• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kasus Hukum Pencemaran Lingkungan oleh Pabrik

N/A
N/A
Turnitin Geratis

Academic year: 2024

Membagikan "Analisis Kasus Hukum Pencemaran Lingkungan oleh Pabrik"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Kasus Hukum: Pencemaran Lingkungan yang Dilakukan oleh Pabrik

NUR AMALINA

Mata Kuliah: Legal Momerendum dan Legal Rosiding Dosen Pengampuh: DP Hendryco Hutagalung.,S.H.,MH

(2)

Analisis Kasus Hukum: Pencemaran Lingkungan yang Dilakukan oleh Pabrik

Posisi Kasus

Kasus ini melibatkan sebuah pabrik yang diduga melakukan pencemaran lingkungan yang berakibat pada kerusakan ekosistem dan kesehatan masyarakat di sekitar lokasi pabrik. Pabrik tersebut secara tidak sah membuang limbah cair berbahaya ke sungai, yang menyebabkan pencemaran air yang merugikan para petani dan masyarakat yang bergantung pada sumber air tersebut. Kasus ini memunculkan persoalan hukum mengenai kewajiban perusahaan dalam menjaga lingkungan hidup serta hak masyarakat untuk memperoleh lingkungan yang sehat.1

Pencemaran lingkungan adalah tindakan yang merugikan masyarakat secara langsung, karena dapat mengancam kesehatan, keberlanjutan ekonomi, dan kesejahteraan hidup mereka. Tindak pencemaran ini bertentangan dengan prinsip-prinsip perlindungan lingkungan yang diatur dalam hukum Indonesia, khususnya terkait dengan kewajiban pabrik untuk mengelola limbahnya secara bertanggung jawab.2

Teori Hukum:

1. Teori Hukum Positif

Teori Hukum Positif berfokus pada hukum yang berlaku secara tegas dan terstruktur berdasarkan peraturan yang diundangkan oleh lembaga yang berwenang. Dalam hal ini, hukum yang berlaku adalah peraturan mengenai perlindungan lingkungan hidup yang tercantum dalam Undang-Undang No.

32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Berdasarkan undang-undang ini, setiap pihak yang menyebabkan pencemaran atau kerusakan lingkungan wajib bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan, tanpa melihat status atau kedudukan pihak yang terlibat.3

1 Nina Herlina dan Ukilah Supriyatin, “Amdal Sebagai Instrumen Pengendalian Dampak Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan Dan Berwawasan Lingkungan,” Jurnal Ilmiah Galuh Justisi 9, no. 2 (2021): 204–18.

2 Aliza Natasya Putri dan Mohammad Balya Ali Sya’ban, “Hubungan Antara Pengetahuan Materi Pelajaran Amdal Dengan Sikap Peduli Lingkungan Siswa,” Jurnal Educatio FKIP UNMA 9, no. 4 (2023): 1759–68.

3 Gito Sugiyanto et al., Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), PT. Global Eksekutif Teknologi (Bandar Lampung, 2022).

(3)

Dalam konteks ini, pabrik yang membuang limbah cair berbahaya ke sungai melanggar ketentuan hukum yang mengatur pengelolaan limbah industri.

Pasal 78 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 menjelaskan bahwa setiap orang atau badan hukum yang menyebabkan pencemaran atau kerusakan lingkungan dapat dikenakan sanksi administratif atau pidana. Oleh karena itu, dalam perspektif hukum positif, tindakan pabrik yang mencemari lingkungan harus dihadapkan pada sanksi hukum yang sesuai.4

2. Teori Keadilan Lingkungan (Environmental Justice)

Teori ini menekankan pentingnya keadilan dalam akses terhadap lingkungan yang sehat, baik untuk individu maupun kelompok. Dalam kasus ini, masyarakat yang terdampak pencemaran memiliki hak untuk mendapatkan lingkungan yang bersih dan sehat, yang seharusnya dijamin oleh negara melalui kebijakan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Konsep keadilan dalam teori ini mengharuskan adanya pembelaan terhadap kelompok-kelompok yang rentan, seperti masyarakat yang bergantung pada air sungai untuk kebutuhan hidup mereka. Perusahaan yang mencemari lingkungan harus bertanggung jawab terhadap kerugian yang ditimbulkan dan memberikan kompensasi yang adil bagi pihak yang terdampak. Hal ini juga mencakup prinsip "polluter pays" yang mewajibkan pelaku pencemaran untuk menanggung biaya pemulihan lingkungan.5

