• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM PUDANA TERHADAP PERUSAHAAN YANG TIDAK MEMPERHATIKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS HUKUM PUDANA TERHADAP PERUSAHAAN YANG TIDAK MEMPERHATIKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

  • Rumusan Masalah
  • Faedah Penelitian

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya perlindungan terhadap tenaga kerja dan orang lain bukan pekerja di tempat kerja atau perusahaan agar terciptanya tempat kerja yang aman, sehat, nyaman, dan tentunya agar terhindar dari peristiwa yang tidak diinginkan terjadi. 8 Sri Arfiah dan Yulianto Bambang Setiadi “ Pelaksanaan Jaminan Kecelakaan Kerja Dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja ( Jamsostek)”, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. Keselamatan dan kesehatan kerja menunjuk pada kondisi fisik dan psikologis tenaga kerja yang disebabkan oleh lingkungan kerja yang diberikan oleh perusahaan.

Selanjutnya perlu dipertimbangkan tempat mana yang cocok bagi tenaga kerja yang bersangkutan sesuai dengan kondisi fisiknya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem manajemen keslematan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja perlu diprioritaskan agar tidak banyak makan korban dari kecelakaan kerja. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan apabila tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat keselamatan kerja.

Manajemen perusahaan hanya akan mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan apabila tenaga kerja tersebut telah memahamisyarat-syarat keselamatan kerja. Dan akan mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan apabila tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat keselamatan kerja.

Tujuan Penelitian

Defenisi perasional

Keaslian Penelitian

Metode Penelitian

  • Jenis dan Pendekatan Penelitian
  • Sifat Penelitian
  • Sumber Data
  • Alat Pengumpulan Data
  • Analis Data

TINJAUAN PUSTAKA

  • Analisis Yuridis
  • Hukum Pidana
  • Pengertian Tindak Pidana
  • Pengertian Keselamatan, kesehatan kerja, dan Kecelakaan Kerja

Sebab, suatu pengertian yang di berikan para ahli tentang pengertian hukum pidana akan berkaitan dengan cara pandang, batasan dan ruang lingkup dari pengertian tersebut.Seorang ahli hukum pidana yang mengartikan hukum pidana berdasarkan cara pandang tertentu akan berimplikasi pada batasan dan ruang lingkup hukum pidana. Tidak mengherankan jika dijumpai banyak sekali pengertian hukum pidana yang di kemukakan oleh para ahli hukum pidana yang berbeda antara satu dengan yang lain .29. Moeljatno mengartikan hukum pidana sebagai bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan aturan untuk :30.

Pengertian hukum pidana yang dikemukakan oleh Moeljatno dalam konteks yang lebih luas, tidak hanya berkaitan dengan hukum pidana materil (poin 1 dan 2), tetapi juga hukum pidana formil (poin 3). Hukum pidana tidak hanya berkaitan dengan penentuan perbuatan yang dilarang dan diancam dengan sanksi pidana serta kapan orang yang melakukan perbuatan pidana itu dijatuhi pidana, tapi juga proses peradilan yang harus dijalankan oleh orang tersebut. Sudarto, ahli hukum pidana lain, mendefinisikan hukum pidana sebagai hukum yang memuat aturan-aturan hukum yang mengikatkan kepada perbuatan- perbuatan yang memenuhi persyaratan tertentu suatu akibat pidana.

Sejalan dengan hal ini, maka Kitab Undang-undang Hukum pidana (KUHP) memuat dua hal pokok yaitu:. KUHP menetapkan dan mengumumkan reaksi apa yang akan diterima oleh orang yang melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang itu dalam hukum pidana. Istilah tindak pidana sebagai terjemahan strafbaar feit, dalam bahasa Indonesia terdapat juga istilah lain yang dapat ditemukan dalam buku hukum pidana dan Perundang-undangan hukum pidana yang terkait dengan masalah ini, seperti : Peristiwa pidana, perbuatan pidana, perbuatan yang boleh dihukum, perbuatan yang dapat dipidana, dan pelanggaran pidana.

1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang dihadapi oleh pekerja dalam melakukan pekerjaannya.

Penyakit yang timbul karena hubungan kerja dianggap sebagai kecelakaan kerja dan bisa terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses dalam jangka waktu tertentu. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zatperangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan;. Definisi kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan.42 Sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pertanggungjawaban Hukum Pidana Terhadap Perusahaan yang Tidak

Para pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan yang tidak menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) tersebut akan dikorbankan untuk menekan angka pengeluaran untuk biaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat tidak diuntungkan. Keselamatan dan Kesehatan para pekerja/buruh di suatu perusahaan sangatlah penting untuk menunjang produktivitas dari perusahaan tersebut. Para pekerja/buruh sangat dirugikan dalam situasi ini, karena perusahaan tidak menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dengan baik dan benar.

