• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Data Seismik Gempa Flores Tahun 1992 dan 2021

N/A
N/A
Siti Nur Syarifah

Academic year: 2024

Membagikan "Analisis Data Seismik Gempa Flores Tahun 1992 dan 2021 "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Siti Nur Syarifah

NIM : 210322607208

Offering : P12

Mata Kuliah : Seismologi

Hari, tanggal : Jum’at, 29 Maret 2024

Analisis Data Seismik Gempa Flores Tahun 1992 dan 2021

1. Pendahuluan

Kepulauan Indonesia terbentuk dari interaksi tiga lempeng utama, yaitu Lempeng Pasifik, Indo-Australia, dan Eurasia yang mana menciptakan kompleks tektonik terutama di batas lempeng yang terletak di Indonesia Timur. Kepulauan Nusa Tenggara terbentuk sebagai akibat dari subduksi Lempeng Indo-Australia dan Eurasi di bawah Busur Sunda-Banda selama Tersier Atas [1], sehingga terdapat sesar yang membentang dari utara Pulau Flores hingga laut utara Bali dengan panjang sekitar 1.130 km [2]. Faktor geologi dan tektonik inilah yang menyebabkan gempa Flores dapat terjadi pada lokasi yang berdekatan dengan perbedaan waktu 29 tahun.

Dilihat dari mekanisme sumbernya, gempa Flores baik pada tahun 1992 dan 2021 dipicu oleh aktivitas sesar. Setelah kejadian gempa pada tahun 2021, hasil penelitian mengindentifikasi penemuan sesar yang dinamakan sesar Kalaotoa [3], [4], [5].

2. Teori

2.1 Seismometer, Seismograf, Seismogram

Seismograf adalah instrumen yang digunakan untuk merekam pergerakan atau getaran tanah selama gempa bumi berlangsung. Seismograf ini terdiri dari seismometer (sensor yang mendeteksi gerak) dan perangkat perekam (yang merekam pergerakan tanahnya).

Seismometer merupakan komponen dari seismograf yang terdiri dari pendulum atau massa yang digantung pada pegas. Istilah seismometer sering diserupakan dan digunakan bergantian dengan seismograf. Fungsi utama dari seismometer adalah mendeteksi dan merespon pergerakan tanah yang disebabkan oleh gelombang seismik pada saat gempa bumi berlangsung.

(a) (b)

Gambar 1. (a) Seismometer [6] (b) Seismogram [7]

Seismogram adalah grafik output yang dihasilkan oleh seismograf, grafik ini menunjukkan rekaman pergerakan tanah pada lokasi tertentu. Komponen pada seismogram terdiri dari sumbu horizontal yang menunjukkan waktu (umumnya menggunakan satuan detik) dan sumbu vertikal yang menunjukkan perpindahan/pergerakan tanah (umumnya

(2)

menggunakan satuan milimeter). Apabila tidak terdapat aktivitas gempa bumi, seismogram akan menujukkan garis lurus dengan dengan goyangan kecil yang disebabkan oleh gangguan lokal atau ‘‘noise“. Saat ini, penggunaan seismogram sudah berupa digital sebagai uppayya untuk mengurangi penggunaan kertas.

Secara ringkas, seismometer dan seismograf dapat mendeteksi gelombang seismik, namun hanya seismograf yang dapat merekam dan menghasilkan seismogram, yang mana menyediakan informasi penting tentang pergerakan atau getaran tanah selama gempa bumi berlangsung [8], [9], [10], [11].

