• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebersihan Pengelolaan Air Minum dan Penempatan Air Minum di PT. XYZ Jawa Tengah

N/A
N/A
DEVITASARI ANUGRAENI

Academic year: 2025

Membagikan "Analisis Kebersihan Pengelolaan Air Minum dan Penempatan Air Minum di PT. XYZ Jawa Tengah"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HYGIENE PENGGELOLAAN AIR MINUM DAN PENEMPATAN

AIR MINUM DI PT. XYZ JAWA TENGAH

DEVITASARI ANUGRAENI R0221029

PRODI SARJANA TERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2024

(2)

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... 1

DAFTAR ISI ... 2

BAB I PENDAHULUAN ... 3

A. Latar Belakang Masalah... 3

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan ... 5

E. Manfaat ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTKA ... 7

A. Definisi dan Satandar Hygiene Air Minum ... 7

B. Pengelolaan Air Minum ... 8

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

A. Kesimpulan ... 23

B. Saran ... 23

(3)

3 BAB I PEENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Air minum merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kesehatan manusia. Di lingkungan kerja, ketersediaan air minum yang berkualitas tidak hanya mendukung kesehatan karyawan, tetapi juga ber- kontribusi pada produktivitas dan kesejahteraan mereka. Penempatan fasil- itas air minum yang strategis menjadi aspek krusial yang perlu diperhatikan oleh perusahaan, termasuk PT. X, yang memiliki banyak karyawan dengan beragam aktivitas.

Kualitas air minum dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk sum- ber air, metode penyimpanan, dan kondisi distribusi. Berdasarkan Permen- kes Nomor 492 Tahun 2010, menyatakan bahwa air minum merupakan air yang telah diolah, atau tanpa diolah, yang telah memenuhi standar kesehatan dan dinyatakan aman untuk diminum langsung. Selain itu, air yang aman untuk diminum harus terbebas dari sumber pencemaran, seperti logam, hewan yang terjangkit penyakit ataupun bahan kimia yang lain (WHO, 2022). Oleh karena itu, pengelolaan kualitas air minum merupakan tanggung jawab yang harus diemban oleh pihak perusahaan.

Penempatan fasilitas air minum yang tidak strategis dapat me- nyebabkan penurunan kualitas air. Misalnya, jika air minum diletakkan di area yang terkena sinar matahari langsung atau dekat dengan sumber

(4)

4

pencemaran, suhu air dapat meningkat, memicu pertumbuhan mikroorgan- isme, dan meningkatkan risiko kontaminasi. Selain itu, aksesibilitas men- jadi faktor penting; penempatan yang sulit dijangkau dapat mengurangi tingkat konsumsi air minum, yang pada gilirannya dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan produktivitas karyawan.

Berdasarkan studi yang ada, ada hubungan yang signifikan antara penempatan fasilitas air minum, kualitas air, dan tingkat pemakaian. Penem- patan yang strategis, baik secara fisik maupun dalam hal desain fasilitas, dapat mendorong karyawan untuk lebih sering mengonsumsi air minum berkualitas. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Zheng et al. 2023) menunjukkan bahwa penempatan dispenser air yang optimal di tempat kerja berpengaruh positif terhadap tingkat konsumsi air oleh karyawan, yang berdampak pada kesehatan dan produktivitas mereka.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penempatan air minum terhadap kualitas air minum dan tingkat pemakaian di PT. X.

Dengan memahami dinamika ini, perusahaan dapat mengimplementasikan langkah-langkah yang lebih baik dalam pengelolaan fasilitas air minum, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan karya- wan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh lokasi penempatan air minum terhadap kualitas air yang dihasilkan di PT. X?

(5)

5

2. Apakah terdapat perbedaan dalam tingkat pemakaian air minum ber- dasarkan lokasi penempatan produk di PT. X?

C. Batasan Masalah

1. Penelitian ini hanya akan membahas pengaruh penempatan air minum pada produk yang diproduksi oleh PT. X.

2. Kualitas air minum yang dianalisis meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis sesuai dengan standar kesehatan yang berlaku.

D. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh lokasi penempatan air minum terhadap kualitas air yang dihasilkan di PT. X.

2. Untuk menganalisis perbedaan tingkat pemakaian air minum berdasar- kan lokasi penempatan air minum di PT. X.

E. Manfaat

1. Penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi PT. X da- lam menentukan lokasi penempatan air minum yang paling efektif, se- hingga dapat meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan bagi pekerja.

