• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agnekstensia - Polbangtan Malang Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Agnekstensia - Polbangtan Malang Repository"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

lssN 1412-4866

Agnekstensia

Jurnal Penelitian Terapan Bidang Sosial-Ekonomi dan Pertanian

{

Nurlailah, Untung Subehti, Wahyu Wind.ar|

dan Sunarto H. Rahman, Sjechnadarfirddin, dan Budianto

Fofa Arofi, Budionto, dan Sudinnan S.B. Udrayano dan Isyunani

Moch Fadil, Dui

Purnomo, dan Iuan Sanjaya Aulio Rahman, A. Sudjianto, dan Sunarto Hamyona, Agustina, dan Sutoyo

Abdul Farid dan N.D. Kristanti Siswoyo

O'eng Artnarudirt

Vol. 8 No. 2, Juli 2009 hlm. 97-240

Daftar Isi

Adopsi Anggota Kelompok Tani Ternak Sapi Potong terhadap Pemanfaatan Jerami Padi Menjadi Fermentasi Jerami di Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat Bimbingan Pembuatan Insektisida Nabati Mimba Guna Pengendalian Penggerek Batang Putih pada Tanaman Padi dengan Metode Sekolah Lapangan (SL) di Kelompoktani Panca Makmur Desa Pancoran Kecamatan Bondowoso Kabupaten Bondowoso Propinsi Jawa Timur

Adopsi Petani terhadap Tekaologi System ofRice Intensification (SRI) di Desa Pancoran Kecamatan Bondowoso Kabupaten Bondowoso Jawa Timur Proporsi dan Kualitas Spermatozoa Kambing Pasca Sexing Me[ggunakan Gradien Bovine Serum Albumin (BSA) dalam Pengencer Andromed dengan Teknik Berbeda

Program Peny"uluhan Pembuatan Kompos Menggu- nakan Mikroorganisme Lokal (MOL) di Desa Wringin Anom Kecamatan Jatibanteng Kabupaten Situbondo Propinsi Jawa Timur

Rancangan Penyuluhan Analisis Usahatani Padi Metode System of Rice Intensification (SRI) dan Konvensional di Desa Pancoran Kecamatan Bondowoso Kabupaten Bondowoso

Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Sistem Integrasi Tanaman-Ternak di Desa Cowek Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan Analisis Tingkat Kompetensi Penyuluh dalam Pembangunan Pertanian

Analisis Fungsi Biaya Pelayanan Koperasi Persusuan di Jawa Timur

Pengaruh Pengembangan Kelompok Tani dan Ga- bungan Kelompok Tani terhadap Partisipasi Petani dalam Usaha Agribisnis Perdesaan

di

Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat 97-114

115-125

124-U9

150- 158

159-171

172-183

185-200

201-216 217-230 231-239

Sekolah

Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang

(3)

Acnrrrsrcrvsn Vol. 8 No. 2 JuLt 2009, nr-u. 201-216

ANALISIS TINGKAT KOMPETENSI PENYULUH DALAM PEMBANGUNAN

PERTANIAN

Abdul Farid

r) ,

Novita Dewi Kristanti

')

ABSTRAK

Tujuan penelitian

ini

adalah mendeskripsikan tingkat kompetensi Penl'uluh dalam pembangunan pertanian dan menganalisis faktor-faktor determinan yang berpengaruh terhadap kompetensi Penyuluh dalam pembangunan pertanian. Kompetensi penyuluh pertanian dalam berkomunikasi berada pada tingkatan rendah, kompetensi penyuluh dalam penggunaan media penyuluhan berada pada kategori rendah, kompetensi penyuluh dalam mengakses informasi berada pada kategori rendah dan sedang, dan kompetensi penl.uluh dalam menganalisis potensi wilayah berada pada kategori tinggi. Faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap kompetensi penyuluh adalah pengalaman kerja penl'uluh.

Kata kunci : Kompetensi penSruluh

ABSTRACT

Aim of the research are to make a description about extension officer competency in agriculture development and to atalyze the determinant factor affecting it. The conclusion is that communication's competency observed in low category. Competency on accessing in- formation categorized in low and medium rate, meanwhile competency on identiflng region's potency categorized in high rate. The dominant factors affecting extension competency is their work experience

Key word: extension \&orker competence

PENDAHULUAN ditandai dengan semakin meningkat- nya wawasan, pengetahuan, keteram- pilan dan sikap

kritis

terhadap pemba- ngunan pertanian. Sebagai akibat dari perubahan lingkungan strategis, para petani dan pelaku usaha pertanian lain

menjadi lebih dinamis dan

memer- lukan pelayanan penl.uluhan pertanian

yang lebih bermutu

sesuai dengan tuntutan perubahan yang ada.

Kondisi tersebut di atas, menuntut adanya peningkatan kompetensi pe-

nyuluh pertanian untuk dapat meres- pon perubahan

lingkungan

strategis yang ada. Sayangnya,

kondisi di

la- pangan menggambarkan bahwa ting-

kat

kompetensi

penyuluh

pertanian

Latar Belakang

Pelaksanaan pembangunan perta- nian dihadapkan pada tuntutan kebu-

tuhan masyarakat yang semakin

meningkat. Permintaan dan konsumsi

masyarakat terhadap komoditas-

komoditas

tertentu

seperti

hortikul- tura,

produk peternakan, perikanan dan perkebunan semakin meningkat

baik secara kuantintas maupun kualitas. Selain itu,

perkembangan kondisi petani dan keluarganya saat

ini

r) Dosen STPP Malang

207

(4)

dalam melaksanakan tugas

penye- lenggraan penyuluhan pertanian masih belum sesuai dengan yang diharapkan petani. Hasil penelitian Puspadi (2003)

mengungkapkan bahwa tingkat

kompetensi penprluh pertanian di tiga provinsi yaitu Provinsi Lampung, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat berada

pada kategori tingkat rendah. Hal

senada, diungkapkan Suryaman (2001) melalui hasil penelitiannya di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara

Timur,

Jawa

Timur

dan Jawa Barat yang menunjukkan tingkat kompetensi dan kinerja penyuluh pertanian masih rendah.

Slamet ( 1995) mengemukan bahwa

program penyuluhan

pembangunan yang efektif dan efisien dapat dikem- bangkan oleh tenaga-tenaga profesional

di

bidang penyuluhan pembangunan.

Hal

ini

hanya memungkinkan apabila

progtam penyuluhan diwadahi

oleh sistem kelembagaan penyuluhan yang

jelas

dan pelaksanaannya didukung oleh tenaga-tenaga yang kompeten

di

bidang penyuluhan.

Peningkatan kompetensi penlrrluh dalam pembangunan

pertanian,

bisa dikondisikan

melalui

berbagai upaya

seperti: (1) meningkatkan

pengem-

bangan

diri

peDyuluh melalui pening- katan pendidikan dan pengembangan

karir penyuluh, (2) meningkatkan

efektivitas pelatihan bagi penyrrluh, (3)

meningkatkan dukungan terhadap

penyelenggaraan penyuluhan seperti dukungan kebijakan pemda terhadap

pendanaan penyuluhan,

dukungan peran kelembagaan, dukungan tekno- logi dan sarana penyuluhan, pola kepe- mimpinan yang berpihak pada petani, dan (4) memotivasi

pribadi

penyuluh

untuk

selalu

meningkatkan

prestasi

kerja

dan

mengikuti

perubahan ling- kungan strategis yang ada.

