Analisis Pemahaman Masyarakat Desa Plunkuran Pulung Ponorogo Mengenai Implikasi Praktek Khitbah dan Praktek Pembatalan Khitbah. Dari hal tersebut peneliti ingin melakukan penelitian yang fokus pada konsep pemahaman implikasi praktik dakwah dan praktik pembatalan khutbah yang saat ini terjadi di wilayah desa Plunkuran.
Rumusan Masalah
Bagaimana pemahaman dan praktik khotbah masyarakat Desa Plunkuran Pulung Ponorogo dengan implikasi hukum dan pembatalan khotbah. Bagaimana perspektif hukum Islam mengenai pengertian dan pengamalan khotbah dengan status hukum dan pembatalan khotbah.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian 1. Teoritik
Mampu memahami konsep memahami implikasi dari praktik dakwah dan praktik pembatalan khotbah bagi umat awam. Sumbangan pemikiran dan pisau bedah terhadap permasalahan opini yang timbul dalam lingkungan akademik dan non-akademik.
Telaah Pustaka
Oleh karena itu, dalam praktiknya, pemahaman khotbah dan pembatalan khotbah beserta implikasinya harus tepat sasaran dan benar. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini akan membahas tentang konsep pemahaman implikasi praktik dakwah dan praktik pembatalan khutbah.
Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya. tidak melalui media perantara).20 Sumber data dalam penelitian ini adalah wawancara kepada warga Desa Plunkuran Pulung Ponorogo sebagai objek penelitian untuk menganalisis pemahaman praktik pemahaman khutbah dan pembatalan khutbah serta implikasinya, kemudian dari wawancara inilah penulis menganalisis temuan yang ada dan kemudian berimplikasi pada hukum Islam. Hal ini dilakukan untuk memantapkan praktik pemahaman khotbah dan praktik pembatalan khotbah di desa Pulung Ponorogo.
Sistematika Pembahsan
Bab ini memuat hasil penelitian lapangan yang meliputi gambaran umum masyarakat Desa Plunkuran Pulung Ponorogo, analisis konseptual mengenai implikasi praktik dakwah dan praktik pembatalan khutbah di Desa Plunkuran Pulung Ponorogo, serta analisis hukum Islam terhadap masyarakat Desa Plunkuran Pulung Ponorogo. implikasi amalan khutbah dan amalan pembatalan khutbah. Bab ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca memahami intisari penelitian yang memuat kesimpulan dan saran.
Pengertian Khitbah Dalam Islam
Sedangkan Ta'ri>d (Sindiran), adalah kata-kata yang tidak diungkapkan kebenarannya, tetapi yang mendengar mengerti apa yang dimaksud. 32 Wanita yang boleh dipinang secara sindiran ialah wanita yang dalam 'iddah kerana kematian suaminya, atau kerana Talak bain, manakala wanita yang dalam 'iddah Talak raji'i tidak boleh dipinang, walaupun dengan sindiran.
Pelaksanaan Praktik Khitbah
Saat ini masyarakat mencari jodoh pada wanita yang sudah mempunyai pekerjaan (penghasilan), karena umumnya orang yang baik akan melahirkan anak dan cucu yang baik.
Pembatalan Khitbah Dan Praktiknya
Hadiah pertunangan tidak ada kaitan dengan mas kahwin yang diberikan kemudian dalam perkahwinan. Namun begitu, penamatan hubungan cinta hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan tidak merugikan mana-mana pihak. Hadiah pertunangan tidak ada kaitan dengan mas kahwin yang diberikan kemudian dalam perkahwinan.
Justeru, pemberian itu boleh ditarik balik sekiranya peminangan itu tidak membawa kepada perkahwinan.
PROFIL MASYARAKAT DESA PLUNTURAN KECAMATAN PULUNG KABUPATEN PONOROGO
- Struktur Organisasi Didesa Plunturan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
- Letak Goegrafis Didesa Plunturan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
- Yurisdiksi Desa Plunturan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo Desa Plunturan merupakan daerah dataran tinggi Dikecamatan Pulung
- Kondisi Sosial Didesa Plunturan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo Dalam masyarakat yang majemuk, kondisi Didesa Plunturan Pulung
Kepengurusan atau susunan aparatur di Desa Plurturan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut :. Desa Plunkuran Pulung Ponorogo terletak di sebelah timur Kecamatan Siman, kemudian di utara Kecamatan Soko, kemudian di sebelah barat Kecamatan Pudak dan kemudian di sebelah selatan Kecamatan Jenangan. Wilayah Desa Plunkuran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Desa Plunkuran merupakan daerah dataran tinggi yang ada di Kecamatan Pulung.
Hal inilah yang menjadikan masyarakat Desa Plunkuran Pulung Ponorogo lebih berwawasan budaya lokal.
Gambaran Hasil Penelitian Didesa Plunturan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
Implikasi Hukum Praktik Khitbah Didesa Plunturan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bendahara Desa Plunkuran Pulung Ponorogo atas nama Suwarta; Analisis Pemahaman Masyarakat Desa Plunkuran Pulung Ponorogo mengenai kriteria dalam khotbah masing-masing calon pengantin dalam implikasi khotbahnya. Dalam hal ini Desa Plunkuran Pulung Ponorogo mempunyai adat istiadat tersendiri dalam menentukan syarat tersebut dan berbeda-beda.
