• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang KPK dan Dampaknya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Analisis Hukum Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang KPK dan Dampaknya"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

UU No. 19 Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Tipikor merupakan undang-undang yang disahkan sebagai pengganti UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Sedangkan dari segi materiil (isi), setidaknya ada 4 (empat) kali perubahan terhadap UU No. 19 Tahun 2019 yang dikhawatirkan akan melemahkan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai pelaksana peraturan perundang-undangan di bidang pemberantasan korupsi. Oleh karena itu, pada artikel kali ini penulis akan membahas mengenai analisis UU No. 19 Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi dalam perspektif masṣlaḥah murlah.

Jadi, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi telah menimbulkan kerugian bagi kehidupan manusia. Sebab penerapan undang-undang ini bisa menjadi kendala bagi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam pemberantasan korupsi.

Vokal Pendek

Vokal Panjang

Vokal Rangkap

من َْٕق

Vokal Pendek Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof

Kata Sandang Alif + Lam

ضبَيِقْنا

Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis menurut penulisannya

Huruf Kapital

Pengecualian

Kosa kata bahasa Arab yang lazim dalam bahasa Indonesia dan terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, misalnya hadits, lafaz, shalat, zakat, dan sebagainya. Judul buku yang menggunakan perkataan Arab tetapi telah dilatinkan oleh penerbit seperti judul buku Al-Hijab, Fikh Mawaris, Fikh Jinayah dll. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab tetapi berasal dari negara yang menggunakan huruf Latin, contohnya Quraish Shihab, Ahmad Syukri Soleh dan sebagainya.

Nama-nama penerbit di Indonesia yang menggunakan kata Arab, misalnya Mizan, Hidayah, Taufiq, Al-Ma'arif, dan lain sebagainya.

يعًجأ ّجحصأ

دعث بّيأ ,

Rumusan Masalah

Bagaimana proses penyusunan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Bagaimana analisis Maṣlaḥah Murlah terhadap Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.

Tujuan dan Kegunaan

Di dalamnya dijelaskan proses penyusunan UU No. 19 Tahun 2019 sehubungan dengan perubahan kedua atas UU No. 30 Tahun 2002, Komisi Pemberantasan Korupsi. Interpretasi Hasil Analisis Maslaḥah Murlah UU No. 19 Tahun 2019 sehubungan dengan perubahan kedua atas UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Membantu memahami proses penyusunan UU No. 19 Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.

Bermanfaat dan menambah bahan referensi mengenai perlunya perubahan UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.

Telaah Pustaka

Kedua, Majalah Pembangunan Hukum Nasional Rechtsvinding Media yang ditulis oleh Eka Martiana Wulansari dengan judul “Kebijakan Hukum Perubahan Kedua UU KPK”. Dalam majalah tersebut penulis menjelaskan bahwa kejahatan korupsi di Indonesia semakin berkembang sehingga negara mengalami kerugian finansial yang sangat besar. Dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, pelaksanaannya dilakukan secara optimal, intensif, efisien dan profesional serta berkesinambungan berdasarkan ketentuan Pasal 43 Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dibentuk suatu forum yang secara khusus mempunyai kewenangan untuk melakukan penyidikan, penyidikan, dan penuntutan.

Majalah ini menjelaskan bahwa aturan penyadapan dalam UU KPK saat ini hanya terbatas pada kewenangan KPK untuk menyadap dan merekam percakapan, sedangkan mekanisme penyadapan tidak ada sama sekali. Keempat, buku harian Lex Crimen yang ditulis oleh Cindy Rizka Tirzani Koesoemo berjudul “Eksistensi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam Penyidikan dan Penuntutan Tindak Pidana Korupsi”. Majalah ini menjelaskan eksistensi KPK dalam pemberantasan tindak pidana korupsi dan penyelesaian penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi oleh KPK dengan menggunakan

Kelima, jurnal yang ditulis oleh Tjokorda Gde Indraputra dan I Nyoman Bagiastra berjudul “Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi Sebagai Lembaga Penunjang Negara”. Jurnal ini membahas tentang kedudukan kelembagaan KPK sebagai lembaga pembantu negara, karena adanya ketidakjelasan norma mengenai kedudukan KPK sebagai lembaga pembantu negara sehingga terkesan ekstra konstitusional. Tujuan dari jurnal ini adalah untuk menggali dan memahami kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga pembantu negara, dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan jenis analisis analisis perundang-undangan.

