang pertama adalah Tanscendental
(ukhrowi); menyangkut hubungan manusia dan Tuhan. Kedua adalah Mondial (duniawi); menyangkut hubungan manusia dengan manusia lain dan lingkungannya
Dari segi psikologis agama ada 4 macam motivasi kelakuan beragama (DR. Nico Syukur Distar) :
1. Agama sebagai sarana untuk mengatasi frustasi
2. Agama sebagai sarana untuk mengatasi kesusilaan dan tata tertib masyarakat
3. Agama sebagai sarana untuk memuaskan para intelektual yang ingin tahu
4. Agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan.
Dimensi Komitmen Agama
Dimensi komitmen agama menurut Roland Robertson :
Dimensi keyakinan mengandung perkiraan/harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu.
Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata.
Dimensi pengetahuan, dikaitkan dengan perkiraan.
Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, semua agama mempunyai perkiraan tertentu.
Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan.
3 Tipe kaitan Agama dan Masyarakat
Menurut Elizabeth K. Nottingham, agama memiliki tiga (3) tipe hubungan dengan masyarakat diantaranya :
Masyarakat Pedalaman ; Di dalam kehidupan masyarakat pedalaman agama masih berdasarkan kepercayaan sehingga mereka mengadakan berbagai upacara ritual karena mereka percaya dengan cara seperti itu mereka sudah memiliki
agama.
Masyarakat Semi Industri ; Di dalam masyarakat semi industri sudah lebih maju dari masyarakat pedalaman sehingga di masyarakat semi indutri sudah
memegang agama sebagai kepecayaan dan sebagai pedoman dalam melakukan segala hal seperti berdagang
Masyarakat Industri Sekunder (Modern) ; Di dalam masyarakat industri sekunder sudah banyak muncul teknologi canggih sehingga lebih mudah
menolong kegiatan manusia, namun karena sudah banyak teknologi maka agama menjadi di “no duakan” sehingga kurangnya kepercayaan terhadap agama.
Pelembagaan Agama
Pengertian pelembagaan agama itu sendiri ialah apa dan
mengapa agama ada, unsur- unsur dan bentuknya serta fungsi struktur agama. Dimensi ini mengidentifikasikan pengaruh-
pengaruh kepercayaan di dalam kehidupan sehari-hari.
Agama ,Konflik dan masyarakat
Contoh-contoh dan kaitannya tentang konflik yang ada dalam agama dan masyarakat : Di Indonesia sendiri konflik agama baik yang bersifat murni maupun yang ditumpangi oleh aspek budaya, politik, ideologi dan kepentingan golongan banyak mewarnai perjalanan sejarah Indonesia. Contoh lainnya , Ribuan manusia terusir dari kampung halamannya, tempat
mereka dilahirkan. Ribuan anak-anak lainnya pun menjadi piatu, kehilangan sanak keluarganya dan orang-orang yang dikasih
Emile Durkheim sebagai sosiolog besar telah memberikan gambaran tentang fungsi agama dalam masyarakat. Dia berkesimpulan bahwa sarana- sarana keagamaan adalah lambang-lambang masyarakat, kesakralan bersumber pada kekuatan yang dinyatakan berlaku oleh masyarakat secara keseluruhan bagi setiap anggotanya, dan fungsinya adalah mempertahankan dan memperkuat rasa solidaritas dan kewajiban sosial.
Pemeluk agama-agama di dunia meyakini bahwa fungsi utama agama yang dipeluknya itu adalah memandu kehidupan manusia agar memperoleh
keselamatan di dunia dan keselamatan sesudah hari kematian. Mereka menyatakan bahwa agamanya menyatakan kasih sayang pada sesama manusia dan sesama makhluk Tuhan, alam tumbuh-tumbuhan, hewan,
hingga benda mati. Sehingga dalam usahanya untuk membentuk kehidupan yang damai, banyak dari para ahli dan agamawan dari tiap-tiap agama
melakukan dialog-dialog untuk memecahkan konflik keagamaan.
Pada level dunia mulai muncul pandangan tentang universal religion yaitu suatu agama yang tidak membedakan dari mana asal teologis dan unsur transcendental suatu agama tetapi memandang tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, kedamaian dan keberlangsungan hidup berdampingan.