ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA DITINJAU DARI
MOTIVASI BELAJAR
SKRIPSI
OLEH
EVITA PUTRI EL YASA NPM 21701072094
UNIVERITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JULI 2021
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA DITINJAU DARI
MOTIVASI BELAJAR
SKRIPSI Diajukan kepada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang
untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika
OLEH
EVITA PUTRI EL YASA NPM 21701072094
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JULI 2021
ABSTRAK
El Yasa, Evita Putri. 2021. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau dari Motivasi Belajar. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang. Pembimbing I: Alifiani, S. Pd., M.
Pd; Pembimbing II: Sikky El Walida, S. Si., M. Pd.
Kata-kata kunci: kemampuan berpikir kritis, soal cerita matematika, motivasi belajar, Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu kemampuan dasar yang esensial yang perlu dimiliki oleh peserta didik yang belajar matematika. Dengan memiliki kemampuan berpikir kritis, peserta didik mampu menyimpulkan apa yang diketahui, mampu mencari sumber-sumber informasi untuk memecahkan permasalahan dan mengetahui cara menggunakan informasi untuk memecahkan permasalahan. Selain itu salah satu hal yang penting dalam pembelajaran
matematika adalah motivasi belajar. Motivasi belajar juga berkaitan erat dengan kemampuan berpikir kritis.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita matematika ditinjau dari motivasi belajar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di SMP Zainul Hasan 1 Genggong Probolinggo. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, tes, dan wawancara. Subjek penelitian terdiri dari tiga peserta didik dengan kategori satu orang dengan
motivasi belajar tinggi, satu orang dengan motivasi belajar sedang, dan satu orang dengan motivasi belajar rendah, yang terpilih berdasarkan tingkat motivasi
belajar. Keabsahan data dilakukan dengan cara triangulasi teknik, yaitu dengan membandingkan hasil tes dan wawancara pada sumber yang sama.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1) Subjek dengan kategori motivasi belajar tinggi mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis. Dengan kata lain, subjek dengan kategori motivasi belajar tinggi, memiliki kemampuan berpikir kritis yang tinggi juga. 2) Subjek dengan kategori motivasi belajar sedang, juga memiliki kemampuan berpikir kritis yang sedang. Dari enam indikator kemampuan berpikir kritis, subjek hanya memenuhi empat indikator, yaitu: fokus (focus), alasan (reason), situasi (situation) dan tinjau ulang (overview). 3) Subjek dengan kategori motivasi belajar rendah, juga memiliki kemampuan berpikir kritis yang rendah. Dari enam indikator kemampuan berpikir kritis, subjek hanya mampu memenuhi tiga indikator, yaitu: fokus (focus), situasi (situation), dan tinjau ulang (overview).
ABSTRACT
El Yasa, Evita Putri. 2021. An analysis of the students' critical thinking skills in solving math story problems in terms from learning motivation. Skripsi, Mathematic Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, University of Islam Malang. Advisor I: Alifiani, S. Pd., M. Pd;
Advisor II: Sikky El Walida, S. Si., M. Pd.
Key word: critical thinking skill, math story questions, learning motivation, SPLDV
Critical thinking ability is an essential basic ability that needs to be
possessed by students who study mathematics. By having critical thinking skills, students are able to conclude what is known, able to find sources of information to solve problems and know how to use information to solve problems. In addition, one of the important things in learning mathematics is learning motivation.
Learning motivation is also closely related to critical thinking skills.
This study aims to describe students' critical thinking skills in solving math story problems in terms of learning motivation. The approach used in this study is a qualitative approach with a descriptive type of research. This research was conducted at SMP Zainul Hasan 1 Genggong Probolinggo. Data collection techniques used in this study were questionnaires, tests, and interviews. The research subjects consisted of three students with categories of one person with high learning motivation, one person with moderate learning motivation, and one person with low learning motivation, who were selected based on the level of learning motivation. The validity of the data is done by means of triangulation techniques, namely by comparing the results of tests and interviews on the same source.