Untuk meningkatkan

kompetensi penyuluh dalam pembangunan perta- nian, maka diperlukan lembaga pendi- dikan yang dapat memberikan

pendi

dikan bagi penyuluh pertanian. Salah satu lembaga pendidikan

tinggi

yang dapat memberikan kesempatan pada penyrrluh

untuk

meningkatkan pendi- dikannya dan kompetensinya adalah Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian.

Oleh karena itu, dipandang perlu untuk melakukan penelitian terhadap tingkat kompetensi para penyuluh pertanian.

Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar bela- kang diatas, maka

dapat

ditetapkan masalah penelitian sebagai berikut:

1.

Bagaimana gambaran tingkat kom-

petensi Penyuluh dalam

pemba- ngunan pertanian?

2.

Faktor-faktor determinan apa saja yaDg berpengaruh

penting

terha- dap

kompetensi Penyuluh

dalam pembangunan pertanian?

Tqjuan Penelitian

Berkaitan dengan masalah-masalah

penelitian

yang

telah

dikemukakan, maka tujuan penelitian

ini

dapat diru- muskan sebagai berikut;

1. Mendeskripsikan tingkat

kompe- tensi Penyuluh dalam pembangun- an pertanian.

2.

Menganalisis

faktor-faktor

deter- minan yang berpengaruh terhadap kompetensi Penyuluh dalam pem- bangunan pertanian.

Hubungan Antar Peubah

Berdasarkan

latar

belakang pene-

litian,

maka dapat disusun hubungan antara peubah penelitian seperti

disaji

kan pada Gambar 1.

Fatid. d.an Kristanti 202

(5)

Karakteristik Pribadi Penyuluh (Xl)

(X1 1) Umur

(X1 2) Pengalaman Kerja (Xl 3) Tk. Pendidikan

(X1 4) Kekosmopolitan

Lingkungan Penyuluh (X2)

(Xz r) Kebuakan Pemda (Xz z) Dukungan

Teknologi (X2 3) Dukungan

Sarana Kompetensi Penyuluh (X3)

(Xl 1) Kemampuan Berkomu- nikasi

(Xr 2) Penggunaan Media (X1 3) Akses lnformasi (Xr 4) Pemahaman Potensi

Wilayah

Gambar

1:

Hubungan antar Peubah Penelitian

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan

latar

belakang dan hubungan

antar

peubah penelitian,

dapat dirumuskan hipotesis

pene-

litian

sebagai berikut: Tingkat kom- petensi penluluh pertanian dipenga-

ruhi

secara nyata oleh

karakteristik pribadi penyuluh dan lingkungan

penyuluh.

masing-masing

dua kabupaten

setiap

provinsi. Penelitian mulai bulan

Mei sampai dengan Bulan

Juli

2008.

Populasi dan Sampel Populasi

Populasi

penelitian

adalah seiuruh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di

Provinsi Jawa Timur, Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat,

dan

Provinsi Nusa

Tenggara

Timur,

yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi ling- kup pertanian untuk melakukan kegiatan penl,uluhan pertanian. Sampel penelitian adalah penyrluh pertanian yang ada di 8

Kabupaten di 4 Provinsi.

Responden adalah penyuluh pertanian yang berasal dari alumni STPP dan non alumni, yang ditetapkan secara proporsional random sampling.

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditetapkan

secara

sengaja (purposiue),

yalt.u

dilakukan di lokasi/wilayah

yang

mempunyai penyuluh

pe rtan

ian

alumni STPP dan non alumni. Pene-

litian ini akan dilaksanakan di

Provinsi Jawa

Timur,

Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan

Provinsi Nusa Tenggara Timur,

Analisis Tinghat Kompetensi Penyuluh dalam Pembangunan Pertanion 203

(6)

Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai,

jenis

penelitian yang akan digunakan adalah penelitian des-

kriptif

eksplanatori yaitu jenis peneli- tian yang dimaksudkan untuk mendes-

kripsikan, menguji hubungan,

dan menguji pengaruh

antar

peubah yang dihipotesiskan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Variabel-variabel

yang telah dirumuskan dalam penclitian

ini

adalah peubah bebas, yaitu: (1) Karak- teristik Pribadi Penyuluh (X,), (2) Ling-

kungan Penyuluh (Xr), dan

peubah

tidak

bebas yaitu: (3) Tingkat Kompe- tensi Penyuluh (Y,).

Metode dasar yang digunakan dalam

peoelitian ini adalah

metode survei dengan teknis analisis deskriptif

kuali.

tatif dan kuantitatif dari fakta-fakta dan informasi yang diperoleh

di

lapangan, baik langsung maupun tidak langsung.

Penelitian

dilakukan

dengan metode survei karena pcnelitian ini ingin mcm- peroleh

fakta-fakta dari

gejala-gejala

yang

ada

dan mencari

keterangan- keterangan secara faktual.

Metode deskriptif dimaksudkan

untuk eksplorasi dan klarifikasi menge-

nai

suatu fenomena

atau

kenyataan sosial, dengan

jalan

mendeskripsikan

scjumlah variabel yang

berkenaan dengan masalah dan

unit

yang

diteliti

(!-aisal, 1992). Selanjutnya Nasir (2003) mengemukakan bahwa metode des-

kriptif analisis

adalah suatu metode yang digunakan untuk meneliti status

kelompok manusia, suatu

obyek,

kondisi, sistem pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada saat seka- rang. Penelitian

deskriptif

bertujuan

untuk membuat gambaran

secara sistematis,

faktual

dan akurat menge- nai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubung-

an antara fenomena yang diteliti,

menguji hipotesis, membuat prediksi

serta mendapatkan makna dan impli-

kasi dari suatu

masalah yang dipe- cahkan.

Data dan Instrumentasi Data

Jenis data dalam penelitian ini

adalah data

primer, yaitu

data yang diperoleh secara langsung dari respon- den, dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam. Data primer

tersebut meiiputi: (1) Karakteristik

Pribadi Penyuluh (Xr), (2) Lingkungan Peny,uluh (X,), dan peubah tidak bebas yaitu: (3) Tingkat Kompetensi Penyuluh (Yl).

Definisi Operasional dan Pengukuran I'eubah

Definisi

operasional adalah suatu

terminologi yang diberikan

kepada suatu variabel (peubah) atau konstruk dengan cara

memberikan arti,

atau menspesifi kasikan kegiatan, ataupun memberikan

suatu

operasional yang diperlukan

untuk

mengukur konstruk atau variabel tersebut. Definisi opera-

sional

yang

dibuat dapat

berbentuk definisi operasionnal yang diukur (meo- sured),

ataupun definisi

operasional

eksperimental. Definisi

operasional yang

diukur memberikan

gambaran bagaimana variabel atau konstruk ter- sebut diukur (Nazir, 2003\.

Defrnisi operasional

dari

beberapa variabel yang telah diidentifi ksi adalah:

1. Karakteristik Pribadi

Penyuluh (X,), adalah sifat-sifat yang melekat pada

individu

penyuluh yang mem- bedakan dirinya dengan orang lain.

