• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Akuntansi Pajak Penghasilan 21 Pegawai Tetap 10

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Akuntansi Pajak Penghasilan 21 Pegawai Tetap 10"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PEGAWAI TETAP PADA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KOTA MAKASSAR

Nurul Rohana Janna1, Arsyad Paweroi2, Tamsil 3

1,2,3Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar

1nurulrohanajanna95@gmail.com, 2apaweroi@gmail.com, 3tamsilpattalolo@gmail.com

ABSTRACT

This research aims at finding out the calculation, recording and reporting of income tax (PPh) art. 21 on employees at Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Sungai Pompengan Jeneberang, Makassar City. Data collection methods used were observation, interviews, and documentation. Data analysis method used in this research was quantitative descriptive method, which discussed about the problem and compares and explains a situation. Based on the results if research and discussion, it can be conluded that in Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jendral Sumber Daya Air, Sungai Pompengan Jeneberang, Makassar City, the calculation was in accordance with the taxation provisions of the total number of employees based on the group. There are (six) people with rank IV (four) who have art. 21 income tax of Rp. 190,224 per mon, while others are Zero. Recording was done at the end of the year by making a calculation of the salary list of employees from the list made recording of aech group, namely recording when recognized, recording when paid, and recording when paid up. Reporting on income tax art. 21 was conducted every 20th of the following calendar mont with the e-filling system.

Keywords: Article 21 of income Tax, Calulations, Recording and Reporting.

PENDAHULUAN

Indonesia adalah salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan diberbagai bidang yang terlihat sekarang pembangunan tidak hanya dikota tapi sampai ke daerah- daerah di Indonesia. Untuk membiayai pembangunan pemerintah memerlukan sumber dana untuk membiayai segala kebutuhan tersebut. Salah satunya dari penerimaan pajak.

Menurut Thomas M Cooley (2017), adalah kontribus proporsional yang dapat dipaksakan dari orang-orang dan harta, yang hidup dalam negaara berdasarkan kedaulatan publik.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sumber pendapatan yang paling terbesar yaitu di sektor perpajakan untuk melaksanakan kewajiban perpajakan, wajib pajak harus memenuhi ketentuan- ketentuan umum perpajakan salah satu ketentuan tersebut adalah self assesment system seluruh proses pelaksanaan kewajiban perpajakan Dari menghitung dan menetapkan besarnya pajak terutang, menyetorkan pajak terutang ke kas negara, melaporkan

perhitungan dan penyetoran serta mempertanggung jawabkan semua kewajiban yang dilakukan oleh wajib pajak. salah satu jenis penghasilan yang menggunakan withholding system, yaitu Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan dilmulai pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dankegiatan yang dilakukan oleh pribadi subjek pajak dalam negeri.

Undang-undang yang mengatur tentang besarnya tarif pajak, tata cara pembayaran dan pelaporan pajak yaitu pasal 17 ayat 1, undang- undang no. 36 tahun 2008 dan undang-undang No. 16 Tahun 2009.

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Perumahan Rakyat (PR) Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang mempunyai jumlah pegawai dengan spesifikasi pegawai tetap, sehingga memiliki potensi besar atas PPh pasal 21 tidak ditentukan oleh jumlah pegawai melainkan besarnya nilai yang diterima setiap orang. Selain itu, Kementerian

(2)

PU PR Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, BBWS Pompengan Jeneberang juga berpotensi terhadap kesalahan baik perhitungan maupun pelaporan pajak pengasilan. Pegawai tetap pada Kementerian PU PR Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, BBWS Pompengan Jeneberang hanya sebagian melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) tidak tepat waktu yang ditentukan sehingga mengakibatkan pencatatan dalam laporan penghasilan tidak sesuai dengan yang dihasilkan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perhitungan, pencatatan dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pegawai Tetap pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang Kota Makassar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perhitungan, pencatatan, dan pelaporan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 pegawai tetap pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang Kota Makassar.

TINJAUAN LITERATUR

Menurut Sommerfeld et al (2015), pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapatkan imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

Menurut Djoko Muljono (2013), akuntansi pajak adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan perhitungan perpajakan yang mengacu pada peraturan undang-undang dan aturan pelaksanaan perpajakan.

