• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR ANALISA PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH HUNIAN DENGAN METODE KONVENSIONAL, RISHA DAN RUSPIN

N/A
N/A
Rakyan Choiruna

Academic year: 2023

Membagikan "TUGAS AKHIR ANALISA PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH HUNIAN DENGAN METODE KONVENSIONAL, RISHA DAN RUSPIN"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

ACC Oleh karena itu, berita acara pembimbingan tugas akhir/tesis ini telah diumumkan dan akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan apabila diperlukan. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Unissula menghadirkan teman-teman sekelas yang banyak membantu dan menyemangati saya selama proses tugas akhir.

Unissula menghadirkan teman-teman sekelas yang banyak membantu dan menyemangati saya selama proses tugas akhir. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Analisis Proyek Perumahan Menggunakan Metode Konvensional, Risha dan Ruspin” untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada program studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Sultan Agung. Pada metode rumah konvensional, seluruh pekerjaan termasuk bilah, kolom, dan balok cincin mulai dari pemasangan hingga penyelesaian dilakukan di lapangan, sedangkan pada RISHA dan RUSPIN digunakan panel prefabrikasi yang kemudian dirakit di lapangan, RISHA menggunakan panel penghubung antara satu panel dan panel lainnya. Sedangkan RUSPIN tidak memerlukan panel penghubung karena panel 1 dan panel 2 dapat disambung langsung menggunakan mur baut.

Dari penjelasan diatas maka penelitian ini dilakukan untuk membandingkan metode pelaksanaan, biaya dan jadwal waktu yang dibutuhkan antara metode rumah konvensional, RISHA dan RUSPIN. Apa perbedaan biaya pembangunan rumah metode RISHA dan RUSPIN dibandingkan dengan metode rumah konvensional? Apa perbedaan jadwal waktu pembangunan rumah dengan metode RISHA dan RUSPIN dengan metode rumah konvensional?

Untuk mengetahui efektivitas jadwal dari segi waktu penyelesaian pembangunan rumah RISHA dan RUSPIN dengan rumah biasa (konvensional).

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Batasan Masalah

Tujuan Penelitian

Sistematika Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Rumah

Sesuai dengan undang-undang no. 4 tahun "rumah" mengacu pada bangunan yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya teman dan keluarga. Rumah berperan sebagai kebutuhan pokok manusia sebagai tempat tinggal, tidur, melakukan berbagai aktivitas, dan terpisah dari dunia luar akibat gangguan binatang. menjauh dari stres, tekanan atau dunia luar.

Ini juga merupakan tempat di mana kita dapat terhubung kembali dengan akar kita dan mendorong kesinambungan di masa depan. Rumah merupakan tempat sebagian besar aktivitas sehari-hari berlangsung dan berfungsi sebagai pusat jaringan sosial. Inovasi metode pembangunan rumah antara lain pembangunan rumah dengan metode RISHA (Rumah Instan Sehat Sederhana) dan RUSPIN (Rumah Instan Sistem Panel).

Syarat Rumah sebagai Hunian

RISHA

  • Pengertian RISHA
  • Prinsip Kerja RISHA
  • Komponen Struktural RISHA
  • Komponen Non – Struktural RISHA
  • Keunggulan dan kekurangan Rumah RISHA

8 Gambar 2.1 Komponen panel Rumah RISHA. Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2021). Alih-alih menggunakan semen dan batu bata, proses pembangunan rumah panel RISHA memadukan pelat beton dengan baut. Tiga jenis panel rumah beton bertulang yang terdiri dari semen, pasir dan kerikil digunakan untuk pembangunan sistem panel RISHA.

Tiga panel yang menjadi elemen struktur utama teknologi Risha adalah panel struktur tipe 1 (P1), panel struktur tipe 2 (P2) dan panel sambungan atau sambungan (P3). Untuk penyambungan sambungan panel pada kusen pintu dan jendela digunakan batu bata dan bata merah. Panel Struktural P2 mempunyai peran yang sama dengan Panel Struktural P1 sebagai pembawa beban baik beban hidup maupun beban mati ketika permukaannya tertutup dan buram.

Apabila permukaannya tertutup dan gelap, panel P3 berfungsi sebagai sambungan atau sambungan untuk memikul beban kerja, baik beban mati maupun beban hidup. Sambungan berfungsi sebagai titik pertemuan kaki, kolom, dan balok atap selama konstruksi. Satu-satunya perbedaan antara pembuatan pelat pondasi dan pembuatan panel struktural adalah ukuran produk jadi.

