• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSKRIP WAWANCARA. 29 April 2021 Google Meet 36.37

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRANSKRIP WAWANCARA. 29 April 2021 Google Meet 36.37"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Peneliti : Selamat malam Pak Haris dan juga tim digital Kompas TV lainnya, perkenalkan nama saya Deskhila Wijaya atau biasa di panggil Kila, saya

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan 1

Nama Tanggal Lokasi Durasi

Haris

Mahardiansyah

29 April 2021 Google Meet 36.37

salah satu mahasiswi Universitas Multimedia Nusantara. Saya ingin mewawancarai Pak Haris dan juga beberapa tim Kompas TV mengenai media sosial Tik Tok Kompas TV. Boleh perkenalkan diri dulu Pak, nama, jabatan, serta sudah berapa lama bekerja di Kompas TV ?

Narasumber : Oke, nama saya Haris Mahardiansyah, bergabung di Kompas sebetulnya 2009 bergabungnya di Kompas.com, lalu 2011 saya baru bergabung ke

Kompas TV sampai dengan hari ini. Sekarang ini jabatan saya sebagai Manajer

Departemen Digital.

Peneliti : Baik terima kasih Pak Haris, kita langsung masuk ke pertanyaan pertama ya Pak, bagaimana pandangan Pak Haris melihat media sosial Tik Tok sebagai saluran distribusi berita ?

Narasumber : Oke, saya akan cerita kenapa Kompas TV sampai punya Tik Tok. Jadi.. Tik Tok ini termasuk salah satu platform medsos yang bener-bener baru

(5)

buat Kompas TV. Kita baru bikin Tik Tok itu sekitar 2020 awal kita baru bikin Tik Tok, tapi aktifnya itu juga ga 2020 awal malah, mungkin 2020 pertengahan kita baru mulai aktif.

Nah kenapa kita punya Tik Tok itu karena kita liat sekarang itu.. apa kita sebut namanya audiensi ya.. yang muda-muda inilah, si pengguna-pengguna medsos ini juga bergesernya ke Tik Tok gitu dengan durasi yang singkat di Tik Tok hanya berapa second saja, sekitar 15-30 detik saja. Jadi selama ini kan kami bermain di ranah video yang durasinya panjang seperti Youtube, Facebook, Twitter, Instagram, itu semua durasi video-videonya panjang minimal satu menitlah gitu. Nah lalu kita kebingungan sendiri tuh, ini kita mau main berita seperti apa ya, kita mau main video apa ya di Tik Tok dengan durasi yang pendek hanya 15-30 second gitu.

Akhirnya ketika pertengahan 2020 tadi, makanya saya bilang mungkin kita baru aktif di pertengahan 2020, karena begitu kita bikin yaudah, hanya sakadar punya-punyaan aja gitu, kayak Kompas TV punya akun Tik Tok gitu that‟s it. Nah lalu kemudian, sampai akhirnya Tik Toknya sendiri yang approach ke Kompas TV gitu. Jadi mereka approach ke Kompas TV, mereka menghubungi kami “Kompas

TV, gamau main Tik Tok nih?. Buka aja akun Tik Tok”, ya kita jawab sebetulnya

kita udah punya akun Tik Tok tapi kita bingung selama ini mau ngisi apa gitu. Terus mau ngisi behind the scene juga kayak...gimana ya, Tik Tok itu kan dulu kalau orang masuk di Tik Tok kan karena lucu ya...lucu-lucuan, buat joget-joget, apa nge prank, atau gimana gitu kan, sehingga kayaknya bukan di ranah kita nih Tik Tok, bukan di ranahnya Kompas TV nih.

Ternyata setelah orang Tik Tok menghubungi kita mereka bilang” Oh engga kok mas, justru kami ini sekarang mau shifting. Kami ini sekarang mau bergeser juga untuk bekerja sama dengan media-media yang premium untuk menyajikan informasi dan berita-berita ke penggunaanya Tik Tok”. Nah kemudian, secara durasinya pun itu, untuk media-media itu bisa lebih panjang, tidak hanya sakadar 15-30 second, tapi bisa lebih dari itu gitu. Akhirnya dari situlah kami baru mulai aktif gitu, apalagi tim partnershipnya Tik Tok

(6)

memberikan exprerience maupun contoh-contoh dari media-media yang lain lah gitu, kalau media lain tuh berhasil lohh.. dengan men-sharing video-video berita mereka tuh.. apa kalo di Tik Tok tuh followers yaa.. followersnya, likersnya, bertumbuh gitu, bertambah. Dari situ, akhirnya yaudah kita coba untuk menyebarkan informasi berita-beritanya Kompas TV ke Tik Tok. Dengan harapan ya itu tadi, supaya para pengguna Tik Tok yang memang usianya muda-muda ini, ya milenial masih ada cuman, cuman lebih muda dari milenial generasi apa sebutnya?.. generasi gen Z ini bisa terpapar oleh berita-berita nya Kompas TV.

Jadi ya itu, kalo ditanya bagaimana saya dalam hal ini mewakili Digitalnya

Kompas TV menggunakan Tik Tok dalam penyebaran berita ya karna, kami mau

menggait atau memiliki penonton-penonton muda yang pada akhirnya mereka juga menerima informasi berita dari Kompas TV gitu. Mereka sudah bisa dibilang gak nonton televisi, kalau nonton tv juga mungkin nontonnya smart tv, atau tvnya juga yang sudah berbayar, kayak netflix, nah artinya mereka benar-benar tidak menonton tv, mngkin berita hanya terpapar sedikit.

Aku rasa juga mungkin Kila kalau buka Kompas.com, Detik.com, atau Kumparan paling cuman hanya baca judul atau sinopsisnya udah selesai. Nah justru dengan adanya Tik Tok yang saat ini sedang pertumbuhannya pesat ini, harapan kami adalah berita-beritanya Kompas TV juga nyampe nih ke para pengguna-pengguna Tik Tok yang muda-muda ini, termasuk penonton mudalah kita sebutnya. Gitu kila...

Peneliti : Oke Pak, lalu menurut Pak Haris, apa kelebihan, kekuatan, dan kekurangan media sosial Tik Tok sebagai medium mendistribusikan berita ?

Narasumber : Ya kalau kelebihannya itu tadi ya.. karna dia penggunanya banyakan muda-mudi gitu artinya milenials, gen Z, nah itu jadi salah satu kelebihannya juga karna memang kalau kita bicara soal tv yang Free To Air, yang nonton di tv kan penontonnya Kompas TV tuh, untuk segmentasi tv itu pasti rata- rata umurnya 35 tahun ke atas. Nah sehingga, apa namanya... peluang kami di Free To Air untuk mendapatkan penonton muda itu sulit.

(7)

Dengan adanya Tik Tok ini, kami bisa nih menggait penonton-penonton muda untuk menonton berita-beritanya Kompas TV, nah itu jadi kelebihan ya gitu. Lalu si penotnon muda ini kan juga.. ya itu tadi.. mereka sukanya tuh yang straight to the point, beritanya tuh langsung, nah karna beritanya langsung kan durasinya jadi singkat. Mereka ga peduli tuh, kalau di tv kan lu harus nonton dari mulai presenter ngomong “sebenarnya hari ini terjadi kecelakaan kapal selam blablabla KRI Nanggala blablabla” nah sementara kalau di Tik Tok itu harus di potong tuh si presenter ngomong, cukup memasukan konten berita yang mengeaskan kapal KRI Nanggala tenggelam saja gitu, supaya durasi jadi lebih singkat terus pengguna Tik Tok yang muda-muda tadi juga langsung nonton dan nangkep beritanya apa.

Itu jadi kelebihan sekaligus jadi challange kan, jadi challange nya bagaimana kami bener-bener bisa memilah dan memotong kita-kita berita-berita mana yang memiliki daya tarik di Tik Tok gitu yang mendulang views dan yang mendulang likers gitu..syukur-syukur bisa masuk ke apa tuh namanya.. FYP ya kalau orang sebutnya trending di Tik Tok..

Peneliti : kalau kekurangannya itu termasuk yang challange itu tadi Pak ?

Narasumber : kekurangannya.. yaa yang challange tadi ya, artinya kan bagaiman kita bisa meringkas berita yang sebetulnya sudah kompleks. Jadi berita di tv itu kan sekitar satu menit, selama-lamanya juga tiga menit lah. Nah tapi dari satu menit dan tiga menit tadi, kami harus bener-bener memilah lagi nih, kira-kira bisa di singkatin apa lagi ya untuk si penontonnya Tik Tok ini gitu..., ya durasinya lah..

Peneliti : Oke baik Pak, lalu pihak mana saja yang terlibat dalam produksi atau distribusi untuk penggunaan media sosial Tik Tok ?

