• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan

N/A
N/A
802@ Monika

Academic year: 2023

Membagikan " Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya peradaban manusia dan perkembangan teknologi, maka tindak pidana penggelapan ini tidak lagi menggunakan cara-cara atau modus operandi yang konvensional seperti dahulu kala dan salah satu cara yang cukup modern adalah penggelapan dengan menggunakan rekening melalui rekening bank untuk diduplikasi dengan nama lain melainkan dengan pemilik yang sama. Bank merupakan salah satu bentuk usaha yang mempunyai fleksibilitas dalam penghimpunan dan penyaluran dana, sehingga sangat strategis untuk dijadikan sarana melakukan tindak pidana di bidang keuangan. Selain itu, fasilitas transfer dana elektronik yang tersedia pada bank-bank di tanah air memberikan peluang bagi para pelaku tindak pidana di bidang perbankan khususnya penggelapan untuk melakukan transfer secara cepat dan relatif murah serta aman ke rekening pihak lain baik dalam maupun luar negeri.

Namun penetapan viktimisasi tergantung pada bentuk dan jenis kejahatan perbankan yang terjadi. Dalam hal ini penulis memfokuskan kajian pada perbuatan melawan hukum di bidang perbankan berupa tindak pidana penggelapan dengan cara penggandaan rekening bank. Akibat logis bagi pelaku/modus operandi, korban dan jenis kejahatan perbankan sangat berbeda-beda, semuanya berkembang seiring dengan pesatnya industri perbankan dan teknologi di sektor perbankan.

Selain itu, berkembangnya tindak pidana perbankan tidak hanya akan memberikan dampak yang sangat merugikan bagi pihak-pihak yang menjadi korbannya, namun juga akan menimbulkan kesan negatif masyarakat terhadap lembaga perbankan Indonesia.

Permasalahan

Dari segi kriminogenik, faktor penyebab terjadinya kejahatan perbankan bukan hanya karena belum sempurnanya peraturan perundang-undangan di bidang perbankan dan kejahatan, namun masih banyak lagi faktor penyebab lainnya seperti lemahnya peran Bank Indonesia sebagai bank sentral. salah satu tugasnya yaitu melakukan pengawasan terhadap perbankan, kelemahan sistem pengelolaan bank, kurangnya profesionalisme para bankir bahkan persaingan antar bank. Selain itu, berkembangnya aktivitas kriminal perbankan tidak hanya akan memberikan dampak yang sangat merugikan bagi pihak-pihak yang terkena dampaknya, namun juga akan menimbulkan kesan negatif masyarakat terhadap institusi perbankan Indonesia... yang operandinya digunakan untuk melakukan tindak pidana penggelapan. di sektor perbankan?

Tujuan dan Manfaat Penulisan

Ilmi Akbar Lubis: Analisis Kasus Pidana Penggelapan Menggunakan Jabatan.

Keaslian Penulisan

Sekalipun menurut pengamatan penulis isi pembahasan, pendekatan dan penulisannya berbeda dengan skripsi ini, namun permasalahan tindak pidana penggelapan dengan cara penggandaan rekening bank memberikan corak atau warna baru bagi berkembangnya kriminalitas. bekerja sama dengan perkembangan teknologi informasi dan teknologi.

Tinjauan Kepustakaan

  • Defenisi Tindak Pidana Penggelapan
  • Subjek / Pelaku Tindak Pidana Penggelapan dan Objek tindak
  • Pengertian Tindak Pidana Perbankan
  • Bentuk / Jenis Modus Oprandi dalam Tindak Pidana Penggelapan
  • Keterkaitan Teknologi di dalam jasa Perusahaan Perbankan Dalam
  • Jenis-Jenis / Bentuk Pekerjaan di Bank

Sebagaimana dikemukakan di atas, landasan utama tindak pidana penggelapan adalah pelaku mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh pemilik barang. Berdasarkan penjelasan mengenai jenis-jenis tindak pidana penggelapan di atas, kini kami mencoba menghubungkan pengertian tindak pidana penggelapan tersebut dengan tindak pidana penggelapan di bidang perbankan berikut ini. Dalam literatur hukum perbankan dan hukum pidana, kita menjumpai berbagai istilah, beberapa di antaranya mendefinisikan istilah kejahatan perbankan.

Bagi sebagian ahli yang memilih istilah “tindak pidana di bidang perbankan”, ada argumen yang menyatakan bahwa istilah tersebut mempunyai arti yang luas. Jika kita berbicara tentang pelaku tindak pidana di bidang perbankan, maka perhatian khusus harus diberikan pada keberadaan subjek hukum pidana dalam tatanan normatif peraturan perundang-undangan pidana. Temuan tersebut juga ditujukan pada ketentuan Undang-Undang tentang Tindak Pidana Ekonomi dan Undang-undang Pemberantasan.

Berdasarkan ciri-ciri yang telah dijelaskan di atas, dapat diketahui siapa saja yang mempunyai peluang dan peluang besar untuk melakukan tindak pidana penggelapan di bidang perbankan.