Based on the results of data analysis obtained the following conclusions. 1) Subjects with high learning motivation category are able to fulfill all indicators of critical thinking ability. In other words, subjects with high learning motivation category have high critical thinking skills as well. 2) Subjects with moderate learning motivation category also have moderate critical thinking skills. Of the six indicators of critical thinking ability, subject only meet four indicators, namely:
focus, reason, situation and overview.3) Subjects with low learning motivation category also have low critical thinking skills. Of the six indicators of critical thinking skills, the subject is only able to meet three indicators, namely: focus, situation,and overview.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Konteks Penelitian
Matematika biasa dikenal dengan sebutan The Queen of Science atau ratunya ilmu pengetahuan yang menjadi dasar dari ilmu-ilmu lainnya (Riawan, 2019:1). Matematika banyak digunakan di masyarakat luas dan juga dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga dikuatkan oleh pendapat Siagian (2017:61) yang menjelaskan bahwa setiap permasalahan dalam kehidupan tentunya tidak pernah lepas dari ilmu matematika. Matematika digunakan dalam segala aspek kehidupan, seperti transaksi perdagangan, pertukangan, dan lain-lain karena matematika merupakan dasar dari aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan induk dari semua jenis ilmu. Selain sifatnya yang fleksibel dan dinamis, matematika juga selalu dapat mengimbangi perkembangan zaman.
Azizah, dkk. (2018:61) berpendapat bahwa matematika perlu diberikan kepada peserta didik sejak sekolah dasar sebagai prasyarat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan bahwa pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan pada setiap jenjang pendidikan sebagaimana yang dinyatakan dalam UU No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa
“kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan matematika” (Lembaga Negara Republik Indonesia, 2003:17). Berdasarkan pernyataan tersebut diharapkan peserta didik mampu menguasai matematika
secara bertahap sesuai dengan jenjang pendidikannya. Semakin tinggi tingkat satuan pendidikan yang dijalani, maka tingkat kesukaran materi yang diajarkan akan semakin tinggi pula. Sedangkan dalam penerapannya, matematika
mengajarkan peserta didik untuk berpikir secara sistematis sesuai dengan tingkatan pendidikan yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah sehari-hari (Riawan, 2019:1). Dengan demikian, pembelajaran matematika tidak hanya sebatas pemahaman konsep, tetapi juga harus dibekali dengan kemampuan pemecahan masalah. Dalam proses pemecahan masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis yang baik.
Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu kemampuan dasar yang esensial dan perlu dimiliki oleh peserta didik yang belajar matematika.
Selanjutnya, Azizah, dkk. (2018:62) menjelaskan bahwa orang yang mampu berpikir kritis adalah orang yang mampu menyimpulkan apa yang diketahuinya, mengetahui cara menggunakan informasi untuk memecahkan permasalahan, mampu mencari sumber-sumber informasi untuk memecahkan permasalahan, dan mampu mencari sumber-sumber informasi yang relevan sebagai pendukung pemecahan masalah. Dengan demikian, siswa yang mampu berpikir kritis akan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tepat, menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan tepat dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan secara efisien dan kreatif.
Firdaus, dkk. (2015:227) memaparkan bahwa kemampuan berpikir kritis diperlukan agar siswa dapat berhasil di masa depan. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis harus diterapkan dan dikembangkan dalam kurikulum inti dan
proses belajar mengajar untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas.
Dengan demikian, sangat penting untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika tidak hanya mengajarkan konten matematika tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diperlukan untuk menyelesaikan berbagai masalah di sekolah atau dalam kehidupan sosial.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran matematika adalah motivasi belajar peserta didik. Mulyasa (dalam Riawan, 2019:4) mengatakan bahwa peserta didik mampu belajar dengan baik jika faktor-faktor yang memengaruhi kegiatan belajar terpenuhi. Faktor tersebut diantaranya, yaitu:
motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan pendidik, kemampuan verbal, rasa aman, tingkat kebebasan, dan keterampilan pendidik dalam
berkomunikasi. Motivasi mempengaruhi peserta didik untuk melakukan kegiatan tanpa ada paksaan dari siapapun, termasuk dalam mengikuti pembelajaran matematika sehingga membuatnya menjadi lebih bersemangat.
Motivasi merupakan sesuatu yang sangat penting dan kompleks. Nashar (dalam Riawan, 2019:5) juga menegaskan bahwa motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu, peserta didik akan memahami apa yang dipelajari dan dikuasai serta tersimpan dalam waktu yang lama. Motivasi belajar diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sifat dan kepercayaan kepada peserta didik. Dengan kata lain,
motivasi belajar adalah proses untuk mendorong peserta didik agar dapat belajar untuk meraih prestasi yang lebih baik.
Menurut Kholifah (2018: 8) terdapat keterkaitan yang positif antara
motivasi belajar peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis. Sehingga dalam hal ini sangat penting bagi pendidik untuk menganalisis motivasi belajar peserta didik sehingga diperoleh informasi-informasi yang dapat membantu pendidik dalam melaksanakan pembelajaran yang bermakna serta membantu peserta didik agar mampu menggunakan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah matematika. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
bertujuan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang kemampuan berpikir kritis peserta didik ditinjau dari motivasi belajar.
Kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat diketahui dengan cara mengerjakan soal cerita matematika. Rahardjo (2011: 8) menjelaskan bahwa soal cerita adalah soal terapan dari pokok bahasan matematika yang dihubungkan dengan masalah sehari-hari. Menurut Sumarwati (2013:16), soal cerita adalah soal matematika yang disajikan dengan media bahasa dengan banyak simbol dan notasi untuk menyampaikan masalah dan pemecahannya menggunakan pola pikir atau konsep matematika. Jadi dapat disimpulkan bahwa soal cerita matematika adalah soal terapan matematika yang disajikan dalam bentuk cerita dan berkaitan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu materi yang cocok digunakan dalam mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik adalah materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) pada kelas VIII semeter Genap. Peserta didik menganggap bahwa
materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) sulit untuk dimengerti, karena dalam Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) tidak hanya mempelajari penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, melainkan juga harus menguasai konsep subsitusi dan eliminasi. Tidak sedikit peserta didik yang kesulitan mengerjakan soal materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Soal tersebut menuntut peserta didik bukan hanya mengerjakan, namun juga menganalisis secara kritis. Saat mengerjakan soal tersebut dapat dilihat seberapa besar kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV).
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu pendidik
matematika di SMP Zainul Hasan 1 Genggong diperoleh informasi bahwa peserta didik masih kurang mampu mengaitkan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam memahami dan menyelesaikan soal cerita matematika juga masih kurang, meskipun ketika dalam pembelajaran sehari-hari pendidik berusaha memberikan beberapa soal cerita dalam latihan soal.
Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai ulangan harian yang diperoleh peserta didik yaitu 65, sedangkan KKM yang ditentukan oleh sekolah pada mata pelajaran matematika adalah 75. Dengan demikan, nilai yang diperoleh peserta didik masih berada di bawah KKM sekolah. Selain itu terdapat beragam motivasi belajar peserta didik khususnya kelas VIII-E, ada yang motivasi belajarnya tinggi, sedang, dan ada pula yang rendah. Hal ini diduga berpengaruh pada kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
Berdasarkan konteks penelitian yang sudah dipaparkan, maka diperlukan kajian lebih mendalam tentang analisis berpikir kritis dalam menyelesaikan soal cerita matematika ditinjau dari motivasi belajar peserta didik. Adapun penelitian yang akan dilakukan berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar”.
1.2. Fokus Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, secara umum penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita matematika ditinjau dari motivasi belajar. Sedangkan secara khusus fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
b. Bagaimana kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memiliki motivasi belajar sedang dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
c. Bagaimana kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
b. Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memiliki motivasi belajar sedang dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
c. Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan secara langsung maupun tidak langsung dapat berguna ataupun bermanfaat dalam dunia pendidikan. Beberapa diantaranya sebagai berikut.
a. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan dampak positif mengenai keterampilan guru dalam membuat soal dan mengaplikasikan soal, serta dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa dalam memecahkan soal cerita matematika.
b. Manfaat Praktis 1) Bagi peserta didik
Untuk membantu peserta didik dalam memperoleh tambahan wawasan mengenai kemampuan berpikir kritis serta dapat
diimplementasikan dalam kegiatan belajar, serta dapat memotivasi peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
2) Bagi pendidik
Untuk memperbaiki proses kegiatan pembelajaran sehingga pendidik dapat mengetahui kemampuan berpikir kritis yang dimiliki peserta didik dalam memecahkan soal cerita matematika.
3) Bagi sekolah
Untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang baik di dalam kelas ataupun di luar kelas serta berguna di lingkungan sekolah.
1.5. Penegasan Istilah
Pada bagian ini perlu ditegaskan beberapa istilah yang digunakan. Berikut istilah-istilah yang perlu ditegaskan.
1. Analisis
Analisis adalah proses telaah secara mendalam untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita matematika ditinjau dari motivasi belajar pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) kelas VIII SMP Zainul Hasan 1 Genggong.
2. Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang masuk akal, logis dan dipikirkan secara matang yang bertujuan atau berfokus pada keputusan yang dapat dipercayai dengan sistematis, analitis, dan evaluatif.
3. Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir peserta didik dalam memecahkan suatu persoalan dengan proses pemikiran sistematis dengan munguji, mempertanyakan, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek yang ada sehingga dapat mengemukakan dan menyimpulkan pendapat/penyelesaian suatu permasalahan matematika.
Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Fokus (Focus), mengidentifikasi masalah.
b. Alasan (Reason), memilih strategi dan taktik sebagai langkah pemecahan masalah.
c. Simpulan (Inference), memberikan kesimpulan dari hasil permasalahan.
d. Situasi (Situation), menggunakan semua informasi yang terdapat pada soal.
e. Kejelasan (Clarity), memberikan alasan tentang apa yang diperoleh dari kesimpulan dan dapat memberikan contoh lain yang mirip dengan permasalahan tersebut.
f. Tinjau ulang (Overview), meneliti dan memeriksa kembali keseluruhan dari awal sampai akhir pengerjaan.
4. Soal Cerita Matematika
Soal cerita matematika adalah soal terapan matematika yang disajikan kepada peserta didik dalam bentuk cerita dan berkaitan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
5. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah usaha siswa untuk merubah tingkah laku dan memberikan perubahan dalam kegiatan pembelajaran yang menyenangkan sehingga membuat siswa dapat mencapai tujuan pendidikan.
Indikator motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Menunjukkan minat belajar disebabkan adanya dorongan.
b. Menunjukkan perhatian dan minat terhadap tugas-tugas yang diberikan.
c. Tekun menghadapi tugas.
d. Ulet menghadapi kesulitan.
e. Menunjukkan semangat dalam belajar.
6. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)
Persamaan linier dua variabel adalah suatu persamaan yang memuat dua buah variabel dengan pangkat tertinggi dari masing-masing variabel adalah 1 (satu). Sistem persamaan linier dua variabel adalah persamaan-persamaan yang memuat dua buah variabel yang mempunyai hubungan diantara
keduanya dan pangkat tertinggi dari masing-masing variabel adalah 1 (satu).
Penyelesaian dari sistem persamaan linier dua variabel adalah pasangan bilangan 𝑥 dan 𝑦, biasanya ditulis (𝑥, 𝑦), yang memenuhi persamaan- persamaan tersebut.
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan masalah, tujuan penelitian yang dirumuskan, hasil paparan data, validasi data, dan analisis data tentang kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita matematika ditinjau dari motivasi belajar pada peserta didik kelas VIII, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1) Subjek S-1 dengan kategori motivasi belajar tinggi memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis. Subjek S-1 mampu menyebutkan dan menuliskan hal yang diketahui dan ditanya dalam soal, serta mampu menggunakan semua
informasi yang terdapat pada soal. Selanjutnya, subjek S-1 mampu menentukan strategi dan langkah-langkah dalam menyelesaikan soal dengan baik. Setelah itu, subjek S-1 mampu memberikan kesimpulan dari permasalahan yang ada pada soal. Subjek S-1 juga mampu memberikan contoh soal yang mirip dengan soal yang diberikan peneliti dan mampu meneliti serta memeriksa kembali
keseluruhan dari awal sampai akhir pengerjaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek S-1 dengan kategori motivasi belajar tinggi memiliki kemampuan berpikir kritis yang tinggi juga.
2) Subjek S-2 dengan kategori motivasi belajar sedang tidak mampu memenuhi dua indikator kemampuan berpikir kritis. Indikator pertama yang tidak dapat dipenuhi subjek S-2 adalah indikator simpulan pada soal nomor 1, dimana subjek S-2 tidak
mampu memberikan kesimpulan dengan benar dari hasil permasalahan tersebut.
Selanjutnya, indikator kedua yang tidak dapat dipenuhi subjek S-2 adalah indikator kejelasan pada soal nomor 2, dimana subjek S-2 tidak mampu memberikan contoh soal lain yang mirip dengan soal nomor 2. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek S-2 dengan kategori motivasi belajar sedang memiliki kemampuan berpikir kritis yang sedang juga.
3) Subjek S-3 dengan kategori motivasi belajar rendah tidak mampu memenuhi empat indikator kemampuan berpikir kritis. Indikator pertama yang tidak dapat dipenuhi subjek S-3 adalah indikator kejelasan pada soal nomor 1, dimana subjek S-3 tidak mampu memberikan contoh soal lain yang mirip dengan soal nomor 1.
Sedangkan indikator kedua yang tidak mampu dipenuhi subjek S-3 adalah
indikator alasan pada soal nomor 2, dimana subjek S-3 tidak mampu menjelaskan dalam memilih strategi dan taktik sebagai langkah pemecahan masalah untuk memperoleh hasil dari permasalahan tersebut. Selanjutnya, indikator ketiga yang tidak mampu dipenuhi subjek S-3 adalah indikator simpulan pada soal nomor 2, dimana subjek S-3 tidak mampu memberikan kesimpulan dengan tepat dari hasil permasalahan tersebut. Indikator terakhir yang tidak mampu dipenuhi subjek S-3 adalah indikator kejelasan dari soal nomor 2, dimana subjek S-3 tidak mampu memberikan contoh soal lain yang mirip dengan soal nomor 2. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek S-3 dengan kategori motivasi belajar rendah memiliki kemampuan berpikir kritis yang rendah juga.
