Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) pada Bank BTPN,Tbk Periode
2016-2020
Erniyati Caronge 1*
1 STIMI YAPMI MAKASSAR, Makassar, Indonesia
*email korespondensi: [email protected] Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan Bank BTPN,Tbk Di Bursa Efek Indonesia yang diteliti berdasarkan analisis Economic Value Added (EVA) untuk tahun 2016 sampai dengan tahun 2020. Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Populasi penelitian yang juga merupakan sampel penelitian yaitu laporan keuangan lima tahun terakhir (2016-2020). Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis EVA yang terdiri dari analisis NOPAT Invested Capital dan WACC. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data laporan keuangan berupa laporan posisi keuangan dari laba rugi Bank BTPN,Tbk Di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020 yang diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Cabang Makassar dan pada situs internet (www.idx.co.id). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa nilai Economic Value Added (EVA) pada Bank BTPN, Tbk di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 menunjukkan EVA > 0 artinya perusahaan dapat memberikan nilai tambah ekonomis.
Kata kunci: Economic Value Added (EVA), dan Kinerja Keuangan.
Abstract
This study aims to determine the financial performance of Bank BTPN, Tbk on the Indonesia Stock Exchange which was studied based on Economic Value Added (EVA) analysis for 2016 to 2020. The type used in this research is quantitative. The research population is also the research sample, namely the financial reports for the last five years (2016-2020). Data analysis was performed using EVA analysis which consisted of NOPAT Invested Capital and WACC analysis. The data used in this study is secondary data, namely financial report data in the form of a statement of financial position from the profit and loss of Bank BTPN, Tbk on the Indonesia Stock Exchange for the period 2016-2020 obtained from the Capital Market Information Center (PIPM) Makassar Branch and on the internet site (www. .idx.co.id). The results of this study indicate that the value of Economic Value Added (EVA) at Bank BTPN, Tbk on the Indonesia Stock Exchange. From 2016 to 2020, EVA > 0 means that the company can provide economic added value.
Keywords: Economic Value Added (EVA), and Financial Performance.
Article History:
Received 13-06-2023; Accepted 17-07-2023; Available Online 21-07-2023 DOI : https://doi.org/10.56858/jmpkn.v6i2.145
Diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IBK Nitro e-ISSN 2620-7524, -ISSN 2620-780X
1. Pendahuluan
Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan utama didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.
Namun berhasil tidaknya perusahaan dalam mencari keuntungan dan mempertahankanperusahaannya tergantung pada manajemen keuangan yang dimilikinya.
Perusahaan harus memiliki kinerja keuangan yang sehat dan efisien untuk mendapatkan keuntungan atau laba (Lihawa dkk, 2018)
.
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan adalah kunci keberhasilan perusahaan untuk dapat dikatakan mempunyai kinerja perusahaan yang baik, karena keuntungan merupakan komponen laporan keuangan yang digunakan sebagai alat untuk menilai baik tidaknya kinerja perusahaan. Hal ini akan mempengaruhi kelangsungan perusahaan untuk maju dan kerjasama antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Salah satu faktor yang dapat menunjukkan bagaimana kinerja perusahaan itu baik atau tidak yaitu dengan analisis laporan keuangan. Dengan begitu pada perusahaan itu sendiri pun diperlukan laporan keuangan yang sesuai dan tidak menyimpang yang dapat mengalami kerugian perusahaan tersebut. Sehingga kinerja suatu perusahaan haruslah sesuai dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan ataupun diterapkan oleh perusahaan tersebut. Dengan kinerja perusahaan yang baik dapat membantu manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan.