2. Dengan memahami hubungan antara penempatan dan kualitas air, pe- rusahaan dapat melakukan perbaikan dalam proses produksi dan distri- busi untuk memastikan produk yang dihasilkan selalu memenuhi standar kualitas yang tinggi.

3. Penelitian ini akan memperkaya pengetahuan peneliti mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas dan pemakaian air minum, serta

(6)

6

memberikan pengalaman praktis dalam melakukan penelitian di bidang ini.

4. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi studi-studi selanjutnya yang ingin mengeksplorasi lebih dalam tentang pengaruh penempatan air minum terhadap berbagai aspek terutama pada kulitas air minum dan tangkat konsumsi.

(7)

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Satandar Hygiene Air Minum

Air minum adalah air yang aman untuk dikonsumsi manusia dan ha- rus memenuhi standar tertentu untuk menjamin kesehatan dan keselamatan.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), air minum harus bebas dari kontaminan biologis, kimia, dan fisik yang dapat membahayakan kesehatan.

Standar kualitas air minum mencakup parameter mikrobiologis, kimia, dan fisik. Secara khusus, air minum harus bebas dari patogen seperti Escherichia coli dan Salmonella, serta memenuhi batas maksimum untuk logam berat dan bahan kimia berbahaya lainnya. Parameter fisik seperti kekeruhan, warna, dan bau juga harus diperhatikan untuk memastikan bahwa air yang disediakan tidak hanya aman tetapi juga layak untuk dikonsumsi (WHO, 2017).

Di Indonesia, pengelolaan air minum di perusahaan diatur oleh Per- aturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016, yang menetapkan syarat dan ketentuan mengenai kualitas air minum dan sanitasi. Peraturan ini mengha- ruskan perusahaan untuk menyediakan akses air bersih dan sanitasi yang layak bagi karyawan, sesuai dengan standar WASH (Water, Sanitation, and Hygiene) yang berlaku secara global. Dalam konteks ini, perusahaan tidak hanya bertanggung jawab untuk menyediakan air minum, tetapi juga harus memastikan bahwa air tersebut dikelola dengan baik, mulai dari pemilihan

(8)

8

sumber air, proses pengolahan, hingga distribusi ke titik konsumsi (Kemen- terian Kesehatan RI, 2016).

B. Pengelolaan Air Minum

Pengelolaan air minum di perusahaan merupakan aspek penting yang tidak hanya berpengaruh pada kesehatan karyawan, tetapi juga pada produktivitas dan citra perusahaan itu sendiri. Air minum yang berkualitas tinggi sangat penting untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan karyawan, serta untuk memenuhi standar regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah.

Menurut WHO (2017), air minum harus memenuhi kriteria tertentu yang mencakup aspek mikrobiologis, kimia, dan fisik. Kualitas air yang buruk dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit yang ditularkan melalui air, yang dapat berdampak negatif pada produktivitas kerja. Oleh karena itu, perusahaan harus memastikan bahwa air minum yang disediakan memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan.

Dalam konteks pengelolaan air minum, perusahaan perlu menerap- kan sistem manajemen yang efektif untuk memastikan bahwa semua aspek pengelolaan air, mulai dari sumber, pengolahan, hingga distribusi, dil- akukan dengan baik. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016), pengelolaan air minum harus mencakup pemilihan sumber air yang bersih, proses pengolahan yang tepat, serta sistem distribusi yang menjaga kualitas air hingga ke titik konsumsi. Proses pengolahan air harus dilakukan dengan metode yang sesuai, seperti filtrasi dan disinfeksi, untuk menghilangkan kontaminan yang mungkin ada. Selain itu, perusahaan juga

(9)

9

harus melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa kualitas air tetap terjaga.

Salah satu tantangan dalam pengelolaan air minum di perusahaan adalah memastikan bahwa semua karyawan memiliki akses yang mudah dan cepat ke air minum yang berkualitas. Penempatan fasilitas penyimpanan air, seperti dispenser atau galon, harus dilakukan di lokasi strategis yang mudah dijangkau oleh karyawan. Menurut penelitian oleh Prasetyo dan Sari (2020), aksesibilitas air minum yang baik dapat meningkatkan konsumsi air di ka- langan karyawan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesehatan dan produktivitas mereka. Oleh karena itu, perusahaan perlu mempertim- bangkan aspek penempatan ini dalam strategi pengelolaan air minum mereka.