Dalam

penelitian ini

yang terma-

suk dalam Karakteristik Pribadi

Penyuluh adalah:

a)

Umur, adalah usia

penyuluh pada saat

dilakukan

penelitian,

dihitung

sampai dengan ulang

204 Farid. dai Krtstanti

(7)

tahunnya yang terdekat,

diukur

dalam tahun.

b) Pendidikan formal

penyuluh

adalah

tingkat

pendidikan for-

mal yang pernah atau telah

ditempuh.

Tingkat

pendidikan

formal diukur berdasarkan jum- lah tahun pendidikan formal.

c)

Pengalaman kerja, adalah lama- nya penyuluh pertanian menjadi

penyuluh, sejak awal

menjadi

penyuluh berdasarkan Surat Keputusan pertama Menteri Pertanian

sampai dengan saat

dilakukan penelitian, diukur

dalam tahun.

d) Tingkat

kekosmopolitan adalah

tingkat hubungan

seseorang dengan dunia luar di luar sistem sosialnya

sendiri.

kekosmopo-

litan dicirikan oleh frekuensi

dan

jarak

perjalanan yang dila- kukan untuk mencari informasi.

Peubah dan Indikator

Karakteristik Pribadi

Penyuluh dapat

dilihat

pada

Tabel 1.

2.

Lingkungan Penyuluh (Xr) adalah faktor-faktor di

luar diri

penyuluh, yang berpengaruh terhadap kelan- caran pelaksanaan tugas-tugas pe- nyuluhan pertanian.

Karakteristik lingkungan penyuluh ini diukur melalui tiga indikator

dengan se-

jumlah parameter di

dalamnya

yaitu:

a)

Kebijakan Pemda adalah komit- men dukungan pemda terhadap

penyelenggaraan

penyuluhan pertanian di

tingkat

kabupaten.

Dukungan pemda

ini

diukur me-

lalui jumlah

dana yang diang-

garkan untuk kegiatan

penyu-

luhan pertanian

setiap

tahun,

dan

keberadaan

kelembagaan peny-uluhan yang berdiri sendiri di

tingkat

kabupaten.

b)

Dukungan teknologi adalah ke- tersediaan dan keterjangkauan mendapatkan teknologi spesifi

k

lokasi yang dibutuhkan respon- den

terkait

upaya peningkatan

kompetensi dan kinerjanya.

Dukungan teknologi

ini diukur

melalui ketersediaan dan keter-

jangkauan teknologi spesifik

lokasi seperti alat

uji

tanah saat

diperlukan untuk

mendukung

peningkatan kompetensi

dan

kinerja

penyuluh.

c)

Dukungan sarana adalah keter- sediaan dan keterjangkauan sa-

rana

yang

dibutuhkan

respon- den

terkait

dengan

upaya

pe-

ningkatan

kompetensi dan

ki-

nerjanya. Dukungan sarana

ini diukur

melalui ketersedian dan

keterjangkauan

sarana seperti transportasi, komunikasi, audio

visual

dan bahan-bahan

publi-

kasi.

Tabel 1. Peubah dan Indikator Karakteristik Pribadi Penyuluh Peubah./Indikator Pengukuran

1. Umur

(X1.1)

Lamanya kehidupan/ usia sekarang (tahun)

2. Tingkat Pendidikan (Xrz) Diukur berdasarkan jumlah tahun pendidikan formal 3. Pengalaman Kerja (X1.3) Lamanya bekerja sebagai penyuluh pertanian (tahun) 4. Kekosmopolitan

(Xr.l) -

Diukur dengan frekuensi penyuluh mencari informasi

keluar dari daerahnya

-

Jarak tempuh (km) penyuluh dalam mencari informasi

An;alisis Tinghat Kompetensi Penyuluh dalam Pembangunan Pertanian 205

(8)

Peubah/Indikator Pengukuran

a.

1. Kebijakan Pemda (X 2 1) 2. Dukungan Teknologi (X 2.2)

3. Dukungan Sarana (X 2.3)

Besar kecilnya jumlah dana yang dianggarkan setiap tahun

(a)

Ketersediaan teknologi spesifik lokasi seperti alat uji tanah

(b)

Keterjangkauan teknologi spesifik lokasi saat diperlukan penyuluh

(a)

Ketersediaan sarana penyuluhan seperti bahan-bahan publikasi, audiovisual, Lransportasi dan komunikasi

(b)

Keterjangkauan sarana penyuluhan saat diperlukan penyuluh

Peubah dan indikator tingkat

pengembangan

diri penyuluh

dapat

dilihat

pada Tabel 2.

3.

Tingkat Kompetensi Penyuluh (X3), adalah kemampuan penyuluh da-

lam

melaksanakan tugasnya. Da-

lam penelitian ini

yang termasuk

dalam Tingkat Kompetensi

Pe- nyuluh adalah:

a) Kemampuan Berkomunikasi,

adalah kemampuan dan kewe-

nangan bertindak

penyuluh yang didasari oleh pengetahuan,

keterampilan

dan sikap dalam berkomunikasi

b)

Kemampuan Menggunakan Me- dia, adalah kemampuan dan ke- wenangan

bertindak

penyuluh yang didasari oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap

terkait

dengan cara memanfaatkan me- dia dalam melaksanakan tugas- tugas penyuluh.

c)

Akses

Informasi,

adalah upaya

untuk

mendapatkan

informasi dari

media

atau

sumber

infor-

masi.

d) Kemampuan Penyuluh

dalam Menganalisis Potensi Wilayah,

adalah kemampuan dan kewe-

nangan bertindak

penyuluh

yang didasari oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap, dalam

memecahkan masalah

yang dihadapi petani.

Peubah dan Indikator Tingkat Kom- petensi Penyuluh dapat

dilihat

pada Tabel 3.

Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data

dalam penelitian ini, digunakan teknik sebagai berikut.

1. Wawancara (interuiew), yaitu

mengadakan wawancara langsung

dengan obyek penelitian untuk

mengumpulkan data dan informasi yang

diperlukan

dengan menggu- nakan kuesioner.

2.

Pengamatan langsung (observasi),

yaitu

data

dikumpulkan

berdasar- kan hasil pengamatan langsung di lapangan.

3.

Dokumentasi,

yaitu

mengumpul-

kan data dengan cara

mencatat data-data yang sudah tersedia

di

kantor-kantor atau instansi-

instansi yang

terkait

dengan pene-

litian.

206 Farid dart Kristanti

Tabel 2. Peubah dan Indikator Lingkungan Penyuluh

(9)

Tabel 3. Peubah dan Indikator Tingkat Kompetensi Penyuluh (Y,) Peubah/Indikator Pengukuran

1

2

Kemampuan Berkomunikasi (Yr.r)

Penggunaan Media (Yr.2)

3.

Kemampuan

Mengakses lnformasi (Y1.3)

(4)

Kemampuan meng- analisis Potensi Wilayah (Y1.a)

(1) (2)

Tingkat pengetahuan tentang sumber-sumber IPTEK Tingkat pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi

Tingkat pengetahuan tentang manfaat media yang terkait dengan penyuluhan

Tingkat pengetahuan tentang cara-cara penggunaan media

Tingkat pengetahuan tentang sumber informasi Tingkat pengetahuan tentang cara mengakses informasi

Tingkat pemahaman tentang sumberdaya alam di wilayah kerja

Tingkat pemahaman tentang komoditas unggulan di wilayah kerja

Tingkat pemahaman bisnis petani di wilayah kerja (1)

(2) (1) (2)

(1) (2) (3)

4. Wawancara mendalam

terhadap tokoh-tokoh masyarakat atau res-

ponden terpilih yang

dianggap

mampu memberikan

penj elasan secara mendalam.