Menurut Mardiasmo (2018), fungsi pajak yaitu: 1) Fungsi anggaran (budgetair), pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya; 2) Fungsi mengatur (regulerend), pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang ekonomi.

Menurut Brotodiharjo (2010), ada beberapa teori yang mendasari adanya pemungutan pajak, yaitu: 1) Teori asuransi, menurut teori ini, negara yang mempunyai tugas untuk melindungi warganya dari segala kepentingannya baik keselamatan jiwanya maupun keselamatan harta bendanya untuk seperti layaknya dalam perjanjian asuransi diperlukan adanya pembayaran premi.

Pembayaran pajak ini dianggap sebagai pembayaran premi kepada negara; 2) Teori kepentingan, menurut teori ini, dasar pemungutan pajak adalah adanya kepentingan dari masing-masing warga negara. Termasuk kepentingan dalam perlindungan jiwa dan harta. Semakin tinggi tingkat kepentingan perlindungan, maka semakin tinggi pula pajak yang harus dibayarkan.

Menurut W J Langen (2018), ada beberapa asas yang dimiliki pemungutan pajak: 1) Asas daya pikul ini diartikan bahwa beban pajak yang dibebankan kepada wajib pajak tidak boleh sampai lebih dari kemampuan mereka, jumlah pajak yang harus sesuai denga harta pendapatan yang dimiliki oleh wajib pajak tersebut. Semakin tinggi pendapatan yang dimiliki wajib pajak maka semakin tinggi pula pajak yang harus dibayarkan olehnya juga tinggi, sebaliknya bagi wajib pajak yang dimiliki pendapatan standar atau kecil, maka jumlah pajak yang harus dibayarkan juga kecil; 2) Asas manfaat pada dasarnya pemungutan pajak bertujuan untuk menciptakan sebuah kesejahteraan bagi seluruh rakyat yang ada di negara tersebut.

Karena dengan adanya pajak maka pemerataan pendapatan ataupun kesejahteraan warga negara tersebut.

Asas kesamaan pemungutan pajak harus diberlakukan setiap negara yang memenuhi kriteria wajib pajak. Tidak ada namanya unsur kekeluargaan, teman, ataupun itu yang penting semua warga negara yang memenuhi kriteria wajib pajak harus memenuhi kewajiban.

Asas bebas minimum untuk masalah pemungutan pajak diusahakan harus memperhatikan keringanan pada wajib pajak.

Dimana jumlah pajak dibayarkan lebih kecil dri nilai objek pajak tersebut. Dengan adanya tinjauan agar pajak ini tidak menjadi sesuatu yang memberatkan wajib pajak.

Menurut Liberti Pandiangan (2014), yaitu official assesment system adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan

(3)

besarnya pajak terutang oleh wajib pajak. Ciri- cirinya: wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus, wajib pajak bersifat pasif dan utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajakoleh fiskus.

Self assesment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang.

Ciri-cirinya: Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib sendiri, wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak terutang, fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Witholding system, adalah suatru sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk memotong atau memungut pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Menurut Etty Muyassaroh (2012), Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak.

Menurut Waluyo (2014), Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan bentuk dan nama apapun yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan tersebut yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.

Menurut Pasal 4 Ayat (1) UU No. 36 tahun 2008, tentang pajak penghasilan, menjelaskan yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yang setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk enggantian utama imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termaksud gaji, upah, honorarium, tunjangan, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang.

keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termaksu, keuntungan karena

pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal dan keuntungan lain-lainnya.

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.

Bunga termaksud premium, diskonto, dan imbalan. Karena jaminan pengembalian utang.

Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang diatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

Menurut Direktorat Jenderal Pajak (2012), pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, bendahara Pemerintah baik pusat maupun daerah.

Dana pensiun atau badan lain seperti Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dan badan-badan lainnya dan orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta bada yang membayar honorarium, perkumpulan orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan.

Menurut Supromono dan Theresia woro Darmiyanti (2010) tarif pajak merupakan tarif yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar.