Narasumber : Yang terlibat kalau sekarang, pada akhirnya karna kami mayoritas memotong dari tv, artinya bukan konten yang baru gitu yang bener-bener fresh kami bikin khusus untuk Tik Tok. Jadi yang terlibat ya artinya mulai dari temen- temen gathering, temen-temen peliputan untuk tv, tim redaksi, lalu diolah oleh produser, di olah oleh video editor, lalu kemudian tayang on air ada berita yang

(8)

kemudian kami potong-potong oleh tim digital, yang kemudian ada orang-orang seperti Mba Ajeng dan Mas Topik ini yang memotong dan memilah-milah video- video berita itu tadi. Jadi siapa saja yang terlibat ya sampai sekarang, dominannya dan mayoritasnya hampir semuanya terlibat ya. Jadi kita bikin satu lalu kita distribusikan untuk semua platform yang kita punya.

Peneliti : Oke Pak, lalu jenis berita seperti apa yang layak untuk diterbitkan di media sosial Tik Tok Kompas TV ?

Narasumber : di Tik Tok? Yang layak?.. hmm oke, kalau kita bicara mana yang layak mana yang tidak, kalau menurut saya... Gini, kan tadi saya bilang berita video-video yang muncul di Tik Tok Kompas TV kan potongan dari berita-berita yang ada di tv. Nah artinya, semua berita yang kami tayangkan itu sudah melalui proses QC atau quality control, lalu sudah melalui proses editorial, artinya layak atau tidak layaknya itu sudah di putuskan pada saat mau tayang di tv. Nah sehingga, kalau pertanyaannya berita-berita apa yang layak untuk di publish ke Tik Tok, ya semua berita yang dimiliki oleh Kompas TV yang tayang secara on air.. layak untuk tayang di Tik Tok. Hanya ketika kamu menanyakan di awal tadi mengenai konten-konten berita apa yang mendulang views besar, nah itu tadi.. karna yang on daily basisnya Ajeng dan Topik yang megang, sehingga yang bisa menganalisa dan menjawab itu Ajeng dan Topik. Tapi kalau kamu tanya layak, semua berita di Kompas TV layak, karena sudah melewati proses editorial sejak awal.

Artinya kami sudah membuang dari awal ketika itu SARA ya tidak akan kita naikin ke tv, dan tentu tidak akan kami potong dan kita masukin di Tik Tok. Kalau itu ada adegan apa misalnya let say ada tauran nih.. puasa-puasa begini kan banyak tauran-tauran pas sahur tuh. Nah itu di tv tayang beritnya, misalnya ada tauran sahur di palm merah, tauran sahur di manggarai, tayang beritanya tetapi kami tidak akan menunjukkan lemparan-lemparan batunya.., atau ada orang yang dipukul pakai kayu kan tidak akan kami tunjukan. Artinya sudah melewati proses penyuntingan di tv, ya maka itu tetap bisa kami potong, bisa kami tayangin di Tik Tok. Meslipun kita berbicara mengenai medsos, apapun ya, sebetulnya kan orang

(9)

carinya yang uncencored, iya.. jadi justru semakin mentah dia, oh.. semakin viral. Nah tapi karna kita membawa brand Kompas TV gitu, dan lalu Kompas TV nya sendiri juga merupakan media, sehingga kami harus tetap memberikan konten- konten yang sesuai dengan kode etik jurnalisme gitu..

Peneliti : Lalu menurut pandangan Pak Haris, apakah terdapat konflik sebelumnya ketika Kompas TV memutuskan untuk menggunakan media sosial Tik Tok sebagai salah satu tempat untuk penyebaran informasi dan berita ?

Narasumber : Ketika kita awal mula mau bikin Tik Tok, sebenernya bukan konfliknya, tapi dilema. Dilemanya ya Tik Tok sedari awal dikenal sebagai guyonan, joget-jogetan, lucu-lucuan gitu, sehingga ketika masuk ke ranah berita kita bingung gitu, kita mau bikin apa ini di Tik Tok, Kompas TV mau bikin apa di Tik Tok, bagaimana kita bisa apa namanya...melucui ya berita-berita yang tayang. Kan gapernah kebayang di kita misalnya ada kejadian apa.. teroris gitu misalnya, yang paling deket misalnya Mularman gitu, Mularman nya FPI di tangkep karna teroris, kalau kita bicara dulu pas pertama kali Kompas TV punya Tik Tok, mau dilucuin apa gitu berita soal Mularman di tangkep?.

Nah jadi ada kebingungan disitu, ini mau kita bikin apa ya, sementara temen-temen kayak Ajeng dan kawan-kawan dan tim gitu, mereka juga punya Tik Tok ya tapikan Tik Tok nya mereka dipake untuk ya sama guyonan juga, lucu- lucuan. Itu sih, disitu konflik atau dilemanya, dulu yaa.. Tapi sekarang semenjak Tik Toknya sendiri sudah berubah, mereka memang mencari kerja sama dengan media-media profesional, media-media yang premium untuk konten-konten yang premium, ya kalau sekarang sih, lancar-lancar aja gitu.

Peneliti : Baik Pak, lalu bagaimana dengan kriteria berita yang di posting dan peraturannya ? adakah buku putih atau panduan khusus yang menjelaskan mengenai penggunaan media sosial Tik Tok di Kompas TV ?

Narasumber : Kalau ketentuan pastinya yang tertulis sih tidak ada ya, hanya itu tadi, intinya meskipun kami departemen digital, meskipun kami bermain di ranah

(10)

media sosial, tetapi karna kami tetap memegang brand nya Kompas TV sebagai TV berita, perusahaan media, ya sehingga kami tetap mengacu pada kententuan kode etik jurnalisme.

Peneliti : Pertanyaan selanjutnya Pak, salah satu fitur Tik Tok kan terdapat Live Streaming, berita seperti apa yang layak ditampilkan dalam fitur tersebut ?

Narasumber : Live streaming itu kita belum pernah, waktu itu sempet ditawarin untuk melakukan live streaming, tapi yang partnership, bukan yang live streaming sendiri tapi yang partnership, tapi kita ga ambil karna ada beberapa ketentuannya. Jadi kita belum punya live streaming kayak live on the go tuh kita belum punya tuh, maksudnya kita belum pernah melakukan bener-bener yang live dari si wartawan terus live di akun Tik Toknya gitu kita belum pernah. Nah terakhir itu Tik Tok menawarkan.. “ yaudah, mas Haris sekarang temen-temen bisa kok live streaming Kompas TV gitu di Tik Tok”, cuman waktu itu belum, sampai dengan hari ini belum kita ambil tawarannya untuk bisa live streaming.

Peneliti : Tapi sekiranya, apakah Kompas TV akan melakukan live streaming di Tik Tok Pak nantinya ?

Narasumber : apanih? Kita bicara soal live streaming yang mirroring tv atau live streaming yang live on the go gitu ?

Peneliti : Yang live secara langsung gitu Pak bukan yang mirroring dari tv.

Narasumber : ya itu sebenarnya alasan mengapa saya melebarkan divisi khusus media sosial di Kompas TV, supaya platform media sosial Tik Tok Kompas TV bisa ada perubahan dan perkembangan dalam segi konten maupun fitur-fitur yang digunakannya.

Peneliti : Oke baik Pak, apakah peraturan mengenai Tik Tok sudah ditetapkan sebelumnya atau melalui proses rapat ? Jika iya, melalui rapat apa saja yang dibicarakan dalam rapat tersebut ?

(11)

Narasumber : Engga ada, artinya ya.. rapat redaksi seperti itu tidak ada. Jadi temen-temen kayak Ajeng dan Topik gitu sudah dijelaskan sedari awal bahwa tugasnya adalah memotong berita-berita yang ada di TV untuk kemudian di upload dan di publish di Tik Tok gitu.

Dan balik lagi ke awal ya, karena mekanismenya sudah di edit dan disunting sedari awal berita itu mau ditayangin di TV, sehingga di tim medsos tidak perlu lagi banyak mengedit visualnya gitu. Nah, paling untuk ketentuannya tadi yang pertanyaannya Kila, soal caption judul, nah itu baru.. Kami tidak pernah bisa mengikuti judul, ataupun naskah yang kayak di tv, karna pasti ga akan bunyi tuh, misalnya kita terapin judul atau naskahnya di Tik Tok atapun di media sosial lain, pasti kata follower atau subsribernya “apaan sih Kompas TV bahasannya aneh banget”. Karena kan bahasa TV baku banget, sementara kalo di medsoskan apalagi kalo di Tik Tok, bahasanya lebih ajaib lagi gitu.

Saya menyerahkan ke temen-temen medsos, ke Ajeng ke Topik untuk bagaimana mereka bisa menggait viewers, menggait audiensi Tik Tok dengan caption dan dengan judul yang menarik.