2.2 Fase Gelombang Seismik

Tabel 1. Jenis Gelombang Seismik [12]

Jenis Gelombang

Seismik Deskripsi Lapisan

P (Primer)

Gelombang seismik tercepat yang dapat bergerak melalui material padat dan cair (dikenal juga sebagai gelombang kompresi). Ketika mencapai permukaan bumi, gelombang ini menyebabkan

sedikit gerakan maju-mundur. Mantle phase

PP

Gelombang P yang memantul setelah mencapai permukaan bumi dan kembali ke stasiun yang mungkin berada pada beberapa sudut jarak dari hiposenter (seperti gema dari gelombang-P awal) PKP Gelombang P yang bertransmisi melalui inti Bumi

dan memantul di CMB (core-mantle boundary) Core phase

S (Sekunder)

Gelombang ini bergerak lebih lambat daripada gelombang P dan hanya dapat bergerak melalui material padat (dikenal juga sebagai gelombang geser). Ketika mencapai permukaan bumi, gelombang ini menyebabkan guncangan dari sisi ke sisi

Mantle phase

SS Sama seperti PP, namun untuk gelombang S

SKS Sama seperti PKP, namun untuk gelombang S Core phase

(a) (b) (c)

Gambar 2. Ilustrasi Penjalaran Gelombang Seismik (a) P/S (b) PP/SS (c) PKP/SKS [12]

2.3 SAGE: Data Services

SAGE (Seismological Facility for the Advancement of Geoscience) merupakan fasilitas yang dioperasikan oleh EarthScope Consortium. Fasilitas ini menyediakan instrumen seismik dan geofisika terkini serta layanan yang mendukung penelitian dan pendidikan dalam ilmu geosains. Salah satu layanan SAGE yang digunakan dalam artikel ini ialah layanan penyedia data rekaman stasiun seismik [13].

(3)

Channel Code

Channel Code terdiri dari 3 huruf dengan urutan: band code-instrument code- orientation code. Beberapa instrumen yang digunakan ialah seismometer, tilt meter, creep meter, barometer, magnetometer, geophone, dan beberapa instrumen lainnya yang berfungsi mengukur parameter terkait gempa. Seismometer mengukur perpindahan/kecepatan/akselerasi di sepanjang garis yang ditentukan oleh kemiringan dan azimuth.

Tabel 2. Code Channel for Seismometer [14]

Code Letter Description

Band: the first letter specifies the general sampling rate and the response band of the

instrument.

E Extremely Short Period

S Short Period

H High Broad Band

B Broad Band

L Long Period

V Very Long Period

U Ultra Long Period

Instrument: The second letter specifies the family to which the sensor belongs (seismometer)

H High Gain Seismometer

L Low Gain Seismometer

G Gravimeter

M Mass Position Seismometer

N Accelerometer

Orientation: The third letter provides a way to indicate the directionality of the sensor

measurement.

Z N E Traditional (Vertical, North-South, East-West)

A B C Riaxial (Along the edges of a cube turned up on a corner) 1 2 3 Orthogonal components but non-

traditional orientations

Tabel 3 menunjukkan beberapa pengaturan channnel yang umum digunakan dalam sistem GSN.

Tabel 3. Commonly channel used in GSN system [14]

Channel Description

EHZ/EHN/EHE Short Period 100 sps

BHZ/BHN/BHE Broad Band 20 sps

LHX/LHN/LHE Long Period 1 sps

VHZ/VHN/VHE Very Long Period 0.1 sps

Beberapa istilah dan singkatan yang akan digunakan dalam artikel ini dapat dilihat sebagai berikut:

SAGE : Seismological Facility for the Advancement of Geoscience SEED : Standard for the Exchange of Earthquake Data

GSN : Global Seismographic Network stations and arrays

IRIS DMC : Incorporated Reasearch Institutions for Seismology Data Management Center

IU : Global Seismograph Network – IRIS/USGS II : Global Seismograph Network – IRIS/IDA USGS : United States Geological Survey

IDA : International Deployment of Accelerometers

(4)

3. Metode

Pembahasan pada artikel ini dilakukan dengan metode deskriptif melalui studi literatur.

Literatur yang diacu meliputi portal data, artikel ilmiah, website, maupun berita yang dimuat dalam media nasional terpercaya.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Data Gempa Flores 1992 dan 2021

Berikut adalah data gempa yang telah ditelusuri dari berbagai sumber, terdiri dari informasi gempa, katalog kejadian gempa, ShakeMap, dan seismogram (waveforms).

