(1). Suatu karya sastra adalah hasil ciptaan atau kreasi pengarang dalam menciptakan dunia baru. Dengan demikian, sang seniman menganggap menciptakan sebuah karya sama halnya dengan meneruskan proses penciptaan alam semesta baru yang dilakukan dengan luapan emosi yang spontan yang dilihat berdasarkan imajinasi dalam lingkungan sosial masyarakat (Hartoko, 1992: 5).
(2) Salah satu jenis karya sastra yang dikenal ialah novel, merupakan prosa naratif yang menggambarkan suatu peristiwa berdasarkan imajinasi pengarang. Menurut Stanton (2012: 90) menjelaskan bahwa novel sangat berbeda dengan cerpen. Ciri khas cerpen terletak pada kekuatannya yang mampu menghadirkan sesuatu lebih dari yang ia ceritakan, sedangkan ciri khas novel ada pada kemampuannya untuk menciptakan satu semesta lengkap sekaligus rumit. Dengan demikian, novel terlihat lebih mudah sekaligus lebih rumit dibandingkan cerpen.
Dikatakan lebih mudah karena novel tidak dibebani tanggung jawab untuk menyampaikan sesuatu dengan cepat dan dikatakan lebih sulit karena novel dituliskan dengan skala besar dan melibatkan menentukan bagaimana sebuah cerita berkembang adalah plot itu sendiri.
(3) Plot novel pada umumnya tidak hanya terdiri satu plot saja, plot novel terdiri dari plot utama dan sub-sub plot lainnya. Plot utama berisi konflik utama yang menjadi inti persoalan yang diceritakan sepanjang cerita, sedangkan sub-sub plot adalah munculnya konflik tambahan yang bersifat membantu, mempertegas, melatarbelakangi, dan mengintensifkan konflik utama untuk sampai ke klimaks. Sub-sub plot berjalan sendiri, namun tetap berkaitan dan berhubungan dengan plot utama itu sendiri (Nurgiyantoro 2013: 14).
(4) Dalam sebuah cerita fiksi, istilah tokoh dan penokohan memiliki pengertian yang hampir sama. Menurut Nurgiyantoro (2013: 246) mengungkapkan bahwa tokoh dan penokohan
merupakan unsur yang penting dalam ceita fiksi. Plot bisa saja dipandang sebagai tulang punggung sebuah cerita, namun yang harus diketahui adalah tanpa adanya tokoh dan penokohan dalam sebuah cerita maka konflik dalam sebuah cerita dianggap biasa saja. Pembincaraan mengenai tokoh dengan segalah perwatakan dengan berbagai citra dirinya, dalam banyak hal orang-orang akan lebih fokus pada tokoh ketimbang pemlotannya. Namun, hal itu tidak berarti unsur plot diabaikan begitu saja karena setiap unsur dalam cerita memiliki keterkaitan satu sama lain.
(5) Latar merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, alam yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar juga dapat berwujud waktu-waktu tertentu, cuaca, dan satu periode sejarah. Meski tidak langsung merangkum sang karakter utama dalam cerita, namun latar dapat merangkum orang-orang yang menjadi hiasan dalam sebuah cerita. Deskripsi latar sering membuat jengkel pembaca karena mereka cenderung ingin langsung menuju inti cerita. Akan tetapi, latar hendaknya mendapatkan bagian pengamatan yang lebih tajam untuk melihat dimulainya cerita (Stanton, 2012: 35)