Peneliti : Lalu Pak, apakah ada pihak tim Kompas TV yang tidak satu pendapat atau tidak setuju mengenai postingan Tik Tok Kompas TV ? *misalnya, ketidaksesuaian foto, caption, ataupun update-an yang di unggah.

Narasumber : ini internal atau external nih? ..

Peneliti : internal Pak.

Narasumber : kalau dari internal, sejauh ini sih ga ada. Sejauh ini sih belum ada yang menyatakan protes ya secara internal gitu, artinya sekelas pemred kami, mempersilahkan kita untuk mengolah Tik Tok, hanya itu tadi.. mengingatkan supaya judulnya atau captionnya tuh.. boleh di ubah, tetapi jangan menjadi merusak atau mengubah konten gitu, jangan jadi mengubah konteksnya. Lalu kemudian juga, jangan jadi terus menyerang secara personal, terus apa namanya... ada kebijakan yang berlaku keseluruhan, artinya bukan hanya berlaku untuk Tik Tok dan media sosial tetapi berlaku untuk keseluruhan TV, misalnya “kita jangan

(12)

pake narsum A ya, karna narsum A itu karna latar belakangnya kurang tepat” , nah jadi itu berlaku untuk semua gitu, dari mulai TV sampai dengan medsos. Jadi balik lagi, kalau protes secara internal belum ada, tapi kalo eksternal seperti pengguna Tik Toknya, nanti silahkan di detilkan dengan Ajeng dan Topik kalau misalnya ada.

Peneliti : Baik Pak, apakah terdapat faktor persaingan dengan media lain, sosial dan budaya, alasan Kompas TV menggunakan media sosial Tik Tok sebagai perpanjangan distribusi beritanya ?

Narasumber : kalau kita bicara soal kompetitor, ya Kompas TV bukan media pertama yang punya Tik Tok gitu kan, CNN Indonesia sudah punya duluan, lalu kemudian sebelum Kompas TV siapa lagi ya... INews kalau ga salah, mereka sudah duluan punya, tapi ketika bicara Tik Tok, saingan atau kompetisi di Tik Tok itu ga keliatan. Kalo kamu perhatikan ya artinya ga harus kayak “eh kita harus jadi Tik Tok dengan perolehan subscriber atau follower terbanyak melebihi CNN ataupun kompetitor lain, berita berita kita harus masuk FYP nya Tik Tok gitu” bukan berarti kita tidak mengganggap serius Tik Tok gitu, tapi untuk bersaing di Tik Tok, bukan ada di ranahnya Kompas TV. Karna memang ada apa namanya... fitur-fitur Tik Tok yang artinya belum menguntungkan untuk Kompas TV.

Peneliti : Apakah ada inspirasi dari media luar negeri yang sudah menggunakan Tik Tok mendorong Kompas TV untuk turut menggunakan Tik Tok ?

Narasumber : Ada, kalau pertanyaannya itu ada, jadi kenapa waktu itu saya minta ke Ajeng dan kawan-kawan, coba deh.. cek-cek artinya media-media kayak INews, TV One, CNN, itu bagaimana mereka bisa bertahan main di Tik Tok itu coba di cek, karna waktu pertama kali bikin, justru kita dapet contohnya itu dari media luar negeri gitu, si New York Times waktu itu. Jadi waktu itu saya ngeliat ada akun Tik Tok nya New York Times, kalau itu mereka bikin pure kontennya sendiri hanya untuk Tik Tok saja. Saya inget waktu itu tuh, ada kayak wartawannya gitu lagi duduk baca koran New York Times, terus dia cuman

(13)

sakadar nunjuk artikelnya judulnya gitu, ga ngomong gitu, jadi dia cuman baca koran dan ada backsound lagunya gitu kan, terus dia nunjukin deket gitu ke kamera mengenai berita yang ada di koran itu. Nah saya mikir oh bisa gitu ya dengan durasi 15 second mereka bisa nge share berita dengan duduk baca koran gitu, terus nunjukin berita di koran gitu, udah selesai.

Nah begitu di Kompas TV kita kebingungan sendiri mau bikin konten kayak gimana ya, kalau dia nunjukin koran kita nunjukin apa ya, masa kita nunjukin tv? Hahaha... ya gitulah pokoknya. Tapi referensinya tetep ada dari media luar negeri tetep ada, lalu kemudian kita coba dengan melihat dengan media lain di Indonesia yang sudah punya Tik Tok itu mereka seperti apasih bikinya.

Peneliti : Jadi siapa Pak yang pertama kali mengusulkan Kompas TV untuk menggunakan dan memanfaatkan media sosial Tik Tok ?

Narasumber : Siapa ya... waktu itu barengan sih ya sama tim-tim konten digital. Artinya ya saya juga tidak menginstruksikan ke temen-temen “ayo dong kita bikin akunnya Tik Tok” ga juga sih.. Di 2020 itu lagi happening aja gitu Tik Tok, bahkan malah kita udah punya Tik Tok dari 2019 akhir.

Peneliti : Tapi akun Tik Tok Kompas TV sudah terverifikasi oleh Tik Tok sendiri ya Pak, karena beberapa media lain bahkan termasuk lima portal media besar di Indonesia tapi belum terverifikasi oleh Tik Tok, sementara

Kompas TV sudah.

Narasumber : Ya itu karna itu tadi.. begitu kita makin serius, Tik Toknya juga makin serius untuk menggandeng media kan, untuk bisa memberikan konten- konten berita di Tik Tok. Nah begitu partnership ya udah, kita dapet tuh verified.

Peneliti : Lalu, bagaimana pengaruh yang dihasilkan Tik Tok untuk perusahaan Kompas TV ?

Narasumber : Kalau bicara tentang pertumbuhan Tik Toknya Kompas TV sih, dari awal yang bener-bener kita buat sampe sekarang kalau menurut orang Tik Tok yahh, karna kita cukup intens berkomunikasi, mereka cukup surprise ya, artinya

(14)

followersnya Kompas TV bisa terus bertambah dan tumbuh gitu, untuk ngikutin

Kompas TV, dan juga yang likers likers itu tadi juga bertambah ya.. gitu sih. Tapi

kalau ditanya soal ada impact nya gak, atau ada efeknya gak ke Kompas TV nya ya, kita bicara tayangan Kompas TV nya, itu gak ada, karna belum ada keterkaitan dengan followers kita banyak, likers ktia banyak di Tik Tok, lalu penonton kita jadi lebih banyak di TV juga tidak, terus kemudian apakah keuntungannya jadi bertambah juga sejauh ini belum menguntungkan. Karna di Tik Tok belum ada proses monetisasi, ada ya sebenernya tapi itu harus pakai fitur live streaming yang kemudian di gift koin atau diberikan hadiah gitu dari penonton, disawer lah kalo orang-orang bilang. Nah artinya, Kompas TV belum menjajaki sampai sejauh itu, sehingga kan kalau kita bicara soal departemen digital kan kita ditargetkan views, dan ditargetkan revenue Kila, nah views mungkin untuk Tik Tok kita dapet, namun kalau kita bicara soal target revenue di Tik Tok ga ada, jadi impactnya ke perusahaan kalau kita bicara Tik Tok sejauh ini belum ada. Selain kita menambah followers, paling kita dapet pengikut-pengikut muda untuk mengikuti akun

Kompas TV, sejauh ini itu aja paling.

Peneliti : Oke terima kasih Pak Haris sudah meluangkan waktu dan bersedia di wawancara hari ini.

(15)

Informan 2

Nama Tanggal Lokasi Durasi

Topik Sudirman

01 Mei 2021 Google Meet 40.08

Peneliti : Selamat pagi Mas Topik, saya Deskhila dari Universitas Multimedia Nusantara, saya ingin mewawancarai mas Topik perihal media sosial Tik Tok Kompas TV. Boleh perkenalkan diri dulu Mas sebelumnya beserta jabatan di Kompas TV ?

Narasumber : Oke, kenalin nama aku Topik Sudirman, jadi aku sosial media officer dan konten kreator di Kompas TV, aku pegang Facebook, Tik Tok, Twitter, Youtube, ya media sosial Kompas TV.

Peneliti : Oke mas Topik, pertanyaan pertama, bagaimana pandangan Mas Topik melihat media sosial Tik Tok sebagai saluran distribusi informasi dan berita ?