Besarnya PTKP setahun yang berlaku mulai 1 januari 2016 adalah:

Tabel 1. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Status Pekerja PTKP (Rp) Wajib Pajak Pribadi Rp54.000.000, - Wajib Pajak Nikah Rp. 4.500.000, - Wajib PajakTambahan

(Anak, anggota keluarga dalam garis keturunan maksimal 3 orang)

Rp.4.500.000, -

Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No.

101/PMK/.010/2016

Tambahan untuk seorang istri yang penghasilan digabung dengan penghasilan suami sebesar Rp. 54.000.000, -, dengan syarat: penghasilan istri tidak semata mata di terima atau diperoleh dari satu, Pemberi kerja

(4)

yang telah di potong pajak berdasarkan ketentuan dalam undang undang PPh pasal 21 dan pekerjaan istri tidak ada hubungannya dengan usaha atau perkerjaan bebas suami atau anggota keluarga lain

Tabel 2. Cara perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Gaji sebulan Rp. Xxx

Pengurangan Biaya Jabatan 5% x Gaji sebulan

Rp. Xxx Iuran Pensiun Rp. Xxx

Jumlah Pengurangan Rp. Xxx

Neto Sebulan Rp. Xxx

Neto Setahun 12 x Neto Sebulan

Rp. Xxx Penghasilan Tidak

Kena Pajak (PTKP)

Untuk Wajib Pajak Rp. Xxx Untuk Status Kawin Rp. Xxx

Jumlah PTKP Rp. Xxx

Penghasilan Kena Pajak (PKP)

PPh Pasal 21 Setahun 5% x PKP

= Rp. Xxx PPh Pasal 21 Sebulan

1/12 x PPh Pasal 21 Setahun

= Rp. Xxx

Sumber: Waluyo (2014)

Pada umumnya pemotongan PPh Pasal 21 juga menganut system self assesment. Kewajiban menghitung PPh Pasal 21 terutang, melaporkan beradapihak pemberi kerja. Kewajiban menghitung PPh Pasal 21, walaupun si penanggung pajaknya sebagiaan atau seluruhnya adalah pemberi kerja, dapat hanya tunjangan pajak atau berupa kenikmatan. Perlakuan dalam pajak tersebut adalah:

Bagi pihak pemberi kerja tunjangan pajak tersebut dapat dianggap sebagai biaya, sedangkan bagi pekerja tunjangan pajak dianggap sebagai penghasilan.

Kenikmatan berupa pajak penghasilan PPh pasal 21 atas pekerja yang ditanggung oleh pemberi kerja tidak dapat dibiayakan oleh pemberi kerja, demikian sebaiknya bagi para pekerja tidak dinyatakan sebagai penghasilan.

Hal lainnya berupa pemberian natura atau kenikmatan lainnya kepada pekerja dengan perlakuan pajak.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini pada Instansi Kementerian PU Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang dengan waktu penelitian kurang lebih dari dua bulan.

Jenis Data dalam penelitian ini, jenis data yang mendukung adalah sebagai berikut:

1) Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka numeric lainnya baik yang telah diolah maupun yang belum diolah dan data lainnya yang mendukung penelitian ini pada periode tertentu, kemudia data tersebut dievaluasi sehinga dapat memberikan kesimpulan yang cukup jelas atas objek yang diteliti. 2) Data kualitatif adalah data yang tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka tetapi dalam bentuk informasi baik lisan maupun tulisan, seperti sejarah singkat berdirinya Kementerian PU Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang kota Makassar, struktur organisasi serta data lainnya yang menunjang penelitian ini.

Sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) Data Primer merupakan sumber data peneltian yang diperoleh secara langsung dari Kementerian PU Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang berdasarkan hasil observasi, wawancara dan data yang diambil dari perusahaan seperti dafatar penghasilan pegawai tetap dan perhitungan pajak penghasilan pasal 21; 2) Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh beerupa dokumen-dokumen dari Kementerian PU Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang kota Makassar seperti peraturan tentang pajak penghasilan (PPh) pasal 21, undang-undang dan jurnal penelitian serta data pendukung lainnya.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti serta mencatat secara sistematis semua data yang didapat sesuai dengan keperluan dalam penyusunan skripsi; 2) Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara komunikasi

(5)

lisan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, baik secara langsung maupun jarak jauh untuk membahas danm menggali informasi tertentu guna mencapai tujuan tertentu pula; 3) Dokumentasi adalah metode yang dilakukan untuk menyiapkan dokumen dengan menggunakan bukti-bukti dalam pencatatan sumber informasi laporan pajak penghasilan pasal 21.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu membahas masalah dengan cara mengumpulkan, menguraikan, menghitung dan membandingkan suatu keadaan serta menjelaskan suatu keadaan sehingga dapat ditarik ditarik kesimpulan yang meliputi perhitungan, pencatatan, dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 pada pegawai tetap di Kementerian PU Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang Kota Makassar.

