PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah: 'Bagaimana kinerja keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Indonesia cabang Makassar periode tahun 2015 hingga 2017. Contoh BUMN infrastruktur bidang transportasi di bidang infrastruktur transportasi adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Indonesia. Sesuai salinan keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002, Tingkat Kesehatan BUMN.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS) merupakan badan hukum publik yang bertugas melindungi seluruh kesempatan kerja melalui 4 program jaminan sosial ketenagakerjaan. Sistem Jaminan Sosial Nasional (NSS) adalah tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh berbagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (SSA). Aset Dana Jaminan Sosial Ketenagakerjaan yang berasal dari hasil pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, berasal dari.
Total aset program jaminan sosial ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sekurang-kurangnya sebesar kewajiban kepada peserta pada saat pengalihan aset PT Jamsostek (Persero) ke aset dana jaminan sosial ketenagakerjaan. Dana Dana Jaminan Sosial Ketenagakerjaan yang diperoleh dari hibah dan/atau bantuan lain yang sah dan tidak mengikat sebagaimana dimaksud pada huruf (d) ayat (6), dapat berupa uang, barang, dan/atau jasa. Sebagai lembaga negara yang bergerak di bidang jaminan sosial, BPJS Ketenagakerjaan yang dulu bernama PT Jamsostek (Persero) merupakan pelaksana Undang-Undang Jaminan Sosial di Tempat Kerja.
Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban negara – untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi bagi masyarakat. Laporan keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan disusun dalam bentuk neraca dan laporan laba bersih setiap periode/akhir tahun. Dalam penilaian aspek keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS) berdasarkan perbandingan neraca dan perbandingan untung rugi, disajikan analisis laporan berikut berdasarkan Keputusan Kementerian BUMN No. KEP-100/MBU/2002.
Dari hasil penelitian dapat dilihat dari sisi hubungan bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 dilihat dari keputusan menteri BUMN nomor: Kep-100/MBU/2002 mempunyai tingkat kesehatan yang sehat. kesehatan karena mampu memenuhi kewajibannya. Dari hasil penelitian, melihat hubungan pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan selama tiga tahun terakhir, dapat diambil kesimpulan dari keputusan menteri BUMN nomor: Kep-100/MBU/2002 yang dihitung dengan Current Ratio. Periode pengumpulan (CP) dan Total Pendapatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Teori
- Pengertian Manajemen Keuangan
- Tujuan Manajemen Keuangan
- Fungsi Manajemen Keuangan
- Pengertian Kinerja Keuangan
- Tujuan Kinerja Keuangan
- BUMN Infrastruktur
- Tingkat Kesehatan BUMN Infrastruktur
- Aspek Keuangan dan Kinerja Keuangan
- Pengertian BPJS Ketenagakerjaan
- Prinsip BPJS Ketenagakerjaan
- Jenis-jenis BPJS Ketenagakerjaan
Kerangka Pikir
Hipotesis
Laporan keuangan merupakan data keuangan koperasi yang meliputi neraca dan laporan sisa kinerja usaha yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja BPJS Ketenagakerjaan Indonesia. Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan keuangan yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan Indonesia yang dapat memberikan seluruh komponen perusahaan tercapainya tujuan perusahaan secara keseluruhan dalam jangka waktu tertentu. Return on Equity (ROE) merupakan indikator yang digunakan BPJS Ketenagakerjaan Indonesia untuk mengetahui kemampuan suatu perusahaan dalam mengelola modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan dalam satu periode.
Return on investment merupakan indikator/alat ukur yang digunakan BPJS Ketenagakerjaan Indonesia untuk mengukur kemampuan modal yang ditanamkan pada total aset dalam menghasilkan laba bersih. Rasio kas merupakan indikator yang digunakan BPJS Ketenagakerjaan Indonesia untuk mengukur kemampuan penggunaan suatu perusahaan. Rasio lancar merupakan indikator pemeringkatan yang digunakan BPJS Ketenagakerjaan Indonesia untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka pendek dan dianggap menunjukkan adanya masalah pada likuiditas perusahaan.