Kesimpulannya menjelaskan bahwa lembaga pemerintah yang membantu dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas. 12 Cindy Rizka Tirzani Koesoemo, “Eksistensi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Penanganan Penyidikan dan Penuntutan Tindak Pidana Korupsi”, Jurnal Lex Crimen, Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, Volume VI, Nomor 1, (Januari-Februari, 2017). Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki hubungan dengan lembaga legislatif dalam hal menyeleksi aparatur anggotanya, dan Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) juga memiliki hubungan dengan lembaga peradilan terkait kasus korupsi sebagai penyidik ​​dan jaksa.

Kerangka Teoritik

Ini adalah kepentingan-kepentingan hakiki yang berada di bawah derajat al-maṣlaḥah ḍarurriyah, namun penting dalam kehidupan manusia agar tidak mengalami kesulitan dan kesengsaraan yang apabila tidak terpenuhi akan menimbulkan kerugian bagi kehidupan. Hal-hal tersebut merupakan kepentingan-kepentingan yang saling melengkapi yang apabila tidak dipenuhi akan mengakibatkan penyempitan kehidupan, sebab

Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitis yaitu menjelaskan gambaran Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi dengan mengacu pada fakta-fakta yang ada, kemudian menganalisis dan mengungkap makna dari fakta-fakta tersebut.18 3. Pendekatan yang digunakan bersifat hukum-normatif, yakni fokus pada revisi RUU Komisi Pemberantasan Korupsi. Data primer dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, Berita Acara Perumusan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.

Tindak Pidana Korupsi, dan Naskah Undang-Undang Akademik Nomor 19 Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Data sekunder dalam penelitian ini adalah berbagai jenis literatur yang berkaitan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi, peraturan perundang-undangan dan masṣlaḥah murlah baik berupa buku, jurnal maupun karya ilmiah lainnya. Analisis data dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu mendeskripsikan data yang dikumpulkan secara deskriptif dan sistematis, kemudian mengolah dan menganalisisnya secara mendalam guna memecahkan permasalahan yang dihadapi.

Dalam hal ini data yang dikumpulkan adalah UU No. 19 Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, berita acara perdebatan UU No. 19 Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Tipikor, naskah akademik UU No. 19 Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Tindak Pidana Korupsi, Buku dan Jurnal Terkait serta Peraturan Perundang-undangan Terkait.

Sistematika Pembahasan

Bab ketiga berisi pembahasan tentang proses pembentukan RUU KPK dan urgensinya. Bab keempat berisi tentang analisis terhadap Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi dari sudut pandang masṣlaḥah murlah. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi telah disetujui untuk dilakukan perubahan, baik berupa pengurangan maupun penambahan pasal, setelah sebelumnya mengalami beberapa kali penolakan dari Pemerintah.

Bentuk perubahan undang-undang tersebut menghasilkan undang-undang baru yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Setidaknya ada 4 (empat) kali perubahan materi muatan undang-undang tersebut, yaitu perubahan kedudukan lembaga KPK, perubahan status kepegawaian dan proses rekrutmen, pembentukan dewan pengawas, dan pemberian kewenangan mengeluarkan. SP3 dari KPK. Dalam proses perumusan undang-undang tersebut, DPSH dan Pemerintah akhirnya menyetujui revisi undang-undang tersebut hanya dalam waktu 13 (tiga belas) hari, padahal banyak penolakan terhadap revisi undang-undang KPK.