Analisis Data

(1)

Untuk mendiskripsikan tingkat

kompetensi

penyuluh

digunakan analisis

statistik deskriptif

dengan cara menyajikan data yang diPer- oleh dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

(2)

Untuk Ilenganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

ke-

mandirian petani

dalam pengam- bilan keputusan usahatani diguna-

kan

metode model

regresi linear

berganda dengan rumus:

Y = b"+ brXr+ brXr+

b.\+

bnXo+ b.X, + ... +

b,,\

+ e

Keterangan;

Y = variabel dependen bo = intersep

br b"=

koefisien regresi Xr.. X, = variabel independen

e =

enor

(pengganggu)

HASIL DANPEMBAHASAN

Kondisi Penyuluhan di Daerah Penelitian

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006, tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, sebagai dasar hukum ten- tang penyuluhan di Indonesia, tampak- nya belum dapat dilaksanakan secara baik. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, hampir sebagian besar Kabu-

paten

yang

di survei, belum

melak-

sanakan Undang-undang tersebut

dalam administrasi pemerintahan. Ber-

dasarkan hasil wawancara

dengan penyuluh

pertanian diketahui

bahwa

kelembagaan penyuluhan masih bersifat sektoral, yakni

keberadaan penl'uluh pertanian melekat pada induk

Analisis Tinghat Kompetensi Penluluh dalam Pembangunan Pertanirn 207

(10)

organisasinya secara sendiri-seDdiri.

Artinya penyuluh tanaman

pangan berada

di

Dinas Ketahanan Pangan, penyuluh perikanan berada

di

Dinas Perikana-n, serta penyr:luh perkebunan berada

di

Dinas Perkebunan. Kondisi

ini menyulitkan dalam koordinasi

pelaksanaan penyuluhan

di wilayah

kerja peny.uluh. Seharusnya, kelemba- gaan penluluhan di tingkat KabupatenL/

Kota

berada

dalam satu

atap,

yakni

berada pada Kantor Badan Pelaksana Penyuluhan, sehingga koordinasi dalam pelaksanaan penyuluhan

di

masing- masing wilayah kerj a penlrrluhan dapat be{alan dengan baik.

Selanjutnya, keberadaan Balai Pe- nyrrluhan Pertanian (BPP) juga belum

sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, yaitu satu Balai Penluluhan Pertanian untuk satu Kecamatan. Kondisi

ini

menunjukkan bahwa sampai dengan setahun setelah

Undang-undang

Nomor

16 tersebut

diundangkan, perrbentukan Balai Penyuluhan Pertanian di

masing- masing Kecamatan belum bisa dilaksa- nakan.

Akibatnya,

salah satu fungsi BPP yaitu sebagai tempat bertemunya para

penyrluh

dan petani belum bisa terlaksana dengan baik.

Karakteristik Pribadi Penyuluh

Karakteristik pribadi penyuluh me- rupakan sifat-sifat atau ciri yang dimi-

liki seseorang yang berhubungan

dengan semua aspek kehidupan. Kalak- teristik pribadi penlrrluh diukur berda- sarkan: umur, pendidikan formal, peng-

alaman kerja, dan

kekosmopolitan.

Hasil

pengukuran terhadap indikator

karakteristik pribadi

penyuluh disaji- kan pada Tabel 4.

Umur

seseorang dapat mempenga- ruhi tingkat kemampuan yang

dimiliki

dalam melakukan aktivitas atau peker-

jaan,

Secara umum,

usia

atau

umur

seseorang

berkaitan

dengan

tingkat

Tabel 4. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Pribadi Penyuluh Karakteristik Pribadi Penyuluh (X1) Kategori Jumlah

1.

Umur Penyuluh (X1.r)

2.

Tingkat Pendidikan (X12)

3.

Pengalaman Kerja (X1.3)

4.

Tingkat Kekosmopolitan (X1a)

Muda Sedang

Tua DIII.DIV

S1 S2 Rendah

Sedang Tinggi Rendah

Sedang Tinggi

10 20 10 16 18 6 5 13 2a o 3 Keterangan

.

Kiteria Uhur Penlrluh (tahun): Muda (30-40), SedanC (41-50), dan Tua (51-60)

.

Iftiteria Perdidikan Formal: Rendah (DIII-DIV), Sedang (S1), Tiuggi (S2)

.

Kriteria Pengalaoar Kerja (tahul): Rendah (10-20), Sedang (21-30), Tinggi (31-40)

. Kriteria KosEopolitan (km): Rendah (30-45), Sedang (46-60), Tinggi (61-75)

208 Farid. darl Kristanti

(11)

kematangan fisik dan mental seseorang.

Hawkins, Best dan Coney (1986) menya- takan bahwa umur, jenis kelamin dan pendidikan akan mempcngaruhi sese- orang. Kisaran umur penyuluh perta- nian adalah 30 tahun sampai dcngan 59

tahun (Tabel 4). Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa umur penyuluh perta-

nian yang

ada

di

daerah

penelitian terbanyak

adalah ada pada kategori sedang (20 orang, sisanya ada pada kal,egori muda dan tua, masing-masing

sejumlah

( 10 orang).

Hal ini

meng-

gambarkan bahwa umur penyuluh

pertanian masih dalam kondisi optimal.

Umur penyuluh yang belum terlalu tua

dapat

mendorong

kinerja

penyuluh tersebut dalam melakukan peny,uluhan, sehingga petani yang menjadi sasaran penyuluhan dari penyuluh tersebut di

untungkan, yakni

dengan

tingginya

semangat penyuluh dalam memberikan inovasi baru pada petani. Kemampuan bekerja secara produktif bagi seseorang akan terus bertambah pada batas umur tertentu yang kemudian akan menga- lami penurunan dengan bertambahnya

umur penyuluh. Dalam kaitannya

dengan adopsi inovasi menurut Soekar-

tawi

(1995)

dapat disimpulkan dari

beberapa hasil penelitian bahwa difusi inovasi yang paling tinggi adalah pada

umur paruh baya (setengah tua).

Penyrrluh yang berumur lanjut memiliki kebiasaan

kurang

respon terh adap berbagai perubahan dan inovasi.

Pcndidikan

merupakan

indikator

utama pembangunan dan kualitas sum- berdaya manusia pertanian. Pendidikan

formal diukur bcrdasarkan jumlah tahun

dalam menempuh pendidikan formal. Kisaran pendidikan penyuluh adalah

DIII

sampai S2. Penyuluh yang berpendidikan

DIII-DIV

adalah 16 or- ang, berpendidikan 51 adalah 18 orang,

dan penyuluh pertanian

yang

berpcndidikan 52 adalah 6

orang.

Tingkat pendidikan penln:Iuh berdasar- kan hasil survei tersebut sudah cukup memadai, dengan

tingkat

pendidikan yang memadai

penyuluh

dapat men- transfer tcknologi inovasi yang

dimiliki

dengan mudah kepada petani, sehingga petani akan dengan mudah memahami

materi penyuluhan di berikan

oleh penyuluh.