HASIL DAN PEMBAHASAN Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang merupakan bagian dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air yang dibentuk berdasarkan keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara:

Tabel 3. Keputusan Menteri Pekerjan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor

Keputusan Tanggal Tentang B/1616/M.Pa

n/6/2006

28 Juni 2006

Pembentukan unit

pelaksanaaan teknik (UPT) dilingkuangan Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum.

B/2427/M.Pa n/6/2006

13 Oktober

2006

Perubahan surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor:

B/1616/M.Pan/6/2006 30/KPTS/M2

009

15 Januari 2009

Pembebasan dan pangkatan Pejabat Pimpinan Eselon II.b pada Balai Besar di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.

08/KPTS/M/

2010

04 Januari 2010

Pengangkatan dan penanggung jawab Program, Pelaksanaan Program, Kepala Satuan Kerja / Kuasa Pengguna Anggaran / Kuasa pengguna Barang, pejabat

yang melakukan pemungutan penerimaan negara, pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat yang melakukan pengujian dan perintah pembayaran, bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dilingkuangan Direktorat Jenderal Sumber daya Air Depatermen Pekerjaan Umum tahun anggaran 2010.

Sumber: Kementerian PUPR, BBWS Pompengan Jeneberang.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang memilki kurang lebih 100 pegawai mulai dari Golongan I-IV dan terbagi dalam 2 bagian, yaitu pegawai tetap dan pegawai tidak tetap.

Dalam sistem penggajian oleh instansi tersebut yang dilakukan oleh kantor bagian pengelolaan keuangan, yaitu: 1) Masuknya gaji 80%, yaitu gaji dengan SK CPNS yang sesuai dengan peraturan kementerian keuangan yang berlaku. 2) Tunjangan suami/istri 10%

dan untuk anak 2% dari gaji. 3)Tunjangan jabatan/struktural yang memimpin suatu satuan kerja. Besarnya tunjangan untuk Eselon 4A adalah Rp. 540.000,-, Eselon 3B Rp.

980.000,-, Eselon 3A Rp. 1.260.000,-, dan Eselon 2B Rp. 2.025.000,-, dan seterusnya.

Tunjangan fungsional tertentu diberikan pada sekolompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian atau keterampilan pegawai.

Tunjangan fungsional umum diberikan kepada pegawai yang tidak menerima tunjangan jabatan/structural atau tunjangan fungsional tertentu. Besarnya tunjangan golongan I Rp. 175.000,-, golongan II Rp.

180.000,-, golongan III Rp. 185.000,-, dan golongan IV Rp. 190.000, -.

Tunjangan beras sebesar Rp. 72.420,- per orang. Peraturan Direktur Jenderal Nomor Per-3/PB/2015 tentang perubahan Kelima Perubahan Kelima Atas Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Perubahan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 67/PB/2010 tentang Tunjangan Beras dalam Bentuk Natura dan Uang. Terdapat rincian dibawah ini tunjangan beras diberikan dalam bentuk natura dan uang, tunjangan beras

(6)

diberikan sebanyak 10 kg per orang, dan tunjangan beras untuk anak di batasi untuk 2 orang

Tunjangan khusus pajak, yaitu tunjangan untuk pemotong pajak atas penghasilan yang didapatkan oleh pegawai tetap yang masih aktif kerja atau yang sudah mau pensiun. Pemotongan dilakukan secara otomatis dengan dibebankan kepada APBN atau APBD yang tencantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2010 tentang tarif Pemotongan dan Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan yang Menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanjan Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Perhitungan pemotongan pajak disesuaikan dengan Surat Edaran Nomor SE-8 IPB/2011.