Komponen nonstruktural merupakan komponen yang membantu sebuah rumah memenuhi perannya sebagai rumah tinggal dan memberikan kenyamanan bagi penghuninya. Bahan pelapis panel kedap air antara lain batu bata, hebel, kayu lapis anyaman yang terbuat dari bambu atau bahan serupa, pelat kalsium silika (kalsi), GRC atau bahan berperforma tinggi lainnya. Kayu dari setidaknya papan kayu Kelas III atau bahan lain yang dapat digunakan, seperti aluminium atau baja ringan, dapat digunakan untuk membuat bahan panel lembaran.

Berikut kelebihan dan kekurangan RISHA berdasarkan Badan Penelitian dan Pengembangan di bawah Kementerian Umum dan Perumahan Rakyat: a.Teknologi RSH Dalam konstruksi skala kecil, sistem RISHA dapat digunakan untuk membangun rumah, tempat ibadah, kesehatan fasilitas dan bangunan umum dengan ketahanan terhadap beban hidup sekitar 125 kg/m2. Perubahan fungsi suatu ruangan seperti perubahan peruntukannya menjadi perpustakaan, asrama atau lantai sekolah harus dihindari sesuai dengan beban hidup hunian bertingkat dan sederhana dengan beban maksimal 125 kg/m2.

Gambar 2.2 Panel Struktural P1
Gambar 2.2 Panel Struktural P1

RUSPIN

  • Pengertian RUSPIN
  • Komponen Struktural Rumah RUSPIN
  • Keunggulan dan kekurangan rumah RUSPIN

Lebih ramah lingkungan karena mengatasi kekurangan kayu dengan menggunakan struktur dan metode konstruksi beton bertulang. Dengan pendekatan modular ini, desain konstruksi rumah dapat diubah atau diperbaiki sesuai keinginan atau preferensi penghuninya. Tujuh orang pekerja pemula mampu membangun RUSPIN dua lantai di lapangan dalam waktu total 4 hari untuk lantai satu dan 4 hari untuk lantai dua.

1 Pekerjaan sekop dilaksanakan di lapangan dengan cara membuat rangka tulangan beting, kemudian memberikan cetakan/bekisting pada rangka tulangan beting dan melanjutkan proses pengecoran pada cetakan/bekisting beton yang telah disiapkan di lapangan sesuai gambar kerja lapangan seperti pada Gambar 4.3. Pasang panel penyambung (P3) pada masing-masing pondasi dengan menggunakan mur dan baut seperti pada Gambar 4.8, kemudian sambungkan panel miring (P1) dengan panel penyambung (P3) dengan menggunakan sambungan mur dan baut sampai kekuatan ½. Setelah semua panel balok (P1) terpasang, kencangkan sambungan mur dan baut hingga benar-benar kencang.

Periksa kerataan dan kelurusan setiap balok ketika dikencangkan, dengan menggunakan benang tiang dinding sebagai pemandu seperti ditunjukkan pada Gambar 4.10. Pasang komponen tipe P1 pada pondasi, kemudian kombinasikan komponen tipe P2 dengan mur, ring dan baut yang sama kuatnya. Kencangkan sambungan mur-ring-baut hingga mencapai kekuatan maksimal setelah semua komponen tipe P1 dan P2 terpasang sesuai desain.

Setiap balok harus diverifikasi kelurusan dan kerataannya selama prosedur pemasangan menggunakan level berdasarkan ulir sumbu dinding yang ada seperti pada Gambar 4.14. Setelah komponen kolom terpasang secara vertikal, pasang komponen P1 dan P2 dan sambungkan menggunakan sambungan mur ring kekuatan ½. 3 Cincin Girder Buatlah rangka tulangan untuk cincin girder sesuai gambar kerja, kemudian pasang bekisting/bekisting beton pada rangka tulangan girder ring yang telah disiapkan di lapangan dan dilanjutkan dengan proses pengecoran seperti pada Gambar 4.6.