Pengukuran kinerja memerlukan informasi yang relevan dan penentuan alat ukur kinerja perusahaan yang tepat. Namun, untuk mendapatkan informasi yang relevan tentu saja diperlukan analisis yang lebih jauh terhadap laporan keuangan tersebut. Analisis yang paling umum digunakan saat ini adalah analisis rasio keuangan. (Ross et al, 2009) menyatakan penggunaan rasio akan menghilangkan masalah ukuran karena ukuran akan secara efektif terbagi sehingga pada akhirnya hasil yang didapat adalah persentase, kelipatan, atau periode waktu. Namun, menurut (Subramanyam & Wild, 2014), efektivitas rasio dipengaruhi oleh keterbatasan ukuran akuntansi. Sehingga diperlukan analisis akuntansi untuk meyakinkan apakah angka yang menjadi dasar perhitungan rasio sudah tepat karena kegunaan rasio bergantung pada keandalan angkanya
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dikembangkanlah metode pengukuran kinerja keuangan berbasis nilai, salah satunya ialah Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added atau MVA. MVA merupakan selisih nilai pasar perusahaan dengan modal yang diinvestasikan. Jika EVA difokuskan pada efektivitas manajerial selama satu tahun tertentu, maka MVA difokuskan pada pengaruh tindakan manajerial sejak pendirian perusahaan (Moeljadi, 2006). Jika pengukuran kinerja menggunakan EVA berfokus pada periode jangka pendek, maka pengukuran kinerja menggunakan MVA berfokus pada periode jangka panjang.
Bank BTPN adalah salah satu bank yang bergerak dalam bidang usaha jasa. Dalam hal ini, memiliki tugas dan tanggungjawab untuk memuaskan para pelanggan dam investasi/deposit. Untuk itulah perusahaan harus menunjukkan kinerja yang bagus, sehingga dapat menghasilkan laba yang terus meningkat. Hal yang cukup penting dalam menganalisis dan menilai perkembangan kinerja keuangan dan potensi atau kemajuan dari keadaan neraca dan laporan laba rugi perusahaan setiap periode dengan menggunakan metode Economic Value Added agar dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk berkembang,
membayar deviden, dan menghindari kebangkrutan. Disamping sebagai alat untuk menilai kinerja keuangan Economic Value Added juga merupakan instrumen untuk mengubah perilaku manajerial agar tercapai peningkatan nilai perusahaan.
Menggunakan perhitungan Ekonomic Value Added (EVA) juga diharapkan dapat memperoleh hasil perhitungan nilai perusahaan yang lebih realistis lagi. Economic Value Added (EVA) juga sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan yang lebih focus untuk memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya karena Economic Value Added (EVA) memperhitungkan biaya modal untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya sendiri.
Analisis EVA yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan mempunyai dampak yang baik bagi perusahaan yaitu menyebabkan perusahaan menjadi lebih memperhatikan kebijakan struktur modal, selain itu investor dapat mengetahui laba perusahaan dan kemampuan perusahaan tersebut memberdayakan modalnya.
Bank BTPN adalah salah satu bank yang bergerak dalam bidang usaha jasa. Dalam hal ini, memiliki tugas dan tanggungjawab untuk memuaskan para pelanggan dam investasi/deposit. Untuk itulah perusahaan harus menunjukkan kinerja yang bagus, sehingga dapat menghasilkan laba yang terus meningkat. Hal yang cukup penting dalam menganalisis dan menilai perkembangan kinerja keuangan dan potensi atau kemajuan dari keadaan neraca dan laporan laba rugi perusahaan setiap periode dengan menggunakan metode Economic Value Added agar dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk berkembang, membayar deviden, dan menghindari kebangkrutan. Disamping sebagai alat untuk menilai kinerja keuangan Economic Value Added juga merupakan instrumen untuk mengubah perilaku manajerial agar tercapai peningkatan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan perputaran aktiva jika memungkinkan daripada menggantinya, menginstruksikan perjanjian yang membutuhkan lebih sedikit modal.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka dapat digunakan pengukuran kinerja berdasarkan nilai atau value (Sahabuddin, 2016; Fisu dkk, 2020). Pengukuran tersebut dapat dijadikan sebagai dasar bagi pihak manajemen dalam menegembangkan dan menyempurnakan sistem pengelolaan sesuai dengan tujuan pendirian Bank BTPN,Tbk ini. Pengukuran kinerja dengan metode Economic Value Added (EVA) menjadi relevan untuk mengukur kinerja yang berdasarkan nilai (value). Karena EVA adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen.