Metode

Sesuai fungsinya, auditor internal akan memeriksa kepatuhan masing-masing departemen di bank terhadap peraturan internal perusahaan dan peraturan eksternal khususnya PBI (Peraturan Bank Indonesia. Penelitian ini dilakukan di Pengadilan Negeri Medan dengan mempertimbangkan tempat tersebut memenuhi persyaratan tertentu. ciri-cirinya untuk mendapatkan gambaran mengenai permasalahan yang akan diteliti yaitu dengan melakukan penelitian langsung di lapangan, sehingga penulis dapat melakukan kajian terhadap putusan tersebut, dalam hal ini penulis melakukan penelitian di Pengadilan Negeri Medan.

Sistematika

Bab ini memuat pembahasan mengenai peranan dan kewenangan lembaga perbankan, serta hubungan antara bank dan nasabah penyimpan (committer) dalam pengelolaan perbankan, serta terjadinya tindak pidana di bidang perbankan. Menjelaskan konsep pertanggungjawaban pelaku tindak pidana penggelapan di sektor perbankan dan juga hubungannya dengan sifat kejahatan lain serta pandangan hukum pidana di Indonesia. Konsep tanggung jawab ini terlihat jelas dalam KUHP Indonesia, Rancangan KUHP dan undang-undang khusus yang mengatur tindak pidana tertentu di sektor perbankan.

Menjelaskan pentingnya pemberantasan tindak pidana di bidang perbankan baik dengan cara pidana maupun non pidana.

FAKTOR YANG MENDORONG BANK SEBAGAI SALAH

Ilmi Akbar Lubis: Analisa Kasus Pidana Penggelapan Menggunakan Jabatan Internal...Orang yang Sebenarnya Bukan PNS, Tapi Diserahi Fungsi Publik. Tindak pidana perkantoran yang termasuk atau merupakan tindak pidana dalam hal ini antara lain 10. Mengenai ketentuan hukum dalam KUHP yang dapat diterapkan dan/atau dijadikan landasan hukum dalam menanggulangi tindak pidana penggelapan di bidang perbankan.

Tindak pidana penggelapan yang relevan dengan tindak pidana penggelapan sektor perbankan dalam bidang jasa perbankan adalah sebagai berikut. Dari ketiga pasal tersebut, berikut bentuk tindak pidana di bidang perbankan yang dapat digunakan dalam bidang jasa perbankan. Pegawai bank negara yang tidak mengambil tindakan harusnya mewaspadai adanya tindak pidana penggelapan yang dilakukan oleh rekannya atau orang lain.

Demikian pula hukum pidana substantif mengatur atau dapat diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan dalam masyarakat, khususnya tindak pidana penggelapan di bidang perbankan. Kebijakan untuk menggunakan tindakan hukuman dalam menangani tindak pidana penggelapan di sektor perbankan dan dimensi kerugian yang mungkin ditimbulkan. Kebijakan awal dan mendasar dalam menangani tindak pidana penggelapan di sektor perbankan (khususnya bank) adalah tanpa menggunakan upaya hukuman.

Dan penjelasan mengenai ketiga faktor penyebab terjadinya tindak pidana penggelapan di sektor perbankan beserta cara penanggulangannya berdasarkan tindakan non-punitif adalah sebagai berikut. Berdasarkan faktor-faktor penyebab munculnya tindak pidana penggelapan sektor perbankan di Indonesia sebagaimana disebutkan di atas, maka secara umum strategi untuk mengatasinya adalah: Jadi, berdasarkan uraian ketiga faktor penyebab di atas, upaya-upaya preventif yang telah dilakukan Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak pidana penggelapan di bidang perbankan adalah:

Bahwa berdasarkan konsep pertanggungjawaban tindak pidana penggelapan di bidang perbankan dalam hal penggandaan rekening, HIMMANUL FADLY SIREGAR memenuhi syarat sebagai pelaku tindak pidana penggelapan di bidang perbankan. Sedangkan atas dasar upaya penanggulangan tindak pidana penggelapan di bidang perbankan dalam hal ini tidak dilakukan upaya preventif (non-punitif). Padahal, pada hakikatnya memiliki urgensi untuk mengatasi tindak pidana penggelapan di sektor perbankan.

Ada beberapa faktor yang menjadikan bank sangat rentan menjadi wahana tindak pidana penggelapan di sektor perbankan. Konsep pertanggungjawaban pidana sangat penting untuk dibahas agar tidak terjadi kesalahan dalam penerapan hukum terhadap pelaku tindak pidana penggelapan di bidang perbankan. Upaya pemberantasan tindak pidana penggelapan di sektor perbankan dilakukan dengan cara pidana dan non pidana.

