PENDAHULUAN
Fokus Kajian
Bagaimana praktek jual beli berdasarkan informasi dan transaksi elektronik yang diatur dalam undang-undang no.19 tahun 2016. Bagaimana pandangan syariah terhadap jual beli berdasarkan informasi dan transaksi elektronik menurut undang-undang no.19 tahun 2016.
Tujuan Kajian
Manfaat Kajian
Metode Penelitian
Dalam konteks penelitian normatif, data sekunder dapat berupa bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier. Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer berupa Undang-Undang No. 11 Tahun 2008/UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik serta ketentuan Syariah Islam sebagai bagian dari sistem hukum jual beli.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, yaitu kegiatan pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengumpulan, inventarisasi, dan evaluasi bahan-bahan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan. Dalam pendekatan konseptual, konsep-konsep dari ilmu-ilmu hukum dapat dijadikan sebagai titik tolak atau pendekatan analisis penelitian hukum.16. Dalam pendekatan doktrinal, objek penelitiannya adalah hukum positif, dengan prioritas diberikan pada penggunaan data sekunder yang dikumpulkan melalui tinjauan pustaka.
Induksi merupakan proses berpikir untuk mencapai kesimpulan yang bergerak dari hal yang khusus ke hal yang umum dengan cara melakukan generalisasi dari berbagai kasus yang ada. Dalam penelitian ini aplikasinya adalah kumpulan fatwa-fatwa hukum jual beli menurut syariat Islam, rumusan konsep hukum jual beli online menurut syariat islam, dan pembahasan praktek jual beli online menurut syariat Islam. Informasi dan Transaksi Elektronik.
Definisi Istilah
Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui apakah praktik jual beli berbasis informasi dan transaksi elektronik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sudah sesuai dengan syariat Islam. Secara teoritis penelitian ini dimaksudkan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan teori-teori yang diperoleh di perguruan tinggi untuk disajikan sebagai bahan kajian ilmiah dalam rangka penelitian selanjutnya khususnya terkait UU No. 19 Tahun 2016 menurut pendapat Imam Syafi. saya Fiqih. Berkontribusi terhadap perkembangan dunia usaha khususnya yang berbasis informasi dan transaksi elektronik berbasis syariah.
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang Undang-undang No. 19 Tahun 2016 dan pandangan Syariat Islam termasuk Imam Nawawi. Wahbah Zuhaili yang bermazhab Syafi'I dan lain-lain supaya dapat menjelaskan dan membincangkan perkara-perkara yang akan dibincangkan antaranya: Kandungan Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 tentang jual beli berasaskan informasi dan transaksi elektronik. , apakah pandangan Imam Syafi'I, Imam Nawawi dan Wahbah Zuhaili dan sebagainya menurut syar'iyah berkenaan jual beli berasaskan maklumat dan transaksi elektronik. Perbincangan tertumpu kepada fokus kajian, termasuk cara mempraktikkan jual beli berasaskan maklumat dan transaksi elektronik seperti yang dikawal dalam Undang-undang No. 19 Tahun 2016 dan bagaimana Syariah Islam memandang jual beli berasaskan maklumat dan transaksi elektronik mengikut Undang-undang. No. 19 tahun 2016.
Bab ini berisi tentang temuan praktik jual beli berbasis informasi dan transaksi elektronik berdasarkan UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Pandangan Syariah Islam tentang Praktik Jual Beli dan Transaksi Elektronik Berbasis Informasi Bab V.
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Teori
Maksudnya: "Menjual secara bahasa bermaksud memberi suatu barang dengan menukar barang yang lain (barter). Dan jual beli yang diharamkan oleh Rasulullah termasuk jual beli yang haram dan dilarang pelaksanaannya Jual beli yang tidak mempunyai unsur-unsur tersebut adalah. termasuk dalam jual beli yang dilarang oleh Islam.
Dan yang dimaksud dengan jual beli adalah jual beli itu tidak akan terjadi kecuali penjual dan pembelinya bersatu. Imam Asy-Syafi'i berpendapat bahwa jual beli hendaknya melibatkan penjual dan pembeli yang berkumpul dalam satu tempat. Kemunculan jual beli itu merupakan suatu alasan untuk mempunyai”38 Dan juga dengan jual beli itu pasti ada hal-hal sebagai berikut.