[Ial

ini sesuai dengan penda- pat Prijono dan Pranarka (1996), yang menyatakan bahwa pendidikan pada

dasarnya merupakan usaha

sadar

untuk menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan dan/atau

latihan

bagi peranannya dimasa yang

akan datang. Pada hakikatnya

pendidikan berfungsi

untuk

mengem- bangkan kcmampuan, mcningkatkan mutu kehidupan, dan martabat manu- sia baik individu maupun sosial.

Pengalaman

kerja

adalah sesuatu yang pernah dialami,

dijalani,

dirasa-

kan, dan ditanggung

oleh penyuluh dalam menjalankan tugasnya dengan mengerahkan

tenaga, pikiran,

atau badan

untuk

mencapai

tujuan, yaitu

dalam rangka membantu petani

untuk

mempe

roleh produksi yang tinggi.

Menurut Padmowihardjo ( 1999), penga-

laman adalah suatu kepemilikan

pengetahuan yang

dialami

seseorang dalam

kurun

waktu yang

tidak

diten- tukan. Dalam otak manusia dapat di- gambarkan adanya pengaturan penga-

laman

yang

dimiliki oleh

seseorang scbagai hasil belajar selama hidupnya.

Dalam proses belajar, seseorang akan berusaha menghubungkan

hal

yang

dipclajari

dengan pengalaman yang

dimiliki.

Secara

psikologis

sel

uruh

pemikiran manusia, kepribadian dan temperamen

ditentukan

oleh penga- laman indera.

Pengalaman kerja penyuluh adalah ada pada kategori sedang (22 orang), rcndah (5 orang), dan pengalaman kerja

tinggi

(13 orang). I'cngalaman kerja

Analisis Tingkat Kompetensi Penyuluh dala|L Penbdngutlatl Petlanian 209

(12)

yang telah

dimiliki

oleh penyuluh meru-

pakan bekal dalam melakukan

pe-

nyuluhan, penyuluh yang memiliki pengalaman kerja memadai

akan dengan mudah mentransfer teknologi inovasi kepada petani.

Bila

dicermati lebih mendalam, Tabel 4 menunjukkan bahwa ada korelasi positifantara umur penyuluh dengan pengalaman kerjanya,

artiny semakin tua umur

penyuluh

semakin tinggi pengalaman kerjanya.

Tingkat kosmopolitan adalah tingkat hubungan seseorang dengan dunia

luar

di luar sistem sosialnya sendiri. Kekos- mopolitan dicirikan oleh frekuensi dan

j arak perjalanan yang dilakukan dalam mencari informasi.

Tingkat

kosmopo- litan penyuluh tertinggi ada pada kate- gori rendah (28 orang),

diikuti

kategori sedang (9 orang) dan kategori tinggi (3 orang).

Dari

data tersebut, diketahui bahwa penyuluh belum optimal dalam mencari inovasi

baru

yang dapat di- transfer kepada petani . Kondisi ini akan

mengakibatkan difusi inovasi

akan terhambat. Hal

ini

sesuai dengan pen- dapat Mardikanto (1993), yang menya-

takan bahwa bagi penyuluh yang

relatif

lebih kosmopolit, adopsi inovasi dapat berlangsung

lebih

cepat,

tetapi

bagi

yang lebih "localite" (tertutup, ter-

kungkung

di

dalam sistem sosialnya

sendiri,

proses adopsi

inovasi

akan

berlangsung

sangat

lamban

karena tidak adanya keinginan-keinginan baru untuk hidup lebih "baik" seperti yang telah dapat dinikmati oleh orang-orang Iain di luar sistem sosialnya sendiri.

Sebaran Pendapat Penyuluh tentang Karakteristik

Lingkungan

Karakteristik lingkungan

meru- pakan

faktor-faktor di luar diri

atau

individu

yang mempengaruhi dalam kehidupannya.

Menurut

Sumaryanto, dkk (2003), faktor eksternal (pengaruh

lingkungan luar) tidak dapat

diken- dalikan oleh seseorang (petani), karena berada

di luar

kendalinya maka peri- laku faktor eksternal tersebut diar:ggap

"giuen". Lebih jauh dikemukakan

bahwa, ada dua faktor eksternal yaitu:

(L) strictly external

(berada

di luar

Tabel 5. Sebaran Responden Menurut Lingkungan Penyuluh

Lingkungan Penyuluh (X2) Kategori Jumlah

1.

Kebijakan Pemda (X2 1) Kurang mendukung Cukup mendukung

Mendukung Kurang mendukung

Cukup mendukung Mendukung Kurang mendukung

Cukup mendukung Mendukung

2.

Dukungan Teknologi (X2 2)

3,

Dukungan Sarana (Xz s)

Keterangan:

.

Kriteria Kebijakan Pemda: Kurang merdukung (0-33,33 %), Cukup Mendukung (33,34-66,66), dan Mendukung (66,67-100%)

.

Kriteria Dukungan Teknologi: Kurarg roelduLu.rg (0-33,33 %), Cukup Mendukung (33,34-66,66), dan Mendukung (66,67-100%)

. Kriteria Dukungan Sarara: Kuratrg meodukurg (0-33,33 %), Cukup Mendukung (33,34-66,66), dan Mendukung (66,67-100%).

26 72 2 7 26

7 13 20 7

2L0 Farid dan Kristdnti

(13)

kcndali seseorang), d,an (2) quasi exter-

nol

(seseorang

bisa

mengendalikan dengan bantuan oranglain). IIasil peng- ukuran terhadap indikator lingkungan penr.uluh disajikan pada Tabel 5.

Tabel

5 menunjukkan

bahwa du- kungan pcmcrintah daerah tcrhadap

pelaksanaan penyuluhan adalah

kurang mendukung (26 orang), cukup mendukung (12 orang) dan mendukung

(2

orang).

I{al ini

mengindikasikan bahwa komitmen pcmerintah daerah terhadap pendanaan penyclenggaraan penyrrluhan kurang memadai. Kondisi

ini

menyebabkan proses penycleng-

garaan pcnyuluhan kepada

petan i

kurang

memadai,

akibatnya pctani

kurang mcndapaL perhatian dari penyu-

luh- Berdasarkan wawancara

mcn-

dalam

dengan

petani yang

menjadi sasaran

penyuluhan penyuluh

yang disurvci menyatakan bahwa scbagian

dari petani tidak mengenal

siapa

Tabel 6. Scbaran Tingkat Kompetcnsi Penyuluh

penyuluh yang ada di wilayahnya.

Dari

aspek

dukungan teknologi,

sebanyak

7 orang penyuluh

menya- takan bahwa teknologi yang dibutuhkan kurang mendukung, sebanyak 26 orang penyuluh menyatakan mendukung, dan sisanya sebanyak 7 orang penyuluh me-

nyatakan

bahwa teknologi yang ada mendukung proses penyuluhan. Hal

ini bermakna bahwa ketersediaan

dan

keterjangkauan teknologi spesifik

lokasi yang dibutuhkan pen].uluh ter-

kait

dcngan tugasnya telah memadai.

Menurut Rogers dan Shoemaker (1987), inovasi

diterima

dengan mudah dan berkclanjutan apabila inovasi tersebut memiliki peran penting bagi petani.