Dalam hubungannya dengan uraian tersebut diatas, maka dapat disajikan laporan keuangan mengenai perkembangan total aktiva (Total Assets) dan laba bersih yang tercermin dalam laporan keuangan Bank BTPN, Tbk yaitu laporan neraca dan laporan perhitungan laba bersih dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 seperti yang terdapat pada tabel berikut :
Tabel 1. Laporan neraca dan laporan perhitungan laba bersih dari tahun 2016-2020 Tahun Total Asset Perubahan
%
Laba Operasi Bersih
Perubahan %
2016 84.744.338 2.609.716
2017 87.038.531 4,5 1.978.426 -24,2
2018 90.551.493 6,7 2.947.756 55,6
2019 167.492.734 24,2 4.032.519 70,2
2020 168.178.044 1,7 2.630.514 32,3
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa laba bersih (Net Profit) Bank BTPN,Tbk dari tahun 2016-2020 berfluktuasi. Pada tahun 2017 laba bersih perusahaan menurun sebesar
-24,2 %. Pada tahun 2018 dan tahun 2019 laba bersih perusahaan mengalami penurunan dibandingkan periode Tahun 2020 laba bersih menurun sebesar 32,3 % karena realisasi jumlah asset perusahaan terjadi peningkatan.
Laba bersih Bank BTPN,Tbk terlihat baik namun belum tentu dapat menghasilkan kinerja keuangan yang optimal bagi Bank BTPN,Tbk Kinerja keuangan jika di ukur dengan konsep EVA unsur biaya modalnya di masukkan sebagai salah satu unsur perhitungan kinerja perusahaan dan hal tersebut menunjukkan pertimbangan dalam tingkat risiko perusahaan dan membantu pihak manajer untuk membuat keputusan investasi yang lebih baik. Berdasarkan penelitian terdahulu yang membahas mengenai EVA yang dilakukan oleh beberapa penelitian di antaranya, Juliana (2011) bahwa hasil perhitungan menggunakan EVA pada PT. Asuransi Jiwasraya periode tahun 2009-2013 bahwa kinerja keuangan dalam kondisi yang baik.
Karena EVA berbnilai positif setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan perusahaan mampu memenuhi harapan pemegang saham dan investor.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mengatakan judul Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan metode Economic Value Added (EVA) pada Bank BTPN, Tbk Di Bursa Efek Indonesia.
2. Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut (Munawir, 2010) laporan keuangan adalah laporan yang terdiri dari neraca perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangakan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil- hasil yang telah tercapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.
Menurut (Fahmi, 2011) laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan.
Laporan keuangan perusahaan umumnya terdiri dari laporan laba rugi, laporan posisi keuangan, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
(Munawir, 2012).
Menurut (Kasmir, 2012) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan tidak dibuat secara serampangan, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau standar yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan dimengerti. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan. Disamping itu, banyak pihak yang memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan keuangan yang dibuat perusahaan, seperti pemerintah, kreditor, investor, maupun para supplier
Menurut (Subramanyam, 2014), ”Laporan keuangan merupakan produk proses pelaporan keuangan yang diatur oleh standar dan aturan akuntansi, insentif manajer, serta mekanisme pelaksanaan dan pengawasan perusahaan.”Laporan keuangan pada perusahaan
merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi (siklus akuntansi) yang mencerminkan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan sangat berguna bagi berbagai pihak, baik internal maupun eksternal. Oleh karena itu laporan keuangan dapat dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan perusahaan. (Kasmir, 2017) “Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu’.
B.Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. (Munawir, 2010) Laporan keuangan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya jangka pendek, struktur modal perusahaan, distribusi dari dari aktivanya, keefektifan penggunaan aktiva, hasil usaha/pendapatan yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayar, serta nilai-nilai buku tiap lembar saham perusahaan yang bersangkutan.
Menurut (Fahmi, 2011), tujuan utama dari laporan keuangan merupakan memberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan dari unsur-unsur laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan di samping pihak manajemen perusahaan.
Menurut (Harahap, 2013) Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu.
C. Jenis – Jenis Laporan Keuangan
Menurut (Prastowo, 2011) menyatakan bahwa pada umumnya laporan keuangan yang lengkap biasanya akan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, termasuk juga skedul dan informasi tambah yang berkaitan dengan laporan keuangan.