Narasumber : Kalau aku sih ngeliatnya memang satu-satunyanya cara buat ngedeketin berita ke followers hari ini tentang news anchor, tentang liputan, tentang apa namanya ya.. ya semacam kesenian dalam berita lah ya. karena hari ini pastinya ya milenial generasi Z gitu, mereka tuh udah di hadapin sama berita-

(16)

berita yang lebih cepat daripada berita di TV, kayak yang video viral lebih cepat daripada berita di TV, gitu ya. jadi istilahnya itu mereka harus nih terpapar dengan teknik jurnalistik, istilahnya mereka dengerin ini beritanya dari mana, ini siapa yang meliput, terus di mana, mereka harusnya ngedapetin berita itu secara utuh, ga sakadar kayak kemarin ada contohnya ada ibu-ibu yang marah gara-gara babi ngepet itu, itu kan istilahnya cuman gitu doang. istilahnya Ibu ini menghujat orang yang nganggur gara-gara... Dia nganggur tapi punya .. istilahnya dapat kerjaan gitu .. dapat duit ..Nah itu kan nggak sepenuhnya tuh beritanya, ada fakta lain kalau kita lihat dari berita itu yang ternyata ibu itu adalah Paranormal.. jadi dia tuh ngontrak di situ terus ya sebenarnya banyak hal ya yang istilahnya kita kalau umpamanya ngedeketin dari berita TV ke Tik Tok itu menurutku sarana banget sih.. kayak bisa jadi lebih deket aja.

Peneliti : Oke Mas, jadi itu seperti jauh lebih mudah untuk menyampaikan makna berita melalui Tik Tok ya Mas ? lalu apa kelebihan, kekuatan, dan kekurangan media sosial Tik Tok sebagai medium untuk mendistribusikan berita ?

Narasumber : Iya betul. Nah kalau kekuatannya yang jelas sebenarnya ini berhubungan dengan format berita juga ya.. kayak aku sendiri karena admin Tik Tok yang sebelumnya menurut aku receh tapi ternyata memang harus ada beberapa teknik ya. Kayak kalau aku ngomongin strong ya kalau itu umpamanya dalam satu detik awal itu si news anchor langsung bilang “telah terjadi penembakan..” itu biasanya bisa langsung fyp lebih bagus gitu, tapi umpamanya awalnya itu kebanyakan intro terus backsound itu nggak bisa masuk fyp. Susah aja, terus ini aku ngomongin teknis aja ya, kalau soal jawaban-jawaban diplomatis mungkin lebih ke Mas Haris dan Mbak Roro ya terus berikutnya nya tergantung berita juga kalau beritanya thu kadang berita receh itu di Tik Tok itu bisa lebih naik gitu, jadi istilahnya nih di YouTube atau di TV itu biasanya berita itu youtube-nya dikit viewnya tapi kalau kita naikin di Tik Tok kayak berita “umat Katolik berbagi makanan gratis ke agama Islam” gitu.. itu di YouTube nggak bagus gitu viewnya tapi kalau di Tik Tok, followers itu rasanya itu kayak

(17)

memiliki umat Katolik gitu, kayak “Ini umat Katolik ku”. jadi menurutku kekuatan di Tik Tok itu benar-benar kaya penggunanya itu relate banget sama apa yang dia lihat . umpamanya nih kalau dia umat Katolik dia merasa memiliki, itu beda sama YouTube sama Facebook.. kalau Facebook kan mungkin kaya... ya udah biasa aja gitu ..di YouTube yaudah dia bagi-bagi gratis ..tapi kalau di Tik Tok itu kayak lebih relate padahal beritanya B aja gitu..

Nah kalau kelemahannya sih di Tik Tok, kelemahannya adalah ketika orang-orang bisa scroll dengan secepat itu gitu, jadi kayak mengenal identitas

Kompas TV secara keseluruhan dari segi editing, dari segi backsound, dari segi

berita. News anchornya gimana, ketepatan dari beritanya kayak apa, itu tuh kayak bukan menjadi dasar buat penonton tuh ngeliat, ya cuman.. yaudah kecepatan mereka hiburannya kan bisa tinggal scroll tinggal scroll gitu doang, dan menurutku yang bahaya disitu, kayak kita ga ada identitas, Kompas TV ga ada identitas yang berarti di sosial media Tik Tok ini. Yaudah ini kayak media berita pada umumnya aja. Kayak aku juga liat di beberapa portal media lain kayak iNews, atau yang lain mereka juga formatnya kayak gitu. Tapi bedanya di

Kompas TV kita ada target kayak setiap hari delapan postingan. Ketika aku masuk

dan kerjaan ga crowd, aku itu biasanya targetin per hari 12 konten sehari. Nah kalau lagi crowd aku juga pegang Facebook, biasanya aku naikin konten 6-8 konten, itu aja udah cukup banget karna per jam kan ada berita terus. Jadi ya itu sih kekuatan, dan kelemahannya disitu. Kita ngerasa ya kalau quantity kita di naikin, kesempatan kita di fyp juga lebih banyak.

Kayak kemaren Mas Haris bilang sebenernya aku ada yang gak setuju sih..kayak apa efek Tik Tok untuk perusahaan, menurutku malah lebih banyak di Tik Tok sih yaa daripada di Facebook, Twitter, Instagram. Karna kalau umpamanya di beberapa media sosial lain tuh kita harus follow duluan, kayak Twitter tuh.. ya jaranglah kalau kita ga follow duluan, atau kita harus like duluan baru keluar nih beritanya ke beranda. Terus kalo Facebook, kalau kita engga ngelike tuh ga keluar juga, instagram juga harus keluar di explore dulu, udah gitu di tombol khusus gitu. Tapi kalau umpamanya di Tik Tok kan gaperlu nih,

(18)

misalnya follow seseorang, karna dia berkemungkinan keluar ke fyp kita tanpa perlu kita follow atau like dulu.

Kalau misalkan beritanya bagus, yang nge love banyak, yang komen banyak, gitu jadi... dan disitu kan juga disertakan link yah kalau mereka mau liat. Nah itu kan seandainya kalau orang klik kan juga dapet adnsens juga istilahnya, kita juga bisa naikin revenue juga sih dari situ. Menurutku malah Tik Tok itu media sosial terkuat sampe hari ini, karna ya media sosial-media sosial lain itu dibuat untuk kita semakin mendalami seseorang, tapi ya itu bagus untuk brand, untuk kita mengenal identitas sebuah brand media. Tapi umpamanya untuk kita mempublish lebih banyak lagi, itu ya di Tik Tok itu, buktinya paling banyak followersnya.

Peneliti : Baik Mas, lalu sebagai tim kreator, jenis kontribusi seperti apa yang Mas Topik sumbangin dalam pengunggahan berita di media sosial Tik Tok Kompas TV ?

Narasumber : Kalau aku sih masih ikut rules nya yang temen-temen lakuin sebenernya. Biasanya awalnya tuh kita milih berita, terus abis itu dari berita itu kita share, terus kita pilih –pilih lagi. Kalau ngomongin kontribusi secara keseluruhan ya itu, mengupload konten berita di Tik Tok, ngedit caption juga.

Peneliti : Kalau menurut pandangan Mas Topik, alasan apa yang membuat

Kompas TV menggunakan media sosial Tik Tok ?

Narasumber : Karena Kompas sendiri sadar bahwa berita-berita yang ditulis di website dari artikel, sampe akhirnya di produksi sampe sebuah tampilan visual, terus apa ya... ya mereka tau kalau potensi ini akan ada dan dimakan nih sama temen-temen Tik Tok. Makanya kayak aku liat nih dari beritanya sekarang udah padet-padet banget, gaperlu intro yang lama-lama banget, terus gaperlu ada yang penjedanya yang lama banget, gambarnya juga yang padat. Kayak yaudah ya ini emang satu menit dan dua menit yang potensial banget buat Tik Tok. Jadi kayak

(19)

Peneliti : Lalu bagaimana dengan kriteria konten berita yang di posting di akun Tik Tok Kompas TV ?

Narasumber : kalau kriteria yang aku biasanya ini nih ya kita pilih ya.. karna ini masuk ke sense of news seseorang. Jadi apa ya.. kayak kita tuh milih makanan di go-food itu makanan yang enak yang kita suka yang mana nih, ya lebih ke selera ibaratnya. Jadi gini, kalau aku sendiri milih berita yang akan di posting di Tik Tok itu kayak memang harus hard news, karna aku sendiri punya sense kalau berita yang dipilih akan naik dan bisa fyp, coba aku sambil liat uploadan di Tik Tok yah... biasanya kayak berita-berita yang masih fresh dan lagi update banget kayak babi ngepet, dan beritanya ini berlanjut, jadi dia kayak ada series lah, sama ibaratnya kita nonton netflix tapi ini bobotnya berita. Kadang tuh memang beritanya sengaja digituin, tapi ini ga mutlak juga sih, biar audiensi itu merasa penasaran aja. Nah berita yang soal babi ngepet ini tuh gila banget sih trafic nya tinggi banget. Walaupun di YouTube di anggep receh ya.. jadi tuh awalnya aku liatnya di Youtube dulu sih, di YouTube nih beritanya perform ga nih, views nya banyak ga, itu juga ga mutlak juga kadang. Kayak kita liat nih, “Presiden Jokowi THR PNS Cair H-10 Lebaran” ini di Youtube gabanyak views nya, tapi kalau kita potong nih ke Tik Tok, itu bisa sampe 400 ribuan yang nonton.