Tabel 4. Informasi Gempa Flores 1992 dan 2021 [15], [16]

Tanggal Latitude (° 𝑺)

Longitude (° 𝑬)

Kedalaman (km)

Magnitude

Gempa Lokasi

1992–12–12

05:29:26 UTC 8.475 121.9023 27.7 7.8 mw Laut Flores

2021–12–14

03:20:23 UTC 7.6046 122.2273 15.06 7.3 mww Daerah Flores, Indonesia Tabel 4 menunjukkan informasi mengenai kedua gempa. Beberapa sumber menampilkan data yang berbeda seperti untuk gempa Flores tahun 1992 magnitudo gempa yang tercatat ialah 7.8 mw (USGS) dan 7.4 mw (SAGE). Magnitudo tidak bergantung pada tempat pengukuran gelombang seismik dilakukan. Adanya sedikit perbedaan nilai magnitudo untuk gempa yang sama dapat disebabkan oleh hubungan antara pengukuran seismik dengan magnitudo yang sangat kompleks dan adanya perbedaan prosedur pengukuran antar stasiun [17].

Gambar 3. Requested Earthquake Events (14 Desember 2021) [18]

Tabel 5. Earthquake Events on 14 December 2021 in Flores Sea [18]

Date time Latitude (°)

Longitude (°)

Magnitude

(Mw) Depth (km) Azimuth Gap (°) 2021-12-

14T03:20:23.200204z -7.589 122.247 7.430 10 10.728

Gambar 3 menunjukkan peta kejadian gempa Flores tanggal 14 Desember 2021, sedangkan Tabel 5 menunjukkan informasi untuk gempa yang sama. Kedua data ini diperoleh dari Portal Event Catalog BMKG yang dapat diakses publik melalui laman

(5)

https://repogempa.bmkg.go.id/eventcatalog. Pada laman ini tidak ditemukan data untuk gempa Flores tanggal 12 Desember 1992.

Berdasarkan data pada Tabel 4 dan Tabel 5, terdapat perbedaan titik koordinat gempa (longitude dan longitude). Hal ini karena sumber gempa tidak dapat dibayangkan seperti suatu titik tunggal di koordinat kartesian dalam bidang yang rata, melainkan dalam koordinat geografis menyesuaikan dengan bentuk bola Bumi. Selain itu, perbedaan ini juga dipengaruhi oleh sifat gelombang (merambat/menyebar) dan struktur bawah permukaan tanah yang kompleks dalam mentransmisikan kecepatan gelombang seismiknya menuju permukaan sehingga dapat terdeteksi.

(a) (b)

Gambar 4. ShakeMap Gempa Flores (a) 1992 [19] (b) 2021 [20]

Gambar 4 menunjukkan peta guncangan tanah (ShakeMap), dapat dilihat bahwa letak epicenter gempa di tahun 1992 lebih dekat dengan Pulau Flores sehingga guncangan tanahnya lebih besar apabila dibanding dengan gempa di tahun 2021. Hal ini jugalah yang menyebabkan perbedaan ketinggian tsunami antar keduanya, dengan ketinggian tsunami mencapai ±25 m pada tahun 1992, sedangkan ketinggian tsunami mencapai ±0,07 m pada tahun 2021 [2], [21], [22].

Tabel 6. Daftar Stasiun Perekaman Gempa Flores [23], [24]

Year Station Latitude (°)

Longitude (°)

Distance (°)

Azimuth (°)

Elevation

(m) Station Name

1992

IU.CTAO -20.09 146.25 26.25 118.88 357 Charters Towers, Australia IU.TATO 24.97 121.50 33.45 -0.67 160 Taipei, Taiwan

IU.CHTO 18.81 98.94 35.46 -39.53 420 Chiang Mai,

Thailand IU.MAJO 36.55 138.20 47.55 17.79 405 Matsushiro, Japan

2021

IU.KAPI -5.01 119.75 3.57 -43.67 300

Kappang, Sulawesi, Indonesia II.MBWA -21.16 119.73 13.77 -170.17 190 Marble Bar,

Western Australia

(6)

Year Station Latitude (°)

Longitude (°)

Distance (°)