Menurut (Kasmir, 2017), dalam praktiknya secara umum ada lima macam jenis laporan keuangan yang biasa disusun, yaitu:
a. Neraca
Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Artinya dari posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas suatu perusahaan.
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu.
c. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal di perusahaan.
d. Laporam Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung
terhadap kas.
e. Laporan Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih dulu sehingga jelas.
D. Pengertian Rasio Keuangan
Laporan keuangan suatu perusahaan lazimnya meliputi laporan laba rugi dan laporan sumber dan penggunaan dana. Laporan ini digunakan untuk berbagai macam tujuan. Setiap perusahaan yang berbeda membutuhkan informasi yang berbeda pula.
Informasi yang didasarkan pada analisis keuangan mencakup penilaian keadaan keuangan perusahaan baik yang telah mampu saat sekarang dan ekspektasi masa depan.
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengidentifikasi setiap kelemahan dari keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah dimasa depan, menentukan setiap kekuatan yang dapat digunakan. Disamping itu analisis yang dilakukan oleh pihak luar perusahaan dapat digunakan untuk menentukan tingkat kredibilitas atau potensi investasi.
Menurut (Fahmi, 2014) rasio keuangan adalah hasil yang diperoleh dari perbandingan jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah lainnya. Sedangkan analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan membandingkan suatu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan di antara pos tertentu, baik dalam laporan posisi keuangan maupun laporan laba rugi.
Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dari kinerjanya. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat ditentukan apakah terdapat kenaikan atau penurunana kondisi dan kinerja perusahaan selama waktu tersebut. Selain itu, dengan membandingkan rasio keuangan terdapat perusahaan lainnya yang sejenis atau terhadap perusahaan lainnya yang sejenis atau terhadap rata-rata industri dapat membantu mengidentifikasi adanya penyimpanan.
Rasio keuangan yang digunakan memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai.
Rasio keuangan juga memberikan banyak manfaat bagi kepentingan perusahaan maupun pihak luar perusahaan, untuk masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Dalam melakukan apapun tujuan menjadi penting agar sesuatu yang dikerjakan dapat terarah jelas.
Termasuk rasio keuangan yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan.
E. Kinerja Keuangan
Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar dan tujuan yang telah diterapkan. Kinerja keuangan merupakan pengakuan pendapatan dan pengaitan biaya menghasilkan angka laba yang lebih unggul dibandingkan arus kas untuk mengevaluasi kinerja keuangan pengakuan pendapatan memastikan bahwa semua pendapatan yang dihasilkan dalam suatu periode telah diakui.
(Fahmi, 2012) menyatakan kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan- aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Jadi kinerja keuangan perusahaan merupakan ukuran tingkat keberhasilan manajemen perusahaan dalam mengelola sumber daya keuangan sesuai dengan standar yang ada. Pada dasarnya penilaian kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu penilaian yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan serta menggunakan atura-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
F. Penilaian Kinerja Keuangan
(Fahmi, 2012) penilaian kinerja keuangan adalah suatu penilaian yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melakukan serta menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangannya secara baik dan benar.
Penilaian kinerja keuangan sering kali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan (return on investment) atau penghasilan persaham
(eaming pershare).
Unsur yang lain langsung berkaitan dengan pengukuran bersih (laba) adalah penghasilan dan beban, dan informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan untuk melihat apabila kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang tinggi maka perusahaan menanamkan modalnya dan penghasilan bersih tergantung sebagian pada modal dan pemeliharaan modal yang digunkan dalam penyusunan laporan keuangan.
Penilaian kinerja perusahaan salah satunya dapat dilakukan dengan analisis laporan keuangan. Berdasarkan tujuan dari penilaian kinerja keuangan perusahaan, maka metode analisis laporan keuangan yang digunakan adalah analisis rasio keuangan. (Syamsuddin, 2011), mengungkapkan financial ratio dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu : ratio likuiditas dan aktivitas, debt ratio, dan profitability ratio. Akan tetapi penggunaan metode analisis rasio keuangan ini memiliki kelemahan. Kelemahan dari analisis rasio keuangan yaitu diabaikannya unsur biaya modal yang digunakan oleh perusahaan. Hal ini mengakibatkan tidak diketahuinya nilai tambah yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga akan sulit untuk mengetahui apakah tingkat pengembalian modal yang diharapkan investor lebih besar dari modal yang telah ditanam. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka para ahli mengembangkan suatu metode alternatif agar dapat menunjukkan seluruh komponen harapan keuntungan yang terukur dalam biata modal. Metode yang dimaksud adalah metode Economic Value Added (EVA).