Karna kan kalau kita mau milih berita nih awalnya menurutku judulnya dulu, kayak soal tadi, oke itu berita soal THR PNS, tapi ini berita bakal bekemungkinan besar di komen oleh orang-orang yang bukan PNS, kayak “oh Pak Jokowi saya bukan PNS Pak, tapi saya tidak pernah merasakan THR”, jadi kayak menimbulkan perhara gitu loh beritanya, itu berkemungkinan banget buat fyp. Contoh lain kayak “Istri Pecalang Umat Hindu Bagikan Takjil Gratis” ,nah ini kan beritanya potensial untuk orang-orang berkomentar “Umat Hinduku memang baik”, terus “Umat Hindu aja membagikan takjil gratis, masa agamamu engga ?” nah gitu lah ibaratnya..

Nah kalau kemarin Mas Haris bilang tugas kita itu motong terus upload, kalau kita sendiri sebagai social media officer itu ya harus bisa juga nentuin judul yang menarik yang diambil dari berita dan gaboleh lebay, harus flat gitu feelnya

(20)

tapi kena gitu. Terus captionnya juga istilahnya, kadang juga sedih kalau upload- an ga fyp, jadi ya kalau bisa fyp lah, karna kan followernya Kompas juga 400k, bahkan likesnya aja udah nyentuh 6 juta.

Peneliti : Lalu bagaimana dengan penulisan caption yang diterapkan oleh

Kompas TV di media sosial Tik Tok, Mas Topik ?

Narasumber : kalau caption di Tik Tok memang harus EYD yang bener ya. EYD yang bener tuh harus banget, kayak tanda baca juga koma titik. Kayak kalau kelewatan sedikit atau typo aja, kayak nulis rumah tapi huruf r nya kurang, ya itu harus di ulang upload lagi. Walaupun itu udah sore dan udah mau selesai jam kerja ya, karna social media officer itu ga ada jam kerja ya menurutku, ya kalau salah itu juga, ya ganti saat itu juga.

Peneliti : Bagaimana dengan alat Mas ? Alat apa saja yang digunakan oleh tim Kompas TV untuk menyalurkan beritanya di Tik Tok, sehingga dapat memanfaatkan semua fitur yang telah di sediakan oleh Tik Tok ?

Narasumber : kalau alat hardware, aku sendiri ngedit pake macbook, terus pake iphone juga, terus kalo di kantor pasti pake komputer yah. Nah kalau software nya itu biasanya pake Canva, Creator Studio, Protangel, terus Twitter Studio, terus ada website juga, Kompas itu wajib, kita selalu membuka website Kompas 24 jam, karna itu tab mentionnya gamungkin tuh ga ada Kompas. Nah kalau Tik Tok ya paling itu terus YouTube, jadi kita tuh selalu terintegrasi, kayak kita ada nih namanya CMS, terus ada Google Data Studio, tapi aku biasanya mainnya di Youtube sih, kayak beritanya perform ga, tapi itu ga mutlak ya sekali lagi. Viewer banyak di Youtube belom tentu banyak di Tik Tok, begitupun sebaliknya. Jadi ya harus liat beritanya juga, nah kita harus liat trafic nya.

Peneliti : Oke Mas, lalu ada teknik-teknik khusus ga Mas yang di lakukan oleh tim kreator dan sosial media dalam membuat konten berita Kompas TV di media sosial Tik Tok ?

Narasumber : Kalau aku sendiri soal Tik Tok itu.. main schejuling sih. Karna kita kalau nulis caption atau nulis judul tergantung personal kita, kita harus banyak-

(21)

banyakin baca berita. Umpamanya ya harus rajin baca berita, ya kayak baca berita di Twitter, di Facebook, di Website, kita harus ngebiasain mata kita itu ngebaca berita. Jadi kata-kata yang ga formal itu ga akan keluar. Aku dulu pikirnya awalnya, wah ini kata-katanya susah nih, nah setelah rajin baca berita sama rajin nulis berita di Kompas, akhirnya terbiasa dan bisa gitu nulis caption. Kita kayak belajar untuk membaca tipe penulisan berita, nah kalo judul itu kita harus tega- tegaan, aku juga beberapa kali di semprot sama senior gitu, karna ya kita kalau nulis berita tentu pasti ada teknik-teknik jurnalistiknya, tapi di sisi lain kalau kita ngomongin Tik Tok, ngomongin Youtube, Instagram, mereka punya treatment masing-masing, punya ciri khas masing-masing, gimana sosial media ini bisa bertumbuh.

Nah kalo di Tik Tok sih aku main schejuling biasanya, jadi contohnya kayak berita nih di Youtube atau di Website itu keluar biasanya ga jam 9 pagi banget, ya ada sih.. cuman biasanya beritanya kurang wah gitu. Nah berita yang nendang itu biasanya ada di jam-jam 11 atau jam 12 siang. Nah terus aku pilih nih di 3 jam awal, ceritanya ada 10 berita, oke aku pilih 5 berita, terus download dulu, terus dibaca, diliat satu-satu, oke.. berkemungkinan fyp di Tik Tok ada 2 berita nih, nah yaudah itu yang di upload di jam-jam golden hour di jam 11-12 tadi. Nah kalo kita schejule-in, umpama berita Kompas Pagi, berarti kita bisa schejule-in untuk upload beritanya sebelum jam 12 siang.

Peneliti: Kalo soal fyp gitu Mas? Apa berita yang dipilih dan di beri jadwal seperti yang Mas Topik barusan jelasin itu akan trending dan menjadi fyp semua ?

Narasumber : Kalo untuk fyp sendiri itu kita gabisa nentuin sendiri, itu algoritma nya ga kayak gitu, kita at least harus nunggu satu hari. Aku jelasin nih agak ribet tapi ya, kayak contohnya sehari ada 12 berita yang bakal kita posting di akun Tik Tok Kompas TV. Nah biasanya si Tik Tok ini milih, dia bakal milih kira-kira berita mana yang bakal mereka buat jadi fyp. Paling di antara 12 berita bisa 3-5 berita yang masuk fyp, karna gamungkin semuanya fyp. Umpamanya gini, ada 5 berita yang nonton rata-rata 50 ribu ke atas, nah ini berarti berita-berita yang

(22)

berhasil kita gait dari followers-followers kita, nah ada juga yang dibawah 5 ribu, cuman 3 ribu, itu pasti ada masalah sama postingan beritanya, entah itu kena copyright, entah itu emang berita yang kurang menarik untuk generasi milenial dan generasi Z, atau bisa juga teknis kayak volume non-aktif, pasti bermasalah. Jadi dari 12 berita itu ada yang 50 ribu ke atas, ada juga yang lebih pecah lagi traficnya biasanya, itu bisa nyentuh angka di 400 ribu, 600 ribu, 700 ribu, 1 juta, 2 juta, nah itu udah pasti fyp. Karna fyp itu gabisa di tebak oleh manusia, itu ada perhitungan dan algoritma nya sendiri dari Tik Tok.

Peneliti : Apa terdapat standar khusus yang ditetapkan oleh Kompas TV dalam membuat konten di akun media sosial Tik Tok Kompas TV ?

Narasumber : Kalau standar khususnya sih ga ada ya, kayak kemaren dibilang sama Mas Haris, semua boleh di upload, tapi yang jelas berita-berita yang tentang hard news atau berita-berita yang sedang panas banget dan itu apa ya.. baru, dan itu bersifat informatif harus wajib di share.

Peneliti : Oke Mas, lalu bagaimana cara tim kreator dan tim sosial media

Kompas TV mengemas berita sehingga menjadi menarik dan mudah di

konsumsi oleh generasi milenial di media sosial Tik Tok Kompas TV ?

Narasumber : kayak yang tadi aku bilang, pertama kita harus milih berita hard news, itu udah jadi kunci banget, karna milenial hari ini kan kalau di detik pertama Tik Tok dia udah pecah duluan, istilahnya kayak kalimat di detik awal bener-bener menarik perhatian banget. Biasanya di komunikasikan di postingan judul, makanya di Tik Tok kan kita template semuanya, yang kita mainin itu tulisannya, kayak judul-judul awal, dan yang terakhir caption. Udah dua itu yang paling penting di Tik Tok, karna dua itu menjadi penentu bagaimana inti berita bisa terwakilkan juga.

Peneliti : Lalu jenis berita seperti apa Mas yang mudah dan tidak mudah di edit di media sosial Tik Tok Kompas TV ?