Untuk memberikan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya terkait dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), sejak dulu hingga sekarang Pemerintah Indonesia telah membuat peraturan perundang- undangan terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Untuk itu perusahaan wajib melaksanakan dan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) juga untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi para pekerja/buruh dalam menjalankan aktivitas kerja. Bagi perusahaan yang lalai dan tidak menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sanksi yang kedua, yaitu sanksi pidana yang diterima oleh perusahaan yang lalai dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dalam hal ini perusahaan lalai menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) terkait perlindungan kepada pada pekerja/buruh yang bekerja di perusahaan tersebut. Perusahaan dalam hal ini tidak boleh lalai memperhatikan para pekerja/buruhnya, dengan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) para pekerja/buruh akan merasa percaya diri dalam melaksanakan pekerjaannya.

Dalam setiap melakukan kegiatan produksi maupun operasi di suatu perusahaan yang memiliki jumlah pekerja/buruh lebih dari 100 orang, adanya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan kewajiban bagi setiap perusahaan. Perusahaan yang memiliki banyak pekerja/buruh tentunya harus memikirkan keselamatan dan Kesehatan para pekerja/buruh tersebut. Keselamatan dan Kesehatan para pekerja/buruh merupakan hal yang sangat penting dalam melaksanakan kegiatan produksi maupun kegiatan operasi.

Pekerja/ buruh dalam hal ini juga sangat membutuhkan pelatihan dan informasi terkait pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam melakukan pekerjaannya. Dengan adanya pelatihan dan pemberian informasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi para pekerja/buruh dari perusahaan, dapat menimbulkan rasa aman dan nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya. Dikarenakan perusahaan menganggap seolah-olah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) itu beban dan biaya yang dikeluarkan untuk menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) tersebut tidak sedikit.

Hambatan dan Upaya penyelesaian masalah kecelakaan kerja

Suhu panas tersebut cukup mengganggu pekerja dalam melaksanakan tugas mereka dan tidak mustahil dapat menjadi salah satu penyebab kecelakaan kerja. Pihak perusahaan ikut menerapkan tata tertib dengan tegas disertakan sanksi bilamana tenaga kerja melanggar tata tertib. Hambatan yang terjadi dalam penyelesaian ini adalah, masih kurangnya perhatian dan komunikasi yang baik antara pimpinan perusahaan dengan bawahannya terkait kecelakaan kerja yang terjadi akibat kelalaian (culpa), dengan pihak keluarga sudah.

Langkat Nusantara Kepong (LNK) akan memberikan memberikan bimbingan dan meningkatkan pelatihan guna mengembangkan pendidikan dan keterampilan tenaga kerja guna meningkatkan sumberdaya manusia (SDM) serta meningkatkan pengawasan terhadap kedisiplinan untuk mentaati ketentuan yang berlaku serta memberikan alat-alat perlindungan diri kepada pekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja.65. Upaya yang dilakukan guna mengatasi hambatan dalam melaksanakan keselamatan kerja yang disebabkan faktor lingkungan adalah membuat perlengkapan yang aman dan nyaman. Langkat Nusantara Kepong memasang tulisan-tulisan, pemasangan poster atau tanda-tanda keselamatan kerja serta rambu- rambu peringatan hampir di semua tempat kerja dilingkungan kerja PT.

Langkat Nusantara Kepong gambar- gambar keselamatan kerja berisi kewajiban untuk keselamatan memakai alat keselamatan kerja sebelum memasuki tempat kerja. 66 Sovia Hasanah, Jaminan Kecelakaan Kerja untuk Pekerja yang Meninggal dunia, https://www.hukumonline.com/klinik/a/jaminan-kecelakaan-kerja-untuk-pekerja-yang-meninggal- dalam-perjalanan-pulang-cl6621, diakses tanggal 5 Agustus 202, Pukul 21.30 WIB. Pengaturan Hukum terhadap kecelakaan kerja Memperhatikan pertimbangan yuridis dan non yuridis yang dimana pertimbangan yuridis tersebut berdasarkan pada surat dakwaan, alat bukti yang sah, dan juga berdasarkan pada keterangan saksi dan keterangan terdakwa yang berdasarkan pada fakta yang terungkap.Mengingat besarnya kerugian, baik itu dalam konteks tenaga kerja ataupun konteks lainnya yang mengakibatkan korban kehilangan nyawa akibat kelalaian.