Azimuth (°)

Elevation

(m) Station Name IU.DAV 7.07 125.58 15.05 12.91 151 Davao, Philippines II.COCO -12.19 96.83 25.42 -102.44 1

West Island, Cocos (Keeling)

Islands

IU.GUMO 13.59 144.87 30.89 46.78 170 Guam, Mariana

Islands IU.HNR -9.44 159.95 37.33 95.61 100 Honiara, Solomon

Islands II.TAU -42.91 147.32 41.62 152.12 132 Hobart, Tasmania,

Australia IU.INCN 37.48 126.62 45.27 4.91 55 Inchon, Republic

of Korea Tabel 6 menampilkan daftar stasiun yang memiliki ketersediaan data seismogram pada saat kejadian gempa berlangsung. Semua stasiun pada tabel 6 merupakan stasiun milik Amerika Serikat di bawah naungan IDA. IDA merupakan bagian dari IRIS/USGS GSN yang didukung secara finansial oleh US National Science Foundation dan Cecil and Ida Green Foundation for Earth Science [25]. Tidak terdapat data seismogram yang diperoleh dari BMKG karena ketersediaannya yang memerlukan biaya.

Gambar 5. Stasiun KAPI di Sulawesi, Indonesia [26], [27]

Tabel 7. Filtering Record Station Wilber-3

Filter

Networks : GSN

Channels : BHZ

Distance Range : 0 – 50°

Azimuth Range : (−180°) − 180°

One station every : 5 degrees Time Range

From : 1 minutes before event time Until : 30 minutes after S arrival

(7)

Gambar 6. Seismogram BHZ channel Flores Earthquake in 1992

Gambar 7. Seismogram BHZ channel Flores Earthquake in 2021

Gambar 6 dan 7 berturut – turut menampilkan seismogram untuk gempa Flores pada tahun 1992 dan 2021 yang diperoleh berdasarkan data filtering pada Tabel 7. Channel yang dipilih adalah BHZ (Broad-Band High Gain Seismometer Vertical Direction), sehingga seismogram yang terlihat merupakan rekaman getaran tanah pada arah atas – bawah. Terdapat 4 stasiun yang memiliki data seismogram untuk gempa tahun 1992, dan 8 stasiun yang memiliki data seismogram untuk gempa tahun 1992 seperti yang telah ditampilkan pada Tabel 6. Pada sumbu horizontal menunjukkan selang waktu relatif terhadap gempa (menit)

(8)

sedangkan sumbu vertikal menunjukkan posisi stasiun relatif terhadap epicenter (semakin ke atas maka semakin jauh dari epicenter). Garis berwarna menunjukkan jenis fase gelombang yang terbagi menjadi P, PP, PKP, S, SS, dan SKS. Tampilan seismogram tiap stasiun memiliki bentuk yang berbeda yang dipengaruhi oleh faktor lokasi stasiun. Semakin jauh stasiun dari epicenter maka semakin lebih lama dalam mendeteksi gelombang. Faktor lokasi ini tidak hanya mencakup titik koordinatnya di permukaan bumi namun juga berkaitan dengan geologi lapisan bumi di bawahnya yang menjadi medium dalam menerima dan meneruskan gelombang seismik. Setiap stasiun menerima gelombang P/S pada waktu yang berbeda, apabila letak stasiun semakin jauh maka garis dengan warna yang sama tidak akan terletak pada satu garis vertikal lurus melainkan semakin bergeser ke kanan.

Gambar 8 Seismogram Gempa Flores Tahun 2021 [16]

Gambar 8 menampilkan seismogram untuk gempa Flores pada tahun 2021 selama rentang waktu satu jam dengan amplitudo gelombang seismik terjadi pada pukul 03:45, bentuk seismogram atau waveforms ini juga dapat didengar sebagai audio.

Dengan membandingkan waktu tiba gelombang P dan S pada seismogram dari beberapa stasiun seismik, maka jarak stasiun ke epicenter (lokasi di permukaan bumi tepat di atas hipocenter) dapat ditentukan. Umumnya menggunakan kurva waktu tempuh seperti yang ditunjukkan oleh gambar 9(b).