Selain itu, pendidikan dan pelatihan mengenai pentingnya konsumsi air yang cukup dan hygiene air minum juga sangat penting. Karyawan perlu diberi pemahaman tentang bagaimana menjaga kebersihan fasilitas penyim- panan air dan pentingnya mengonsumsi air yang cukup untuk kesehatan mereka. Menurut penelitian oleh Sari et al. (2019), program edukasi yang efektif dapat meningkatkan kesadaran karyawan tentang pentingnya air mi- num yang bersih dan dapat mendorong mereka untuk lebih memperhatikan kebersihan dan kesehatan.

(10)

10 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif untuk menganalisis hygiene pengelolaan air minum dan penempatan air minum di PT. XYZ, Jawa Tengah. Desain ini memungkinkan peneliti untuk meng- gambarkan kondisi yang ada dan memberikan wawasan tentang praktik pengelolaan air minum di perusahaan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan di PT. XYZ.

Sampel akan diambil secara acak dari karyawan di beberapa area perus- ahaan untuk memastikan representativitas. Kriteria inklusi mencakup kar- yawan yang telah bekerja minimal satu tahun.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan menggunakan beberapa metode yaitu sebagai berikut:

1. Kuesioner: Kuesioner akan dirancang untuk mengumpulkan informasi mengenai pengetahuan karyawan tentang hygiene air minum, praktik pengelolaan air, dan penempatan fasilitas air minum. Kuesioner ini akan menggunakan skala Likert untuk mengukur sikap dan pengetahuan.

2. Observasi Langsung: Peneliti akan melakukan observasi langsung ter- hadap fasilitas pengelolaan dan penempatan air minum di perusahaan.

(11)

11

Observasi ini akan mencakup kebersihan fasilitas, aksesibilitas, dan kepatuhan terhadap standar hygiene.

3. Wawancara: Wawancara mendalam akan dilakukan dengan petugas pengelola air minum di perusahaan untuk mendapatkan informasi terkait prosedur pengelolaan, tantangan yang dihadapi, dan langkah-langkah yang diambil untuk menjaga kualitas air minum.

D. Analisis Data

Data yang diperoleh dari kuesioner akan dianalisis secara kuantitatif menggunakan software statistik, seperti SPSS. Analisis deskriptif akan digunakan untuk menggambarkan karakteristik responden dan hasil pen- gukuran hygiene. Selain itu, analisis inferensial dapat dilakukan untuk men- guji hubungan antara pengetahuan karyawan tentang hygiene air minum dengan praktik pengelolaan yang dilakukan.

Data hasil observasi dan wawancara akan dianalisis secara kualitatif dengan mengidentifikasi tema-tema yang muncul terkait dengan pengel- olaan dan penempatan air minum. Hasil analisis ini akan digunakan untuk memberikan rekomendasi yang lebih baik terkait praktik pengelolaan air di PT. XYZ.

E. Validitas dan Relibilitas

Untuk memastikan validitas kuesioner, peneliti akan melakukan uji coba kuesioner pada sekelompok kecil responden sebelum pengumpulan data utama. Reliabilitas kuesioner akan diuji dengan menggunakan metode Cronbach's Alpha, di mana nilai di atas 0,7 dianggap memadai.

(12)

12 F. Etika Penelitian

Penelitian ini akan mematuhi prinsip etika penelitian. Responden akan diinformasikan tentang tujuan penelitian, dan partisipasi mereka ber- sifat sukarela. Kerahasiaan data pribadi akan dijaga, dan data yang dik- umpulkan akan digunakan hanya untuk tujuan penelitian.

G. Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan berlangsung selama tiga bulan, dengan pembagian waktu sebagai berikut:

1. Minggu 1: Persiapan dan pengembangan instrumen penelitian.

2. Minggu 2: Pengumpulan data (kuesioner, observasi, dan wawancara).

3. Minggu 3: Analisis data dan penyusunan laporan penelitian.

(13)

13 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN SEMENTARA

A. Analisis Hygiene Air Minum 1. Kulitas air minum yang tersedia

Kualitas air minum sangat penting untuk kesehatan manusia, dan an- alisis hygiene air minum yang belum teruji dapat mengungkapkan risiko kesehatan yang serius. Air minum yang tidak memenuhi standar hygiene dapat mengandung berbagai kontaminan, termasuk mikroorganisme pa- togen, bahan kimia berbahaya, dan partikel fisik yang dapat membaha- yakan kesehatan. Salah satu indikator yang dapat menunjukkan masalah dalam kualitas air adalah keberadaan lumut, yang dapat mengindikasi- kan kontaminasi dan ketidakpuasan dalam proses pengelolaan air.