Pertanggungjawaban pidana terhadap sebuah perusahaan yang lalai karena tidak mengelola dengan baik konsep keselamatan tenaga kerja hingga mengakibatkan tenaga kerja kehilangan nyawa juga termasuk bagian dari tindak pidana korporasi. Hambatan dalam masalah kecelakaan kerja adalah faktor Sumber Daya Manusia yang masih kurangnya Pendidikan dan Pelatihan (diklat) para pekerja, serta kurangnya kesadaran para pekerja untuk menggunakan peralatan keselamatan kerja yang seharusnya digunakan. Hendaknya tenaga kerja (buruh) untuk sadar dan lebih berhati-hati akan akibat- akibat yang bersifat merugikan masyarakat oleh tindakan-tindakan dari pekerjaanya yang berunsurkan culpa atau lalai,karena perbuatan lalai tidak kalah besarnya dengan tindakan yang berunsur opzet atau kesengajaan sebab dalam lingkungan kerja tidak hanya perbuatan sengaja tetapi perbuatan lalai juga dapat menyebabkan seseorang terkena sanksi pidana.

Agar tenaga kerja dapat melakukan aktivitas dengan nyaman dan perusahaan tidak terjerat tanggung jawab pidana akibat kelalaiannya dalam melindungi tenaga kerja. Hendaknya perusahaan PT Langkat Nusantara Kepong memberikan Pendidikan dan Pelatihan (diklat) kepada para pekerja, serta memberikan kesadaran para pekerja untuk menggunakan peralatan keselamatan kerja yang seharusnya digunakan. Iman Soepomo, 2010, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet.8, Jakarta, Djambatan, Sastrohadiwiryo, 2019, Manajemen tenaga kerja Indonesia: Edisi Revisi, Jakarta, Bumi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kemudian Faktor Lingkungan, serta faktor Perusahaan yang belum menjalankan sistem manajemen K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) secara baik dan benar. Buruknya sistem manajemen K3 di ini harusnya menjadi tanggung jawab direksi perusahaan Sedangkan upaya mengatasi terjadinya. Langkat Nusantara Kepong (LNK) akan memberikan bimbingan dan meningkatkan pelatihan guna mengembangkan pendidikan dan keterampilan tenaga kerja guna meningkatkan sumberdaya manusia (SDM) serta meningkatkan pengawasan Faktor Lingkungan, sedangkan Faktor lingkungan dengan membuat perlengkapan yang aman dan nyaman.

Dan Faktor Perusahaan bahwa manajemen perusahaan memberlakukan tata tertib dan ketentuan umum yang dipatuhi oleh semua pihak tanpa kecuali.

Saran

Lalu Muhammad Saleh, 2018, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kelautan (Kajian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sektor Maritim, Jakarta,. Tri Andrisman, 2017, Hukum Pidana, Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia, Universitas Lampung. Administrative Law& Governance 2019, Jurnal Vol.2, Karakter Yuridis Sanksi Hukum Administrasi: Suatu Pendekatan Komparasi, , Undip Jurnal.

Samodra Kharisma Aji Sugiyanto dkk, Aspek Hukum Pidana Dalam Kecelakaan Kerja, jurnal Daulat Hukum, Vol.1, No.1 Maret 2018.

Referensi

Dokumen terkait

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan dan karyawan, perlu kerja sama yang baik untuk menerapkan K3, karena jika terjadi

Penelitian ini bertujuan untuk menggali persepsi kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada karyawan yang beresiko tinggi mengalami kecelakaan kerja. Secara umum, K3 yang

Keselamatan kerja pada perusahaan telah dilaksanakan yaitu dengan menyiapkan alat P3K, adanya papan bertuliskan pencegahan kecelakaan kerja, pengamanan K3 di perusahaan

Keselamatan kerja merupakan prioritas suatu pelaksanaan pekerjaan konstruksi Untuk itu, usaha–usaha pencegahan terhadap resiko kecelakaan kerja sangat perlu untuk

Penelitian terdahulu tentang keselamatan kerja pada perusahaan produksi CPO pernah dilakukan oleh [6], didapatkan hasil risiko kecelakaan kerja pada perusahaan diakibatkan karena

Selain itu, akibat hukum yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah penumpang tersebut tidak mendapatkan ansuransi kecelakaan penumpang oleh perusahaan

Keselamatan yang diberikan oleh perusahaan berupa pencegahan bagi tenaga kerja dari kecelakaan kerja yang akan mempengaruhi kesehatan tenaga kerja di lingkungan pekerjaan yang disebut