Iuran Wajib Pajak, adalah iuran yang dipotong sebesr 10% dari gaji pokok dan tunjangan keluarga pegawai Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1977, dengan rincian: 4,75% untuk iuran pensiun, 2,00% untuk iuran jaminan kesehatan, dan 3,25% untuk iuran tabungan hari tua dan perumahan.

Tabungan Perumahan (TAPERUM) PNS pemotongan gaji setiap bulan sesuai dengan golongan masing- masing.

Dalam penelitian ini dibatasi pada pajak penghasilan (PPh) pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap dan golongan hanya 10 orang sebagai sampel. Selama bulan Oktober 2018.

Pencatatan atas Pegawai Tetap Golongan I Pencatatan saat diakui

Tabel 4. Saat diakui Golongan I

Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp) Beban Gaji Rp 29.388.335

UtangGaji Rp 22.745.131

Utang PPh

Pasal 21 Rp -

Sumber: Diolah diolah (2018) Pencatatan saat dibayar

Tabel 5. Pembayaran Utang Gaji Golongan I

Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp) Utang Gaji Rp 22.745.131

Kas/Bank Rp 22.745.131

Sumber: Diolah diolah (2018)

Pencatatan Saat disetor

Tabel 6. Penyetoran PPh Pasal 21 Golongan I

Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp) Utang PPh

Pasal 21 Rp -

Kas/Bank Rp -

Sumber: Diolah diolah (2018)

Pencatatan atas Pegawai Tetap Golongan II Pencatatan saat diakui

Tabel 7. Saat diakui Golongan II

Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp) Beban Gaji Rp 33.773.424

Utang Gaji Rp 32.084.752 Utang PPh

Pasal 21 Rp. -

Sumber: Diolah diolah (2018) Pencatatan saat dibayar

Tabel 8. Pembayaran Utang Gaji Golongan II

Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp) Utang Gaji Rp 32.084.752

Kas/Bank Rp 32.084.752

Sumber: Diolah diolah (2018) Pencatatan Saat disetor

Tabel 9. Penyetoran PPh Pasal 21 Golongan II

Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp) Utang PPh

Pasal 21 Rp -

Kas/Bank Rp -

Sumber: Diolah diolah (2018)

Pencatatan atas Pegawai Tetap Golongan III Pencatatan Saat Diakui

Tabel 10. Saat diakui Golongan III

Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp) Beban Gaji Rp 42.798.175

Utang Gaji Rp 40.658.267 Utang PPh

Pasal 21 Rp. -

Sumber: Diolah diolah (2018) Pencatatan saat dibayar

Tabel 11. Pembayaran Utang Gaji Golongan III

Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp) Utang Gaji Rp 40.658.267

Kas/Bank Rp 40.658.267

Sumber: Diolah diolah (2018)

(7)

Pencatatan Saat disetor

Tabel 12. Penyetoran PPh Pasal 21 Golongan III

Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp) Utang PPh

Pasal 21 Rp -

Kas/Bank Rp -

Sumber: Data diolah (2018)

Pencatatan atas Pegawai Tetap Golongan IV Pencatatan Saat Diakui

Tabel 13. Saat diakui Golongan IV

Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp) Beban Gaji Rp 55.590.682

Utang Gaji Rp 55.590.682 Utang PPh

Pasal 21 Rp 190.224

Sumber: Diolah diolah (2018) Pencatatan saat dibayar

Tabel 14. Pembayaran Utang Gaji Golongan IV

Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp) Utang Gaji Rp 52.811.148

Kas/Bank Rp 52.811.148

Sumber: Diolah diolah (2018) Pencatatan Saat disetor

Tabel 15

Penyetoran PPh Pasal 21 Golongan IV

Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp) Utang PPh

Pasal 21 Rp 190.224

Kas/Bank Rp 190.224

Sumber: Diolah diolah (2018)

Adapun pajak penghasilan yang nihil berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2018 pasal 10 ayat 2 untuk wajib pajak dibebaskan dari kewajiban pelaporan SPT masa nihil atau kurang bayar.

Dengan alas an, tidak adanya karyawan tetap maupun bukan pegawai. Adanya pegawai tapi tidak terdapat pembayaran gaji. Penghasilan pegawai lebih kecil dari Peghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

Dalam pelaporan pajak penghasilan instansi tersebut dapat dilakukan dengan mengakses situs Direktorat Jenderal Pajak (DJP) atau situs yang bekerjasama dengan DJP yang resmi.