Collection Periods merupakan indikator penilaian kinerja keuangan perusahaan yang digunakan oleh BPJS Ketenagakerjaan Indonesia untuk mengukur rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menagih invoice setelah melakukan penjualan. Total Asset Turnover merupakan indikator yang digunakan oleh BPJS Ketenagakerjaan Indonesia sebagai ukuran total pendapatan perusahaan yang tertanam pada seluruh aset untuk menghasilkan penjualan dan menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk aset perusahaan. Rasio total ekuitas terhadap total aset merupakan indikator penilaian kinerja keuangan BPJS Ketenagakerjaan Indonesia.
BPJS Ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan) merupakan program publik yang menjamin perlindungan pekerja dalam mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme asuransi sosial. BPJS Ketenagakerjaan terus meningkatkan kompetensi di seluruh bidang pelayanan, sekaligus mengembangkan berbagai program dan manfaat yang dapat langsung dinikmati oleh pekerja dan keluarganya. Menjadi lembaga penyelenggara jaminan sosial kebanggaan bangsa, amanah, terkelola dengan baik, dan unggul dalam operasional dan pelayanan.
METODE PENELITIAN
Daerah dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
- Jenis Data
- Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumentasi dan laporan tertulis yang meliputi data neraca dan perkembangan laba rugi.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian lapangan yaitu pengumpulan data dengan cara observasi langsung terhadap objek yang akan diteliti, dengan menggunakan dokumentasi yaitu pengumpulan data berupa dokumen atau informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan seperti dokumen profil BPJS.
Metode Analisis
Definisi Operasional
Indonesia, seperti negara berkembang lainnya, sedang mengembangkan program jaminan sosial berbasis funded social security, yaitu jaminan sosial yang dibiayai oleh peserta dan masih terbatas pada pekerja di sektor formal. Sejarah berdirinya PT Jamsostek (Persero) melalui proses yang panjang, dimulai dari Undang-undang No.33/1947 juncto Undang-undang No.2/1951 tentang kecelakaan kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja (PMP) No.48 Tahun 1952 juncto PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan usaha kesehatan pekerja, PMP No.15/1957 tentang pendirian Yayasan Sosial Ketenagakerjaan, PMP No. . .5 Tahun 1964 tentang Pendirian Yayasan Jaminan Sosial (YDJS), berlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Pokok-Pokok Ketenagakerjaan.
Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik dari segi landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara pelaksanaannya, pada tahun 1977 tercapai momen bersejarah yang penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 33 Tahun 1977 tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja. program (ASTEK) yang mewajibkan setiap pengusaha/pengusaha swasta dan perusahaan negara untuk mengikuti program ASTEK. Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 2, yang kini menyatakan: “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.”
Kiprah Perusahaan PT Jamsostek (Persero) yang mengedepankan kepentingan dan hak normatif pekerja di Indonesia dengan memberikan perlindungan terhadap 4 (empat) program yang meliputi Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Hari Tua. Jaminan Pelayanan Kesehatan (JHT) dan Jaminan Pelayanan Kesehatan (JPK) bagi seluruh pekerja dan keluarganya terus berlanjut hingga berlakunya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011. PT Jamsostek (Persero) yang berubah menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan tetap dipercaya menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan tambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015. Hasil penagihan piutang usaha tahun 2016 adalah 0,02 atau 8,21 hari (berarti skor 1,2) jika dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga terjadi peningkatan CP sebesar 0,95 atau 347 hari (berarti mendapatkan skor 0), berarti skor yang dipilih adalah skor 1,2 yang merupakan skor tertinggi.