Melalui hasil observasi terdapat indikasi adaya lumut pada tempat air minum, Lumut dapat tumbuh di lingkungan yang lembap dan kaya nutrisi, termasuk di dalam wadah penyimpanan air yang tidak terawat.

Keberadaan lumut dalam air minum dapat menjadi indikasi bahwa air tersebut tidak diolah atau disimpan dengan baik. Lumut dapat memproduksi toksin yang berbahaya bagi kesehatan manusia, dan per- tumbuhannya sering kali menunjukkan bahwa air tersebut terpapar kon- taminan, seperti nutrisi berlebih (misalnya, fosfat) yang berasal dari limbah organik atau limbah industri.

(14)

14

Air minum yang terkontaminasi, termasuk yang mengandung lumut, dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Konsumsi air yang ter- kontaminasi dapat menyebabkan:

a) Penyakit Saluran Pencernaan: Mikroorganisme yang ada dalam lu- mut atau air yang terkontaminasi dapat mengakibatkan infeksi gas- trointestinal, seperti diare, muntah, dan kram perut.

b) Toksisitas: Beberapa jenis lumut dapat menghasilkan toksin yang berbahaya, seperti mikotoksin, yang dapat menyebabkan reaksi alergi, kerusakan organ, atau bahkan keracunan akut.

Untuk memastikan bahwa air minum memenuhi standar hygiene, penting untuk melakukan analisis kualitas secara berkala. Prosedur ini meliputi:

a) Pengujian Fisika dan Kimia: Memeriksa parameter fisika seperti kekeruhan, warna, dan bau, serta parameter kimia seperti pH, kan- dungan logam berat, dan senyawa organik.

b) Uji Mikrobiologis: Menguji keberadaan mikroorganisme patogen, seperti bakteri coliform, E. coli, dan patogen lainnya. Uji ini penting untuk menilai keamanan air minum.

c) Pemeriksaan Visual: Melakukan pemeriksaan visual untuk mendeteksi keberadaan lumut atau kontaminan lain yang terlihat.

Air yang jernih dan bebas dari partikel asing adalah indikator kuali- tas yang baik.

(15)

15 2. Pengujian laboratorium

Perusahaan saat ini belum melakukan pengujian laboratorium terhadap kualitas air minum yang disediakan, yang merupakan langkah krusial dalam memastikan keamanan dan kebersihan air tersebut. Pen- gujian laboratorium dapat mengidentifikasi adanya kontaminan mikro- biologis, kimia, dan fisik yang dapat membahayakan kesehatan karya- wan.

Dengan melakukan pengujian secara rutin, perusahaan dapat memastikan bahwa air minum yang disediakan memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan oleh otoritas terkait, serta mendeteksi po- tensi masalah sebelum menjadi ancaman kesehatan. Selain itu, pen- gujian laboratorium dapat memberikan data yang diperlukan untuk per- baikan proses pengolahan air, meningkatkan kepercayaan karyawan ter- hadap kualitas air yang mereka konsumsi, dan mendukung upaya pe- rusahaan dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produk- tif. Dengan demikian, investasi dalam pengujian laboratorium tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan individu, tetapi juga untuk keber- lanjutan dan reputasi perusahaan secara keseluruhan.

B. Penempatan Air Minum di Perusahaan 1. Lokasi Penempatan dan Aksesibilitas

Penempatan dan aksesibilitas air minum di perusahaan saat ini masih menjadi masalah yang signifikan. Penggunaan dispenser dan galon air yang sudah lama tidak hanya menimbulkan kekhawatiran

(16)

16

terhadap kebersihan dan kualitas air, tetapi juga dapat berdampak negatif pada kesehatan karyawan. Dispenser yang tidak terawat dan galon yang telah lama berada di lokasi kerja berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya mikroorganisme, sehingga meningkatkan risiko kontaminasi. Keberadaan air yang rembes di area kerja juga dapat men- ciptakan lingkungan yang tidak higienis, yang dapat menyebabkan ma- salah kesehatan bagi karyawan dan mengganggu kenyamanan mereka.

Selain itu, penempatan fasilitas air minum yang tidak strategis menjadi tantangan tersendiri. Air minum seharusnya ditempatkan di lo- kasi yang mudah diakses oleh seluruh karyawan, namun saat ini banyak dispenser yang diletakkan jauh dari area kerja utama. Hal ini mengaki- batkan karyawan kesulitan untuk mengakses air minum secara cepat, terutama saat jam kerja yang sibuk. Aksesibilitas yang terbatas dapat mengurangi konsumsi air yang cukup, yang sangat penting untuk kesehatan dan produktivitas. Karyawan mungkin enggan untuk mengambil air jika jaraknya terlalu jauh atau jika mereka harus melewati area yang tidak nyaman.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, penting bagi perusahaan untuk melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap sistem penempatan dan aksesibilitas air minum. Mengganti dispenser dan galon yang sudah usang dengan yang baru dan lebih higienis, serta menempatkan fasilitas air minum di lokasi yang lebih strategis, dapat meningkatkan aksesibilitas dan mendorong karyawan untuk lebih sering

(17)

17

mengonsumsi air. Penataan ulang fasilitas ini tidak hanya akan men- dukung kesehatan karyawan, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih nyaman dan produktif. Dengan demikian, perbaikan dalam penempatan dan aksesibilitas air minum merupakan langkah penting yang harus diambil oleh perusahaan untuk memastikan kesejahteraan karyawan secara keseluruhan.

2. Evaluasi terhadap standar hygiene

Evaluasi terhadap pengelolaan dan penempatan air minum di pe- rusahaan menunjukkan bahwa masih terdapat banyak aspek yang me- merlukan perbaikan untuk memenuhi standar hygiene yang berlaku.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016 tentang Kualitas Air Minum, perusahaan diwajibkan untuk memastikan bahwa air yang disediakan memenuhi kriteria kesehatan yang ketat. Namun, saat ini penggunaan dispenser dan galon air yang sudah lama dapat men- imbulkan risiko kontaminasi, karena tidak ada jaminan bahwa air terse- but bebas dari mikroorganisme berbahaya. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan audit menyeluruh terhadap fasilitas penyimpanan dan distribusi air minum agar sesuai dengan regulasi yang ditetapkan.

Selain itu, penempatan fasilitas air minum yang tidak strategis juga menjadi isu penting dalam evaluasi ini. Beberapa dispenser yang terletak jauh dari area kerja utama, sehingga mengurangi kemudahan akses bagi karyawan. Hal ini bertentangan dengan prinsip kesehatan kerja yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012

(18)

18

tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Penempatan yang tidak efisien ini dapat menimbulkan risiko ba- haya, seperti air rembes dari dispenser yang menggenangi area kerja.

Perusahaan harus mempertimbangkan untuk merelokasi fasilitas air mi- num agar lebih mudah dijangkau, sehingga karyawan dapat dengan ce- pat mendapatkan air minum yang segar dan bersih tanpa mengganggu aktivitas kerja.

Dalam konteks ini, penting juga untuk melakukan pengujian kualitas air secara berkala sebagai bagian dari evaluasi terhadap standar hygiene. Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016, perusahaan diharuskan untuk melakukan pengujian laboratorium secara berkala untuk memastikan bahwa air minum yang disediakan aman untuk dikonsumsi yaitu dil- akukan . Pengujian secara rutin dapat membantu mendeteksi adanya kontaminan dan mengambil langkah pencegahan sebelum masalah kesehatan muncul. Selain itu, edukasi bagi karyawan mengenai pent- ingnya menjaga kebersihan fasilitas air minum juga perlu diperkuat, agar seluruh karyawan memiliki kesadaran kolektif dalam menjaga kualitas air yang dikonsumsi.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hygiene

1. Pelatiahan penjamah/ karywan pengelola air minum

Dalam observasi pengelolaan air minum di perusahaan, ditemukan bahwa karyawan yang bertanggung jawab sebagai penjamah

(19)

19

atau pengelola air minum belum menjalani pelatihan yang sesuai mengenai standar hygiene dan keamanan. Hal ini tercermin dari penggunaan pakaian yang tidak higienis, di mana mereka hanya mengenakan kaos dan sandal jepit saat melaksanakan tugas dan tanpa menggunakan APD baik sarung tanngan, apron maupun penutup kepala.

Keadaan ini jelas bertentangan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016, yang menekankan pentingnya menjaga kebersihan dalam penyediaan air minum agar terhindar dari kontaminasi.

Gambar 1. Penjamah air minum dengan pakaian seadanya Selain itu, perusahaan juga belum melakukan screening kesehatan bagi penjamah pengelola air minum, yang seharusnya men- jadi langkah preventif untuk memastikan bahwa mereka tidak membawa penyakit yang dapat mempengaruhi kualitas air. Tanpa pelatihan yang memadai, perhatian terhadap kebersihan pakaian, dan pemeriksaan kesehatan yang rutin, perusahaan berisiko menciptakan lingkungan

(20)

20

yang tidak aman bagi karyawan, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada kesehatan dan produktivitas mereka.

2. Proses distribusi dan penyimpanan

Proses distribusi dan penyimpanan air minum di perusahaan saat ini belum memenuhi standar yang ditetapkan, yang mengindikasikan perlunya pembenahan yang mendesak. Salah satu isu utama adalah penggunaan troli yang sama untuk mengangkut galon air dari luar dan dalam perusahaan. Praktik ini berisiko menyebabkan kontaminasi si- lang, yang dapat memengaruhi kualitas air minum yang disediakan. Ber- dasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016, pengelolaan air minum harus dilakukan dengan menjaga kebersihan dan kualitas air, termasuk dalam proses distribusi. Oleh karena itu, penting untuk mem- isahkan troli yang digunakan untuk galon yang bersih dan yang mungkin terpapar kontaminasi.

Galon isi ulang yang akan didistribusikan oleh perusahaan sebaiknya dilengkapi dengan tutup botol yang sesuai dengan regulasi yang berlaku. Penutupan galon ini tidak hanya berfungsi untuk menjaga kebersihan dan kualitas air, tetapi juga sebagai langkah pencegahan ter- hadap kontaminasi yang dapat terjadi selama proses transportasi dan penyimpanan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016, pengelolaan air minum harus mematuhi standar hygiene yang ketat, termasuk penggunaan wadah yang aman dan tertutup.

(21)

21

Dengan adanya tutup botol, galon dilindungi dari debu, kotoran, dan mikroorganisme yang dapat mengganggu kualitas air, serta mengu- rangi risiko tumpahan yang dapat mencemari lingkungan sekitar. Selain itu, tutup botol juga menunjukkan bahwa air minum tersebut telah me- lalui proses sanitasi yang baik, sehingga memberikan jaminan kepada konsumen akan keamanan produk yang mereka konsumsi. Dengan me- matuhi regulasi ini, perusahaan tidak hanya memenuhi syarat hukum tetapi juga menunjukkan komitmen terhadap kesehatan dan keselamatan konsumen. Oleh karena itu, penggunaan tutup botol pada galon isi ulang adalah langkah penting dalam memastikan bahwa air minum yang didis- tribusikan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.

Lebih lanjut, tidak adanya fasilitas cuci tangan di dalam area pengelolaan air minum juga menjadi perhatian serius. Fasilitas cuci tan- gan adalah komponen penting dalam menjaga kebersihan dan hygiene di area yang berhubungan langsung dengan produk yang akan dikon- sumsi. Regulasi yang berlaku menekankan pentingnya hygiene dalam pengelolaan air minum, dan tanpa fasilitas yang memadai, risiko kon- taminasi semakin meningkat.

(22)

22

Gambar 2. Pendistribusian Air

(23)

23 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat kebutuhan sig- nifikan untuk perbaikan, baik dari segi fasilitas maupun pengelolaannya. Praktik yang ada saat ini tidak memenuhi standar hygiene yang diperlukan, meningkat- kan risiko kontaminasi air minum. Regulasi, seperti Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016, menekankan pentingnya menjaga kebersihan dan kualitas air minum melalui penggunaan wadah yang aman dan terjaga kebersihannya. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan langkah-langkah perbaikan yang men- cakup peningkatan fasilitas sanitasi, pemisahan area penyimpanan, dan penera- pan prosedur pengelolaan yang lebih baik. Dengan melakukan perbaikan ini, pe- rusahaan tidak hanya akan mematuhi regulasi yang ada, tetapi juga berkomitmen terhadap kesehatan dan keselamatan konsumen.