(a) (b)

Gambar 9. (a) Karakteristik Gelombang Seismik [28] (b) Kurva waktu tempuh [29]

(9)

- Gelombang P: Gelombang yang pertama tiba di seismograf. Apabila amplitudo gelombang P besar, kemungkinan gempa dangkal.

- Gelombang S: Gelombang kedua yang tiba. Jika interval antara P dan S pendek, kemungkinan gempa dangkal

- Gelombang L: Gelombang permukaan yang tiba terakhir. Jika amplitude gelombang L besar, kemungkinan gempa dalam.

Metode yang paling akurat untuk menentukan hipocenter (disebut juga dengan focus) adalah dengan membaca fase kedalaman (depth fase) yang terekam pada seismogram. Fase kedalaman adalah fase karakteristik pP (gelombang P yang dipantulkan dari permukaan bumi pada titik yang relatif dekat dengan hipocenter). Pada stasiun seismograf yang jauh, pP mengikuti gelombang P dengan interval waktu yang berubah secara perlahan seiring dengan jarak, namun cepat seiring dengan kedalaman. Interval waktu ini, pP-P (pP dikurangi P), digunakan untuk menghitung tabel kedalaman fokus. Dengan menggunakan perbedaan waktu pP-P yang terbaca dari seismogram dan jarak antara pusat gempa dan stasiun seismograf seperti yang telah dijelaskan sebelumnya maka kedalaman gempa dapat ditentukan dari kurva waktu tempuh yang ada atau tabel kedalaman.

Gelombang seismik lain yang digunakan untuk menentukan kedalaman fokus adalah fase sP (gelombang S yang dipantulkan sebagai gelombang P dari permukaan bumi pada titik dekat pusat gempa). Gelombang ini direkam setelah pP sekitar setengah dari interval waktu pP-P. Kedalaman gempa bumi dapat ditentukan dari fase sP dengan cara yang sama seperti fase pP dengan menggunakan kurva waktu tempuh yang sesuai atau tabel kedalaman untuk sP. Jika gelombang pP dan sP dapat diidentifikasi pada seismogram, kedalaman fokus yang akurat dapat ditentukan [30].

5. Kesimpulan

Seismogram sebagai salah satu instrumen di bidang seismik dapat menentukan lokasi dan kedalaman dari gempa dengan menerapkan prinsip fisis berupa kecepatan gelombang seismik.

Perekaman data dilakukan oleh setiap stasiun, data dari beberapa stasiun tersebut kemudian diproses untuk diketahui karakteristik dari peristiwa gempa bumi yang terjadi. Setelah mengetahui karakteristik gempa maka kita dapat mempelajari mengenai mekanisme penyebabnya, dengan begitu kita dapat memperluas wawasan dalam memahami fenomena gempa bumi.

Daftar Pustaka

[1] BMKG, “ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BUMI DI LAUT FLORES NUSA TENGGARA TIMUR 14 DESEMBER 2021,” BMKG, 2021. [Online]. Available:

https://cdn.bmkg.go.id/Web/Ulasan_gempabumi_14_Desember_2021_102023WIB_M7.4.pdf [2] K. P. Sinki, Y. Fujii, and B. Shibazaki, “NUMERICAL SIMULATIONS OF THE 1992 FLORES

TSUNAMI USING EARTHQUAKE FAULT AND LANDSLIDE MODELS,” Master’s Thesis, Intenational Institute of Seismology and Earthquake Engineering, Iran, 2021. Accessed: Mar. 27, 2024. [Online]. Available: https://iisee.kenken.go.jp/syndb/data/20211209487648b2.pdf

[3] A. V. H. Simanjuntak and K. Ansari, “Spatial time cluster analysis and earthquake mechanism for unknown active fault (Kalatoa fault) in the Flores Sea,” Earth Sci. Inform., vol. 16, no. 3, pp.

2649–2659, Sep. 2023, doi: 10.1007/s12145-023-01067-8.