Kinerja perusahaan (organizational performance) adalah seberapa efisien dan efektif sebuah organisasi atau seberapa baik organisasi itu menetapkan dan mencapai tujuan yang memadai. Bagi pihak investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau harus mencari alternatif investasi yang lain. Selain itu, kinerja juga memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitasi yang baik. Kinerja perlu diukur, dievaluasi untuk menentukan sejauh mana keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan tertentu. Dua aspek yang sering digunakan dalam menilai kinerja adalah efesiensi dan efektivitas. Efesiensi menggambarkan hubungan antara input dan output, sedangkan efektivitas mencerminkan hubungan output pada suatu tujuan tertentu. Pengukuran kinerja merupakan kunci penting dalam infastruktur organisasi. Istilah tersebut mencakup suatu set kebijakan organisasional, sistem dan praktek yang mengkoordinasikan tindakan serta transfer informasi untuk mendukung seluruh siklus manajemen
H. Economic Value Added (EVA)
Pada masa persaingan ketat pasar global sekarang ini, tujuan perusahaan untuk memaksimalkan laba menjadi sulit untuk di wujudkan. Sebaliknya tujuan perusahaan untuk meningkatkan economic value added, karena EVA merupakan satu-satunya pedoman penilaian yang berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan dan kinerja manajemen.
EVA (Economic Value Added) adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktifitas atau strategi manajemen. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal karena perusahanan mampu menghasilkan tingkat penghasilan yang melebihi tingkat biaya modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang negatif menunjukkan bahwa nialai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari pada biaya modalnya (Amiruddin, 2012).
Stern Stewart & Co memperkenalkan EVA (Economic Value Added) sebagai solusi atas kelemahan yang dimiliki oleh rasio keuangan pada tahun 1989. EVA merupakan konsep pengukuran kinerja keuangan perusahaan berbasis nilai tambah. Sejak diperkenalkan sebagai alat ukur kinerja keuangan berbasis nilai tambah, EVA telah diadopsi oleh lebih dari 300 perusahaan diseluruh dunia untuk meningkatkan nilai pemegang sahamnya (Stern dkk, 2001).
Bahkan saat ini, EVA juga digunakan sebagai alat analisa sebelum melakukan merger dan
akuisisi (Gandhok dkk, 2001). Secara umum, EVA ditentukan oleh dua hal: Pertama, keuntungan bersih operasional setelah pajak menggambarkan penciptaan value di dalam perusahaan. Kedua, biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan value
Menurut (Anthony & Govindarajan, 2012) Economic Value Added (EVA) merupakan jumlah uang bukan rasio yang diperoleh dengan mengurangkan beban modal (capital charge) dari laba bersih operasi (net operating profit). Menurut (Tunggal, 2012) metode Economic Value Adde (EVA) di Indonesia dikenal dengan metode Nilai Tambah Ekonomi (NITAMI) merupakan suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan, bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). Economic Value Added (EVA) merupakan tolok ukur kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal perusahaan dengan biaya modal (Young dan O’Bryne, 2012). EVA dapat diformulasikan sebagai berikut:
EVA = Laba operasi bersih sesudah pajak (NOPAT) – Biaya (modal yang diinvestasikan x biaya modal)
= NOPAT – (rata-rata ICXWACC) Dimana :
EVA = Economic Value Added (nilai tambah ekonomi)
NOPAT = Net operating profit after taxes (laba operasi bersih sesudah pajak) WACC = Weight average cost of capital (biaya modal rata-rata tertimbang) IC = Invest Capital (modal yang diinvestasikan)
(Sawir, 2014) EVA dapat ditingkatkan dengan cara :
1. Memperoleh lebih banyak laba tanpa menggunakan lebih banyak modal. Cara yang populer dalam hal ini memotong biaya-biaya bekerja dengan biaya produksi dan pemasaran yang lebih rendah agar memperoleh margin laba yang lebih besar, hal ini juga dicapai dengan meningkatkan perputaran aktiva, baik dengan meningkatkan volume penjualan atau bekerja dengan aktiva yang lebih rendah ( lower assets).