Narasumber : pastinya berita yang lebih dari 3 menit ya, karna Tik Tok ini kalau mau posting berita yang 3 menit itu ga akan bisa di edit, jadi kita selalu pilih

(23)

berita yang dibawah 3 menit, karna maksimal dari Tik Tok sendiri kan video durasinya 3 menit, ya seperti itu teknisnya. Lalu kalau berita yang sulit di share sendiri itu ga ada sih, karna semua itu sudah terkurasi, emang berita yang sudah tayang di tv pasti sudah melewati proses QC dan pasti sudah sesuai dengan standar kode etik jurnalistik yang ada di Kompas, paling teknisnya aja sih milih- milih berita.

Peneliti : Oh begitu Mas, lalu apakah konten-konten berita di media sosial

Kompas TV di tentukan oleh tim redaksi atau dari tim sosial media ? Jika iya

atau tidak, berikan alasannya.

Narasumber : kalau umpamanya berita yang di share itu dari tim sosial media sih yang nentuin konten-konten beritanya, jadi kita tinggal pilih aja berita yang bagus untuk platform masing-masing itu apa, Youtube sendiri, Facebook sendiri, Twitter sendiri, Tik Tok sendiri, gitu...

Peneliti : Apakah Kompas TV menggunakan semua fitur-fitur yang disediakan oleh Tik Tok Mas Topik ?

Narasumber : Semua fiturnya kita pake sih kecuali Live Streaming, kayak penjelasan nya Mas Haris kemarin. Kita gapake fitur live sama sekali.

Peneliti : Oke baik, pertanyaan terakhir ya Mas Topik, apakah terdapat target yang ingin dilakukan dan dicapai oleh tim sosial media Kompas TV dalam memanfaatkan media sosial Tik Tok ?

Narasumber : Kalau aku sendiri, karna harus mengikuti rules, satu kita sehari minimal posting 8 konten di Tik Tok yah.. tapi kalo secara personal aku, aku pengen naikin lagi, karna aku dikasih tanggung jawab untuk megang Tik Toknya

Kompas TV, jadi sehari aku mau naikin dari 8 ke 12 berita per harinya. Lalu dari

12 bisa ke 15 konten berita per harinya, ya itu juga sebenernya gabisa di paksain, karna kalau dari aku sendiri itu lebih ke quantity dari banyaknya konten berita yang di posting per harinya di media sosial Tik Toknya Kompas TV. Karna semakin banyak berita yang di uplaod, akan semakin banyak pilihan konten berita untuk Tik Tok pilih jadi berita yang fyp. Terus tujuannya fyp juga ya kalo aku

(24)

sendiri, aku pengen berita-berita yang di post itu harus fyp, karna sehari kalo ga ada berita yang fyp tuh rasanya aduh.. gimana gitu ya. Kayaknya ada yang kurang gitu, performnya kurang bagus, harusnya bisa nih fyp dengan berita-berita hari ini. Karna berita-berita di Kompas TV sendiri udah bagus, dan Kompas TV sendiri kan brandingnya memang media yang premium dan media yang akurat dan terpercaya. Ya jadi aku disini pengen bikin Kompas TV tuh eksis terus, ngikutin perkembangan terus, biar ga kalah sama media-media lain khususnya di platform media sosial Tik Tok.

Peneliti : Oke terima kasih banyak ya Mas Topik atas jawaban dan udah mau meluangkan waktu untuk wawancara.

(25)

Informan 3

Nama Tanggal Lokasi Durasi

Roro Ajeng Sekar Arum

03 Mei 2021 Google Meet 22.22

Peneliti : Halo selamat sore Mba Ajeng, saya Deskhila salah satu mahasiswi Universitas Multimedia Nusantara, saya ingin mewawancarai Mba Ajeng perihal media sosial Tik Tok Kompas TV. Boleh perkenalkan diri dulu Mba sebelumnya beserta jabatan di Kompas TV ?

Narasumber : Oke.. Halo nama saya Roro Ajeng Sekar Arum, saat ini bekerja sebagai digital strategiest di Kompas TV tim digital, dan sudah bekerja kurang lebih 3 tahun di Kompas TV.

Peneliti : Oke kita mulai ya Mba, pertanyaan pertama, bagaimana pandangan Mba Ajeng melihat media sosial Tik Tok sebagai saluran distribusi informasi dan berita ?

Narasumber : Tentu ngeliatnya kayak hal baru yah.. jadi seperti yang Kila sudah denger juga dari Mas Haris mungkin juga dari Topik, itu seperti ladang baru buat kami karna pada dasarnya kita belum punya goals yang secara utuh gitu, hmm

(26)

ekspektasi, kita belum punya ekspektasi besar gitu ke Tik Tok awalnya. Lalu kita melihat kayaknya nih kita bisa ngelebarin sayap ya.. maksudnya kita bisa lebih menjangkau audiensi gen Z maupun yang milenial, yang merupakan pengguna Tik Tok terbesar gitu.. Jadi melihat ini sih kita awalnya dari yang biasa saja, akhirnya menentukan, yaudah kita fokus deh mulai untuk ngelola ini semuanya dan menempatkan beberapa orang untuk mengelola itu sendiri. Jadi kita ngeliatnya bukan sebagai suatu ancaman, tapi yaudah kita anggep ini sebagai tantangan, begitu sih..

Peneliti : Oke, jadi menambah devisi baru ya Mba Ajeng khusus untuk memegang Tik Tok di Kompas TV ?

Narasumber : iya betul, karna awalnya begini.. jadi kadang kalau di tim digital itu kan biasanya per orang bisa pegang dua platform, atau bahkan kalau lagi sendirian bisa pegang semuanya gitu.. Nah kita awalnya sempet kepikiran, kayaknya Tik Tok ga ada yang megang nih, jadi kita gabisa ngelola, kalau kila tahu nih, jadi tuh Kompas udah buat akun Tik Tok dari 2019 akhir kalo ga salah, nah itu belom kita optimalisasi, terus akhirnya kita mikir, kayaknya emang harus ada yang tandem ngejain meskipun punya kerjaan satu lagi tapi dia tetep kerjain yang ini. jadi kita coba dulu deh, mulai dari ya misalkan sehari itu 3 konten, kemudian kita naikin lagi gitu.. karna prosesnya ga mudah juga ya, karna mengerjakan pekerjaan yang reguler lainnya. Jadi akhirnya memang bener menambah orang untuk yaudah bantu kita fokus untuk mengelola di Tik Tok gitu.

Peneliti : Baik Mba, kalau menurut Mba Ajeng apa kelebihan, kekuatan, dan kekurangan media sosial Tik Tok sebagai medium untuk mendistribusikan berita ?

Narasumber : kekuatannya itu karena jangkauannya bisa worldwide juga ya.. terus selain jangkauannya yang cukup besar, mereka juga bisa menikmati konten tanpa harus follow, mereka bisa terpapar konten berita. Kemudian Tik Tok sendiri itu kan ngebaca by interes, sedangkan kalau kita bicara berita, berita itu kan memang kadang berdasarkan interes juga, jadi kalau ada orang yang gamau tahu soal

(27)

politik yah dia gak akan dapet berita politik gitu. Jadi kalau setiap saat orang tersebut cari-cari terus berita soal politik ya Tik Tok itu akan lebih mudah untuk mengarahkannya, bahkan lebih mudah dibanding Instagram ya menurut saya. Jadi yang bener-bener sesuai dengan interes mereka ini si pengguna Tik Tok, jadi kita bisa menjangkau orang-orang yang memang sedang concern dengan suatu trend atau suatu berita. Dan untuk masalah followers dan semacemnya kita gak terlalu menargetkan followers, karna memang target utama secara keseluruhan tim digital itu ke views, begitu. Karna performanya sendiri itu lebih ke kontennya ya, jadi kayak konten views nya udah berapa gitu. Kalau engagement nya mungkin di Tik Tok ya jauh lebih baik di banding yang lain.

Nah kalau kekurangannya, mungkin karena sebenernya kalau dari kami ngeliatnya engga sebagai kekurangan sih, mungkin kekurangannya karna ga ada monetisasi gitu ya, jadi kita juga secara pembagian straregi kita itu tidak terlalu memprioritaskan Tik Tok dalam pekerjaan daily reguler kerjaan kami gitu. Karna apalagi sebelum ada orang yang bertugas khusus di situ, jadi mungkin karna belum ada monetisasi. Kemudian kami belum bisa melakukan... kemarin tuh sempet di tawarin yang live streaming, tapi live streaming itu dari pihak Tik Tok meminta eksklusif tayangnya hanya di Tik Tok saja, sedangkan biasanya kalau kami itu tipenya, tipe medianya yang mirroring, jadi di TV naik, di digital juga naik. Jadi misalkan kalau cuman bikin konten eksklusif untuk Tik Tok kemudian kami tidak mendapatkan apa ya.. benefit yang sesuai juga, ga ada pemasukan macem-macemnya juga gitu, kita juga merasa kayaknya belom deh.. itu untuk ambil oportunity kerja sama yang sepert itu. Jadi mungkin lebih ke monetisasinya yang belum ada sih.