Gunakan waterpas untuk memeriksa apakah panel kolom (P2) terpasang secara vertikal dan kencangkan dengan sambungan mur dan baut seperti pada Gambar 4.13. Pasang komponen tipe P2 untuk balok atas (ring beam) dengan menggunakan sambungan baut mur-ring kekuatan ½ sebelum mengencangkan sambungan pada kolom sepenuhnya. Kemudian dengan menggunakan kunci torsi berkekuatan torsi 2,5 Nm, kencangkan sambungan mur-ring baut pada komponen balok atas dan kolom hingga mencapai kekuatan penuh, sambil terus menerus dilakukan pengecekan kerataan dan kelurusan rangkaian komponen dengan air run on. setiap komponen.

Gambar 2.13 Rumah RUSPIN
Gambar 2.13 Rumah RUSPIN

Penelitian terdahulu

Mengingat persamaan dan perbedaan penelitian serupa sebelumnya, kami dapat menyimpulkan bahwa kami dapat menjamin kredibilitas penelitian ini.

METODOLOGI PENELITIAN

Objek Penelitian

Metode Pengumpulan data

Metode Pengolahan Data

  • Tahap Informasi
  • Tahap Analisa
  • Tahap Kesimpulan dan Saran

Bagan Alir

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Umum Proyek

  • Data Metode Pelaksanaan
  • Data Anggaran Biaya
  • Data Time Schedule

39 Gambar 4.8 Skema pemasangan pelat penghubung pada pondasi (Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2022). Berikut bahan-bahan yang dapat digunakan untuk rangka atap, panel dinding, pintu dan jendela pada rumah RISHA. 59 Dari analisa tabel 4.14 diatas, terlihat perbedaan metode pelaksanaan pekerjaan struktur (sloof, kolom dan ring beam) pada masing-masing metode pembangunan rumah konvensional, RISHA dan RUSPIN.

Pada metode rumah konvensional, seluruh pekerjaan dilakukan di lapangan mulai dari pemasangan hingga penyelesaian, sedangkan pekerjaan RISHA dan RUSPIN dilakukan dengan menggunakan panel prefabrikasi yang kemudian dirakit di lapangan. Dari analisa Tabel 4.15 di atas diperoleh biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan struktur dengan metode pembangunan rumah konvensional, RISHA dan RUSPIN. Berdasarkan perbedaan jadwal tersebut diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk membangun rumah RUSPIN lebih cepat dibandingkan membangun rumah konvensional atau rumah RISHA.

Dimana rumah konvensional membutuhkan waktu 34 hari, rumah Risha membutuhkan waktu 5 hari dengan tingkat efisiensi sebesar 85,29% dibandingkan rumah konvensional dan rumah Ruspin.

Analisis Data

  • Analisis Perbedaan Pada Metode Pelaksanaan
  • Analisa Perbedaan Biaya
  • Analisa Time Schedule

PENUTUP

Saran

Gambar

Gambar 2.2 Panel Struktural P1
Gambar 2.3 Panel Struktural P1 sebagai Sloof
Gambar 2.4 Panel Struktural P1 sebagai Balok
Gambar 2.6 Panel Struktural P2 sebagai Kolom
+7

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul ” Efisiensi Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Balok Kolom Metode Konvensional Dan Pracetak Ditinjau Dari Segi

Pengendalian dengan menggunakan metode Analisa Varian pada rangkaian pekerjaan Kolom Beton Bertulang, Balok dan Lantai menghasilkan total perencanaan biaya bahan

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pekerjaan struktur kolom dan ring balok secara umum menggunakan peralatan mekanis seperti penggunaan alat digabungkan

Dalam proyek ini ada Bangunan Gedung Kantor dan Gudang memakai rangka atap yang terdiri dari baja Ringan yang dikerjakan setelah pekerjaan cor balok dan kolom– kolom

Tujuan dari penulisan proyek akhir ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan metode kombinasi pracetak–konvensional yang di aplikasikan pada pekerjaan struktur beton balok

Perencanaan struktur Rumah Susun Surabaya dimodifikasi dengan menggunakan metode beton pracetak pada balok, kolom dan pelat.. Penggunaan beton pracetak pada balok, kolom dan

Tahapan pengerjaan balok precast, pada proyek pembangunan Dermaga Pendidikan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, terdiri dari: Pengerjaan pembesian, Pengecoran

Berapakah perbandingan penggunaan tenaga kerja antara pekerjaan balok struktur beton gedung yang menggunakan metode konvensional dengan metode precast.. Berapakah