B. Saran

1. Perusahaan sebaiknya dapat melakukan pengujian air minum secara berkala yaitu minimal 1 kali dalam 1 tahun dan atau dilakukan pen- gujian khusus apabila ditemuakan suatu indikasi atau temuan yang tidak wajar.

2. Perusahaan sebaiknya dapat melakukan pembenahan fasilitas pengel- olaan air minum.

(24)

24

3. Perusahaan sebaiknya dapat melakukan screening Kesehatan bagi pen- jamah/ pengelola air minum.

4. Perusahaan sebaiknya dapat memperhatikan penempatan air minum yang strategis maupun mudah dijangkau oleh karyawan.

5. Perusahaan dapat menganti dispenser yang telah didak layak pakai dari indikator telah bocor maupun tidak layak pakai.

6. Perusahaan sebaiknya menyediakan fasilitas cuci tangan yang me- madai di area pengelolaan air minum. Hal ini akan meningkatkan hy- giene karyawan dan mengurangi risiko penyebaran patogen.

7. Perusahaan sebaiknya melakukan pelatihan berkala bagi karyawan mengenai praktik terbaik dalam pengelolaan air minum dan pent- ingnya kebersihan. Meningkatkan kesadaran karyawan akan berkontri- busi pada peningkatan standar hygiene.

8. Perusahaan sebaiknya melakukan audit dan penilaian rutin terhadap proses pengelolaan air minum untuk memastikan bahwa semua prosedur diikuti dan standar kualitas tetap terjaga.

9. Pejamah/ pengelola air minum sebaiknya memisahkan troli untuk galon bersih dan kotor. Hal ini akan mencegah terjadinya kontaminasi silang dan menjaga kualitas air minum yang didistribusikan.

10. Penjamah/ pengelola memastikan setiap galon yang akan didistri- busikan dilengkapi dengan tutup botol yang sesuai dengan regulasi yang berlaku. Ini penting untuk menjaga kebersihan dan mengurangi risiko kontaminasi.

(25)

25

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016 tentang Kualitas Air Minum.

Mason, L. 2016. Water Treatment: Principles and Design. John Wiley & Sons.

Nafisa, A. S., & Nurhalimah, S. 2024. Penerapan Sanitasi dan Higiene pada Proses Produksi Air Minum dalam Kemasan (AMDK). Karimah Tauhid, 3(10), 10950-10960.

Sari, R., Utami, N., & Rahmawati, D. 2019. Efektivitas Program Edukasi Kesehatan Terhadap Kesadaran Karyawan Mengenai Pentingnya Air Minum Bersih.

Jurnal Kesehatan Lingkungan.

Sitorus, N. E. I., & Harahap, R. A. 2024. Penerapan Permenkes Ri Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Di Wilayah Kerja Puskemas Medan Johor. Jurnal Kesehatan Tambusai, 5(3), 9678-9686.

WHO. 2017. Guidelines for Drinking-water Quality.

(26)

26 Lampiran

Gambar

Gambar 1. Penjamah air minum dengan pakaian seadanya  Selain  itu,  perusahaan  juga  belum  melakukan  screening  kesehatan bagi penjamah pengelola air minum, yang seharusnya  men-jadi langkah preventif untuk memastikan bahwa mereka tidak membawa  penyaki
Gambar 2. Pendistribusian Air

Referensi

Dokumen terkait

Pengurusan surat masuk pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Tengah sebaiknya tidak perlu menggunakan buku agenda karena sudah ada kartu kendali, selain

Analisis Strategi Pemasaran untuk Peningkatan Volume Produksi Air Minum dalam Kemasan PT. Komisi

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: Analisis Kualitas Bakteriologis Escherechia Coli Depot Air Minum Tahun 2013 Kabupaten Pasuruan Jawa Timur

Dalam rangka memenuhi kebutuhan air minum di Sumba Tengah Air Tanah merupakan alternatif yang sangat diandalkan terutama untuk daerah yang memiliki potensi air tanah, hal

Pertumbuhan infrastruktur di Jawa Tengah menunjukkan data yang berfluktuatif meliputi infrastruktur ekonomi (panjang jalan, listrik yang terjual, air minum yang disalurkan,

Dokumen ini berisi informasi tentang Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa

Dokumen ini membahas analisis kinerja Perumda Air Minum Tirto Panguripan di Kabupaten Kendal berdasarkan pendekatan Balanced

Dokumen ini berisi tentang kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan sistem penyediaan air