Dari aspek dukungan sarana, seba-

nyak

13 orang penyuluh menyatakan bahwa sarana yang dibutuhkan dalam

penyuluhan kurang mendukung,

scbanyak 20 orang penyuluh meuya-

takan mendukung, dan

sisanya

No.Kompctensi Penyuluh (X3) Kategori Jumlah

1.

Kemampuan Berkomunikasi (X31)

4.

Pcmahaman Potcnsi Wilayah (X3 a)

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

22 14 4 6 5 16 16 6

t2 t2

16 Keterangan:

. Kriteria Kemampuan berkomunikasir Rendah (O-33,33 %), S'edang (33,34-66,66 ), dan Tinggi (66,67- too%)

.

Kdteria Penggulraan Media: Rendah (0-33,33 7,), Sedang (33,34-66,66 ), dan Tilggi (66,87- 100%)

.

Kriteria Akses Informasi: Reodah (0-33,33 %), Sedarg (33,34-66,66 ), dan Tinggi (66,67-100%)

. Kiiteria Pemahaman Potensi Wilayah: Rendah (0-33,33 %), Sedang (33,34-66,66 ), dan Tirygi (66,67-

100%\.

Analisis f irgh"at Kornpetet$i PetljuLuh d.dLam Pembangutwr Pertaniatt-

2.

Penggunaan Media (X2 2)

3.

Akses Informasi (X2 3)

27L

(14)

sebanyak

7

orang

penyuluh

menya- takan bahwa sarana yang ada mendu-

kung proses penyuluhan. Hal ini

bermakna bahwa ketersediaan sarana

penyuluhan seperti transportasi,

komunikasi, audio visual, dan bahan- bahan publikasi

telah

cukup tersedia

saat diperlukan oleh penyuluh.

Menurut Padmowihardjo (2004),

untuk

melaksanakan

kegiatan

penyuluhan

pertanian, penyuluh

membutuhkan tersedianya sarana antara lain sarana mobilitas (biasanya sepeda motor), buku kegiatan,

buku

agenda,

buku pintar,

peta singkap,

buletin,

poster, leallet, brosur, dll.

TINGKAT KOMPETENSI PENYULUH

Kompetensi penyuluh merupakan kemampuan dan kewenangan bertin-

dak

penyuluh yang didasarkan pada pengetahuan, sikap dan keterampilan

untuk melaksanakan

tugas

-tugas

pekerjaan yang telah ditetapkan.

Hasil pengukuran terhadap indi

kator-kompetensi penyuluh disajikan pada (Tabel 6) menunjukkan bahwa ke-

mampuan berkomunikasi

penyuluh

sebagian besar ada pada kategori

rendah (22 orang), kategori sedang (14 orang), dan kategori

tinggi

(4 orang).

Hal ini

menunjukkan bahwa

tingkat

pengetahuan penyrrluh tentang sumber- sumber ilmu pengetahuan dan teknologi serta

tingkat

pengetahuan penyuluh

tentang faktor-faktor yang

mempe- ngaruhi efektivitas komunikasi adalah masih rendah. Kondisi ini menyebabkan penyuluh kurang mampu menyediakan inovasi baru yang dapat diakses oleh

petani serta

menyebabkan penyuluh kurang mampu menyebarkan inovasi baru yang

dibutuhkan

petani,

Untuk mengatasi rendahnya kompetensi

penyuluh dalam berkomunikasi, maka

program-program pelatihan yang

disediakan oleh pemerintah dan pihak

terkait

lainnya, selayaknya ditujukan pada

pelatihan untuk

meningkatkan kemampuan

penyuluh dalam

berko- munikasi. Temuan hasil penelitian

ini,

sejalan dengan konsep pelayanan jasa

informasi yang dikemukakan

oleh Slamet (2001), yakni penyuluh memer-

lukan informasi baru yang

relevan dengan kebutuhan usahatani petani.

Hal

senada dikemukakan oleh Su- mardjo (1999) yang menyatakan bahwa selain pemahaman materi yang sesuai dengan

kebutuhan petani,

penyuluh perlu memiliki .kemampuan berkomu- nikasi secara interaktifl dialogis dengan petani.

Kemampuan penyuluh dalam meng- gunakan media penl'uluhan, sebagian besar ada pada kategori rendah (29 or- ang),

diikuti

kategori sedangan (6 or- ang(, dan kategori tinggi (5 orang). Hal

ini mengindikasikan bahwa

penge- tahuan penyuluh tentang manfaat me- dia dalam penyuluhan, serta pengeta-

huan penyuluh tentang

cara- cara

penggunaan media masih

rendah.

Rendahnya kemampuan penyuluh

dalam menggunakan media pada saat penyuluhan disebabkan oleh terbatas-

nya media penyuluhan yang

dapat dipergunakan pada saat penyuluhan.

Untuk mengatasi keterbatasan penyu-

luh

dalam penggunaan media penyu-

luhan, diperlukan

adanya pelatihan

bagi penyuluh tentang cara-cara pembuatan dan

penggunaan media pen;ruluhan, baik media yang konven- sional maupun media modern

(audiovi

qual).

Kemampuan penyuluh dalam meng- akses informasi yang dapat diperguna-

kan dalam penyuluhan ada

pada

kategori

rendah (16 orang), kategori sedang (16 orang), dan kategori tinggi

2t2

FarA dat Krisaanti
(15)

(8

orang).

Hal ini

bermakna bahwa pengetahuan penyrrluh tentang sumber- sumber informasi dan cara-cara meng- akses informasi melalui sumber

II'TEK

seperti lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan mengakses informasi mela- lui media internet masih rendah. Untuk meningkatkan kemampuan penyrluh dalam mengakses informasi, diperlukan adanya pelatihan bagi penyrluh, teru- tama pelatihan tentang cara mengakses

informasi melalui media

i

ntcrnet.

Dengan pelatihan cara-cara mengakses

informasi terutama mclalui

mcdia internet ini, maka informasi yang dapat diakses dan diperoleh penyrrluh rncnjadi memadai,

dan hal ini

menycbabkan penguasaan

materi

penyuluhan oleh

penyuluh menjadi

beragam. Slame

t

( 2

001) menyatakan bahwa petani

memerlukan

informasi baru

tentang segala hal yang berkaitan dengan usa- hataninya seperti teknologi budidaya, sarana produksi, dan informasi pasar.

Dcngan mendapatkan informasi yang relcvan dengan kebutuhan usahatani petani, petani akan mcningkat kcmam- puannya dan kemungkinannya untuk membuat kcputusan-keputusan yang lebih baik dan tidak bergantung dengan orang

lain.

Dengan

demikian untuk

memenuhi kebutuhan informasi petani

diperlukan peningkatan

kompetensi penyuluh dalam mengakses dan me- manfaatkan informasi.