Imam Al-Ghazali tidak mensyaratkan pertemuan antara penjual dan pembeli semasa akad jual beli. Rukun jual beli itu ada tiga iaitu dua orang yang berakad, iaitu hukuman terima dan akad”. Sekiranya terdapat penipuan dalam jual beli, hak milik tidak sah, walaupun barang tersebut sudah berada di tangan pembeli.
Menurutnya, jual beli secara bahasa sama dengan barter atau tawar-menawar. Pembelian dan penjualan barang yang diasuransikan dengan ganti rugi (pembayaran) segera. Dan utang pada umumnya mencakup utang atas jual beli salam dan utang atas jual beli lainnya.
Yang dimaksud dengan jual beli manthuq biha adalah jual beli yang ditetapkan haram menurut nash dan ijma'. Jual beli mulamasah yaitu jual beli sedemikian rupa sehingga barang yang disentuh adalah barang yang dibeli. Sebagian ulama mengatakan tidak bolehnya jual beli barang ghaib karena kondisi barang tersebut tidak dapat dilihat.
Menurut Imam Malik, jual beli barang ghaib adalah dibolehkan selagi ia selamat daripada perubahan. Manakala perniagaan bermaksud aktiviti jual beli, dsb., untuk mengaut keuntungan; perdagangan
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
Mandiri
Forum Jual Beli
Agen elektronik mengatur tampilan barang yang akan dijual, cara melakukan transaksi jual beli dan cara pengiriman barang. Jual beli menurut Madzhab Asy-Syafi’i terjadi karena adanya rasa kerelaan antara penjual dan pembeli. Namun Madzhab Asy-Syafi’i tidak mengharuskan adanya tindakan hati dalam syarat dan ketentuan jual belinya.
Jual beli ini diperbolehkan sepanjang barang yang diperjualbelikan sesuai dengan ciri-ciri yang ditentukan. Sebab jual beli fudhuli (menjual harta benda milik orang lain tanpa surat kuasa atau kuasanya) adalah tidak sah. 102. Transaksi melalui kurir dalam Madzhab Fiqih Asy-Syafi'i disebut jual beli oleh wakalah (perwakilan).
Pandangan Syariah Mengenai Praktek Jual Beli Berbasis Informasi dan Transaksi Elektronik Sebagaimana Diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016. Praktek Jual Beli Berbasis Informasi dan Transaksi Elektronik Sebagaimana Diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016. Jual Beli al-Majhūl ( Benda) atau barang tidak dapat diketahui secara global), dengan ketentuan ketidakjelasannya sangat luas.
Perjanjian jual beli yang mutlak untuk transaksi cash on delivery dan transaksi dengan menggunakan kartu pembayaran (Debit on delivery).
Pandangan Syariah tentang Jual Beli berbasis Informasi
Temua Penelitian
PEMBAHASAN TEMUAN
Jenis – jenis Transaksi E Commerce
Pihak – Pihak dalam E Commerce
Pembeli atau konsumen adalah setiap orang, tidak dilarang oleh undang-undang, yang menerima tawaran dari penjual atau pelaku usaha dan ingin menyelesaikan transaksi jual beli atas suatu produk yang ditawarkan oleh penjual/pelaku usaha. Bank merupakan pihak yang menyalurkan dana dari pembeli atau konsumen kepada penjual atau pelaku usaha, karena dalam transaksi jual beli secara elektronik penjual dan pembeli tidak bertemu secara langsung karena berada di tempat yang berbeda, sehingga pembayaran dapat dilakukan melalui perantara dalam hal ini bank. . Kemudahan dalam melakukan transaksi e-commerce memungkinkan penjual dan pembeli dapat bertransaksi tanpa harus bertatap muka seperti pada transaksi jual beli konvensional.
Yang cakap secara hukum adalah orang yang telah dewasa menurut hukum, yaitu yang telah berumur 21 tahun (Pasal 330 KUHPerdata), sudah menikah dan tidak berada dalam perwalian. Apabila transaksi ini dilakukan melalui website toko online Business to Consumer (B2C), lazada.co.id, zalora.co.id, Elevenia.co.id, dll. Pada B2C jenis ini, penjual sebagai perusahaan e-commerce besar di Indonesia telah mencantumkan profil bisnis yang jelas dan lengkap guna mendapatkan kepercayaan dari pembeli.