Apabila masih ditanggung oleh Desa Plunkuran Pulung Kabupaten Ponorogo sendiri, tidak menggunakan surat keterangan kesehatan dokter.
Alasan-Alasan Seseorang Boleh Melakukan Pembatalan Khitbah Didesa Plunturan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
Plurturan Pulung Ponorogo dalam melakukan prosesi amalan Khitbah meskipun berlangsung di desa yang sama namun dengan cara yang berbeda. Di Desa Plunkuran Pulung Ponorogo, sudah menjadi adat istiadat bahwa dalam mengambil suatu jawaban atau keputusan harus memahami untung ruginya akibat dari hukuman yang dijatuhkan. Namun jika ditelisik lebih jauh, ternyata Desa Plunturan Pulung Ponorogo mempunyai keunikan tersendiri, yaitu di Desa Plunkuran Pulung Ponorogo walaupun satu desa namun mempunyai cara membatalkan khotbah atau lamaran yang sesuai dengan adat istiadatnya. .
Praktek pembatalan khutbah di Desa Plunkuran Pulung Ponorogo adalah dengan cara sirri yaitu orang yang dikenalkan diam saja karena diketahui melanggar batasan khutbah, kemudian menunggu orang tersebut sadar dan meminta maaf serta orang yang mengusulkan. , yang sebelumnya membatalkan khotbah, mencurahkannya kepada keluarga, sehingga ketika wanita ini menyadari kesalahannya, pemohon langsung menyuruhnya untuk membatalkan khotbah.
Analisis Implikasi Hukum Islam Terhadap praktik Khitbah Didesa Plunturan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
Kehadiran kedua mempelai khitbah dalam pelaksanaan proses ini tidak lepas dari permasalahan, baik yang biasa maupun yang berdampak pada kelangsungan khitbah itu sendiri, sehingga bagi yang awalnya ingin mengikrarkan ikrar pernikahan dengan permasalahan yang fatal. menyebabkan gagalnya niat suci mereka dalam melangsungkan perkawinan sehingga berujung pada batalnya khitbah. Sebab naluri manusia untuk menginginkan anak diawali dengan lamaran dan kemudian pernikahan, yang merupakan langkah ibadah yang dijalani manusia dalam statusnya sebagai pengantin khitbah. Praktek akibat dari pembatalan khutbah sudah banyak diketahui di kalangan masyarakat dimana pelaksanaan khutbah itu sendiri dalam pelaksanaan amanahnya batal karena undang-undang atau sebab lain yang mempunyai alasan yang kuat, baik di Desa Plunkuran Pulung Ponorogo maupun di Desa Plunturan Pulung Ponorogo. kota-kota lain di sekitar wilayah Kabupaten Ponorogo yang penyelesaian masalahnya dengan hukum atau dengan menggunakan hukum Islam.
Analisis Implikasi Praktik pembatalan khitbah didesa plunturan kecamatan pulung kabupaten ponorogo Dalam Hukum Islam
Analisis Implikasi Pembatalan Khitbah Didesa Plunturan Pulung Ponorogo
Meminta atau membatalkan khotbah di desa Plunkuran Pulung Ponorogo merupakan suatu tindakan pengambilan keputusan yang didasarkan pada dasar pemikiran dan hukum yang jelas, tidak mengandung unsur paksaan dari pihak lawan dari kedua mempelai itu sendiri, sehingga yang membatalkan khotbah mempunyai hak perjanjian yang mengikat dengan benda yang dibatalkan, baik dari orang tua maupun dari pasangan pengantin. Orang tua juga mempunyai peranan sosial yang penting terhadap anaknya yang akan melamar dan menikah, seperti yang terjadi di Desa Plunkuran Pulung Ponorogo, karena sebelum memberikan persetujuan terhadap anak, orang tua terlebih dahulu mengajak anaknya untuk bermusyawarah dan memberikan nasehat yang baik agar anaknya tidak salah dalam memilih pasangannya karena dia merekomendasikan sebuah saran. Melihat apa yang terjadi di Desa Plunkuran Pulung Ponorogo, hal ini lebih mencerminkan kekuatan adat dalam melangsungkan lamaran dimana setiap calon pengantin mempunyai alasan masing-masing untuk membatalkan lamaran atau khotbah yang telah dilakukan.
Pemahaman dan penggunaan hukum yang telah lama dilakukan oleh masyarakat Desa Plunkuran Pulung Ponorogo mengikuti khazanah hukum sastra tradisional Jawa.