Kemampuan penyuluh dalam meng- analisis potensi wilayah sebagian besar ada pada kategori tinggi (16 orang), dan ada pada kategori sedang dan rendah masing-masing (12 orang).

llal ini

ber-

makna

bahwa

tingkat

pengetahuan pcnyuluh

tentang

sumberdaya alam, komoditas unggulan, dan bisnis pctani di wilayah kerjanya

relatif

baik. Kom- petensi penyuluh dalam menganalisis potcnsi

wilayah

dalam

pcnelitian ini

adalah

tinggi. IIal ini

sejalan dengan

konscp permasalahan atau kepentingan

petani yang dikemukakan Slamet

(2003),

yakni penyuluh pertanian

di tingkat lapangan diberi otonomi untuk mencntukan

sendiri

bersama kclom-

poktani

program-program yang akan

dilaksanakan. Untuk itu, pcnyuluh

harus benar-benar mampu menginden- tifi kasi pcrmasalahan atau kepentingan petani dan menuangkannya dalam pro-

gram-program penyuluhan melalui

kerjasama dcngan pctani. Konsckwensi

dari

kondisi

ini,

perlu adanya pcning-

katan

kemampuan

penyuluh

dalam menganalisis pcrmasalahan penyuluh- an dan permasalahan yang dihadapi petani.

tr'aktor-faktor yang Mcmpengaruhi Kompctensi

Pcnyuluh

Faktor-faktor yang

bcrpengaruh terhadap kompetcnsi penyuluh diguna- kan

ji rcgrcsi. IIasil analisis

regrcsi disajikan pada Tabel 7.

Tabcl 7 mcnunjukkan bahwa pcnga-

Tabel 7.

Nilai

Kocfisien Regresi Faktor- faktor yang llcrpengaruh terha- dap Kompetensi I'enyuluh.

Peubah Bebas Peubah

tak Bebas Umur Penyuluh (X1 r)

Tingkat Pendidikan (X1 2) Pengalaman Kerja (X1.3) Kekosmopolitan (Xr.a) Lingkungan Penyuluh (X2) Konstanla

R2

n Df F Hitung

-0,988 0,168 0,318+

-0,357*

-0,201 0,019 0,213 40,000 39,000 1,836

+ pengaruh peubah bebas (X) terhadap pcubah tak bebas (Y:) nyata pada a 0.05.

Anttisis Tingltot Kontpttrnsi PtnJ,ululr d lunr l\tnbat4uttun I\'rro.ttittn 213

(16)

laman kerja penyuluh

memberikan pengaruh nyata sebesar 0.318 terhadap

kompetensi penyuluh. Selanjutnya tingkat

kekosmopolitan berpengaruh nyata negatif sebesar 0,253, dan ling- kungan

kerja

penyuluh berpengaruh nyata negatif sebesar -0,357 terhadap kompetensi

penyuluh.

Berdasarkan

Tabel 7, persamaan model

regresi

kompetensi penyuluh dapat ditulis

sebagai berikut:

Yr = 0,019+0.318X, r-0.357X,.n+e Persamaan model regresi tersebut memiliki konstanta positif yang berarti bahwa

tanpa

pengaruh pengalaman kerja peny.uluh, dan

tingkat

kekosmo-

politan penyuluh maka penyuluh

kompeten

dalam melakukan

penyu-

luhan.

Koefisien determinasi (Rr) se- besar 0.213 menunjukkan bahwa kom-

petensi penyuluh diterangkan

oleh pengalaman kerja penJr:luh dan tingkat kekosmopolitan penyuluh sebesar 21 persen, sisanya disebabkan oleh faktor- faktor lain yang belum masul< ke dalam model tersebut.

Pengalaman kerja penyrrluh berpe-

ngaruh positif terhadap

kompetensi

penyuluh, hal ini bermakna

bahwa

semakin lama pengalaman

kerj a

penyuluh maka semakin

kompeten penyr.rluh tersebut dalam melakukan penyrluhan. Mardikanto ( 1993) menge- mukal<an bahwa pengalamzrn seorang

petani akan

mempengaruhi mereka dalam mengelola usahatani yang dila- kukan. Hal

ini

secara

tidak

langssung akan berpengaruh pada proses peng-

ambilan

keputusan, sehingga petani

yang memiliki

pengalaman berusa-

hatani lebih lama

cenderung sangat selektif dalam pengambilan keputusan.

Pernyataan ini, juga berlaku

bagi penyuluh pertanian dalam kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan peny.u-

luhan pertanian.

Dengan

demikian

diduga bahwa pengalaman kerj a penyu-

luh pertanian akan berpengaruh

terhadap tingkat kompetensi penyrrluh pertanian.

Kekosmopolitan adalah tingkat

hubungan seseorang dengan dunia luar di luar sistem sosialnya sendiri. Kekos- mopolitan dicirikan oleh frekuensi dan jarak perjala:ran yang dilakukan, serta pemanfaatan

media

massa.

Tabel

7

menunjukkan

bahwa

tingkat

kekos-

mopolitan penyuluh berpengaruh

negatif terhadap kompetensi penyuluh.

Maknanya adalah bahwa

semakin

sering dan semakin jauh

penyuluh mencari informasi maka semakintidak kompeten

penyuluh tersebut

dalam melakukan

penyuluhan.

Bagi warga masyarakat yang

relatif

lebih kosmo- polit, adopsi inovasi dapat berlangsung

lebih cepat, tetapi bagi yang lebih

"localite" (tertutup, terkungkung

di dalam sistem sosialnya sendiri, proses adopsi inovasi akan berlangsung sangat lamban karena tidak adanya keinginan- keinginan baru untuk hidup lebih "baik"

seperti yangtelah dapat dinikmati oleh

orang-orang lain di luar sisten

sosialnya sendiri (Mardikanto, 1993).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kompetensi penyuluh pertanian

dalam berkomunikasi berada pada

tingkatan rendah,

kompetensi penyuluh dalam penggunaan media penyuluhan berada pada kategori

rendah, kompetensi

penyuluh dalam mengakses informasi berada pada kategori rendah dan sedang, dan kompetensi

penyuluh

dalam menganalisis potensi

wilayah

ber- ada pada kategori tinggi.

2.

Faktor-faktor dominan yang berpe-

ngaruh terhadap

kompetensi

274 Fdrid dan Ktistanti

(17)

penyuluh adalah pcngalaman

kc{a

penyuluh.

Saran

Dari hasil pcnelitian

didapatkan bahwa kompetensi penyuluh dipenga-

ruhi

secara nyata negatif oleh tingkat kekosmopolitan penyuluh.

Untuk itu perlu dileliti lebih lanjut tingkat

ke- kosmopolitan penyuluh tcrhadap kom-

petensi pcnyuluh,

dcngan mempcr- timbangkan respondcn yang lebih bcsar dan lebih beragam.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Ronald

II.

L976. Selecting and Deueloping Media

for

Instruc- fion, Madison: American Society for Training and Development.

Boyatzis,

R.E.

1984. The Compelent Manager: A Model for Effectiue Per- fonnanca New York: John

Willy

&

Sons.

Dcpartcmcn Pertanian. 2007. Penyu- sunan Standurisesi Dihlat Unggu kut

Balai lteletihun. Jakarta:

Badan Pendidikan dan Pelatihan I'ertanian, Departemen Pertanian.

Faisal, S. 1992. I'ormat"format Peneli-

tion

Sosial; Dasar dan Aplikasinya.

Jakarta: Ilajawali Pers.

Kemp, Jerrold

E.

1975. Planning orul Proclucing

Audiouisual

Materials.

Third Edition. New York: Thomas Y.

Crowcll Company Inc.

Lead Jr,

Il.

1996. Manajement Infortna-

tion

System.

Diterjemahkan

oleh

Hcndra Teguh. Jakarta: I'rcn-

hallindo.

Levis,

Il

Lcta. 7996. Kontunihasi Penyu-

luhan

Pedesaen.