2. Memperoleh pengembalian (return) yang lebih tinggi dari pada biaya modal atas investasi
baru, hal ini sesungguhnya menyangkut pertumbuhan perusahaan. Secara sistematis, EVA dihitung dari laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax = NOPAT) dikurangi dengan aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti dana para investor dan kreditor atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan (Capital Charges). EVA dihitung dengan rumus:
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan tentang Economic Value Added, maka ada pun komponen-komponen yang menunjang diperolehnya perhitungan Economic Value Added adalah sebagai berikut :
1. Laba Usaha Setalah Pajak ( Net Operating After Tax/ NOPAT)
Young dan O’Bryne (2012), berpendapat bahwa NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak, dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan. NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi yang berjalan. Laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Young dan O’byrne, 2010):
NOPAT = Laba operasi + Penghasilan bunga – Pajak penghasilan pembebasan pajak atas bunga Atau
NOPAT = Laba (Rugi) usaha – pajak 2. Biaya Modal (Cost of Capital)
Biaya modal (Cost of Capital) merupakan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh penyedia dana sebagai imbalan atas dana yang ditanamkan pada suatu perusahaan dan melepaskan kesempatan untuk menanamkan dananya pada perusahaan lainnya. Biaya
EVA = NOPAT – Capital Charges
modal (cost of capital ) adalah biaya rill yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan (Martono dan Agus Harjito, 2012).
Biaya modal (Cost of Capital) merupakan tingkat pengembalian minimum yang harus diperoleh perusahaan dari modal yang diinvestasikan perusahaan (invested capital).
(Young dan O’byme, 2010) berpendapat bahwa biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan dikalikan dengan rata-rata tertimbang dari biaya modal (WACC). Biaya modal dapat dihitung dengan rumus yaitu:
Biaya modal = Rata-rata tertimbang dari biaya modal (WACC) x Modal yang diinvestasikan (Invested Capital)
Untuk memperoleh Cost of Capital maka perlu dihitung biaya dari masing- masing sumberdaya dan biaya modal rata-rata dari keseluruhan dana yang digunakan dengan menghitung besarnya WACC (Weighted Average Cost of Capital). Cost of capital digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolak suatu usulan investasi, untuk memperoleh cost of capital yang perlu dihitung adalah biaya dari masing-masing sumber dana dan biaya modal rata- rata dari keseluruhan dana yang digunakan dengan menghitung besarnya WACC. Biaya modal dapat digolongkan dalam empat bagian yaitu:
a. Biaya Hutang (Cost of Debt)
Biaya hutang (Cost of Debt) merupakan tingkat bunga sebelum pajak yang dibayar perusahaan kepada pemberi pinjamnnya. Biaya hutang dihitung dari besarnya beban bunga yang dibayarkan oleh perusahaan tersebut dalam periode 1 tahun dibagi dengan jumlah pinjaman yang menghasilkan bunga tersebut.
Cost Of Debt = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑥100%
b. Tingkat Modal (D)
Tingkat Modalt = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔+𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥100%
c. Tingkat Modal /Ekuitas
Tingkat Modalt = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔+𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥100%
d. Biaya Equitas
Biaya ekuitas adalah biaya yang timbul karena pemenuhan kebutuhan modal dari saham biasa.
Menurut (Brigham dan Houston, 2011) biaya ekuitas adalah biaya laba ditahan selama perusahaan memiliki biaya ditahan, tetapi biaya ekuitas akan menjadi saham biasa baru setelah perusahaan kehabisan laba ditahan.
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 (𝑟𝑒) =Laba Bersih Setelah Pajak
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑥100%
a) Tingkat Pajak (tax)
Tingkat Pajak (tax) = Beban Pajak
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑥100%
b) Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC)
Biaya modal rata-rata tertimbang atau biasa disebut Weighted Average Cost of Capital (WACC) merupakan rata-rata tertimbang dari biaya komponen utang, saham preferen, ekuitas dan laba ditahan.