Jadi, proses pembentukan undang-undang tersebut bertentangan dengan Pasal 5 dan Pasal 6 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang mengatur tentang pokok-pokok pembentukan peraturan perundang-undangan. Yakni bertentangan dengan asas keterbukaan dalam asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, dan bertentangan dengan asas keadilan, ketertiban, dan kepastian hukum dalam asas yang mengatur isi peraturan perundang-undangan. Undang-undang nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan kedua atas undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tipikor bertentangan dengan konsep maṣlaḥah murlah karena tidak terpenuhinya 3 (tiga) syarat maṣlaḥah murlah dan selaras dengan 1, kondisi lain. yaitu masṣlaḥah harus benar-benar membuahkan hasil dan tidak berdasarkan pengadaan dalam perwujudan suatu hukum, masṣlaḥah harus bersifat umum, tidak individual, dan masṣlaḥah murlah harus sesuai dan logis dengan akal.

Sedangkan syarat yang sesuai dengan pembuatan undang-undang adalah pembuatan undang-undang dengan memperhatikan kemaslahatan yang tidak bertentangan dengan sistem hukum atau ketentuan pokok teks dan ijma'. Selain itu, penerapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi mengakibatkan terhambatnya proses pemberantasan korupsi di Indonesia.

Saran

  • Fiqh/Usul Fiqh
  • Lain-Lain

Easter, Lalola dan Emerson Yuntho, Tinjauan Umum RUU Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta: Indonesia Corruption Watch, 2016. Fahri Hamzah membuka Pleno: BPK, UU SDA, dan Revisi UU KPK, https :/ /national.tempo.co/amp/1248824/fahri-hamzah-buka-. Fraksi Demokrat DPR RI sepakat revisi UU KPK, namun dengan catatan https://tirto.id/fraksi-demokrat-dpr-ri-sepakat-revisi-uu-kpk-tapi-dengan-dataan -eiez, diakses 07 Februari 2020.

Hairi, Prianter Jaya, Revisi UU KPK: Penyempurnaan UU KPK tentang Penyadapan Telepon, Jurnal Informasi Hukum Singkat, Volume VII, Nomor 13, 2015. Hamzah, Andi, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Indraputra, Tjokorda Gde dan I Nyoman Bagiastra, Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi Sebagai Lembaga Pembantu Negara, Jurnal Kertha Negara, Fakultas Hukum, Universitas Udayana, Bali, 2014.

Jalan Panjang Revisi UU KPK: Berkali-kali Ditolak hingga Disahkan, https://nasional.kompas.com/read Jalan-panjang-revisi-uu-kpk-ditolak-berkali-kali-until-. Koesoemo, Cindy Rizka Tirzani, Eksistensi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Penanganan Penyidikan dan Penuntutan Tindak Pidana Korupsi, Jurnal Lex Crimen, Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Manado, Volume VI, Nomor 1, 2017. Laporan Singkat Rapat Panitia Kerja Legislatif Pembahasan RUU Perubahan Kedua UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.

Mahasiswa tolak revisi UU KPK DPR, akan demo lagi kalau...", https://nasional.tempo.co/read/1249905/mahasiswa-tolak-revisi-uu-kpk-di-dpr- bakal-unjung - rasa-lagi -if/full&view=ok, diakses 15 Mei 2020. Manab, Abdul, Ideologi Politik Partai Golkar Dalam Perspektif Siyasah Syar'iyyah, Skripsi di Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya, 2017. Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

KEWENANGAN JAKSA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI7.

Demikian pula dengan alasan bahwa para Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi diperlakukan aturan khusus karena wewenang luar biasa yang diberikan oleh undang-undang

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Hal ini dikarenakan bahwa dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi dikatakan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan termasuk

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kewenagan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam melakukan hal penyadapan wajib mendapatkan izin dari Dewan Pengawas sebagaimana terdapat

Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor Tahun 2002 yang menyebutkan bahwa “ Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga pemberantas korupsi yang kuat bukan berada di luar sistem ketatanegaraan, tetapi justru ditempatkan secara yuridis di

Namun dalam perkembangannya, kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi dirasakan kurang efektif, lemahnya koordinasi antar lini penegak hukum, terjadinya pelanggaran kode etik oleh pimpinan