5.2. Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan yang telah diuraikan, maka peneliti menyarankan beberapa hal berikut.
1) Bagi Pendidik
Dalam pembelajaran, terutama pada mata pelajaran matematika, pendidik perlu memperhatikan motivasi belajar dalam diri peserta didik. Hal tersebut perlu menjadi perhatian dikarenakan motivasi belajar mempengaruhi kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
2) Bagi Peserta Didik
Sebaiknya peserta didik lebih meningkatkan motivasi belajar dalam dirinya.
Peserta didik lebih sering berlatih untuk berani mengungkapkan pendapatnya atau berbicara di depan banyak orang agar pendidik lebih memahami sejauh mana kemampuan yang dimiliki.
3) Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lanjut tentang kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita matematika ditinjau dari motivasi belajar pada materi yang berbeda dan pada jenjang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Afnia & Setyawan. 2021. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa. Jurnal Riset
Pendidikan dan Inovasi Pembelajaran Matematika (JRPIPM). Vol. 4 (2021, no. 2 103-116). ISSN: 2581-0480 (electronic). URL:
journal.unesa.ac.id/index.php/jrpipm
Agsya, F.M., Maimunah, dan Roza, Y. 2019. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa MTs. Vol 4(2): 31-44 Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Ashlock. 2003. Guiding Each Child’s Learning of Mathematics. Colombus: Bell Company.
Azizah M, dkk. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Pada Pembelajaran Matematika Kurikulum 2013. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol.
35 Nomor 1 Tahun 2018.
Firdaus, dkk. 2015. Developing Critical Thinking Skills Of Students In Mathematics Learning. Journal Of Education And Learning. 9(3)
Fridaniati. 2018. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Menyelesaikan Soal Aljabar Kelas VII SMP Negeri 2 Pangkah Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif Dan Kognitif Implusif. Aksioma. 9(1).
Glazer, Evan. 2001. Using Internet Primary Sources to Teach Critical Thingking Skills in Mathematics. London: Greenwood Press.
Hendriana H, dkk. 2018. Hard Skills dan Soft Skills Matematik Siswa. Bandung: PT Refika Aditama.
Kholifah, Ummi Hanna. 2018. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas VII Pada Model Pembelajaran Problem Posing Berbantuan Scaffolding. Skripsi: Tidak Diterbitkan.
Komaruddin, 2001. Ensklopedia Manajemen. Edisi XI. Jakarta: Bumi Aksara Kompri. 2019. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Lestari dan Yudhanegara. 2018. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: PT Afika Aditama.
Maleong, Lexy.J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mason, Mark. 2008. Critical Thinking And Learning. Australia: Blackwell Publishing.
Moon, Jenifer. 2008. Critical Thinking An Exploration of Theory And Practive. New York: Routledge.
Mudhakir, Slamet. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran Guided Discovery Siswa Kelas VII E SMP N 1 Cilongok Banyumas. Skripsi: Tidak Diterbitkan.
Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Refrensi.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penelitian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Rahardjo, Marsudi dan Astuti Waluyati. 2011. Pembelajaran Soal Cerita Operasi Hitung Campuran Di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Matematika.
Riawan, Nova. 2019. Analisis Kemamuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dalam Memecahkan Soal cerita Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar: Skripsi.
Tidak diterbitkan
Satori, Djam’an dan Komariah Aan. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Siagian, D, M.2017. Pembelajaran Matematika dalam Perspektif Konstruktivisme.
Jurnal pendidikan Islam dan Teknologi Pendidikan. 7 (2).
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: PT Alfabeta Bandung.
Sumarwati. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D). Bandung: Alfabeta.
Sumarwati. 2011. Wacana Soal Cerita Matematika Untuk Sekolah Dasar: Analisis dan Pengembangan Model. Artikel Penelitian Tidak Di Terbitkan. Surakarta:
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Uno, H.B. 2012. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wulandari, A.E., Azhar, E., dan Jursa, H. 2018. Hubungan Antara Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Kelas VII. Vol 1:397-405.
Zetriuslita, dll. 2016. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Soal Uraian Kalkulus Integral Berdasarkan Level Kemampuan Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Vol 5, No. 1.