KASUS POSISI DAN ANALISIS KASUS

Kasus Posisi

Analisis Kasus

Berdasarkan perkara yang diperoleh penulis dari Pengadilan Negeri Medan mengenai putusan perkara pidana nomor 1945/Pid.B/2005/PN.Medan tentang delik penggelapan jabatan di bidang perbankan yang diputus dengan menggunakan Pasal 49 ayat (1) UU Perbankan 10 Tahun 1998, Pasal 374 juncto Pasal 64 ayat (1) KUHP. Sedangkan dalam ketentuan delik penggelapan di bidang perbankan yang dilakukan oleh HIMMANUL FADLY SIREGAR diancam dengan tindak pidana yang diatur dalam KUHP, namun juga dengan aturan yang diatur di luar KUHP, mengingat adanya kesan bahwa penuntut umum terlalu terburu-buru. dalam mengajukan tuntutan terhadap tersangka, hendaknya penuntut umum mencantumkan Pasal 55 KUHP tentang perbuatan ikut serta oleh seseorang yang secara bersama-sama melakukan tindak pidana penggelapan. Hal ini penting karena tersangka tidak mungkin (khususnya) melakukan tindak pidana penggelapan ini sendirian, mengingat ketatnya, ketelitian dan banyak prosedur yang harus dipenuhi dalam hal pencatatan transaksi, penyetoran uang nasabah dan transaksi perbankan lainnya.

Berdasarkan jenis tindak pidana di bidang perbankan, terdakwa HIMMANUL FADLY SIREGAR tergolong sebagai orang yang melakukan tindak pidana penggelapan selama menjabat dengan menyalahgunakan wewenang dengan cara penggandaan rekening. Upaya preventif ini penting agar tindak pidana dapat diminimalisir dengan mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan penggelapan yang dilakukan pejabat bank. Dalam upaya represif perlu diberikan sanksi yang tegas untuk menimbulkan efek jera dan menimbulkan rasa takut untuk melakukan tindak pidana penggelapan.

Berdasarkan putusan majelis hakim, Pengadilan Negeri Medan menjatuhkan hukuman 2 (dua) tahun penjara kepada terdakwa HIMMANUL FADLY SIREGAR. Penjatuhan hukuman ini dirasa kurang memenuhi rasa keadilan jika kita tetap mengingat prinsip tanggung jawab absolut atau strictibility dalam korporasi. Seharusnya hakim juga menghukum perusahaan tersebut karena diyakini perbuatan pelaku dilakukan dengan sepengetahuan perusahaan, dalam hal ini Bank Rakyat Indonesia.

PENUTUP

Kesimpulan

Tindakan yang bersifat menghukum diterapkan pada tahapan perumusan dan pelaksanaan permohonan, sedangkan tindakan yang bersifat preventif atau non-penal adalah upaya pengawasan dan pengembangan industri perbankan, yang upayanya dapat berupa penerbitan ketentuan melalui keputusan atau surat edaran, instruksi, pedoman dan petunjuk arah.

Saran

Konsep pertanggungjawaban pidana sangat penting untuk dibahas agar tidak terjadi kesalahan dalam penerapan hukum terhadap pelaku tindak pidana penggelapan di bidang perbankan. 3) Upaya penanggulangan tindak pidana penggelapan dengan menggunakan jabatan. Pada kenyataannya penegakan hukum selalu tertinggal satu langkah dalam menangani perkara pidana di bidang perbankan, atau penegakan hukum hanya menangani pelaku tindak pidana penggelapan tertentu di bidang perbankan yang dianggap sangat serius dan melibatkan permasalahan lain yang sangat berdampak pada kerugian. kredibilitas industri perbankan. Remmelink, Jan, Hukum Pidana (Komentar terhadap pasal-pasal terpenting KUHP Belanda dan padanannya dalam KUHP Indonesia), Jakarta: PT Gramedia Putaka Utama, 2003.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut penulis unsur sengaja atau kesengajaan dalam Pasal 372 KUHP termasuk dalam corak kesengajaan sebagai maksud untuk mencapai suatu tujuan yang langsung, karena terdakwa I dan

Penggelapan dalam rumusan KUHP adalah tindak kejahatan yang meliputi unsur-unsur: Dengan sengaja; Barang siapa; Mengambil; Suatu benda; Sebagian/seluruhnya kepunyaan

Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dalam dakwaan Pasal 170 ayat (2) Ke-1 KUHP telah terpenuhi, maka para terdakwa haruslah dinyatakan terbukti secara.. sah dan meyakinkan

Dalam membuktikan unsur Pasal 363 KUHP tersebut pertama-tama tetap harus dibuktikan unsur-unsur pasal pencurian biasa dulu yaitu : Barangsiapa mengambil suatu barang, yang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa dasar hukum tindak pidana Begal merujuk pada pasal 362, 363, dan 365 KUHP, pasal 362 KUHP

Pasal 382 KUHP, yang menyatakan: Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atas kerugian menanggung asuransi atau

Penipuan diatur dalam Pasal 378 KUHP, yang menentukan: Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai

Apabila terdapat seseorang atau suatu korporasi yang memenuhi unsur- unsur Pasal 56 KUHP di atas, maka dapat disimpulkan orang atau korporasi tersebut telah ikut