Kerangka Hukum yang Berlaku:

Perlindungan Lingkungan Hidup Tindak pencemaran yang dilakukan oleh pabrik ini jelas melanggar ketentuan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam pasal-pasal terkait, setiap badan usaha atau individu yang membuang limbah berbahaya ke lingkungan tanpa izin atau melebihi ambang batas yang ditentukan, dapat dikenakan sanksi administratif, pidana, dan kewajiban untuk melakukan pemulihan kerusakan lingkungan.

4 Felly Ferol Warouw, “AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)” (PT Penamuda Media, 2024).

5 Cecilie Delphin Amdal et al., “Health-related quality of life issues, including symptoms, in patients with active COVID-19 or post COVID-19; a systematic literature review,” Quality of life research 30, no. 12 (2021): 3367–81.

(4)

Pasal 78 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 menyatakan bahwa setiap pelaku yang menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat dikenakan sanksi berupa:

Pidana penjara.

Denda administratif.

Kewajiban untuk melakukan rehabilitasi lingkungan.

Tanggung Jawab Pidana dan Perdata Berdasarkan Pasal 99 UU No. 32 Tahun 2009, badan usaha yang terbukti melakukan pencemaran lingkungan dapat dikenakan hukuman pidana. Selain itu, mereka juga wajib bertanggung jawab secara perdata terhadap kerusakan yang ditimbulkan. Dalam hal ini, masyarakat yang dirugikan dapat mengajukan gugatan perdata untuk memperoleh ganti rugi atas kerusakan yang mereka alami akibat pencemaran.

Peraturan Pemerintah Selain UU No. 32 Tahun 2009, terdapat berbagai peraturan yang mengatur pengelolaan limbah industri dan pencemaran, seperti Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), yang menegaskan kewajiban pengelolaan limbah dengan cara yang tidak merusak lingkungan.

Analisis Kasus Menurut Hukum:

Unsur-Unsur Pencemaran Lingkungan dalam Hukum Pidana

Untuk mendakwa pabrik atas tindak pencemaran lingkungan, terdapat beberapa unsur yang harus dipenuhi:

Tindak Pencemaran: Pabrik tersebut telah membuang limbah cair berbahaya ke sungai, yang dapat mencemari sumber air yang digunakan oleh masyarakat.

Tanpa Izin: Pembuangan limbah dilakukan tanpa izin yang sah dari otoritas yang berwenang.

Dampak Merugikan: Pencemaran ini mengakibatkan kerugian pada kesehatan masyarakat dan ekosistem di sekitar lokasi pabrik, yang merusak kualitas air dan tanah.

(5)

Dengan demikian, berdasarkan Pasal 78 UU No. 32 Tahun 2009, pabrik tersebut dapat dikenakan pidana, baik melalui hukuman penjara atau denda, dan harus bertanggung jawab untuk melakukan pemulihan lingkungan.

Teori Keadilan (John Rawls) dan Teori Keadilan Lingkungan

Dari perspektif John Rawls mengenai keadilan sosial, pencemaran yang dilakukan oleh pabrik merupakan pelanggaran terhadap prinsip keadilan, karena merugikan masyarakat yang tidak berdaya dan merusak lingkungan mereka tanpa ada pertimbangan adil atas hak mereka untuk mendapatkan lingkungan hidup yang sehat.

Teori Keadilan Lingkungan menekankan bahwa pabrik sebagai pelaku pencemaran harus bertanggung jawab atas dampak ekologis yang ditimbulkan. Masyarakat yang terdampak harus mendapatkan kompensasi yang layak dan proses pemulihan lingkungan yang cepat. Hal ini mencerminkan penerapan prinsip keadilan distribusional dalam hukum lingkungan, di mana mereka yang merusak lingkungan harus menanggung beban untuk memperbaikinya.