Dokumen yang harus di persiapkan untuk mengisi SPT Tahunan/ Pribadi yang

berpenghasilan lebih dari Rp. 60.000.000, adalah: 1) Formulir bukti potong 1721 A2 untuk pegawai negeri yang telah diberikan oleh pemberi kerja; 2) Formulir bukti potong 1721 VII untuk pemotongan PPh pasal 21 yang bersifat final; 3) Formulir bukti potong PPh pasal 23 untuk penghasilan dari sewa selain tanah dan bangunan; 4) Formulir bukti potong PPh pasal 4 ayat 2 untuk sewa tanah dan bangunan, deviden; 5) Bukti kepemilikan harta, seperti buku tabungan, sertifikat tanah/bangunan, STNK; 6) Daftar utang seperti rekening utang, kartu keluarga, Selain itu, ada juga SPT/ formulir 1770SS yang paling sederhana dan hanya sebanyak satu lembar. SPT ini hanya memuat informasi penghasilan dan hutang wajib pajak dalam setahun tanpa perincian. SPT ini digunakan oleh pekerja yang memiliki penghasilan tidak lebih dari dari Rp. 60.000.000, - dan hanya bekerja untuk satu pemberi kerja.

Langkah-langkah pelaporan Pajak pada situs e-filling. 1) Membuat EFIN terlebih dahuluUntuk bisa melakukan pengisian terdahulu anda harus mendapatkan EFIN dan Sertifikat elektronik. Yang belum mempunyai EFIN harus mengajukan ke situs pelayanan pajak atau datang kekantor pajak. 2) Persyaratan yang harus dilengkapi Kartu Tanda Penduduk (KTP) asli dan Fotocopy, Paspor dan kartu izin tinggal sementara (KITA) / Kartu izin Tinggal Tetap (KITAP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau surat Keterangan terdaftar sebagai wajib pajak Email yang sudah aktif. 3) Bagi yang belum pernah daftar bisa mengikuti panduan pengisian daftar akun atau klik link

http://djponline.pajak.go.id/account/login kemudian pilih menu Anda belum terdaftar?

daftar disini; 4) Memasukkan nomor dari kartu NPWP dan EFIN yang telah anda terima lalu klik “Verifikasi” 5) Anda akan masuk kelaman yang menunjukkan data diri anda secara otomatis. Isi data dengan benar lalu buat password sesuai yang diinginkan dan klik

“simpan”. 6) Setelah itu cek pesan masuk email anda. Anda akan mendapatkan email yang berisikan nomor identitas dan password, serta link aktivasi. Klik link tersebut untuk aktivasi akun. 7) Login dan laporkan pajak ke situs http://djponline.pajak.go.id/account/login dengan memasukkan NPWP dan password anda. 8) Klik “e-filling” untuk diarahkan ke laman “Daftar SPT” lalu klik “Buat SPT”

untuk menuju kelaman selanjutnya anda akan

(8)

menemukan pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk menentukan jenis formulir SPT anda. 9) Isi semua halaman sampai dengan halaman terakhir. Kemudianklik

“disini” untuk meminta kode verifikasi akan dikirimkan ke email. 10) Langkah selanjutnya adalah klik “Kirim SPT”. Terakhir, simpan data yang sudah diisi dengan klik “Simpan”.

PENUTUP

Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang Proses perhitungan sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan dari total jumlah pegawai tetap berdasarkan golongan terdapat 6 (enam) orang dengan pangkat golongan IV (empat) yang memiliki PPh Pasal 21 sebesar Rp 190.224 dalam perbulannya, sementara yang lain nihil; 2) Pencatatan atas perhitungan PPh Pasal 21 dilakukan setiap akhir tahun dengan terlebih dahulu dibuatkan perhitungan daftar gaji pegawai tetap dari daftar dibuatlah pencatatan setiap golongan atau pangkat dengan tahapan sebagai berikut: pencatatan saat diakui, pencatatan saat dibayar, danPencatatan saat disetor; 3) Pelaporan atas PPh Pasal 21 dilakukan setiap tanggal 20 bulan takwim berikutnya dengan sistem e- filling.

