PENDAHULUAN
Latar Belakang
Aktivitas pengguna jalan juga tidak terlepas dari zona penarikan dan zona pembangkitan, sehingga mengakibatkan semakin banyak pengguna lalu lintas yang menggunakan persimpangan sebagai sarana penghubung pengemudi. Dengan banyaknya pengguna lalu lintas yang menggunakan persimpangan sebagai sarana penghubung untuk mencapai tujuannya masing-masing, hal ini mengakibatkan tingginya antrian pada setiap ruas jalan yang terhubung langsung dengan persimpangan tersebut, yang secara langsung akan mengakibatkan tundaan yang lama. Pada kawasan simpang tersebut, volume kendaraan cukup tinggi sehingga pelayanan harus lebih diperhatikan.
Lalu lintas bergerak dari hijau sampai akhir masa hijau dan sebagian kendaraan akan terus melewati lampu kuning (kuning) pada jalur lalu lintas maksimum meninggalkan antrian yang disebut arus saturasi. Jam hijau, dimana lalu lintas maksimum meninggalkan antrian adalah pada waktu hijau efektif. Situasi lain yang juga diatasi ketika mulai berjalan setelah berhenti di lampu merah adalah waktu yang hilang di persimpangan.
Rangkaian pengulangan lampu hijau, lampu merah, dan lampu kuning membentuk satu siklus sinyal, dan durasinya disebut waktu siklus. Waktu pengulangan sinyal menentukan kinerja sinyal lampu lalu lintas dengan meminimalkan tundaan, antrian dan peningkatan kapasitas.
Maksud dan Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi lama antrian dan keterlambatan pada simpang RS Siti Hajar Medan.
Rumusan Masalah
Lingkup Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Evaluasi Panjang Antrian Pada Simpang Bersinyal Menggunakan Metode PKJI Tahun 2014 Studi Kasus: Jl Daya Nasional – Jl Prof. Penelitian ini fokus pada penghitungan panjang antrian pada masing-masing kaki Bundaran Digulis dan mencari alternatif solusi untuk mengurangi panjang antrian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada PKJI 2014 dengan cara menghitung secara manual jumlah kendaraan yang melintasi simpang tersebut pada jam sibuk pagi, siang, dan sore hari, kemudian diperoleh kapasitas, tingkat kejenuhan, dan panjang antrian.
Alternatif solusi penataan tiga fasa dengan metode turbin adalah panjang antrian puncak pagi hari 455 meter untuk Arm Ahmad Yani, Tenaga Nasional 371 meter, Ahmad Yani Al-Azhar dan Prof. Alternatif solusi setting empat etape dengan metode turbin adalah dengan mengambil panjang selanjutnya yaitu pada puncak pagi hari untuk sayap Ahmad Yani Polnep adalah 495 meter, Tenaga Nasional 104 meter, Ahmad Yani (Al-Azhar) 459 meter dan Prof. Hadari Naeawi 75 meter, dari hasil analisis perhitungan dapat disimpulkan bahwa penataan 2 fasa di Bundaran Digulis lebih efektif dibandingkan dengan alternatif penataan 3 fasa dan 4 fasa dengan menggunakan metode turbin.
Pengertian Persimpangan
Sedangkan menurut Smith dalam Suwatno dan Donni (2013), pengertian kinerja adalah hasil suatu proses yang dilakukan oleh orang-orang. Yang dimaksud dengan kinerja jika dikaitkan dengan simpang adalah hasil kerja optimal yang dapat dicapai suatu simpang pada suatu tempat atau lokasi tertentu, dalam upaya mencapai fungsi dan tujuan simpang tersebut sesuai dengan standar dan spesifikasi yang ada.
Jenis – Jenis Simpang
Tahapan perancangan arus lalu lintas yang ada akan mengurangi jumlah titik konflik pada daerah persimpangan sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya konflik atau tabrakan. Persimpangan tidak rata adalah tempat bertemunya dua atau lebih arus lalu lintas bukan pada suatu kawasan, melainkan salah satu ruasnya berada di atas atau di bawah ruas jalan yang lain (Ir. Joni Harianto, 2004). Persimpangan tidak rata (simpang susun) biasanya memberikan pergerakan belokan tanpa saling bersilangan, sehingga diperlukan belokan yang besar dan sulit serta biaya yang mahal.