Rumus WACC = [(D x rd) (1-tax) + (E x re)]
c) Modal yang di Investasikan (Invested Capital)
Menurut Widjaya (2011), modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh pinjaman diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (Non Interest Bearing Liabilities). Adapun
yang dimaksud yaitu utang dagang, biaya yang masih harus dibayar, utang pajak, uang muka pelanggan.
Invested Capital = (Total hutang + Ekuitas) – Hutang Jk. Pendek
3. Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Dimana penelitian ini memakai metode analisis deskriptif yaitu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. Data kualitatif, adalah data yang berupa informasi mengenai suatu keadaan mengenai pernyataan dan tidak dapat diperoleh secara langsung yang menunjukkan mutu dan kualitas pada PT . Bank BTPN, Tbk. Data kuantitatif, adalah data yang menggambarkan informasi atau keadaan dalam wujud angka atau nominal pada perusahaan PT . Bank BTPN, Tbk.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan EVA (Economic Value Added). Dimana parameter penilaian yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya proses penciptaan nilai suatu perusahaan, yaitu:
1. Jika Economic Value Added (EVA) > 0, yaitu nilai Economic Value Added (EVA) positif, yang menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
2. Jika Economic Value Added (EVA) = 0, yaitu nilai Economic Value Added (EVA) menunjukkan posisi impas atau break event point, berarti tidak ada nilai tambah ekonomis, tetapi perusahaan mampu membayarkan semua kewajibannya kepada para penyandang dana atau kreditur.
3. Jika Economic Value Added (EVA) < 0, yaitu nilai Economic Value Added (EVA) negatif, yang menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
Secara sistematis, EVA dihitung dari laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax = NOPAT) dikurangi dengan aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti dana para investor dan kreditor atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan (Capital Charges).
4. Hasil dan Pembahasan
Bagi sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai tambah adalah salah satu bukti bahwa perusahaan tersebut mampu memberi tingkat pengembalian bagi para penyandang dana yang menanamkan modalnya. Begitu pula dengan Bank BTPN,Tbk di Bursa Efek Indonesia, menciptakan nilai tambah merupakan sesuatu yang sangat penting apalagi usaha tersebut memiliki prospek yang sangat baik, sehingga dapat mempertahankan usahanya dengan baik agar tujuan yang diinginkan tercapai. Salah satu indikator penting yang dapat menilai kinerja keuangan perusahaan adalah EVA. EVA sendiri merupakan pedoman penilaian yang berhubungan langsung dengan nilai sebuah perusahaan dan kinerja manajemen. Berdasarkan hasil perhitungan EVA pada tahun 2016-2020, diketahui bahwa EVA pada Bank BTPN,Tbk di Bursa Efek Indonesia yaitu bernilai negatif, hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
NOPAT (Net Operating After Tax)
NOPAT atau laba usaha setelah pajak dapat diketahui dengan menghitung sebagai berikut:
NOPAT = Laba (Rugi) usaha – Pajak
Tabel 2. NOPAT (Net Operating After Tax) Bank BTPN,Tbk (Dalam jutaan)
Tahun
Laba rugi usaha (Rp.)
Pajak (Rp.)
NOPAT (Rp.)
2016 4.207.178 590.867 3.616.311
2017 3.496.213 287.513 3.208.700
2018 3.880.755 521.559 3.359.196
2019 5.049.186 545.060 4.504.126
2020 4.708.797 541.834 4.166.963
Sumber: Data diolah 2021
Berdasarkan tabel 2 NOPAT bisa dilihat bahwa dari tahun (2016-2020) mengalami fluktuasi hal tersebut dipengaruhi laba rugi pada tahun 2016 sebesar Rp.4.207.178 dan tahun 2017 menurun menjadi Rp.3.496.213, pada tahun 2018 tahun 2020 mengalami penurunan menjadi Rp.4.708.797. Mengakibatkan beban pajak juga mempengaruhi NOPAT. Pada tahun 2016 sebesar Rp.590.867, tahun 2017 menurun sebesar Rp.287.513,tahun 2018 meningkat sebesar Rp.521.559, tahun 2019 meningkat sebesar Rp. 545.060, sedangkan tahun 2020 mengalami penurunan menjadi Rp. 541.834. NOPAT setiap tahunnya bernilai positif, karena laba yang dihasilkan lebih besar dari pada beban pajak. Berdasarkan dari hasil tabel diatas NOPAT yang dihasilkan tahun 2016 sampai 2020 bernilai positif. Oleh karena itu Bank BTPN,Tbk Di Bursa Efek Indonesia memiliki kinerja yang baik dari perhitungan NOPAT.
