• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alquran dan hadis sebagai sumber hukum

N/A
N/A
Zzrylile Nusrin

Academic year: 2023

Membagikan "Alquran dan hadis sebagai sumber hukum"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ALQURAN DAN HADIS SEBAGAI SUMBER HUKUM

Kelompok 7

MUH HAERY SOPIYANDI 23301088 TUTI AULIA HIKMAYANI 23301087 DARUL IHSAN JAYA 23301079

(2)

Latar Belakang

▪ Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.

▪ Ajaran islam adalah pengembangan agama islam.

Agama islam bersumber dari Al-Qur’an yang memuat wahyu Allah dan Al-Hadis yang memuat sunnah Rasul.

Komponen atau unsur utama agama islam dikembangkan dengan akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk mengembangkannya.

(3)

Rumusan Masalah dan tujuan

Rumusan Masalah

Bagaiamana Sumber hukum?

Bagaimana kedudukan Alqur’an dan hadist sebagai sumber hukum?

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai sarana pembelajaran untuk lebih memahami sumber-sumber hukum islam. Melalui makalah ini diharapkan dapat menjadi penambah wawasan agar lebih mengetahui apa saja sumber hukum islam itu. Selain itu penulisan makalah ini ditujukan pula untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Fiqhi.

(4)

Pembahasan

Pengertian Sumber Hukum

Sumber adalah asal sesuatu. Sumber hukum islam disebut juga dengan dalil hukum islam atau dasar hukum islam. Allah telah menentukan sendiri sumber hukum islam adalah Al-qur’an dan Al-hadis serta akal pikiran. Al- qur’an berasal dari kata kerja Qaraa yang artinya dia telah membaca.Kata kerja ini berubah menjadi kata benda Qur’an, yang secara harfiah berarti bacaan atau sesuatu yang harus dibaca atau dipelajari.

Dari hadis Mu’az bin Jabal tersebut, dapatlah disimpulkanbahwa (a) sumber hukum Islam ada tiga, yaitu (1) al-Qur’an, (2) as-Sunnah, dan (3) akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad. Akal pikiran ini, dalam kepustakaan hukum Islam, disebut juga dengan ar-ra’yu atau pendapat orang atau pendapat orang-orang yang memenuhi syarat untuk menentukan nilai dan norma (kaidah) pengukur tingkah-tingkah manusia dalam segala bidang hidup dan kehidupan.

(5)

Pembahasan

Al-Qur’an dan Hadist Sebagai Sumbe Hukum

▪ Al-Qur’an adalah sumber hukum islam yang pertama dan utama. Ia memuat kaidah-kaidah hukum

fundamental (asasi) yang perlu dikaji dengan teliti dan dikembangkan lebih lanjut. Al-Qur’an adalah firman

atau wahyu yang berasal dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad dengan perantara melalui Jibril sebagai

pedoman serta petunjuk seluruh umat manusia semua masa, bangsa dan lokasi. Al-Qur’an adalah kitab Allah SWT yang terakhir setelah kitab taurat, zabur dan injil yang ditunrunkan melalui para rasul.

(6)

Pembahasan

As-sunnah atau al-hadis

As-Sunnah adalah sumber hukum kedua setelah al-Qur’an.As- sunnah dalam bahasa arab berarti tradisi, kebiasaan, adat istiadat. Dalam terminology Islam, berarti perbuatan, perkataan dan keizinan Nabi Muhammad saw. Menurut rumusan ulama ushul fiqh, as-sunnah dalam pengertian istilah adalah segala yang dipindahkan dari Nabi Muhammad saw. berupa perkataan, perbuatan, ataupuntaqrir yang mempunyai kaitan hukum.

Pengertian inilah yang dimaksud untuk kata as-sunnah dalam hadis Nabi: sungguh telah kutinggalkan dua untukmu dua perkara, yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegangan kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya. (Al-Hadis).

(7)

Pembahasan

Akal pikiran (al-Ra’yu atau Ijtihad)

▪ Sumber hukum islam ketiga adalah ijtihad. Ijtihad berasal dari kata ijtihad yang berarti mencurahkan tenaga dan pikiran/bekerja semaksimal mungkin.

Sedangkan ijtihad sendiri berarti mencurahkan segala kemampuan berfikir untuk mengeluarkan hukum syar’i dari dalil-dalil syara, yaitu al-Qur’an dan hadist.Ijtihad dapat dilakukan apabila ada suatu masalah yang

hukumnya tidak terdapat di dalam al-Qur’an dan hadist, maka dapat dilakukan ijtihad dengan menggunkaan akal pikiran dengan tetap mengacu pada al-Qur’an dan

hadist.

(8)

Kesimpulan

▪ Sumber hukum islam berorientasi pada perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.

Artinya hukum islam bertujuan pada pemeliharaan

agama, menjamin, menjaga dan memelihara kemurnian akal sehat dan menjaga ketertiban keturunan manusia serta menjaga hak milik harta kekayaaan untuk

kemaslahatan hidup umat manusia. Sumber hukum

islam disebut juga dengan dalil hukum islam atau dasar hukum islam. Allah telah menentukan sendiri sumber hukum islam adalah Al-qur’an dan Al-hadis yang

memiliki dalil yang kuat, bukan dari dalil yang lemah.

(9)

TERIMA KASIH ATAS

PERHATIANNYA

Referensi

Dokumen terkait

Mujtahid : Orang yang melakukan ijtihad, atau mencurahkan segala kemampuan untuk menentukan suatu hukum yang tidak disebutkan secara eksplisit (tersurat) dalam Alquran

berpegang pada hukum yang telah ada dari suatu peristiwa atau kejadian sampai ada dalil yang mengubah hukum tersebut. Atau dengan kata lain, ialah menyatakan tetapnya hukum pada masa

Pada prinsipnya pandangan yang digunakan an-Nabha> ni> terhadap hukum menggunakan empat dalil pokok yang menurut beliau sudah mu’tabar sebagai dalil syara’ , di

Bab II adalah pembahasan yang mengemukakan tentang kumpulan wawasan tentang ijtihad terdiri dari lima sub bab, yaitu: Pertama pengertian ijtihad , kedua sumber hukum ijtihad,

Jadi objek pembahasan ushul fiqh meliputi klasifikasi dalil, orang-orang yang dibebani hukum syara’ sesuai dengan aplikasi dalil-dalil tersebut, orang-orang ahli atau yang

Oleh karena itu dibutuhkan ijtihad di dalam mencari hukum mengenai kebolehan tindakan medis tersebut, atau suatu tindakan medis yang sesuai dengan syara', perlu

Dan Ijtihad merupakan alat utama guna melakukan pembaharuan hukum Islam Disini dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa “pembaharuan hukum Islam” itu berarti gerakan ijtihad untuk

Kemudian pengertian ini dijabarkan menjadi: “Hukum-hukum syara’ mengenahi perbuatan manusia yang dihasilkan dari dalil-dalil yang terperinci”.4 Syeh Mahmud Syaltut mengartikan syari’ah