Dalam melakukan transaksi jenis ini, pembeli harus membuat akun dengan informasi pribadi seperti nama, tanggal lahir, alamat email, nomor telepon sebagai representasi penjual, sehingga identitas pembeli lebih jelas dan transparan. Pada tipe ini, perusahaan C2C berperan sebagai “perantara” yang menghubungkan konsumen satu dengan konsumen lainnya untuk melakukan transaksi e-commerce. Menurut penulis, unsur pengetahuan dalam e-business sulit diukur karena siapa pun (tanpa dibatasi usia tertentu) dapat melakukan transaksi elektronik sesuai Pasal 2 UU ITE.
Berdasarkan ketentuan tersebut, anak di bawah umur dapat melakukan perdagangan elektronik dan tidak memenuhi syarat subjektif dalam pasal 1320 KUH Perdata.
Proses Transaksi E Commerce
Pandangan Syariah Islam
- Jual Beli Shahih
- Jual Beli Batil
- Jual Beli Fasid
Penjualan barang gaib yang tidak dapat ditunjukkan pada saat penjualan, yaitu tidak dapat dilihat oleh pembeli. Para ulama mazhab Syafi'i dan Hanbali menegaskan bahwa jual beli bersyarat seperti di atas adalah batil.
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran – Saran
Selain itu penulis ingin memberikan sumbangsih saran bagi E Commers (pemilik jasa elektronik) dalam hal ini Buka Lapak, olx, shopee, shes, tokopedia dll. Bagi instansi yang bertanggung jawab dalam penegakan hukum khususnya pelanggaran hukum dalam transaksi online, dalam hal ini Kepolisian Republik Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia hendaknya meningkatkan keterampilan petugasnya dalam hal pengetahuan. dan keahlian mengenai masalah E-Commerce. Bagi peneliti yang tertarik untuk mengkaji transaksi elektronik di daerah lain, disarankan untuk mengkaji variabel lain yang mempunyai dampak sangat besar terhadap perkembangan regulasi terkait transaksi elektronik.
Perincian undang-undang yang terkandung dalam Akta ITE perlu dijelaskan supaya tidak berlaku tafsiran yang berbeza. Al-Bantani, Muhammad bin 'Umar bin Ali Nawawi, ______, Nihayatu Az-Zain fi Irsyad Al-Mubtadi`in, Jeddah, Al-Haramain. Al-Jaziri, Abdurrahman, 2003, Kitab Al-Fiqh 'ala Madzahib Al-Arba'ah, Lubnan, Dar Al-Fikr.
Al-Jurdani, Muhammad Abdullah, 2003, Syarh Al-Jurdani 'ala Al-Arba'in An- Nawawi, Khartoum, Dar As-Sudaniyyah nat Kutub. Al-Kaf, Hasan bin Ahmad, 2004, At-Taqrirat As-Sadidah fi Al-Masail Al-Mufidah, Surabaya, Dar Al-'Ulum Al-Islamiyyah. Al-Kubi, Sa'id Ad-Din Muhammad, 2002, Al-Mu'amalat Al-Maliyah Al-Mu'ashirah, Beirut, Al-Maktab Al-Islami.
Al-Malibari, Zainuddin Abdul Aziz, _______, Matn Qurratil 'Uyun bi Muhimmati Ad-Din fil Fiqh 'ala Madzhab Al-Imam Asy-Syafi'i, Jeddah, Al-Haramain. Al-Qawwasi, Akram Yusuf Umar, 2003, Madkhal ila Madzhab Asy-Syafi'i, Jordanië, Dar An-Nafa'is. Jum'ah, Ali, 2004, Al-Imam Asy-Syafi'i wa Madrasatuhu Al-Fiqhiyyah, Kaïro, Dar Al-Risalah.
Majma' Al-Lughah Al-'Arabiyyah, 2004, Al-Mu'jam Al-Wasith, Jumhuriyyah Mishr Al-'Arabiyyah, Wizarah Al-Tarbiyyah wa Al-Ta'lim. Utsman, Mahmud Hamid, 1996, Al-Qamus Al-Qawwim in Ishthilahat Al-Ushuliyyin, Caïro, Dar Al-Hadits.