Persimpangan jalan yang tidak rata juga membutuhkan lahan yang luas, dan tata letaknya sangat dipengaruhi oleh topografi. Penjadwalan pertemuan tidak terjadwal dilakukan apabila volume lalu lintas yang melewati pertemuan tersebut mendekati kapasitas jalan, dimana arus lalu lintas harus dapat melewati pertemuan tersebut tanpa terputus atau tanpa henti, baik arus terus menerus maupun berkelok. mengalir. Pada pertemuan non-level ini, dimungkinkan untuk berbelok dari satu jalan ke jalan lainnya pada jalur penghubung.
Simpang Bersinyal
- Fase Sinyal
- Arus Jenuh Dasar
- Faktor Penyesuaian
- Perbandingan Arus Lalu Lintas (Q) dengan Arus Jenuh (s) 17
- Kapasitas dan Derajat Jenuh (DS)
- Perilaku Lalu Lintas
- Tingkat Pelayanan Persimpangan
Ukuran peningkatan arus lalu lintas adalah waktu tunggu rata-rata kendaraan yang melintasi persimpangan tersebut. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997), penggunaan sinyal lampu lalu lintas di persimpangan digunakan karena satu atau lebih alasan berikut. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat konflik lalu lintas, kapasitas tertentu dijamin tetap terjaga meski pada jam sibuk.
Untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan kendaraan dari arah berlawanan. 11 Dengan dipasangnya lampu lalu lintas diharapkan kecelakaan yang terjadi dapat dikurangi, karena konflik yang terjadi antar arus lalu lintas dapat dikurangi (Munawar, 2004). Pola urutan lampu lalu lintas yang digunakan di Indonesia mengacu pada pola yang digunakan di Amerika Serikat, yaitu merah, kuning, dan hijau.
Pemasangan lampu lalu lintas pada simpang ini dilakukan secara terpisah dan dikoordinasikan dengan sistem manajemen waktu tetap atau bantuan manusia. Perhitungan dilakukan per jam untuk satu periode atau lebih, misalnya berdasarkan rencana kondisi lalu lintas pada jam sibuk pagi, siang, dan malam hari. Arus lalu lintas (Q) setiap pergerakan (belok kiri, lurus dan belok kanan) dikonversi dari kendaraan per jam ke satuan mobil penumpang (smp) per jam menggunakan setara mobil penumpang (emp) untuk setiap pendekatan terlindungi dan tahan.
Fase adalah serangkaian kondisi yang berlaku pada suatu aliran atau aliran yang menerima identifikasi lampu lalu lintas yang sama. Jumlah kendaraan yang berhenti adalah banyaknya kendaraan dalam arus lalu lintas yang terpaksa berhenti sebelum melintasi garis berhenti karena adanya pengendalian sinyal (MKJI, 1997). NQ = Rata-rata jumlah antrian PCU pada awal sinyal hijau Q = Arus lalu lintas (PCU/jam).
Keterlambatan lalu lintas adalah waktu yang disebabkan oleh interaksi lalu lintas dengan pergerakan lalu lintas yang saling bertentangan. DT = Rata-rata penundaan lalu lintas per pendekatan (detik/smp) C = Waktu siklus yang disesuaikan (detik). D = Rata-rata tundaan per pendekat Dtot = Total tundaan semua pendekat Q = Arus lalu lintas (smp/jam) 2.4.9.
Tingkat pelayanan pada suatu persimpangan merupakan kualitas perjalanan yang menggambarkan kondisi lalu lintas yang dapat timbul pada suatu jalan akibat perbedaan volume lalu lintas. Tingkat pelayanan yang diberikan oleh suatu simpang bersinyal terhadap lalu lintas eksisting bergantung pada derajat kejenuhan dan.
METODOLOGI PENELITIAN
- Lokasi Penelitian
- Pengumpulan Data
- Periode Survei
- Perancangan Survei Lalu Lintas
- Surveyor dan Perlengkapan
- Pengolahan Data
- Data Lalu Lintas
- Data Geometrik Persimpangan
- Data Sinyal Lalu Lintas
- Data Volume Lalu Lintas
- Data Volume Lalu Lintas Maksimum
- Diagram Alir Penelitian
Dimulai pada hari Sabtu, Minggu, dan Senin yang pelaksanaannya dalam satu hari akan dilakukan selama 6 jam 7 sd 13. Dengan menentukan komposisi jenis kendaraan yang diamati berdasarkan pengelompokan yang dibuat Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997), maka angka ekivalensinya dibagi menjadi 4 jenis (tabel 2.4). Arah pergerakan berdasarkan asal dan tujuan meliputi pergerakan belok kiri, kanan, lurus dan berdasarkan jenis kendaraan.
Syarat penyeberangan lainnya yang harus diperhatikan adalah keadaan sinyal lampu lalu lintas yang meliputi siklus yaitu periode merah, kuning, dan hijau pada setiap fasenya. Dalam memilih data volume lalu lintas untuk analisis selanjutnya, kondisi jam sibuk diperhatikan. Dalam penentuan arus lalu lintas total selama periode pengamatan sebanyak 7 periode, masing-masing periode berlangsung selama 1 jam.
Nilai terbesar dari hasil penjumlahan adalah arus lalu lintas maksimum kendaraan per jam. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, data mengenai durasi rambu lalu lintas dapat dilihat pada Tabel 3.2. Data volume lalu lintas yang diperoleh dari lapangan dengan mengambil nilai maksimum pada masing-masing lengan penyeberangan dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Berdasarkan perhitungan diketahui Jalan Jamin Ginting mempunyai volume maksimum 1.490 smp/jam sehingga mengakibatkan antrian kendaraan sepanjang 175m dan tundaan sebesar 55.322 s/pc. Jalan Kapten Pattimura mempunyai volume maksimum 1.361 smp/pc. jam. jam, mengakibatkan antrian kendaraan sepanjang 90 m dan tundaan sebesar 44,8 s/pc. Di Jalan Iskandar Muda volume puncak 769,7 smp/jam mengakibatkan antrian kendaraan 66,67 m dan tundaan 32 s/pc. Jalan K.H. Wahid Hasyim volume maksimum 635 smp/smp per jam menyebabkan antrian kendaraan 40 m dan tundaan 51,44 s/smp. Jadi bisa dikatakan Jalan Jamin Gintting, Jalan Kapten Pattimura, Jalan Iskandar Muda dan Jalan K.H. Wahid Hasyim merupakan jalan yang mempunyai tundaan kendaraan cukup tinggi dimana nilai NQ1 lebih besar dari 0,5.
Melaksanakan fungsi jalur efisien sesuai peruntukannya dan menuntut tindakan tegas kepada para pedagang agar tidak menggunakan jalur efisien dalam berdagang khususnya pada Jalan K.H.Wahid Hasyim vs Jalan Kapten Pattimura.
PEMBAHASAN DAN ANALISA
Tinjauan Umum
Kondisi Lalu Lintas
Parameter-Parameter Persimpangan
Analisa Data
- Perhitungan Jalan Jamin Ginting
- Perhitungan Jalan Kapten Pattimura
- Perhitungan Jalan K. H Wahid Hasyim
- Perhitungan Jalan Iskandar Muda
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah dilakukan perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa antrian mempunyai pengaruh yang besar terhadap tundaan, namun ada beberapa faktor yang juga mempengaruhi tundaan yaitu : Fase Hijau, Fase Merah, Waktu berhenti dan Besarnya arus kendaraan. Menurut buku MKJI tahun 1997, suatu jalan dikatakan tertunda apabila masih terdapat kendaraan yang tertinggal pada tahap sebelumnya (NQ1), maka jalan tersebut dapat dikatakan tertunda.
Saran
Departemen Pekerjaan Umum., (1997), Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Direktorat Jenderal Bina Marga dan Departemen Pekerjaan Umum Jakarta.