Faktor Perburuk - Penyalahgunaan Kekuasaan

Pabrik dalam kasus ini menggunakan fasilitas industri untuk membuang limbah tanpa memperhatikan prosedur yang benar. Ini mencerminkan penyalahgunaan kekuasaan dan kegagalan dalam menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan. Penyalahgunaan semacam ini harus dihadapkan pada tindakan hukum yang tegas untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Sanksi yang Dikenakan:

Sanksi Pidana Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 78 UU No. 32 Tahun 2009, perusahaan dapat dikenakan sanksi pidana berupa hukuman penjara bagi pengurus perusahaan dan denda yang dapat mencapai miliaran rupiah, tergantung pada tingkat keparahan pencemaran yang ditimbulkan.

Sanksi Perdata Pabrik juga wajib membayar ganti rugi kepada masyarakat yang dirugikan akibat pencemaran tersebut. Selain itu, mereka dapat dikenakan kewajiban untuk membersihkan dan merehabilitasi lingkungan yang tercemar.

(6)

Sanksi Administratif Pabrik tersebut dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin operasi atau pembekuan sementara kegiatan industri mereka.

Kesimpulan:

Kasus pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh pabrik ini melanggar berbagai peraturan yang mengatur perlindungan lingkungan hidup.

Berdasarkan teori hukum positif dan teori keadilan lingkungan, perusahaan yang terbukti melakukan pencemaran harus bertanggung jawab secara hukum. Selain dikenakan sanksi pidana, perusahaan harus membayar ganti rugi dan melakukan pemulihan lingkungan. Untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, diperlukan pengawasan yang lebih ketat dan penegakan hukum yang lebih tegas terhadap pelaku pencemaran.

DAFTAR PUSTAKA

Amdal, Cecilie Delphin, Madeline Pe, Ragnhild Sørum Falk, Claire Piccinin, Andrew Bottomley, Juan Ignacio Arraras, Anne Sophie Darlington, Kristin Hofsø, Bernard Holzner, dan Nina Marie Høyning Jørgensen.

“Health-related quality of life issues, including symptoms, in patients with active COVID-19 or post COVID-19; a systematic literature review.” Quality of life research 30, no. 12 (2021): 3367–81.

Herlina, Nina, dan Ukilah Supriyatin. “Amdal Sebagai Instrumen Pengendalian Dampak Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan Dan Berwawasan Lingkungan.” Jurnal Ilmiah Galuh Justisi 9, no. 2 (2021): 204–18.

Putri, Aliza Natasya, dan Mohammad Balya Ali Sya’ban. “Hubungan Antara Pengetahuan Materi Pelajaran Amdal Dengan Sikap Peduli Lingkungan Siswa.” Jurnal Educatio FKIP UNMA 9, no. 4 (2023): 1759–68.

Sugiyanto, Gito, Ritnawati Makbul, Tarzan Purnomo, Yunus Arifien, Andi Susilawaty, Andreas Pramudianto, James Sinurat, NOVITAS K INDAH, Hamzah Hasyim, dan Lovi Sandra. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). PT. Global Eksekutif Teknologi. Bandar Lampung, 2022.

Warouw, Felly Ferol. “AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).”

PT Penamuda Media, 2024.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapaat perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti: Peledakan

Karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul RESISTENSI MASYARAKAT TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN PETERNAKAN AYAM (Studi kasus

Dengan ini Pemerintah Kabupaten Situbondo berkewajiban untuk melakukan pengendalian pencemaran atau kerusakan pada lingkungan dan ekosistem dalam wilayah Kabupaten

Sebagai suatu bentuk pencemaran lingkungan yang bersifat transnasional, selain memberikan dampak bagi kesehatan dan kelayakan ekosistem udara pada tingkat lokal dan nasional, kabut

32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau

Proses penyelesaian sengketa yang dilakukan atas kasus pencemaran yang terjadi antara pabrik M dengan warga Desa Guwosari diselesaikan melalui jalur musyawarah (di

Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapaat perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti: Peledakan

Rangkuman ini membahas tentang pengertian pencemaran lingkungan dan dampaknya terhadap