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1) Perhitungan sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan tetap di pertahankan untuk masa yang akan datang, sesuai dengan ketentuan Undang- undang Perpajakan yang berlaku; 2) Pencatatan tetap dipertahankan untuk kedepannya lagi, sesuai dengan peraturan yang berlaku; 3) Pelaporan sudah sesuai dengan Peraturan yang saat ini, tetapi harus di tingkatkan dan mengikutiperubahan Peraturan tentang Pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Brotodiharjo S. R. (2010). Pengantar Ilmu Hukum Pajak.

Direktorat Jenderal Pajak. (2012). Pemotongan Pajak PPh Pasal 21. [Diakses pada tanggal 13 oktober 2018] tersedia pada

http://www.pajak.go.id/content/seri-pph- pajak-penghasilan-pasal-21

Djoko Mulyono. (2013). Panduan Brevet Pajak Penghasilan. Yogyakarta

Etty Muyassaroh, S. (2012). Perpajakan Brevet A dan B. Yogyakarta: Andi.

Liberti Pandiangan. (2014). Administrasi Perpajakan. Erlangga. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Mardiasmo. (2018). Perpajakan. Edisi Terbaru. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Menteri Keuangan Republik Indonesia.

(2016). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK/.010/20tm16 tentang Penghasilan Tidak Kena Pajak.

Menteri Keuangan Republik Indoneisa.

(1977). Potongan Iuran Wajib Pegawai Nomor 8 tahun 1977.

Menteri Pekerjaan Umum, dan Perumahan Rakyat. (2006). Nomor keputusan B/1616/M.Pan/6/2006 pembentukan unit pelaksanaan teknik (UPT) dilingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum.

Menteri Pekerjaan Umum, dan Perumahan Rakyat. (2006). Nomor Keputusan B/2427/M.Pan/6/2006 tentangPerubahan surat Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara nomor:

B/1616/M.Pan/6/2006.

Menteri Pekerjaan Umum, dan Perumahan Rakyat. (2009). Pembebasan dan pangkatan pejabat pimpinan Eselon II.b pada Balai Besar di lingkungan Depatemen Pekerjaan Umum.

Menteri Pekerjaan Umum, dan Perumahan Rakyat. (2010). Nomor Keputusan 08/KPTS/M/2010 tentang Pengangkatan dan penanggung jawab Program, Pelaksanaan Program, Kepala Satuan Kerja/ Kuasa Pengguna Anggaran / Kuasa pengguna Barang, pejabat yang melakukan pemungutan penerimaan negara, pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat yang melakukan pengujian dan perintah pembayaran, bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dilingkuangan Direktorat Jenderal Sumber daya Air Depatermen Pekerjaan Umum tahun anggaran 2010.

Peraturan Perbendaharaan. (2015). Nomor Per-3/PB/2015 tentang perubahan kelima atas Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor 67/PB/2010

(9)

tentang Tunjangan Beras dalam bentuk Natura dan Uang.

Republik Indonesia. (2008). Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008. Objek Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 1.

Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 dan Undang-undang nomor 16 tahun 2009 tentangtata cara pembayaran dan pelaporan pajak 17 pasal 1.

Sommerfeld, Ray M, Anderson Herschel M.,

& Brock R. (2015). Konsep Dasar Perpajakan. Terbitan Refika Aditama.

Supromono dan Theresia Woro Damayanti.

(2010). Perpajakan Indonesia Mekanisme dan Perhitungan. Yogyakarta: Andi.

Surat Edaran. (2011). Perhitungan pemotongan pajak disesuaikan dengan surat edaran Nomor SE-8 IPB/2011

Thomas M. Cooley. (2017). Hukum Pajak di Indonesia.Depok: Kencana.

Waluyo. (2014). Akuntansi Pajak. Jakarta:

Salemba Empat.

WJ. Langen. (2018). Asas Pemungutan Pajak.

[Internet]. [Diakses pada tanggal 13 Oktober 2018] tersedia pada https://jasapajakmurah.com/2018/10/13/asa s-pemungutan-pajak-menurut-pendapat- para-ahli/

Referensi

Dokumen terkait

“Metode deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih independen tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan