• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DITINJAU DARI GENDER PADA KELAS X-XI MIPA SMAN 1 KAYANGAN Sonia Rega Yuniar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DITINJAU DARI GENDER PADA KELAS X-XI MIPA SMAN 1 KAYANGAN Sonia Rega Yuniar"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DITINJAU DARI GENDER PADA KELAS X-XI MIPA SMAN 1 KAYANGAN

Sonia Rega Yuniar

1

, Masjudin

2

, Sri Yuliyanti

3

1,2,3

Program Studi Pendidikan Matematika, FSTT UNDIKMA

Penulis Korespondensi: [email protected]

Abstrak: This study aims to describe students' critical thinking skills in terms of age and gender differences in class X, XI MIPA students of SMA Negeri 1 Kayangan. This type of research is qualitative descriptive research. The subjects of the study were 18 people, of which it consisted of subjects on the gender and age perspectives were selected based on the results of previously implemented tests, namely 6 people for the gender perspective, and 12 people for the age perspective. Data were collected through test results of critical thinking skills as well as interview results as a follow -up to deepen the findings obtained from the test results. The results of this study showed that for critical thinking ability i n terms of gender in the high category showed that fo r L1 subjects did not meet the self-regulation indicators and P1 subjects met all indicators. In the medium category it is shown that for subjects L2 does not meet on the analysis indicators whereas the P2 subjects do no t meet on the interpretation and analysis indicators. In the low category it shows that neither the L3 subject nor the P3 subject meets all indicators. It can be concluded that when viewed from a gender perspective, the ability to think domestically betwee n male and female subjects does not show significantly where the difference in critical thinking ability lies.

Keywords: Critical Thinking Ability, Gender, Critical Thinking Ability Indicator

Abstrak: Tujua n da ri penelitia n untuk mendeskripsika n kema mpua n berpikir kritis siswa ditinja u da ri gender pa da siswa kela s X-XI MIPA SMAN 1 Ka ya nga n. Jenis penelitia n merupa ka n penelitia n deskriptif kua lita tif. Subjek penelitia n berjumla h 6 ora ng. Teknik a na lisis da ta mengguna kan tiga ta hap ya itu reduksi, penya jia n da ta, da n pena rika n kesimpula n. Da ta dikumpulka n mela lui ha sil tes kema mpuan berpikir kritis serta ha sil wa wa nca ra seba ga i tinda k la nj u t untuk memperda la m temuan ya ng diperoleh da ri ha sil tes. Indika tor berpikir kritis ya ng diguna ka n da la m penelitia n in i a da la h interpreta si, a na lisis, eva lua si, inferensi, penjela sa n, da n regula si diri. Ha sil penelitia n ini menunjukka n ba hwa untuk kema mpuan berpikir kritis ditinja u da ri gender pa da ka tegori tinggi menunjukkan ba hwa pa da indika tor re gu la si diri denga n subjek L1 tida k terca pa i da n pa da subjek P1 semua indika tor terca pa i. Pa da ka tegori seda ng me n u n j u k k a n ba hwa untuk subjek L2 pa da indika tor a na lisis tida k terca pa i seda ngka n subjek P2 pa da indika tor interpreta si da n a na lisis tida k terca pa i. Pa da ka tegori renda h menunjukka n ba hwa untuk subjek L3 ma upun subjek P3 pa da semua indika tor tida k terca pa i. Da pa t disimpulka n ba hwa jika diliha t da ri perspektif gender, kema mpuan berpikir krtitis a nta ra subjek la ki-la ki da n perempua n tida k menunjukkan seca ra signifika n leta k perbeda a n kemampuan berpikir kritis h a l in i da pa t diliha t da ri ha sil skor pa da setia p indika tor ya ng dida pa tkan masing-ma sing subjek ba ik subjek la ki-la ki m a u p u n subjek perempua n, pa da kategori tinggi subjek P1 da n L1 menda pa tkan jumlah skor ya ng sa ma pa da set ia p in d ik a t o r, pa da ka tegori seda ng subjek P2 da n L2 memiliki selisih sa tu skor pa da indika tor a na lisis, inferensi, penjela sa n, da n regula si diri, pa da ka tegori renda h ba ik a nta ra subjek P3 da n L3 memiliki skor ya ng sa ma -sa ma renda h disetia p indika tor.

Kata kunci: Kema mpua n Berpikir Kritis, Gender, Indika tor Kema mpuan Berpikir Kritis PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah. Tidak dip un gki ri b ahwa

matematika merupakan pelajaran yang sangat penting. Hal ini dapat dilihat dari peran pemerintah

menjadikan matematika sebagai pelajaran wajib di sekolah, mulai dari pendidikan dasar sampai pend idik an

tinggi. Dalam standar kompetensi matematika menurut permendiknas nomor 22 tahun 2006, mata pelajaran

matematika diberikan kepada semua peserta didik dengan tujuan untuk memb ek ali k emampu an b erpik ir

(2)

logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, kemampuan bekerja sama, dan mengembangkan kemampuan menggunakan matematika untuk memecahkan masalah.

Peran matematika dalam kehidupan sehari hari sangat dibutuhkan sehingga untuk menguasai sain s, tekhnologi, maupun ilmu lainnya haruslah dapat menguasai ilmu dasar yaitu matematika seperti yang dipaparkan oleh Masykur, M, (2008) yang mengatakan bahwa belajar m atem atik a sam a h alnya d en gan belajar logika, karena kedudukan matematika dalam pengetahuan adalah sebagai ilmu dasar atau ilmu alat.

Menyadari akan pentingnya matematika dalam kehidupan khususnya dalam dunia kerja, maka dalam mempelajari dan menyelesaikan suatu permasalahan matematika ha rus mempunyai keterampilan yang khusus di mana keterampilan ini yaitu kemampuan berpikir kritis seperti yang disampaikan o leh K owiyah (2012) untuk mempelajari matematika yang dipelajari adalah menyatakan masalah, m erencanakan p roses penyelesaian, mengkaji langkah-langkah penyelesaian, membuat pernyataan jik a in fo rm asi y ang d id ap at kurang, sehingga memerlukan sebuah kegiatan yang disebut berpikir kritis.

Kemampuan berpikir kritis merupakan aktivitas memahami, merumuskan masalah, mengumpulk an , menganalisis informasi dengan cara hati-hati, benar dan tidak mudah menerima pendapat, m engk larifik asi informasi yang diperlukan dan yang tidak diperlukan sehingga kesimpulan yang didapat dari proses tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Berpikir kritis bukan hanya untuk mencari jawaban saja, tetap i y an g leb ih utama adalah menanyakan kebenaran jawaban, fakta, atau informasi yang ada sehinggga b isa d itemu kan solusi terbaik dari permasalahan yang dihadapi.

Berpikir kritis tidak berarti orang yang suka berdebat dengan mempertentangkan pendapat atau asumsi yang keliru, akan tetapi pemikir kritis juga dapat memberikan suatu solusi d ari p ermasalahan d an pendapat yang disampaikan memiliki dasar yang tepat, rasional dan hati-hati. Sebagaimana m enu rut En nis (2011) bahwa berpikir kritis merupakan berpikir logis atau masuk akal yang b erfok us p ada p engambilan keputusan tentang yang dipercaya dan dilakukan seseorang.

Pada zaman modern dan tekhnologi canggih yang memudahkan segala informasi maka berpikir kirtis sangatlah penting bagi setiap orang. Seseorang perlu memiliki kemampuan berpikir kritis dan perlu mempelajarinya, karena keterampilan tersebut sangat berguna dan sebagai bekal dalam menghadapi kehidupan sekarang dan di masa yang akan datang. Dengan kemampuan berpikir kritis, seseor ang m am pu berpikir secara rasional dan logis dalam menerima informasi dan sistematis dalam memecahkan permasalahan.

Namun yang terjadi di lapangan, tepatnya di kelas X dan kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Kay an gan, data kemampuan berpikir kirtis siswa belum ada. Hal ini berdasarkan hasil p engamatan p eneliti m elalu i wawancara dengan guru bidang studi matematika, bahwa pada umumnya guru belum pernah menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu dalam proses pembelajaran maupun dalam melakukan ev aluasi guru tidak spesifikasi mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Data analisis kemampuan berpik ir k ritis siswa ini sangat penting dimiliki oleh setiap guru supaya dalam proses pembelajaran maupu n p en yusun an instrumen kedepannya bisa lebih memperhatikan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampu an b erpik ir kritis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu faktor gender.

Berpikir kritis merupakan salah satu tahapan berpikir tingkat tinggi. Menurut Costa (Liliasari,

2000:136) mengkategorikan proses berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi ke dalam empat kelompok

yang meliputi pemecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making), b erp ikir

(3)

kritis (critical thingking), dan berpikir kreatif (creative thingking ). Berpikir kritis sangat penting dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Berpikir kritis diperlukan untuk memecahkan masalah yang ada secara rasional dan menentukan keputusan yang tepat dalam waktu yang singkat Salv in a Wah yu P , d k k (2 0 18).

Jumaisyaroh, dkk (2015:88) menyatakan kemampuan berpikir kritis matem atis adalah su atu k ecakapan berpikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat, mengev alu asi, serta m engambil keputusan tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Menurut FACIONE (2015) kriteria atau elemen d asar yang harus dimiliki oleh pemikir kritis dalam memecahkan suatu permasalahan adalah Interpretasi, Analisis, Evaluasi, Inferensi(kesimpulan), Penjelasan, dan Regulasi diri. Adapun uraian lebih lengkap terkait indikator tersebut dapat dilihat dlam tabel di bawah ini;

Tabel 1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Keterlibatan perempuan sekarang dalam berbagai sector public tidak lagi d ian ggap tab u. Demikian p u la peningkatan kualitas sumber daya perempuan semakin menunjukkan angka-angka yang lebih baik. Berbagai peraturan telah dicanangkan sedemikian rupa, sehingga laki-laki dan perempuan mempunyai keseim ban gan hak dan kewajiban setara, misalnya organisasi-organisasi kewanitaan, seperti Dharma Wanita, PKK, d an semacamnya yang semakin berkembang.

