• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji Di Desa Sembahe Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji Di Desa Sembahe Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

MARULI TUMPAL SIHITE: Analisis Keuangan Usahatani Jambu Biji di Desa Sembahe Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Tesis ini berisi tentang seluruh perhitungan biaya produksi usahatani jambu biji, pendapatan petani jambu biji dan tingkat kelayakan usahatani jambu biji di daerah penelitian. Pencurahan tenaga kerja (HKP) untuk tanaman Jambu Biji sudah berproduksi per petani dan per ha.

Biaya Tenaga Kerja (HKP) tanaman jambu biji yang tidak menghasilkan per petani per ha. Biaya Tenaga Kerja (HKP) tanaman jambu biji yang sudah berproduksi, per petani dan per hektar.

Latar Belakang

Saat ini pengembangan budidaya jambu biji di Indonesia masih sebatas penanaman di pekarangan rumah dan belum bersifat komersial. Daerah yang tersebar luas tanaman jambu biji adalah Pulau Jawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Bali. Sedangkan di Bali, sentra produksi jambu biji terpenting berada di daerah Badung dan Buleleng (Cahyono, 2010).

Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah produksi tanaman jambu biji. Dari Tabel 1 terlihat bahwa Kecamatan Pancur Batu merupakan penghasil jambu biji terbesar di Kabupaten Deli Serdang, sehingga Kecamatan Pancur Batu mempunyai potensi sebagai daerah objek penelitian.

Tabel 1. Produksi Per Triwulan, Total Produksi Jambu Biji Per Kecamatan                    di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009
Tabel 1. Produksi Per Triwulan, Total Produksi Jambu Biji Per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

Identifikasi Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Bahan untuk dipertimbangkan oleh pemerintah daerah dan lembaga lain dalam pengambilan kebijakan, khususnya di bidang yang terkait dengan tanaman jambu biji.

Tinjauan Pustaka

Penyemaian pohon jambu biji dilakukan dengan sistem okulasi dan okulasi, meskipun bisa juga dengan cara menanam bibit secara langsung. Walaupun dalam pemeliharaan tanaman tanaman jambu biji dapat tumbuh dan berproduksi tanpa memperhatikan kondisi tanah dan cuaca yang mempengaruhinya, namun akan lebih baik jika keberadaannya diperhatikan karena tanaman yang dirawat dengan baik akan memberikan hasil yang memuaskan. (produksi). Meski jambu biji asal Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, mulai eksis di pasar lokal, namun produk ini belum mampu bersaing dengan Thailand yang memiliki kualitas jambu biji yang sangat laris di pasar ekspor.

Kualitas jambu biji sumatera belum mampu bersaing, baik dari segi kehalusan, ukuran atau berat buah, serta rasa. Hal inilah yang perlu dibenahi agar jambu biji asal daerah ini bisa menembus pasar ekspor, seperti Singapura dan Malaysia.

Landasan Teori

Analisa ini sangat diperlukan apabila usaha yang direncanakan berbentuk kegiatan produksi, minimal ditinjau dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Net present value (NPV) atau nilai sekarang bersih merupakan perbandingan antara PV kas bersih (PV pendapatan) dengan PV investasi (belanja modal) selama umur investasi. Jika biaya modal suatu perusahaan lebih besar dari IRR maka NPVnya menjadi negatif sehingga perusahaan tersebut tidak layak untuk diambil (Kasmir dan Jakfar, 2003).

Rasio biaya manfaat yang lebih besar dari 1 (satu) berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan biaya yang digunakan untuk memperoleh manfaat tersebut. Bukan saja manfaatnya lebih besar dari biayanya, namun B/C Ratio-nya juga lebih besar dari satu, sehingga manfaatnya bisa menutupi lebih besar dari biayanya dan juga mampu mengembalikan (membayar kembali) investasinya.

Kerangka Pemikiran

Usahatani jambu biji dikatakan layak apabila usahatani tersebut dapat mencerminkan kesejahteraan petani jambu biji dan keluarganya. Dalam menilai kelayakan usaha, ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan yaitu biaya produksi, pendapatan, dan analisis keuangan (NPV, IRR, NET B/C). Dengan menganalisis beberapa komponen tersebut maka dapat diketahui bahwa secara ekonomi memungkinkan untuk mengembangkan usaha jambu biji di daerah penelitian.