Hasil penagihan piutang pelanggan pada tahun 2017 adalah 0,01 atau 6,28 hari (berarti memperoleh skor 1,2), dan dibandingkan tahun sebelumnya terjadi peningkatan CP sebesar 0,01 atau 1,93 hari (berarti memperoleh nilai 1,93 hari). 1, 6). Dari hasil penelitian dapat dilihat dari sisi rasio Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) terhadap ketenagakerjaan periode 2015-2017 ditinjau dari Keputusan Menteri BUMN nomor: Kep-100/MBU/2002 , dihitung dengan return on equity (ROE) dan return on investment ( ROI) mempunyai tingkat kesehatan yang sehat, maka dapat dikatakan bahwa cash ratio tersebut baik bagi perusahaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum BPJS Ketenagakerjaan
- Sejarah Singkat BPJS Ketenagakerjaan
- Visi dan Misi
- Fungsi BPJS Ketenagakerjaan
- Arti Logo BPJS Ketenagakerjaan
- Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan
- Uraian Tugas BPJS Ketenagakerjaan
Deskripsi Data
Neraca menunjukkan atau menggambarkan posisi keuangan BPJS yang meliputi aset, kewajiban, dan modal pada setiap akhir periode. Sedangkan laba bersih merupakan laporan yang menunjukkan pendapatan yang dihasilkan BPJS serta biaya-biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Laporan akuntansi disusun secara lengkap dan dilengkapi penjelasan, sehingga para pemakai laporan akuntansi memahami laporan keuangan yang disusun oleh bagian akuntansi.
Oleh karena itu, laporan keuangan yang baik adalah laporan keuangan yang informatif atau dapat dipahami oleh setiap pengguna laporan keuangan.
Analisis Data
Artinya setiap modal sendiri menghasilkan laba setelah pajak sebagai potensi dividen sebesar 0,07 atau 7% (yang berarti mendapat skor 7,5) pada tahun 2015, dan meningkat pada tahun 2016 sebesar 0,10 atau 10% (skor 10,5) pada tahun 2017 tidak. meningkatkan. , masing-masing sebesar 0,10 atau 10% (poin 10.5), namun meskipun tidak terjadi kenaikan pada tahun 2016 atau 2017, namun laba setelah pajak dan ekuitas setiap tahunnya mengalami peningkatan, sama seperti tahun 2015. Artinya untuk setiap total aset maka ada laba. Setelah pajak ditambah penyusutan sebesar 0,05 atau 5% (berarti mendapatkan hasil 3) pada tahun 2015, dan kenaikan pada tahun 2016 sebesar 0,08 atau 8% (poin 4) pada tahun 2017 tidak terjadi kenaikan masing-masing 0,08 atau 8% (poin 4) namun , meskipun pada tahun 2016 atau 2017 tidak terjadi peningkatan, namun laba setelah pajak dan total aset setiap tahunnya mengalami peningkatan, sama seperti tahun 2015. Artinya, setiap utang lancar dijamin dengan pembayaran kembali dalam bentuk tunai, bank, dan lotere. -Masa gelar pada tahun 2015 mencapai nilai 1,36 atau 136% (yang berarti mendapat nilai 3), pada tahun 2016 mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,75 atau 75% (poin 3). Hal ini terjadi karena kas, bank dan jangka pendek. sekuritas turun, masing-masing dari.
Artinya setiap utang lancar dijamin dengan pelunasan berupa seluruh aktiva lancar tahun 2015 sebesar 8,00 atau 800% (artinya mendapat nilai 3) pada tahun 2016 terjadi penurunan sebesar 5,20 atau 520%. Dibandingkan tahun sebelumnya, masing-masing 2,42 atau 884 hari, terjadi peningkatan CP sebesar -1,45 atau -528 hari (artinya skor 0). Berdasarkan hasil penelitian untuk penilaian kinerja keuangan menggunakan analisis laporan berdasarkan Keputusan Kementerian BUMN No.
Asset/Total Asset Turn Over (TATO), yaitu rasio total ekuitas terhadap total aset, memiliki tingkat laba bersih yang sehat, ekuitas dan aset yang terus meningkat. Secara umum, dari Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-100/MBU/2002, perusahaan dapat menjalankan tugasnya secara efektif dan efisien, hal ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja perusahaan dalam pengelolaan sumber dana yang dimilikinya. Husnan Suad dan Enny Pudjiastuti, 2004, Dasar-dasar Pengelolaan Keuangan, Edisi Pertama, Edisi Pertama, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit: UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Kementerian BUMN, 4 Juni 2002, Keputusan Menteri BUMN Republik Indonesia, Kepala Biro Hukum BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. badan Usaha Milik Negara .
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang diambil, penulis memberikan saran kepada perusahaan untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan dengan cara meningkatkan laba dengan lebih menekankan pada biaya perusahaan.