Aspek Berpikir

Kritis Indikator

Interpreta si 1. Siswa ma mpu menuliska n ya ng diketa hui

2. Siswa ma mpu menuliska n ya ng dita nyakan 3. Siswa ma mpu mela kuka n pemodela n

ma tematika dengan tepa t dan benar

Ana lisis Siswa ma mpu menentuka n informa si ya ng

penting, tepa t da la m memilih metode penyelesa ia n, da n mela kukan perhitunga n d engan tepa t da n bena r.

Eva lua si 1. Siswa ma mpu menuliska n penyelesa ia n soa l

denga n tepa t da n bena r

2. Siswa ma mpu mengguna ka n a lterna tive ja wa ba n la innya

Inferensi (Kesimpula n) Siswa ma mpu memberika n kesimpula n da ri perma sa la han yang diberika n

Penjela sa n Siswa ma mpu menuliska n ha sil a khir ya ng bena r da n tepa t, serta memberika n a la san da la m bentuk a rgument ya ng meya kinka n

Regula si Diri Siswa ma mpu mela kukan pengeceka n ula ng ha sil penyelesa ia n soa l denga n tepa t da n bena r

(4)

Umar (2004) menyatakan perkembangan masyarakaat modern masih tetap mengad opsi warisan budaya bahwa laki-laki dianggap sebagai figur utama dan perempuan dianggap sebagai f igu r k ed ua atau biasa disebut dengan sistem kemsyarakatan patriarkhi, yaitu sistem masyarakat yang memand ang lak i -laki sebagai the first sex dan perempuan sebagai the second sex karena organ reproduksinya sewaktu-waktu dapat menjadi penghalang untuk berproduksi.

Sistem tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan matematika pada anak perempuan karena matematika dianggap sebagai mata pelajaran u ntuk anak laki-laki sehingga mengakibatkan persepsi matematika antara laki-laki dan perempuan juga berbeda, dan akhirnya mengakibatkan juga pada hasil belajar matematika antara laki-laki dan perempuan.

Menurut Paramita (2014:52) yang dikutip oleh Resky Hidayati dalam ju rn aln ya ju ga mengatakan gender adalah perbedaan peran, fungsi dan tanggungjawab antara perempuan dan laki-laki yang d ih asilkan dari konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman. Dalam

Women Studies Ensikopedia yang dikutip oleh Resky Hidayati yang mengatakan bahwa jender adalah suatu konsep kultural,

berupaya membuat perbedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara lak i- laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Febrianto, 2016:13). Gender b erpengaruh ju ga dalam proses belajar mengajar tak terkecuali dalam belajar matematika, seringkali mempengaruhi in teraksi dan motivasi siswa laki-laki dan perempuan. Menurut Leach dan Branata (Mardiyana, 2014:987) menyatakan bahwa perempuan pada umumnya lebih baik dalam mengingat, sedangkan laki-laki leb ih b aik dalam berpikir logis. Oleh karena itu gender dapat mempengaruhi kemampuan berpikir k ritis, m ak a ak an mempengaruhi juga dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Penelitian Acep Pebianto (2018) mengatakan sebaliknya bahwa tidak terdapat perbedaan antara kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari gender dilihat dari strategi atau taktik yang digunakan dalam menyelesaikan soal.

Berdasarkan hal di atas penelitian ini perlu dilakukan yang hasilnya sebagai acuan bagi tenaga pendidikan dalam pembelajaran dikarenakan aspek gender perlu menjadi perhatian khusus dalam pembelajaran matematika. Dengan kata lain perubahan proses pembelajaran matematika yang menyenangkan dan bermakna memperhatikan aspek perbedaan jenis kelamin sehingga siswa laki -laki d an perempuan tidak lagi takut atau cemas dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari perbedaan gender pada siswa kelas X-XI MIPA SMA Negeri 1 Kayangan tahun pelajaran 2021/2022.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini di SMA Negeri 1 Kayangan, Jalan Pendidikan Kayangan, Kecamatan Kayangan ,

Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Jenis penelitian ini adalah penelitian d eksriptif d en gan

(5)

pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Februari sampai dengan tanggal 02 Maret 2022. Penelitian dilaksanakan di kelas X-XI MIPA SMA Negeri 1 Kayangan p ad a semester gen ap tahu n pelajaran 2021/2022.

Penelitian ini menggunakan indikator yang telah dikembangkan dari komponen inti aspek kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Facione (2015) yaitu (1) interpretasi, (2) analisis, (3 ) ev alu asi, (4 ) inferensi, (5) penjelasan, dan (6) regulasi diri seperti yang telah dijelaskan pada Tabel 1 di atas.

Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian ini yaitu berjumlah 110 siswa dari empat kelas penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan cara pertama memberikan soal tes k emampuan b erpikir k ritis kepada semua siswa yang menjadi subjek penelitian, dari hasil jawaban sisw a tersebut di analisis dan kemudian didapatkan skor dengan kategori tinggi, sedang, rendah. Masing-masing kategori sk or tersebut, diambil perwakilan perbedaan gender untuk kemudian dilakukan wawancara sesuai dengan pedoman wawancara.

Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar tes kemampuan berp ikir k ritis y an g b ertu juan mengukur ketercapaian siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan kemudian mengan alisis u ntu k mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa dan pedoman wawancara, bertuju an u ntu k melaku kan wawancara kepada siswa yang berkaitan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakakukan oleh sub jek d alam menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

Analisis data dalam penelitian ini mengacu pada analisis data kualitatif m en urut Miles Hu berman (Sugiyono, 2013) yaitu tahap reduksi data yaitu pada penelitian ini peneliti melakukan reduksi data d imu lai dari hasil tes kemampuan berpikir kritis sampai pada hasil wawancara. Tahap penyajian data y aitu p en eliti menyajikan data dalam bentuk tabel atau grafik yang menggambarkan hasil penelitian. Tahap penyim pu lan data yaitu peneliti menyimpulkan hasil penelitian terkait berpikir kritis siswa ditinjau dari perspektif gender.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisis jawaban tes kemampuan berpikir kritis siswa, didapatkan siswa yang berada pada kategori

tinggi, sedang, dan rendah. Subjek penelitian dalam ini terdiri atas 110 orang yang menunjukkan bahwa ad a

10 yang berada pada kategori tinggu, ada 15 orang yang berada pada kategori

seda ng da n a da 85 ora n g b e ra d a pa da ka tegori renda h. Seca ra jela s da pa t diliha t pa da Gra fik 1 berikut ini.

(6)

Grafik 1. Rekapitulasi subjek yang berada pada setiap kategori kemampuan berpikir kritis

Ada pun jumla h siswa perempua n da n la ki la ki ya itu siswa perempua n denga n persenta se seda ngkan la ki-la ki denga n persenta se da pa t diliha t pa da Gra fik 2 berikut ini:

Grafik 2. Jumlah siswa perempuan dan siswa laki-laki peserta tes kemampuan berpikir kritis

Ada pun jumla h siswa perempua n da n la ki-la ki denga n skor tinggi, seda ng, renda h da pat diliha t pa da Gra fik 3 berikut:

Grafik 3. Perbandingan jumlah siswa perempuan dan siswa laki-laki pada masing-masing skor

(7)

Berpikir kritis dia na lisis mengguna ka n kriteria ya ng disa mpa ika n oleh Fa cione (2015) ya itu ora ng ya ng berpikir kritis idea lnya memiliki bebera pa kriteria a ta u elemen da sa r dia nta ra nya (1) interpreta si, (2) a na lisis, (3) eva lua si, (4) inferensi, (5) penjela sa n, (6) regula si diri. Berda sa rka n ha sil tes tertulis, tes wa wa nca ra ya ng dila kuka n terha da p subjek tersebut, kema mpua n berpiki kritis tida k menunjukka n seca ra signifika n perbeda a n kema mpua n a nta ra subjek perempua n da n la ki-la ki ha l ini seja la n denga n ha sil penelitia n Acep Pebia nto (2018) ya itu diperoleh ba hwa tida k terda pa t perbeda a n a nta ra kema mpua n berpikir k ritis ma tema tis ditinja u da ri gender terliha t da ri stra tegi a ta u ta ktik ya ng diguna ka n da la m menyelesaika n soal da ri tia p subjek diura ika n seba ga i berikut;

Tabel 2. Proses Berpikir Siswa Berdasarkan Masing-Masing Indikator

Kategori Interpretasi Analisis Evaluasi Inferensi Penjelasan Regulasi diri

LI

Mampu membuat pemodelan, mampu menuliskan diketahui dan ditanyakan dengan benar, mampu memahami hubungan antara pernyataan diketahui dan ditanyakan.

Mampu menggunakan metode yang lain dalam

menyelesaikan soal dengan benar dan tepat

Mampu memeriksa kembali dan memperbaiki yang keliru sehingga subjek L1 teliti

Mampu membuat kesimpulan yang tepat dan mampu memahami kesimpulan yang dibuat

Mampu menjelaskan alasan dari setiap langkah yang telah diselesaikan dengan benar dan tepat

Mampu membuktikan jawaban dengan menggunakan semua persamaan yang ada dengan benar dan tepat

P1

Mampu membuat pemodelan dan permisalan, mampu menuliskan diketahui dan ditanyakan dengan benar, mampu memahami hubungan antara pernyataan diketahui dan ditanyakan

Mampu menggunakan metode yang lain dalam

menyelesaikan soal dengan benar dan tepat

Mampu memeriksa kembali dan memperbaiki yang keliru sehingga subjek P1 teliti

Mampu membuat kesimpulan yang tepat dan mampu memahami kesimpulan yang dibuat

Mampu menjelaskan alasan dari setiap langkah yang telah diselesaikan dengan benar dan tepat

Mampu membuktikan jawaban dengan menggunakan semua persamaan yang ada dengan benar dan tepat

L2

Mampu membuat pemodelan dan permisalan, mampu menuliskan diketahui dan ditanyakan dengan benar, mampu memahami hubungan antara pernyataan diketahui dan ditanyakan

Belum mampu menggunakan semua metode penyelesaian yang ada dalam menyelesaikan soal

Mampu memeriksa kembali dan memperbaiki yang keliru sehingga subjek L2 teliti

Mampu membuat kesimpulan yang tepat dan mampu memahami kesimpulan yang dibuat

Mampu menjelaskan alasan dari setiap langkah yang telah diselesaikan dengan benar dan tepat

Mampu membuktikan jawaban dengan menggunakan semua persamaan yang ada dengan benar dan tepat

P2

Mampu membuat pemodelan namun belum mampu membuat permisalan, mampu menuliskan diketahui dan ditanyakan dengan benar, mampu memahami hubungan antara pernyataan diketahui dan ditanyakan

Belum mampu menggunakan semua metode penyelesaian yang ada dalam menyelesaikan soal

Mampu memeriksa kembali dan memperbaiki yang keliru sehingga subjek P2 teliti

Belum mampu membuat kesimpulan yang tepat dan benar karena subjek P2 hanya

memperhatikan dari segi kemudahan saja

Mampu menjelaskan alasan dari setiap langkah yang telah diselesaikan dengan benar dan tepat

Belum mampu melakukan pengecekan atau pembuktian jawaban ke semua persamaan yang diberikan.

L3 Mampu membuat pemodelan matematika namun belum mampu membuat permisalan,

Belum mampu menggunakan semua metode penyelesaian yang

Mampu memeriksa kembali namun belum mampu

Belum mampu membuat kesimpulan yang

Belum mampu menjelaskan alasan dai setiap langkah yang

Belum mampu melakukan pengecekan atau pembuktian

(8)

pernyataan diketahui, pernyataan ditanyakan serta belum mampu memahami hubungan antara diketahui dan ditanyakan

ada dalam menyelesaikan soal

memperbaiki dan menemukan yang keliru sehingga subjek L3 kurang teliti

tepat dan benar telah diselesaikan jawaban ke semua persamaan yang diberikan serta belum mampu memahami cara melakukan pengecekan jawaban

P3

Mampu membuat permisalan matematika namun belum mampu membuat pemodelan matematika, pernyataan diketahui, pernyataan ditanyakan serta belum mampu memahami hubungan antara diketahui dan ditanyakan

Belum mampu menggunakan semua metode penyelesaian yang ada dalam menyelesaikan soal

Mampu memeriksa kembali namun belum mampu memperbaiki dan menemukan yang keliru sehingga subjek L3 kurang teliti

Belum mampu membuat kesimpulan yang tepat dan benar

Belum mampu menjelaskan alasan dan setiap langkah yang telah diselesaikan

Belum mampu melakukan pengecekan atau pembuktian jawaban ke semua persamaan yang diberikan serta belum mampu memahami cara melakukan pengecekan jawaban

Berda sa rka n a nalisis da ta ya ng diperoleh , pa da indika tor Interpretasi pa da perspektif gender denga n skor tinggi ba hwa ternya ta a nta ra subjek la ki-la ki da n subjek perempua n pa da ka tegori tinggi, kema mpua n interpreta sinya sa ma ha l ini da pa t diliha t da ri ha sil skor ya ng dida pa tkan pada indika tor interpreta si a nta ra subjek la ki-la ki da n sub j e k p e re m p u a n pa da ka tegori tinggi. Kema mpua n menginterpreta sikan a ntara subjek la ki-la ki da n subjek perempua n den ga n k a te go ri tinggi juga da pa t diliha t da ri ha sil a na lisis wa wa nca ra ya itu subjek L1 da n P1 sa ma sa ma mamp u mengemuk a k a n id e - ide, ma kna ya ng henda k disa mpa ika n da la m soa l di ma na berupa pernya ta a n dike ta hui, ditenya ka n, pemodela n ma tematika, serta permisa la n, subjek L1 da n P1 sa ma -sa ma mampu memahami hubunga n a ntara pernya taan d ik e t a hu i denga n pernya ta an yang dita nyakan dala m soa l. Pa da indika tor Analisis, pa da perspektif gender ba hwa ternya ta a n ta ra subjek la ki-la ki da n subjek perempua n pa da kategori skor tinggi, kema mpuan a nalisisnya sa ma hal ini da pa t diliha t da ri ha sil skor ya ng sa ma ya ng dida pa tka n pa da indika tor a na lisis a nta ra subjek la ki-la ki da n subjek perempua n pa da ka tegori tinggi. Kema mpuan a nalisis a nta ra subjek la ki-la ki da n subjek perempua n denga n kategori seda ng j u ga d a p a t diliha t da ri ha sil a na lisis wa wa nca ra ya itu L1 da n P1 sa ma -sa ma ma mpu menggunakan semua metode ya ng a da d a la m menyelesa ika n perma sala han ba ik mengguna kan metode substitu si, elimina si, ma upun metode ca mpura n, sa m a -sa ma ma mpu menga na lisis bentuk persa ma a n ya ng kemudia n itu diuba h bentuknya sehingga bisa disubstitusika n ke persa ma an ya ng a da. Pa da indika tor Evaluasi, pa da perspektif gender ba hwa ternya ta a ntara subjek la ki-la ki da n subjek perempua n pa da ka tegori tinggi, kema mpua n mengeva lua sinya sa ma ha l ini da pa t diliha t da ri ha sil skor ya ng dida pa tka n pa da indika tor eva lua si a nta ra subjek la ki-la ki da n subjek perempua n pa da ka tegori tinggi ya itu menda pa tka n skor ya ng sa ma . Kema mpua n eva lua si a nta ra subjek la ki-la ki da n subjek perempua n denga n ka tegori tinggi juga da pa t diliha t da ri ha sil a na lisis wa wa nca ra ya itu subjek L1 da n P1 sa ma -sa ma ma mpu menyelesa ika n soa l denga n tepa t da n bena r da n ma mpu menggunakan a lternative metod e la in da la m menyelesa ik a n p e rm a sa la h a n y a n g diberika n, sa ma -sa ma mampu menentukan varia bel ya ng a ka n dielimina si denga n mempertimba ngkan berba gai fa c t o r.

Pa da indika tor Inferensi, pa da perspektif gender ba hwa ternya ta a nta ra subjek la ki-la ki da n subjek perempua n pa da ka tegori tinggi, kema mpuan inferensi sa ma ha l ini da pa t diliha t da ri ha sil skor ya ng dida pa tkan pada indika tor infere n si a nta ra subjek la ki-la ki da n subjek perempua n pa da ka tegori tinggi ya itu menda pa tka n skor ya ng sa ma . Kema mpua n

(9)

inferensi a nta ra subjek la ki-la ki da n subjek perempua n denga n ka tegori tinggi juga da pa t diliha t da ri ha sil a na lisis wa wa nca ra ya itu subjek L1 da n P1 sa ma -sa ma ma mpu memberika n kesimpula n ya ng bena r da n tepa t sesua i denga n ha sil penyelesa ia n ya ng tela h dikerja ka n. Pa da indika tor Penjelasan, pa da penjela sa n gender ba hwa ternya ta a nta ra subjek la ki-la ki da n subjek perempua n pa da ka tegori tinggi, kema mpua n mengeva lua sinya sa ma h a l ini da pa t diliha t da ri ha sil skor ya ng dida pa tka n pa da indika tor eva lua si a nta ra subjek la ki-la ki da n subjek perempua n pa da ka tegori tinggi ya itu menda pa tka n skor ya ng sa ma . Kema mpua n menjela ska n a nta ra subjek la ki-la ki da n subjek perempua n denga n ka tegori tinggi juga da pa t diliha t da ri ha sil a na lisis wa wa nca ra ya itu subjek L1 da n P1 sa ma -sa ma ma mpu menjela ska n setia p la ngka h penyelesa ian ya ng dikerja kan denga n diserta i a la sa n seperti a la sa n menga pa ta nda o p e ra si bisa bernila i positif a ta upun nega tive da n seba ga inya . Pa da indika tor Regulasi Diri, pa da penjela sa n gender ba hwa ternya ta a ntara subjek la ki-la ki da n subjek perempua n pa da ka tegori tinggi, kema mpuan regula si diri sa ma ha l ini da pa t diliha t da ri ha sil skor ya ng dida pa tka n pa da indika tor regula si diri a nta ra subjek la ki-la ki da n subjek perempua n pa da ka tegori tinggi ya itu menda pa tka n skor ya ng sa ma . Kema mpua n menjela ska n a nta ra subjek la ki-la ki da n subjek perempua n denga n ka tegori tinggi juga da pa t diliha t da ri ha sil a na lisis wa wa nca ra ya itu subjek L1 da n P1 sa ma -sa ma ma mpu mela kuka n pengeceka n ja wa ba n untuk membuktika n a pa ka h ja wa ba n suda h bena r a ta u tida k, sa ma -sa ma ma mpu mengeta hui fungsi da ri mela kuka n pengecekan jawa ban.

Pa da indika tor Interpertasi pa da subjek denga n ka tegori seda ng, ba hwa sub jek L2 da n P2 ma mpu membuat pemodelan ma tema tika , permisa la n denga n bena r serta mem pu menuliska n pernya ta a n diketa hui, dita nya ka n denga n bena r da n tepa t serta ma mpu memahami hubunga n a ntara pernyataan tersebut. Pa da indica tor Analisis su b j e k L2 d a n P2 sa m a sa ma belum ma mpu mengguna ka n a lterna tive metode da la m menyelesa ika n perma sa la ha n. Pa da indica tor Evaluasi subjek L2 da n P2 sa ma -sa ma ma mpu memeriksa kemba li da n memperba iki ya ng keliru sehingga subjek L2 da n P2 teliti. Pa da indica tor Inferensi subjek L2 da n P2 sa ma -sa ma ma mpu membua t kesimpula n na mun subjek P2 belum mempu membuat kesimpula n ya ng tepa t da n benar ka rena subjek P2 ha nya meliha t da ri sisi kemuda han sa ja da n belum ma mpu memahami kesimpula n. Pa da indica tor Penjelasan subjek L2 da n P2 sa ma -sa ma mampu menje la sk a n a la sa n da ri setia p la ngka h ya ng tela h diselesa ika n denga n bena r da n tepa t. Pa da indica tor Regulasi Diri subjek P2 belum ma mpu menuliska n pengecekan ja wa ban ke semua persa maan ya ng a da . Pa da subjek denga n kategori skor renda h b a ik itu subjek L3 ma upun subjek P3 pa da semua indika tor tida k memenuhi a spek ya ng a da.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berda sa rka n ha sil penelitia n da pa t disimpulka n ba hwa pa da subjek perbeda a n gender ba ik itu subjek denga n skor tinggi, seda ng, ma upun renda h pa da semua indika tor, ma sing-ma sing subjek ba ik subjek perempua n ma upun subjek la ki-la ki mempunya i kelebiha n da n kekura nga n ma sing-ma sing da la m menyelesa ika n perma sa la ha n ya ng a da , tida k seca ra signifika n menunjukkan ba hwa terda pat perbedaan kemampuan berpikir kritis a nta ra subjek perempuan da n la ki- la ki ha l ini da pa t diliha t da ri ha sil wa wa nca ra di ma na pa da ka tegori tinggi subjek P1 da n L1 sa ma -sa ma ma mpu menja wa b setia p perta nyataan ya ng berka ita n denga n indica tor da n juga diliha t da ri ha sil skor ya ng dida pa tk a n b a h wa subjek P1 da n L1 pa da setia p indica tor memiliki ju mla h skor ya ng sa ma -sama tinggi ya itu pa da indica tor interperta si P1 da n L1 menda patkan skor 4 da ri 4, indica tor a na lisis menda patkan skor 16 da ri 16, indica tor eva lua si menda patkan skor

(10)

5 da ri 5, pa da indica tor inferensi menda patkan skor 1 da ri 1, pa da indica tor penjela sa n mendapatkan skor 2 d a ri 2 d a n pa da indica tor regula si diri menda pa tka n skor 3 da ri 3. Pa da subjek denga n ka tegori seda ng, subjek P2 da n L2 pa da indica tor interperta si menda patkan skor 4 da ri 4, indica tor a na lisis subjek P2 menda patkan skor 5 da ri 16 seda ngka n L2 menda pa tka n skor 6 da ri 16, indica tor eva lua si subjek P2 da n L2 menda pa tka n skor 5 da ri 5, pa da indica tor inferensi subjek P2 da n L2 menda patkan skor 1 da ri 1, pa da indica tor penjela san subjek P2 menda patkan skor 1 da ri 2 seda ngkan subjek L2 menda pa tka n skor2 da ri 2 da n pa da indica tor regula si diri subjek P2 menda pa tka n skor 1 da ri 3 seda ngka n subjek L2 menda patkan skor 2 da ri 3. Pa da subjek denga n ka tegori renda h, subjek P3 da n L3 pa da indica tor interperta si menda patkan skor 1 da ri 4, indica tor a na lisis subjek P2 menda patkan skor 5 da ri 16 seda ngka n L3 menda patkan sk o r 0 da ri 16, indica tor eva lua si subjek P3 da n L3 menda pa tka n skor 0 da ri 5, pa da indica tor inferensi subjek P3 da n L3 menda pa tka n skor 0 da ri 1, pa da indica tor penjela sa n subjek P3 m enda pa tka n skor 1 da ri 2 seda ngka n subjek L3 menda patkan skor 0 da ri 2 da n pa da indica tor regula si diri subjek P3 da n L3 menda pa tkan skor 0 da ri 3.

Berda sa rka n ha l tersebut ba hwa tena ga pendidik (guru) perlu mengemba ngka n model pembela ja ra n untuk meningka tka n kema mpua n berpikir kritis siswa , serta guru perlu sela lu memberika n soa l-soa l ya ng mengga mba rka n kema mpua n berpikir kritis ya ng denga n ha l tersebut da pa t membia sa ka n siswa untuk meningka tka n k ema mpua n berpikir kritis. Disa mping tersebut, ba gi peneliti sela njutnya a ga r meneliti fa ktor-fa ktor ya ng memenga ruhi renda hnya kema mpua n berpikir kritis siswa . Denga n tida k ditemuka n seca ra siginifika n ba hwa gender da pa t mempenga ruhi kema mpua n berpikir kritis siswa , teta p da ri tena ga pendidik sela lu memperha tika n p otensi ma sing-ma sing siswa sehingga bisa dikemba ngkan da n kemampuan berpikir kritis tida k ha nya diliha t da ri sebera pa besa r keberha sila n da la m pembela ja ran matematika oleh seba b itu sa nga t penting untuk memperha tikan kemampuan siswa da la m sega la a spek.

DAFTAR PUSTAKA

Ennis, R. H. (1996). Critical Thingking. New Jersey: Printice-Ha ll Inc.

Ennis, R. H. (2011), The Na ture of ritica l Thinking Curiculum: An Outlineof Critica l Think ing Dispositions a nd Abilities.UniversityofIllinois.Onlinea t

http://fa culty.educa tion.illinois.edu/rhennis/document/TheNa tureofritica lThinking_51711_000.pdf [dia kses ta ngga l 20 mei 2022]

Fa cione, A. P. 2015. Holistic Critical Thingking Scoring Rubric. Ca lifornia Aca demia Press, Sa n Fra ncisco.

Fibria nto, Ala m Sigit. 2016. Kesetaraan Gender dalam Lingkup Organisasi Mahasiswa Univesitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2016. Jurna l Ana lisis Sosiologi. Vol. 5.

Juma isya roh, T. E., Na pitupulu, E. E., & Tenenba um, G. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal AdMathEdu 5(1), 8 7 - 106.

Kowiya h. 2012. Kemampuan Berpikir Kritis. Vol 3. No 5., Ha l 175-179.

Lilia sa ri. 2000. Model Pembela ja ra n untuk Meningka tka n Ketera mpila n Berpikir Konseptua l Tingka t Tinggi Ca lon Guru Ipa . Da la m Proceeding Nasional Science Education Seminar, The Problem of Mathematics andScien c e Education and Alternative to Solve the Problems. Ma la ng: JICAIMSTEP FPMIPA UM

(11)

Ma rdiya na . 2014.Profil Proses Berpikir Kritis Siswa Kelas Viii SMP Negeri 3 Surakarta dalam Memecahkan Ma sa l a h Pokok Bahasan Sistem Peramaan Linear Dua Variabel (spldv) Ditinjau dari Kecerdasan Majemuk dan Gender. Jurna l Elektronik Pembela ja ra n Ma tematika. Vol. 2, No. 9.

Ma sykur, M, M. A. H. F. 2008. Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar. Ar-Ruzz Media . Pa ra mita , Ma hditia . 2014. Kota Layak Anak Indonesia. Yogya ka rta : Hunian Ra kyat Ca ritra Yogya .

Pebia nto, A., Suha rtina , R., Yoha na , R., Musta qima h, I. A., & Hida ya t, W. Matematis Siswa SMA Ditinjau dari Gender. JPMI. Vol 1. No 4. Ha l 631-636.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Ba ndung: Alfa beta . Wa hyu, S.P., Suha rno & Sa rwa nto. 2018. Inculcate Critical Thinking Skills In Primary Schools. Semina r Na siona l

Universita s Sebela s Ma ret. Vol. 2, No. 9, ha l 899-910.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa AQ tinggi (Climbers)dapat memberikan argumen pada setiap pernyataan pada soal dengan tepat, siswa juga mampu

Siswa DLN dalam menyelesaikan soal nomor 1, mampu memenuhi 7 tahap kemampuan berpikir kritis, yaitu: (a) mampu menganalisis soal (b) mampu memfokuskan pertanyaan (c)

Dari pembahasan di atas, terlihat bahwa siswa sudah mampu menyelesaikan soal dengan nilai tuntas 71% dan mencapai indikator kemampuan berpikir kritis yaitu : kemampuan

Sebagian siswa kurang mampu menginterpretasi soal seperti tidak menggambarkan sketsa permasalahan atau tidak menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan pada

Berdasarkan Gambar 2, R1 pada tahap memahami masalah tidak mampu menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal balok, pada tahap merencanakan

853 tentang kemampuan berpikir kritis ditinjau dari aspek self-efficacy matematika siswa dan gender dalam menyelesaikan soal framework PISA didapat kesimpulan: 1 ada perbedaan kemampuan

KESIMPULAN Disimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui profil kemampuan berpikir kritis siswa pada materi asam basa kelas XI MIPA SMAN Durenan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Perempuan Tahap Interpretasi Pada tahap interpretasi dari hasil pekerjaan GR bahwa GR mampu memahami permasalahan yang ada dalam soal, dimana GR