Hipotesis Penelitian

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode Pengambilan Sampel

Metode Pengumpulan Data

Metode Analisis Data

Identifikasi masalah 2 diuji dengan menggunakan analisis sederhana yaitu dengan menghitung pendapatan dari kegiatan usahatani jambu biji yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus. Interpolasi linier digunakan untuk menyelesaikan produksi pada umur tanaman jambu biji yang belum ada.

Definisi dan Batasan Operasional

Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Geografi Desa

Desa Sembahe Baru merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang yang luasnya mencapai 215,5 hektar dan terdiri dari 2 dusun yaitu Dusun Sembahe Baru dan Dusun Kreahen Tani. Desa Sembahe Baru terletak 4,5 km dari ibu kota Kecamatan Pancur Batu (Pancur Batu), 60 km dari ibu kota kabupaten Deli Serdang (Lubuk Pakam) dan 19 km dari ibu kota provinsi Sumatera Utara (Medan). Jumlah penduduk Desa Sembahe Baru sebanyak 1.788 jiwa yang terdiri dari 880 laki-laki dan 908 perempuan dengan jumlah 545 KK.

Tabel 5 menunjukkan terdapat 25 unit warung, sarana pendidikan yaitu 1 unit TK, 2 unit SD, 1 unit SMP. Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini meliputi umur tanaman, umur petani sampel, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bertani dan luas lahan. Dari tabel 6 terlihat tanaman tahunan terbanyak dengan persentase masing-masing sebesar 15,7%.

Kondisi ini dikarenakan budidaya jambu biji sudah diperkenalkan kepada masyarakat di daerah penelitian sekitar 15 tahun yang lalu. Tanaman yang masih muda umumnya merupakan tanaman jambu biji yang ditanam kembali untuk menggantikan tanaman yang sudah tua. Dari Tabel 7 terlihat rata-rata umur petani sampel di daerah penelitian adalah sekitar 47,47 tahun.

Rata-rata tingkat pendidikan petani sampel di daerah penelitian adalah 9,80 tahun atau setara dengan kelas 3 SMP (tamatan SMP). Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di daerah penelitian mempunyai pengalaman bertani yang cukup lama, sehingga kegiatan bertaninya lebih didasarkan pada pengalaman dibandingkan pendidikan formal yang diterimanya. Keadaan ini disebabkan karena lahan yang dimiliki oleh petani sampel merupakan warisan dari orang tuanya, sehingga sebelumnya lahan tersebut luas.

Tabel 3. Luas Wilayah desa Sembahe Baru menurut penggunaannya.
Tabel 3. Luas Wilayah desa Sembahe Baru menurut penggunaannya.

Biaya Produksi Usahatani jambu Biji

Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian benih ini tergantung dari jarak tanam dan luas lahan jambu petani. Biaya penyusutan yang dihitung disini adalah penyusutan seluruh peralatan pertanian yang digunakan petani dalam membudidayakan tanaman jambu bijinya. Petani jambu biji di daerah penelitian umumnya membuat lubang ventilasi pada lahan jambu bijinya.

Pupuk anorganik yang mereka gunakan adalah NPK dengan harga Rp 5000/kg dan TSP dengan harga Rp 7000/kg. Petani sampel menggunakan insektisida untuk melindungi tanaman dan memberantas hama di lahan jambu biji mereka. Mereka umumnya menggunakan insektisida Perfection dengan harga Rp 29.000/liter dengan kebutuhan rata-rata 8 liter per hektar.

Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari pekerjaan di dalam keluarga dan pekerjaan di luar keluarga. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (organik) yang diberikan dua kali setahun sebanyak 2 ons per tanaman. Pemangkasan tanaman dilakukan untuk membersihkan ranting atau daun yang terserang penyakit dan hanya dilakukan oleh beberapa petani, biasanya setiap 3 bulan sekali dan hanya dilakukan oleh TKDK dengan biaya rata-rata Rp.

Sedangkan gaji tenaga kerja di keluarga dihitung sama dengan gaji di lapangan penelitian, 1 HKP = Rp 60.000. Untuk sampel 1, yang mempunyai tanaman jambu biji yang belum berproduksi, perkiraan biaya tenaga kerja, koran, dan pupuk di masa depan per 1 hektar untuk tanaman yang sudah berproduksi rata-rata biaya dari sampel sebesar 6,7,8 karena mempunyai jarak tanam yang sama yaitu 5 x 5m. Rata-rata biaya produksi budidaya jambu biji 1 Ha selama 1 tahun No. Jenis Biaya Rp. Persentase.