[4] B. R. Maulana, M. S. Burhanuddin, and M. F. Akbar, “Distribution of the Surface Ruptures in the Kalaotoa Due to the 2021 M 7.3 Flores Sea Earthquake, Indonesia,” IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci., vol. 1272, no. 1, p. 012001, Dec. 2023, doi: 10.1088/1755-1315/1272/1/012001.

[5] P. Supendi et al., “The Kalaotoa Fault: A Newly Identified Fault that Generated the Mw 7.3 Flores Sea Earthquake,” Seism. Rec., vol. 2, no. 3, pp. 176–185, Jul. 2022, doi:

10.1785/0320220015.

[6] USGS, “Three Component Seismometer.” Accessed: Mar. 27, 2024. [Online]. Available:

https://www.usgs.gov/media/images/three-component-seismometer

(10)

[7] H. Rojak, “How To Read Earthquake Seismograph,” The Earth Images Revimage.Org. Accessed:

Mar. 27, 2024. [Online]. Available: https://www.revimage.org/how-to-read-earthquake- seismograph/

[8] T. E. of E. Britannica, “Seismograph.” Accessed: Mar. 27, 2024. [Online]. Available:

https://www.britannica.com/science/seismograph

[9] USGS, “Seismometers, seismographs, seismograms.” Accessed: Mar. 27, 2024. [Online].

Available: https://www.usgs.gov/faqs/seismometers-seismographs-seismograms-whats- difference-how-do-they-work

[10] G. Jackson, “What is a seismometer and how does it work?,” Physics Network. Accessed: Mar.

27, 2024. [Online]. Available: https://physics-network.org/what-is-a-seismometer-and-how-does- it-work/

[11] S. Manaher, “Seismograph vs Seismometer: Meaning And Differences.” Accessed: Mar. 27, 2024. [Online]. Available: https://thecontentauthority.com/blog/seismograph-vs-seismometer [12] D. A. Storchak, J. Schweitzer, and P. Bormann, “The IASPEI Standard Seismic Phase List,”

Seismol. Res. Lett., vol. 74, no. 6, pp. 761–772, Nov. 2003, doi: 10.1785/gssrl.74.6.761.

[13] SAGE, “Seismological Facility for the Advancement of Geoscience (SAGE) | SAGE.” Accessed:

Mar. 27, 2024. [Online]. Available: https://www.iris.edu/hq/sage

[14] S. Halbert, “Appendix A: Channel Naming,” in Standard for the Exchange of Earthquake Data - Reference Manual, p. 124. Accessed: Mar. 24, 2024. [Online]. Available:

https://www.fdsn.org/pdf/SEEDManual_V2.4_Appendix-A.pdf

[15] SAGE, “mw7.4 Flores Region, Indonesia.” Accessed: Mar. 24, 2024. [Online]. Available:

https://ds.iris.edu/ds/nodes/dmc/tools/event/269340/

[16] SAGE, “mww7.3 Flores Sea.” Accessed: Mar. 24, 2024. [Online]. Available:

https://ds.iris.edu/ds/nodes/dmc/tools/event/11506935/

[17] USGS, “What is the difference between earthquake magnitude and earthquake intensity? What is the Modified Mercalli Intensity Scale?” Accessed: Mar. 28, 2024. [Online]. Available:

https://www.usgs.gov/faqs/what-difference-between-earthquake-magnitude-and-earthquake- intensity-what-modified-mercalli

[18] BMKG, “EQ Repository | Requested Data (14-12-2021).” Accessed: Mar. 27, 2024. [Online].

Available:

https://repogempa.bmkg.go.id/getEvent?_token=IxBXQ9KW4YqRZoZ9U5JVoNeOl86tq6lx3mk 19BiO&date_range=2024-03-27T11%3A08%3A58&min_date=2021-12-

14T00%3A00%3A00&max_date=2021-12-

14T04%3A00%3A00&minmag=0.0&maxmag=10.0&mindepth=0&maxdepth=20&north=6&we st=95&east=141&south=-

11&eventtype=preliminaryeq&parameter=origin&email=siti.nur.2103226%40students.um.ac.id&

institution=Universitas+Negeri+Malang&captcha=dddhh

[19] USGS, “ShakeMap,” M 7.8 - 37 km WNW of Maumere, Indonesia. Accessed: Mar. 24, 2024.