Analisis status kedudukan pembatalan khitbah Didesa Plunturan Pulung Ponorogo
Oleh karena itu, dalam melaksanakan praktik pembatalan khotbah perlu dijelaskan adat istiadat apa saja yang bermunculan pada masyarakat Plunkuran Pulung Ponorogo sehingga muncul alasan terjadinya praktik pembatalan khotbah. Dalam kasus cincin pertunangan di Desa Plunkuran Pulung Ponorogo, seluruhnya dikenakan oleh pihak laki-laki yang diserahkan kepada pihak perempuan pada awal pertunangan. Kaitannya barang milik pemohon dengan pertunangan kedua belah pihak di Desa Plurturan Pulung Ponorogo, barang tersebut sengaja diserahkan untuk meneruskan hubungan kekerabatan dengan maksud agar perkawinan sah secara agama.
Hal inilah yang sering terjadi di Desa Plunkuran Pulung Ponorogo, munculnya perikatan yang sudah ada ditiadakan.
Analisis Praktik Pembatalan Khitbah Didesa Plunturan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
Dalam pembatalan khutbah yang terjadi di Desa Plunkuran Pulung, Ponorogo, semua terjadi karena pemohon tidak mampu mencari informasi tentang calonnya, sehingga ketika hubungan memanas baru diketahui siapa pasangan sebenarnya. Pembatalan praktik pertunangan yang terjadi di Desa Plunkuran Pulung Ponorogo tentu tidak lepas dari konsekuensi hak masyarakat yang ada di dalamnya. Maka akibat hak yang diberikan kepada orang yang dimohon mempunyai dua akibat, berbeda dengan orang yang mengajukan permohonan.
Mencegah perkawinan juga tak lepas dari kasus bentrokan di Desa Plunkuran Pulung, Ponorogo, yang akhirnya berujung pada batalnya akad pertunangan.
ةاا للا
ق ضلا كْل ْلاو}
Meniadakan khotbah mengenai implikasi hukum Islam, penulis analisis tentunya mengandalkan sumber yang baik yaitu Al-Qur’an, hadits sebagai sumber rujukan, kemudian terdapat kaidah ushul fiqh dan fiqiyah sebagai alat untuk menciptakan suatu hukum. Dimana praktek hukum Islam mengenai pembatalan khotbah sangat buruk karena tergolong dalam kategori orang munafik, selain karena alasan syariat, orang yang dikatakan sebagai pengantin khotbah adalah salah satu korbannya. karena kurang hati, maka yang menyebabkan hal itu terjadi adalah orang yang berkhianat. Kemudian tentunya implikasi pembatalan khotbah Islam juga ada etikanya, agar pembatalan khotbah tidak menimbulkan pertengkaran atau perselisihan dengan cara mengajak kedua mempelai dan keluarganya berbicara dari hati dengan nada yang santun dan sopan santun.
Agar kondisi sosial silaturahmi yang baik tetap terjaga pada saat penutupan atau pembatalan khotbah ini.
Tujuannya juga untuk menghindari terciptanya fitnah di kalangan warga sekitar calon pengantin dan orang-orang terdekat calon pengantin.
Kesimpulan
Bagi masyarakat desa Plunkuran Pulung Ponorogo, pemahaman khotbah dalam hukum Islam adalah melihat benih, bebet dan bobot dan sangat berbeda dengan pemahaman Islam tentang amalan khotbah. Kedua, praktek pembatalan khotbah di Desa Plunkuran Pulung Ponorogo, jika ada kesalahan salah satu pihak atau faktor alam, maka pembatalan itu sah menurut pemahaman masyarakat, asalkan kesalahannya sangat fatal. Pengertian analisa hukum Islam masyarakat desa ini mengenai pembatalan khotbah adalah dengan cara sirri atau membungkam seseorang dengan maksud agar yang diam meminta maaf dan yang diam ikhlas membatalkan khotbah.
Menganalisis praktik khitbah dalam hukum Islam, pertama tentu saja ada yang boleh, ada yang sunnah, dan ada yang haram, tergantung situasi calon mempelai khitbah tersebut, sehingga menimbulkan berbagai undang-undang.
SARAN
Kedua, dalam analisis praktik pembatalan khotbah yang bertentangan dengan hukum Islam, terbukti bahwa yang melaksanakan khotbah tersebut pernah merayu orang lain atau dilarang oleh orang lain, namun ketika praktik pembatalan khotbah itu dilakukan, maka yang pertama adalah mengatakan bahwa siapapun yang akan membatalkan khutbah tidak boleh menyakiti hati orang lain dan harus sama-sama ikhlas, kemudian yang kedua adalah setelah batalnya khutbah dikatakan tidak boleh menyimpan dendam, tidak mau bersilaturahmi atau bersosialisasi lebih lanjut karena akan merugikan makna Ukhuwah Islamiyah. Perlu adanya pembaruan aturan pembatalan khotbah, serta akibat perdata dari pembatalan khotbah tersebut, yang memang perlu dicantumkan. Pembatalan khotbah harus ada syarat tertulis dalam penyusunan hukum Islam maupun peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan praktik khotbah.
Dalam hal ini Plunkuran Pulung Ponorogo merupakan desa yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur adat istiadat yang ada dengan menambahkan aturan adat tertulis sehingga pemahaman masyarakat terhadap pembatalan dakwah dapat sejalan dengan kenyataan yang ada.