Ilandung:

C

itra

Aditya Bakti.

Lionberger,

tI. !'.,

dan Paul

II-

Grvin.

L997, 'lecltnolo{y 'frottsfer front lle-

seerchers lo [/sers. lJnivcrsity of Mis- souri.

Mardikanto, T. 1993.

Penyuluhon

Pembangunan

Pertanian.

Yogya-

karta:

Sebelas

Maret Univarsitv

Press.

1996, Penyuluhun Pembo- t1gLu1o.n

Kehutetlen.

Su rakarta:

Kerjasama Pusat Penyuluhan Kchu-

tanan I)epartcmcn

Kehutanan

lll

dcngan Eakultas Pertanian Univcrsi- tas Sr.bclas Marct Suraka rta.

Nazi

r, M. 2003.

Metod.e Penelitian.

Jakarta: Ghalia Indoncsia.

Padmowihardjo, S. 20O4.

Menata Kentbali Penyuluhan Pertanian

di Ero. Pembangunan

Agribisnis.

Jakarta: Departcmcn Pertanian.

. 1999. Psihologi

Belajar

Menga.jar. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Prijono, Onny S., dan A.M.W. Pranarka.

1996. Pemberclayaan:

Konsep,

Kebijakan, dqn

Im.plementasi.

Jakarta:

Centre

!'or

Strategic and International Studies.

I'rihadi,

S.!'. 2004. Assessmertt Centre:

Iclentifi.hasi, Penguhuran

dan

Pengentb angcLn Kompetens i. J akarta:

Gramedia Pustaka LItama.

I'uspadi, K. 2003. "Kualitas

SDM Pcnyuluh Pertanian dan Pertanian Masa Depan

di

Indonesia." Dalam Membentuh Polo ltertlahu Manusict Penrbanguruan.

Dicdit oleh:

Adjat Sudrajat dan Ida Yustina. Bogor; IPB Press.

Rogers, E.M. 1983. Diffution of Inttoua-

tioas (Edisi

ke-3). New

York:

The l'ree Press

A

Division of Macmillan I'ublishing Co., Inc.

Rogers,

E.M., dan I'.F.

Shoemaker.

1987. Cotnmunicolion o{ InttourLl ion.

I)iterjcmahan oleh: Abdillah lIanafi.

Su rabaya: Usaha Nasional.

Sadiman, A.S.,

Il.

llahardjo, A. Haryono,

dan llahardjito. 1986.

Media Pentli<liltan:

Pengertian,

Pengem-

brLrtgan, dan

Pentanfaaton nya.

Jakarta: Rajawali.

Schramm, W., dan

!'.R

Donald. (Ed).

Analtsis Tinghat Kotltp"trnsi PoryuLull dalan Penbangunatl Pu tatiatl 215

(18)

1973. The Process and Effect of Mass

C omunication.Illionis. University of Illionis Press.

Samana, A. L994. Profesionalisme Kegu-

ruan

(Kompetensi

d,an

Pengem-

bangannya). Universitas

Sanata Dharma. Yogyakarta: Kanisius.

Suryaman, M. 2001. Kelembagaan dan Mekanisme Penyuluhqn Pertanian

di

Kabupaten / Kota dqlqm Pelahsanaqn Otonomi

Daerah. Jakarta:

Pusat Pengkajian SDM Pertanian, Badan Pengembangan

SDM

Pertanian, Departemen Pertanian.

Slamet., M. 2003.

"Memantapkan Penyuluhan Pertanian di Indonesia."

Dalam

Membentuk

Pola

Perilahu Manusia Pembangunan. Diedit oleh:

Adjat Sudrajat dan Ida

Yustina.

Bogor; IPB Press.

2007- Parad,igma

Baru Penyuluhan Pertanian

di Era

Oto- norni Daerah. Makalah disampaikan

pada Seminar PERHIPTANI

di Tasik-malaya, Jawa Barat, Tanggal:

21 Oktober 2001.

1995. Surnbang

Saran Mengenai Pola Strategi d.an Pende-

k atan Peny eleng garaan P eny uluhan

Pertanian

Pedq

PJP /1.

Makalah Lokakarya Dinamika dan Perspektif Penyuluhan Pertanian Pada PJP

II yang

diselenggarakan

oleh

PSE.

PUSTAKA

dan CIIFAD, 4-5 Juli

1995 di Ciawi, Bogor.

Soekartawi. 7995. Pembangunan Perta-

nian. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Spencer, Lyle M., dan Signe M. Spencer.

7993. Competenre at Work: Models for Superior Performance. New York:

John Wiley and Sons Inc.

Sumardjo. 1999. "Transformasi Model

Penyuluhan Pertanian

Menuju

Pengembangan

Kemandirian Petani.

" Disertasi.

Sekolah Pasca- sarjana.

Institut

Pertanian Bogor.

2006. "Kompetensi Penyuluh."

Makalah disampaikan

pada

Pertemuan KPPN

dengan Departemen

Pertanian di

Batam pada

April

2006. (Foto Kopi)..

2007. "Komunikasi Efektif."

(Komunikasi Pribadi) Program Studi

Ilmu Penyuluhan

Pembangunan.

Sekolah Pascasarjana. Bogor: IPB.

Sumaryanto, Wahida, dan M. Siregar.

2003. Determinan Efisiensi Teknis Usaha-tani

Padi di Lahan

Sawah lrigasi. Jurnal Agro Ekonomi Volume

21

No. 1,

Mei

2003. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.

van den Ban, A. W., dan Hawkins. 1999.

Peny ulu han Pertanian. Yogyakarta:

Kanisius.

Wiryanto. 2004. Pengantar

llmu

Komu-

nikasi. Jakarta:

Gramedia Widiasarana Indonesia.

Yamin, Martinis. 2004. Strategi Pembe-

lajaran Berbasis

Kompetensi.

Jakarta: Gaung Persada Press.

276 Farid d.an Kristanti

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel general interior (X1), eksterior (X2), store layout (X3) dan interior display (X4)

Secara parsial variabel dari Motivasi yang terdiri dari variabel Kebutuhan Eksistensi (X1), Kebutuhan Berhubungan (X2) dan Kebutuhan Berkembang (X3) hanya variabel

Beberapa pendapat didalam penelitian ini menunjukkan bahwa konsep kualitas pelayanan yang terdiri dari Reliabilitas (X1), Ketanggapan (X2), Jaminan (X3), Empati

Sumber : Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah).. Predictors: (Constant), MLR(Z),AKB(X4),UDK(X3),UP(X5),Kom

Dari hasil uji f atau secara simultan, dapat disimpulkan bahwa variabel komitmen organisasi (X1), Kompetensi SDM (X2), pemanfaatan teknologi informasi (X3) dan

Besarnya kontribusi variabel periklanan (X1), promosi perorangan (X2), promosi penjualan (X3), dan public relation (X4) terhadap keputusan pembelian (Y) ditunjukkan dengan

Seluruh variabel yaitu; harga X1, fasilitas X2, pelayanan X3, dan pengetahuan X4 dapat dikatakan signifikan, sehingga dapat disimpulkan seluruh variabel mempengaruhi secara signifikan

HASIL PENELITIAN Model Altman Prediksi kebangkrutan Model Altman menggunakan Z Score: Keterangan: X1, Working Capital : Total Assets X2, Retained Earnings : Total Assets X3,