Peneliti : Oke Mba, lalu sebagai tim yang mengelola media sosial Kompas TV, bentuk kontribusi seperti apa yang Mba Ajeng sumbangkan dalam mengelola Tik Tok Kompas TV ?

Narasumber : kontribusinya sebenernya kalo aku, mulai dari proses bikin, kemudian awal itu ya maksudnya kayak komunikasi strategi, strategi awal, karna begini.. di Kompas TV itu kan kita mirroring untuk Tik Tok Kompas TV juga, jadi

(28)

semua kontennya itu kalau Kila lihat itu landscape, sedangkan secara trend itu kita sudah masuk ke vertikal video. Makanya muncul IGTV, IG Stories lebih diminati, dan ya kemudian Tik Tok itu udah menjadi yang lebih nyaman gitu.. dan sekarang orang kalau sudah merekam sesuatu ya dia pasti ngerekamnya vertikal, udah engga yang landscape lg. Nah jadi memfasilitasi itu juga, gimana caranya mungkin ya kita strateginya pake template dulu apa segala macemnya, karna harus juga mikirin proses produksinya gimana dengan SDM yang terbatas. Jadi lebih ke strategi, kemudian ya mengelola di saat awal-awal, dan ketika ini sudah berjalan dari pihak Tik Tok juga menghubungi kami, itu kebetulan aku dan Mas Haris yang dikontak, jadi ya aku lebih ke bagian strategi komunikasinya sih, kerja sama dan segala macem.

Peneliti : Oke Mba, lalu pada saat awal-awal media sosial Tik Tok digunakan sebagai perpanjangan tangan untuk mendistribusikan berita di

Kompas TV, apakah tim media sosial sependapat atau tidak ? Berikan

alasannya.

Narasumber : sama sekali ga ada complain macem-macem sih karna salah satu yang mengusulkan juga. Karna melihatnya begini, kok kayaknya di Indonesia belum terlalu banyak kan media yang main Tik Tok gitu. Bahkan sister company kami gitu Kompas.com aja bikin, tapi belum optimal juga. Atau kalau misalkan Kila sempet liat, postingan awal-awalnya gitu ya, itu kayak masih.. “kita nih mau ngikut trend yang anak-anak banget, atau yang baku banget”, ya sama seperti yang dikatakan Mas Haris, itu juga yang menjadi kebingungan kita di awal, makanya kita belum menentukan strateginya kayak gimana. Ternyata begitu kami sudah berevolusi dan kita sudah melakukan proses riset gitu ya.. dari media luar maupun media dalam negeri, ya ternyata bisa dilakukan dengan konsep ya memang Tik Tok Berita. Dan ternyata dari pihak Tik Tok juga menyampaikan kalau Tik Tok itu ga cuman sakadar joget-joget atau segala macemnya, tapi ada juga informasi yang bermanfaat. Jadi yaudah kita tetep pake brand indentity kita, tetep pake kode-kode etik yang memang kita gunakan, aturan-aturan yang kita pake, tapi mungkin pendekatannya memang pendekatan ke gen Z. Jadi kayak

(29)

caption ga panjang-panjang, kemudian ya cari konten yang memang sesuai dengan trend dan current issue.

Peneliti : Oke Mba, lalu pada awalnya ketika Kompas TV setuju untuk membuat akun media sosial Tik Toknya, apakah Mba Ajeng ikut terlibat dalam membuat peraturan-peraturan penggunaan media sosial Tik Tok

Kompas TV ?

Narasumber : Ikut sih ya.. jadi sebenernya ga ada aturan yang terlalu jelas yah.. maksudnya kayak ini gaboleh begini begini.. tapi kita menentukan dari awal, oke kita bikin template. Kemudian kita nanti sehari uploadnya 2-3 dulu aja, karna ya itu tadi SDM nya belum ada. Kemudian kita liat dulu performanya, karna begitu kita ngobrol dengan tim Tik Toknya sendiri, di awal-awal itu memang kita lagi mantau konsistensi kita itu sanggupnya berapa untuk upload, kemudian bagaimana interaksinya, kemudian untuk performanya. Karena ketika sudah konsisten seperti itu baru dari Tik Tok nya sendiri menawarkan untuk partnership yang di pantau, dan kemudian sudah bisa diarahkan by sistem dengan orang-orang yang sedang mencari berita, gitu.. Jadi dari awal turut ikut dalam berbagai kebijakannya.

Peneliti : Lalu menurut Mba Ajeng, alasan apa yang membuat Kompas TV menggunakan media sosial Tik Tok ?

Narasumber : Sebenernya, alasan paling kuatnya karena kita ya riding the wave juga ya..maksudnya ngikutin trend gitu. Awalnya emang kepikirannya ini kayaknya bisa deh dibuat untuk seru-seruan Tik Toknya, karna kepikiran juga untuk melakukan kayak news presenter branding gitu lah.. jadi kalau Kila lihat di awal banget tapi ya scrolling nya jauh, di awal banget itu ada konten-konten yang duetin dong presenter. Nah, awalnya tuh kita mau bikin gitu coba deh masukin aja konten-konten begini, nah tapi kita juga melihat ya secara tim, secara divisi kita tuh sebenernya targetnya apa ? apa ini memang mau Tik Tok itu cuman bagian dari seneng-seneng ajah, atau kayak buangannya lah, hura-hura di balik layar atau gimana gitu.

(30)

Tapi ternyata setelah kita dapet tawaran dari Tik Toknya langsung itu “bisa kok Mba kita fokus di berita aja, mau fokus emang khusus performa jadi kanal penyebaran aja”, jadi yaudah akhirnya kita memutuskan, yaudah deh.. ini kita jadiin kanal untuk menyebarkan berita dari Kompas TV. Jadi belum ada perubahan strategi baru atau konten baru yang mau dibikin gitu, mungkin next nya sih bisa dicoba gitu ya, ketika memang salah satunya adalah memilih untuk menambah masukannya di tim digital, salah satunya ya ada Mas Topik. Jadi kita mau lihat, konstribusi lebih apa yang bisa kita dapetin kalau ada konten kreator khusus di bagian Tik Toknya Kompas TV, begitulah kira-kira.

Peneliti : Lalu Mba, berita seperti apa yang menarik untuk dimuat dalam media sosial Tik Tok Kompas TV ?

Narasumber : sebenernya Tik Tok itu unik banget yah... jadi segala bentuk video yang viral itu otomatis disukai, kemudian berita-berita viral yang unik, kemudian current issues. Nah kemarin si Mas Topik sempet nanya juga, Mas Topik bingung nentuin berita-berita seperti apa yang mau di tayangin di Tik Tok, karena masing- masing karakternya itu beda. Kalau di Twitter, kalau misalkan Kila tau, kalau baru masuk ke Twitter itu pasti ada tulisan “What‟s Happening ?”, artinya dia pengen tau secara lebih cepat, apa aja nih, detik ini nih ada pembunuhan pake sate beracun, jam berapa lagi, 5 menit lagi ada apa apa gitu.. jadi updatenya yang ditungguin. Sedangkan kalau di Tik Tok itu, konten yang kemaren itu bisa aja muncul sekarang kan di fyp kita, atau konten satu bulan itu bisa muncul lagi gitu. Nah jadi, gimana menyasatinya itu ? menyasati algoritma yang berbeda-beda, kemudian spesifikasi platform yang berbeda-beda. Kalau konten kreator sebenarnya harus punya kepekaan, kepekaan sense of news nya tentang ya current issues apa yang kira-kira masih akan valid untuk dilihat orang beberapa hari kedepan, sama ya itu tadi, segala bentuk yang viral untuk dan memang tidak terlalu berat lah katakanlah ya untuk milenials maupun gen Z.

Ya sekarang kita tau lah ya, kita itu cuman punya waktu 5-10 detik untuk bikin orang tuh udah tertarik, dapet attention. Nah itu jadi tugasnya konten kreator untuk bener-bener memilih konten yang sesuai.

(31)

Peneliti : Baik Mba, kalau sejauh ini jenis-jenis berita seperti apa yang ditayangkan dan di posting di akun media sosial Tik Tok Kompas TV ? *misalnya politik, entertain, dll.

