Berikut adalah penjelasan mengenai akuntansi Pajak Penghasilan PPh baik yang bersifat final maupun non-final, meliputi pencatatan pada setiap tahapannya, beserta contoh jurnal dan dasar hukumnya:
PPh terutang terjadi ketika penghasilan diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak WP . Untuk PPh final, pajak dihitung langsung dari penghasilan bruto tanpa memperhitungkan biaya.
Sedangkan pada PPh non-final, pajak dihitung dari penghasilan neto setelah dikurangi biaya yang diakui secara fiskal.
PPh Final: Pasal 4 ayat 2 UU PPh No. 36 Tahun 2008.
PPh Non-Final: Pasal 25 dan Pasal 29 UU PPh No. 36 Tahun 2008.
PPh Final: PT ABC memperoleh pendapatan sewa gedung Rp100.000.000 dengan tarif PPh final 10%.
Jurnal:
Piutang Usaha Rp100.000.000 Pendapatan Sewa Rp100.000.000 Beban Pajak Final Rp10.000.000 Utang PPh Final Rp10.000.000
PPh Non-Final: PT XYZ mencatat laba fiskal Rp500.000.000 dengan tarif progresif.
Jurnal:
Beban Pajak Penghasilan Rp125.000.000 Utang Pajak Penghasilan Rp125.000.000
Akuntansi pajak penghasilan final dan non final, meliputi pencatatan: 1) saat terutang PPh, 2) saat penyetoran, 3) saat pengkreditan PPh, 4) restitusi PPh
Tolong jelaskan satu per satu dan juga berikan contoh akuntansinya!
Juga jangan lupa berikan contoh pasal pasalnya untuk Contoh akuntansinya!
1. Saat Terutang PPh
Dasar Hukum:
Contoh Pencatatan:
Penyetoran dilakukan sesuai ketentuan jatuh tempo:
PPh Final: Disetor paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.
PPh Non-Final: Angsuran bulanan Pasal 25) disetor setiap bulan, sedangkan kekurangan Pasal 29) disetor setelah pelaporan SPT Tahunan.
Pasal 4 ayat 2) untuk PPh Final.
Pasal 25 dan Pasal 29 untuk PPh Non-Final.
PPh Final: PT ABC menyetor pajak final sebesar Rp10.000.000.
Jurnal:
Utang PPh Final Rp10.000.000 Kas/Bank Rp10.000.000
PPh Non-Final: PT XYZ menyetor angsuran Pasal 25 sebesar Rp10.416.667 (dari total pajak tahunan Rp125 juta dibagi 12 bulan).
Jurnal:
Utang Pajak Penghasilan Rp10.416.667 Kas/Bank Rp10.416.667
Pengkreditan hanya berlaku untuk PPh non-final, di mana pajak yang telah dipotong pihak lain atau disetor sebagai angsuran dapat dikreditkan terhadap pajak terutang akhir tahun.
Pasal 28A UU KUP dan Pasal 25 UU PPh.
PT XYZ memiliki pajak terutang akhir tahun sebesar Rp125 juta, dengan kredit pajak dari angsuran Pasal 25 sebesar Rp120 juta.
Jurnal:
Utang Pajak Penghasilan Rp125.000.000 Kredit Pajak Pasal 25 Rp120.000.000 Kas/Bank Rp5.000.000
2. Saat Penyetoran
Dasar Hukum:
Contoh Pencatatan:
3. Saat Pengkreditan PPh
Dasar Hukum:
Contoh Pencatatan:
Restitusi terjadi jika jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada pajak terutang, baik untuk pajak final maupun non-final.
Pasal 17B UU KUP mengatur mekanisme restitusi bagi WP yang mengalami kelebihan pembayaran pajak.
PT XYZ memiliki kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp5 juta setelah pelaporan SPT Tahunan.
Jurnal saat klaim restitusi:
Piutang Restitusi Pajak Rp5.000.000 Beban Pajak Rp5.000.000
Jurnal saat restitusi diterima:
Kas/Bank Rp5.000.000 Piutang Restitusi Pajak Rp5.000.000
Penjelasan ini mencakup proses akuntansi untuk kedua jenis pajak penghasilan (final dan non- final), lengkap dengan dasar hukum dan contoh jurnalnya sesuai dengan ketentuan perpajakan di Indonesia!
⁂