• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jelajahan Mountainous Elang dan Yunjin untuk Balai Pengobatan

N/A
N/A
Pick up Siang

Academic year: 2024

Membagikan "Jelajahan Mountainous Elang dan Yunjin untuk Balai Pengobatan"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Desa Gedangsari

Hari ini Elang tidak latihan ilmu bela diri di pagi hari seperti biasanya. Dia bersiap untuk naik gunung bersama Yunjin. Elang menyiapkan keranjang anyaman dan bekal makanan serta minuman juga pedang dan pisau besar yang bisa digunakan untuk senjata pertahanan mereka jika menemukan binatang buas.

Setelah berjalan cukup lama, langkah mereka terganggu akibat semak-semak liar yang menghalagi jalan. Beberapa tanaman obat yang dibutuhkan memang tumbuh di tanah yang tinggi jadi mereka harus naik ke atas.

Sepanjang perjalanan mereka, Elang dan Yunjin sudah memetik beberapa tanaman obat yang dilihatnya. Mereka memang membutuhkan banyak stok obat untuk balai pengobatan. Cara ini juga menghemat pengeluaran karena mereka tidak perlu membeli bahan obat di pasar. Apalagi dengan memetiknya sendiri, mereka bisa memastikan kualitas dari bahan obat tersebut.

Semak yang menghalangi jalan mereka semakin lebat. Elang mengeluarkan pedangnya lalu menebas semak-semak tersebut agar memudahkan langkah mereka. Semakin jauh melangkah, hutan semakin terasa gelap meskipun matahari sudah berada tepat di atas kepala mereka dan bersinar dengan terik. Tapi pohon yang tumbuh dengan rimbun menghalangi lajunya sinar matahari sehingga tidak menyentuh tanah.

Mereka sudah merasa Lelah dan memutuskan untuk beristirahat sejenak.

“Sebaiknya kita duduk dan istirahat di sana saja!” Ucap Yunjin menunjuk pada sebuah pohon yang besar, akar pohon tersebut sangat besar hingga menyembul keluar tanah. Seperti sebuah bangku yang panjang yang dapat diduduki oleh mereka.

“Iya, aku juga sudah mulai lapar,” jawab Elang.

Elang mengeluarkan bekal yang dibawa dari rumah. Ada nasi putih yang dibungkus daun jati dengan lauk ayam bakar. Keduanya mulai menikmati makan siang mereka Bersama.

Saat makan mata Elang menatap jauh ke dalam hutan. Ia teringat dengan keluarganya yang sudah tidak ada karena dibantai musuh. Elang teringat dengan didikan yang diberikan oleh ayah dan kakeknya. Sejak dia masih muda ayahnya bersikeras agar dia mempelajari dasar-dasar bela diri dan bertahan hidup di alam liar.

Dulu dia merasa malas dan kesal pada ayahnya yang menurutnya terlalu keras padanya. Tapi kini semua itu sangat berguna bagi dirinya. Mengingat keluarganya, tak terasa matanya mulai berkaca-kaca. Ia merindukan keluarganya.

Yunjin yang melihat Elang terdiam dengan mata berkaca-kaca mulai bertanya.

“Elang ada apa? Apa kau baik-baik saja?”

“Aku merindukan keluargaku. Aku bertekat menjadi kuat dan akan membalas dendam pada orang-orang yang telah membantai keluargaku,” ucap Elang.

Yunjin menepuk-nepuk bahu Elang.

“Aku yakin kamu pasti bisa membalas dendam kematian keluargamu suatu saat nanti. Kamu tidak sendiri di sini banyak yang menyayangi dan membimbingmu,” ucap Yunjin.

“Iya tabib, entah kenapa aku tiba-tiba teringat dengan keluargaku.”

(2)

“Aku juga mengalangi nasib hampir sama denganmu. Keluargaku adalah tabib istana turun temurun di kerajaan. Namun karena adanya pergantian kaisar seluruh keluargaku dibantai karena dituduh bersekongkol mendukung kaisar yang telah dilengserkan. Aku berhasil menyelamatkan diri dan menaiki kapal hingga sampai ke kerajaan Dananjaya dan menjadi tabib di balai pengobatan milik Ajisaka. Di sini aku seperti menemukan keluarga baru yang menerimaku meskipun aku orang asing dari daratan Cina,” ucap Yunjin.

“Benar sekali, aku juga merasa menemukan keluarga baru di sini. Aku sangat kagum dengan guru yang baik hati dan menegakkan kebenaran. Guru memang sosok pendekar sejati selain itu dia juga sangat pintar,” ucap Elang.

Setelah cukup beristirahat, mereka masuk lebih jauh ke dalam hutan untuk mencari bahan obat lagi.

Di hutan sebelah selatan, ada sekelompok orang yang sedang berkelahi. Mereka orang-orang berpakaian hitam melawan seorang pemuda dengan pakaian putih sendirian.

Meski kalah jumlah, tapi pemuda itu cukup percaya diri untuk melawan sekelompok pria berbaju hitam tersebut. Ia berhasil menghindari setiap anak panah yang diarahkan padanya. Begitu juga dengan pedang tajam yang terarah padanya.

Pria berbaju hitam itu tampak beringas. Tak kenal ampun menyerang lawannya. Mereka berusaha melumpuhkan pria berbaju putih tersebut.