Narasumber : politik ada, entertain ada, kriminal juga. Jadi kayak kriminal tuh juga salah satu yang terbesar juga gitu ya.. Kriminal, kayak kejadian-kejadian model-model apa ya.. kayak kemaren viral pengendara motor namun dalam bentuk jurnalism, tapi bukan jurnalisme warga ya.. jadi kayak orang-orang ngevideoin segala macem, kan akhirnya juga tayang di TV, dan berbagai tambahan informasi yang lebih akurat, nah itu justru yang paling gede juga di Tik Tok, karna orang sudah tahu, oh kalau di Kompas TV kan kita punya label yang lebih akurat, independen, terpercaya, jadi kayak yaudah segala sesuatu yang disebarkan di Kompas TV otomatis beritanya itu bisa di pertanggungjawabkan, dibandingkan dengan.. ya kan Kila tau sendiri kalau di Tik Tok udah banyak juga orang-orang bikin media-media ala ala gitu. Jadi yang membedakan kami dengan mereka ya, kita sudah melalui proses quality control, proses riset, kemudian proses cross check semua data segala macemnya, sampai akhirnya memang udah lolos untuk ditayangkan di semua platform Kompas TV.

Peneliti : Lalu bagaimana dengan penulisan caption yang diterapkan oleh

Kompas TV di media sosial Tik Tok ?

Narasumber : Hmm.. satu kalimat ga panjang, jadi satu kalimat mencakup apa poin utamanya dari konten tersebut, kemudian pakai #Tik TokBerita itu yang utama, sama mungkin tambahan #fyp , sama dengan tambahan tagar yang terkait dengan berita itu sendiri. Misalkan kayak pembunuhan apa, misalkan kayak kemarin KRI Nanggala gitu-gitu, jadi satu dua tagar saja. Kemudian kita nambahin link, jadi untuk beberapa Tik Tok, akun Tik Tok kan beberapa sudah ada yang bisa insert link, jadi kita juga untuk nambahin trafic ke website kita, yang memang jadi website atau pundi-pundi untuk kita, jadi tempat cuan paling banyak, jadi ya kita ngarahinnya kesitu. Jadi biasanya Topik akan cari nih link apa yang mau dimasukan ke dalam deskripsi juga.

(32)

Peneliti : Seberapa intens Kompas TV menggunakan platform media sosial Tik Tok ? apakah ada target unggahan setiap harinya Mba ?

Narasumber : Jadi kalau awal-awal itu, aku ceritain dari awal yah... jadi dari awal banget itu kita cuman upload 2-3 konten berita per hari, karna kita mau ngelihat dulu konsistensinya, kita sanggup gak sih mengola ini disamping ngerjain yang lain juga. Seiring berjalannya waktu akhirnya kita kan juga udah bekerja sama dengan Tik Tok, dan dari Tik Tok juga bilang “boleh nih kontennya ditambahin lagi kuotanya”, jadi akhirnya sehari kita 3-4 kemudian 4-5 konten berita perhari. Karena akhirnya beberapa bulan yang lalu kita baru dapet fitur yang link itu tadi dari Tik Tok, sama beberapa fitur lainnya yang memang dari Tik Tok yang mengharuskan seminggu kurang lebih ada 23-25 konten yang di post per week. Jadi yang awalnya 18 konten per minggu, jadi kita dapet target dari Tik Tok kalau mau segala fitur-fitur itu nambah, URL artikelnya bisa dimasukin, terus exposurenya lebih gede, ya itu boleh ditambah kontennya jadi 25 post per minggu. Nah dengan menambah pasukan baru khusus mengelola Tik Tok Kompas TV, jadi kami mikirnya sehari minimal 8 konten berita, jadi kalau konten kreator mau posting 12 konten ya gapapa, yang penting minimal 8, minimal 7 gitu. Cuman di weekend itu biasanya, lebih dikit karna Topik harus tandem ngerjain yang lain juga, jadi 4-5 konten berita. Jadi ya tetep aja kalau di total ya.. mungkin di atas 30 konten per minggunya.

Peneliti : Jadi itu perharinya saat menggunggah konten langsung bebarengan 8 konten atau di pisah-pisah Mba Ajeng ?

Narasumber : di schejule sih biasanya. Harusnya sih memang ga barengan ya, jadi ada beberapa momen itu Topik sempet ngerjainnya tuh langsung sekaligus, sedangkan harusnya dipecah. Akhirnya aku coba untuk sampaikan juga, karna gini.. kalau kita ngelola media sosial mau itu Tik Tok atau media sosial apapun, meskipun Tik Tok itu punya kelebihan, dia bisa tayang di fyp orang jam berapapun, tapi kita tetep harus bikin pola kan. Selain bikin pola kita juga harus mengevaluasi konten-konten mana aja yang sekiranya fyp, di testing juga, kalau misalnya di post jam segini, performnya bagus gak, atau misalnya kita ngepost

(33)

konten yang sudah kemaren baru kita post sekarang itu kan juga jelas gabagus gitu ya. Jadi kita juga harus bisa mengevaluasi apa-apa aja yang udah kita lakuin.

Peneliti : Baik Mba, lalu sejauh ini bagaimana pengaruh yang dihasilkan Tik Tok untuk perusahaan Kompas TV ?

Narasumber : sejauh ini belum ada pengaruh macem-macemnya ya. Kila juga kemarin denger dari Mas Haris, kalau dari segi benefit, kayak keuangan gitu belum juga mendatangkan cuan, karena itu tadi belum ada monetisasi. Kemudian untuk kita jual konten nya ke brand itu juga Tik Tok sebenernya punya aturan- aturan yang tidak mudah juga gitu untuk kita penuhi. Jadi kayak misalkan gini, kan kalau di TV maupun media mana pun brand, mau placement brand, biasanya kan cuman ada yang logo nya aja atau apa. Nah itu tuh ada beberapa aturan yang kita belum bisa sinkron dengan Tik Toknya sendiri. Jadikan kayak beberapa harus ada yang dikasih liat brandnya, atau ngomonglah soal iklannya, harus ngeliatin iklannya, nah itu yang sama kayak di Instagram. Jadi, ada beberapa branded content.. kayak apa yah.. kayak beberapa aturan yang kita tuh belum bisa jualin itu juga ke client gitu. Jadi kayak lebih, belum terlalu luas lah kita di Tik Tok, jadi memang belum jual brand juga di Tik Tok.

Peneliti : Oke Mba, pertanyaan terakhir, apa target yang ingin dilakukan dan dicapai oleh Kompas TV dalam memanfaatkan media sosial Tik Tok ?

Narasumber : Targetnya sebenernya kita bisa produksi konten eksklusif sendiri disana ya, harapannya. Karena begini, di tahun 2021 ini, karena kemarin gini...waktu pandemi itu kita kayak bingung ini cuman ngisi-ngisi dulu aja gitu lah.. Kemudian di tahun ini tuh kita liat performanya juga udah bagus. Tapi belum memutuskan strateginya yang lebih pasti atau goals utamanya itu seperti apa, tapi sudah mulai kebayang dari segi aku gitu ya.. dari tim strategi kemudian nanti bisa akan disampaikan kepada Mas Haris selaku bos gitu, apa-apa saja yang bisa dilakukan. Sebenernya ya goalsnya ya itu tadi, bisa bikin konten eksklusif sendiri, kemudian berharap juga sih, dari Tik Tok juga ada monetisasi ya.. sehingga yang kita lakukan itu juga bisa membuahkan. Karena sekarang aja kalau di publiser itu,

(34)

umpamanya di publiser besar, kayak Facebook, Twitter, Youtube, itu sudah ada monetisasinya. Jadi sudah ada adsens nya gitu Kila.. Kecuali Instagram, ya kalau Instagram itu jualannya by direct sales gitu sih. Ya Tik Tok itu harapannya kedepannya bisa jadi salah satu yang bisa kami dapatkan keuntungan dari segi uang ya, benefitnya.

Peneliti : Oke terima kasih banyak Mba Ajeng sudah mau meluangkan dan bersedia melakukan wawncara sama aku.

Narasumber : iya santai gapapa Kila, nanti japri aja kalau misalkan ada mau nambah informasi atau gimana ya..

Referensi

Dokumen terkait

Tanpa mengesampingkan ketentuan lainnya, Bank dapat menghentikan, menunda atau memblokir akses Nasabah untuk membuka E-Statement dengan pemberitahuan terlebih dahulu jika (i)

mengelola kompensasi International Compensation  Pendahuluan  Minimal 80% dari pertanyaan yang diterapkan adalah ceramah Metode pengajaran yang 150 menit   Handout

Beberapa hal penting yang perlu dicatat dari kunjungan SIDI week 2013 di kabupaten Sumenep dan pulau

Piaget menekankan bahwa abstraksi reflektif melibatkan dua fitur/ciri yang tidak dapat dipisahkan, yaitu pertama “reflechissement”, dalam pengertian suatu aktivitas

Ia mengatakan bahwa “sembilan kelompok bisnis mengendalikan separuh media cetak di Indonesia” dan bahwa para pemilik media “melihat media sebagai pasar belaka.” Yanuar Nugroho

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

[r]

lain pada bauran promosi yang mempengaruhi keputusan pembelian selain periklanan, promosi penjualan dan hubungan masyarakat dalam menggunakan Traveloka. 2)