[Online]. Available:

https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/usp0005j5a/shakemap/intensity

[20] USGS, “ShakeMap,” M 7.3 - Flores Sea. Accessed: Mar. 24, 2024. [Online]. Available:

https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/us6000gc2a/shakemap/intensity

[21] H. Yeh, F. Imamura, C. Synolakis, Y. Tsuji, P. Liu, and S. Shi, “The Flores Island tsunamis,” Eos Trans. Am. Geophys. Union, vol. 74, no. 33, pp. 369–373, Aug. 1993, doi: 10.1029/93EO00381.

[22] B. Santoso, “BMKG Deteksi Tsunami Usai Gempa 7,4 Mengguncang Flores,” suara.com, Dec.

14, 2021. Accessed: Mar. 29, 2024. [Online]. Available:

https://www.suara.com/news/2021/12/14/114800/bmkg-deteksi-tsunami-usai-gempa-74- mengguncang-flores

[23] SAGE, “Record Section 2021-12-14 mww7.3 Flores Sea,” Wilber 3: Select Stations. Accessed:

Mar. 24, 2024. [Online]. Available: https://ds.iris.edu/wilber3/find_stations/11506935

[24] SAGE, “Record Section 1992-12-12 mw7.4 Flores Region, Indonesia,” Wilber 3: Select Stations.

Accessed: Mar. 24, 2024. [Online]. Available: https://ds.iris.edu/wilber3/find_stations/269340 [25] IDA, “Project IDA Background,” Project IDA. Accessed: Mar. 28, 2024. [Online]. Available:

https://ida.ucsd.edu/about-ida/project-ida-background/

(11)

[26] IDA, “Station KAPI, Kappang, South Sulawesi, Indonesia,” Project IDA. Accessed: Mar. 28, 2024. [Online]. Available: https://ida.ucsd.edu/stations/station-kapi-kappang-south-sulawesi- indonesia/

[27] “Station II KAPI.” Accessed: Mar. 28, 2024. [Online]. Available:

https://earthquake.usgs.gov/monitoring/operations/stations/II/KAPI/

[28] H. Rojak, “How To Find The Epicenter Of An Earthquake Using Seismic Waves,” The Earth Images Revimage.Org. Accessed: Mar. 29, 2024. [Online]. Available:

https://www.revimage.org/how-to-find-the-epicenter-of-an-earthquake-using-seismic-waves/

[29] “How do I read a point from a curve or line?,” Graphing. Accessed: Mar. 29, 2024. [Online].

Available: https://serc.carleton.edu/mathyouneed/graphing/interpret.html

[30] W. Spence, S. A. Sipkin, and G. L. Choy, “Determining the Depth of an Earthquake,” USGS.

Accessed: Mar. 29, 2024. [Online]. Available: https://www.usgs.gov/programs/earthquake- hazards/determining-depth-earthquake

Referensi

Dokumen terkait

Untuk sensor GSI hasil analisa sinyal dengan wavelet Gauss 4, Mexh , Morlet dan Haar menunjukkan waktu tiba gelombang Primer (P) terdeteksi lebih awal dibanding dengan

Pada analisis waveform bertujuan untuk menentukan waktu datang gelombang P (Tp) dan gelombang S (Ts) serta durasi gempa. Sedangkan analisis spektral bertujuan untuk

Masalah dibatasi pada analisis nilai residu magnitudo yang dihasilkan dari Stasiun Pengamatan Gempabumi dalam Jaringan Seismik Indonesia untuk kejadian-kejadian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan menentukan distribusi lokasi hiposenter gempa bumi, model kecepatan 1-D gelombang P baru, dan nilai koreksi stasiun

Data gelombang digital yang ditunjukan dalam data amplitudo, percepatan dan domain waktu dalam bentuk data gelombang seismik yang diambil dari jalan raya jenis