Jika dilihat dengan lebih seksama, pria berbaju putih itu memiliki ilmu bela diri yang tinggi. Ia benar-benar tak gentar menghadapi segerombolan pria berbaju hitam itu dan tampak begitu tenang.

Beberapa pria berbaju hitam sudah tergeletak di tanah tak bernyawa. Tapi sisa kelompok itu masih terus berusaha melumpuhkan pria berbaju putih itu.

Keranjang yang ada di punggung Elang dan Yunjin sudah terisi setengahnya oleh bahan obat yang dipetik. Yunjin juga mengajari Elang untuk mengingat tanaman obat yang ditemukan di sepanjang perjalanan mereka karena pengetahuan Yunjin tentang tanaman obat jauh lebih baik daripada Elang.

“Tabib, hari sudah hampir sore. Apakah kita akan turun sekarang?” tanya Elang.

“Sebentar lagi, masih ada bahan obat yang belum ku temukan!” jawab Yunjin.

Hari hampir sore, namun mereka masih terus melangkah memasuhi hutan yang semakin dalam. Keranjang yang ada di punggungnya kini sudah terisi hampir penuh. Yunjin menengadahkan wajahnya, memicingkan matanya untuk menembus melihat langit melalui celah rimbunan dedaunan.

Langit mulai sore. Sudah cukup untuk hari ini, jika terlambat turun mereka akan pulang terlalu larut.

“Kita kembali sekarang. Kita teruskan mencari tanaman obat lagi besok,” ucap Yunjin.

Beberapa saat setelah mereka berjalan menyusuri jalan yang sudah mereka lalui. Tiba-tiba saja indra pendengaran Yunjin tidak sengaja menangkap suara yang tak biasa dia dengar di dalam hutan.

Hutan begitu sunyi, suara itu terdengar cukup jauh.

Suara dentingan besi yang saling beradu. Meski kecil dan sama tapi bisa dipastikan suara itu seperti suara pedang yang beradau. Seketika Yunjin menolehkan kepalanya ke belakang, dia bersikap waspada.

(3)

“Ada apa tabib?” tanya Elang penasaran.

Namun Yunjin tak lagi menggubrisnya untuk sesaat. Ia mencoba berkonsentrasi untuk mendengarkan lebih jelas dan benar saja, semakin lama suara itu semakin jelas. Ia memiliki firasat buruk mengenai ini.

“Kita sebaiknya cepat pergi!” ujar Yunjin dengan wajah yang sangat serius pada Elang.

Yunjin menarik tangan Elang dan menariknya untuk segera pergi dari sana. Jantungnya berdebar sangat kencang.

“Ada apa tabib?”

“Nanti saja aku jelaskan, di belakang ada bahaya. Kita harus pergi sejauh mungkin dari sini!”

ucap Yunjin.

Elang masih belum bisa menebak bahaya apa yang dimaksud oleh tabib Yunjin. Elang hanya menebak itu adalah binatang buas. Elang segera mempercepat langkahnya.

Suara pedang saling beradu itu semakin jelas terdengar bahkan Elang bisa mendengarnya saat ini.

“Sebaiknya kita percepat langkah kita!” ucap Yunjin.

“Iya tabib.”

Bahaya di belakang semakin mendekat dan pasti akan mengancam nyawa mereka. Mereka tak menyangka akan ada pertarungan di tengah hutan seperti ini.

“Mereka semakin dekat!” ucap Yunjin.

Yunjin dan Elang berlari dan menghindar karena tidak mau ikut campur dengan pertarungan yang sedang terjadi. Beberapa saat kemudian suara pertarungan itu semakin jelas terdengar.

Yunjin mengedarkan pandangannya mencari tempat yang tepat untuk bersembunyi hingga akhirnya dia menemukan semak belukar yang rimbun.

“Sebaiknya kita bersembunyi di sana,” ucap Yunjin menunjuk pada semak-semak yang rimbun.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya dan mengetahui gambaran pengobatan pada pasien tuberkulosis rawat jalan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta

Pada saat ini Klinik Kesehatan Balai Pengobatan Albar yang mempunyai beberapa cabang di kota/kabupten Bandung melaksanakan pengelolaan data-data, rekam medis

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Faktor yang Berhubungan dengan Drop Out Pengobatan TB Paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Salatiga..

APLIKASI PENGGUNAAN RADIO TELEMETRY PADA PENDUGAAN KARAKTERISTIK WILAYAH JELAJAH ELANG JAWA ( Spizaetus bartelsi ) DI.. GUNUNG SALAK, JAWA

Untuk membangun aplikasi sistem pendukung keputusan pemilihan tanaman obat keluarga (TOGA) sebagai alternatif pengobatan dengan melakukan perangkingan terhadap tanaman obat

Dahulu kala, pengobatan tradisional cina dilakukan dengan cara meracik obat dari tanaman herbal, kemudian langsung diberikan kepada pasien untuk diminum atau

Sering pula terjadi, ada anggapan agar cepat sembuh pengobatan luka (yang dijahit) oleh dokter dikombinasikan dengan tanaman obat tradisional.. Mengenai tanaman berkhasiat

Sering pula terjadi, ada anggapan agar cepat sembuh pengobatan luka (yang dijahit) oleh dokter dikombinasikan dengan tanaman obat tradisional.. Mengenai tanaman berkhasiat