Pendapatan Usahatani Jambu Biji

Terlihat rata-rata pendapatan petani jambu biji per petani adalah Rp selama 1 tahun atau setara Rp. Pendapatan keluarga petani merupakan pendapatan bersih ditambah dengan biaya tenaga kerja dalam keluarga, dimana pendapatan keluarga petani merupakan pendapatan yang benar-benar diterima petani. Dengan demikian dapat dikatakan budidaya jambu biji di daerah penelitian menguntungkan karena pendapatan petani lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk bertani.

Kesimpulan serupa juga dihasilkan oleh penelitian Fathy (2005) yang menunjukkan bahwa usahatani jambu biji memberikan keuntungan bagi petani yang membudidayakannya, dimana pendapatan yang diterima lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan dalam budidaya jambu biji.

Tabel 9. Rata-rata Penerimaan Petani Jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1     Tahun
Tabel 9. Rata-rata Penerimaan Petani Jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1 Tahun

Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji

Berdasarkan nilai ketiga kriteria investasi di atas terlihat bahwa NPV > 0 berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C sama dengan 2,29, artinya setiap Pp 1,00 biaya yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan pendapatan sebesar Rp 2,29. Tingkat pengembalian internal atau IRR sebesar 32,05% menunjukkan bahwa usaha ini mampu mengembalikan modal pinjaman hingga tingkat bunga maksimal 32,05%.

Net B/C sama dengan 2,02 yang berarti setiap Pp 1,00 biaya yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 2,02. Tingkat pengembalian internal atau IRR sebesar 32,06% menunjukkan bahwa usaha ini mampu mengembalikan modal pinjaman hingga tingkat bunga maksimal 32,06%. Net B/C sama dengan 1,78 yang berarti setiap Pp 1,00 biaya yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 1,78.

Tingkat pengembalian internal atau IRR sebesar 32,07% menunjukkan perusahaan ini mampu melunasi utangnya hingga bunga maksimal 32,07%. B/C bersihnya sama dengan 1,97 yang berarti setiap pp 1,00 biaya yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan pendapatan sebesar Rp 1,97. Tingkat pengembalian internal atau IRR sebesar 29,98% menunjukkan perusahaan ini mampu mengembalikan modal utang hingga bunga maksimal 29,98%.

Net B/C sama dengan 1,76 yang berarti setiap Pp 1,00 biaya yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 1,76. Tingkat pengembalian internal atau IRR sebesar 29,97% menunjukkan bahwa usaha ini mampu mengembalikan modal pinjaman hingga tingkat bunga maksimal 29,97%. Net B/C sama dengan 1,57 yang berarti setiap Pp 1,00 biaya yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 1,57.

Tabel 12. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=12% selama 15 tahun
Tabel 12. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=12% selama 15 tahun

Kesimpulan

Saran

Dari segi biaya produksi, biaya yang paling besar adalah biaya tenaga kerja, sehingga untuk menekan biaya diharapkan keluarga petani ikut serta dalam tenaga kerja pada usaha jambu bijinya. Hasilnya, petani jambu biji yang masih menanam jambu biji meningkatkan penyemprotan dengan rata-rata 8 liter insektisida per hektar setiap bulannya. Sebaiknya penyuluh pertanian lebih memberikan perhatian kepada petani di daerah penelitian khususnya petani jambu biji agar dapat menjelaskan dan memahami tata cara perawatan tanaman jambu biji yang baik.

Harapannya, hal ini dapat menambah pengetahuan para petani sehingga meningkatkan hasil produksi dan meningkatkan kualitas jambu petani. TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK. Kehabisan tenaga kerja (HKP) tanaman jambu biji yang sudah berproduksi, per petani dan per hektar sampel.

Contoh Biaya penyusutan Biaya bibit Produksi Biaya produksi TK Biaya curah Biaya PBB Total biaya per Hah.

Gambar

Tabel 1. Produksi Per Triwulan, Total Produksi Jambu Biji Per Kecamatan                    di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel  2. Luas Tanam, Jumlah Petani Per Desa di Kecamatan Pancur Batu                  Tahun 2010
Tabel 3. Luas Wilayah desa Sembahe Baru menurut penggunaannya.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis data yang digunakan adalah independent sample t test dan memperoleh hasil untuk Pvalue = 0.030 P < α dengan selisih mean Mean Difference sebesar – 1.01 12.23 – 11.22 sehingga