Invested Capital
Rumus perhitungan invested capital atau modal yang diinvestasikan adalah sebagai berikut :
Invested Capital = total hutang & ekuitas – hutang jangka pendek Tabel 3. Invested Capital Bank BTPN,Tbk (dalam jutaan)
Tahun Total utang dan ekuitas (Rp.)
Utang jangka Pendek (Rp.)
Invested Capital (Rp.)
2016 84.744.338 3.699.172 81.045.531
2017 87.038.513 5.208.640 81.829.891
2018 90.551.493 8.442.765 82.108.728
2019 167.492.734 44.086.343 123.406.391
2020 168.178.044 37.176.039 131.002.005
Sumber: Data diolah 2021
Pada tabel 3 diperoleh nilai Invested Capital pada Bank BTPN di Bursa Efek Indonesia selama 5 (lima) tahun (2016-2020) mengalami fluktuasi. Dapat dilihat total utang dan ekuitas perusahaan selama lima tahun mengalami peningkatan, namun yang mempengaruhi fluktuasi adalah utang jangka pendek perusahaan pada tahun 2016 sebesar Rp.3.699.172, tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi Rp. 5.208.640, tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar Rp. 8.442.765, tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar Rp.44.086.343, sedangkan tahun 2020 mengalami penurunan menjadi Rp. 37.176.039.
Invested Capital atau Modal merupakan penjumlahan total hutang dan total saham yang diinvestasikan, berdasarkan tabel diatas yang memiliki nilai tertinggi ditahun 2020 sebesar Rp.131.002.005, sedangkan nilai Invested Capital terendah pada tahun 2016 sebesar Rp.81.045.531.
Dari hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Manurung (2013) sebagai alat mengukur hasil yang diperoleh perusahaan atas tindakan investasi yang dilakukan, dan ukurannya yaitu investasi yang dilakukan tersebut harus dapat memenuhi seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan.
Weight Average Cost of Capital (WACC)
WACC merupakan rata-rata tertimbang, biaya utang dan modal sendiri. rumus WACC adalah:
WACC = {(D x rd) (1-Tax) + (E x re)}
Tabel 4 : Weight Average Cost of Capital (WACC) Bank BTPN,Tbk (dalam jutaan)
Tahun D Rd 1-Tax E Re WACC
2016 8,18% 6,9% 0,712 18,1% 14,1% 0,0294
2017 8,20% 6,3% 0,721 17,9% 4,81% 0,0122
2018 8,23% 6,0% 0,679 19,6% 8,51% 0.0179
2019 8,37% 5,1% 0,749 16,2% 5,74% 0,0122
2020 8,31% 3,7% 0,691 16,8% 5,41% 0,0691
Sumber: Data diolah 2021
Pada tabel 4 Nilai WACC selama 5 (lima) tahun 2016-2020 mengalami fluktuatif.
Berfluktuatifnya nilai WACC Bank BTPN,Tbk di Bursa Efek Indonesia, bisa dilihat nilai WACC tahun 2016 tinggi sebesar 0,0294, sedangkan nilai WACC tahun 2017 sebesar 0,0122, tahun 2018 meningkat sebesar 0,0179, tahun 2019 menurun sebesar 0,0122, dan nilai WACC paling tinggi tahun 2020 sebesar 0,0691, sehingga semakin besar nilai WACC yang diperoleh setiap tahunnya maka semakin besar tingkat pengembalian investasi yang didapat oleh para investor.
Menghitung Capital Charges
Capital Charges diperoleh dari hasil kali WACC dengan Invested Capital, yaitu sebagai berikut :
Capital Charges = WACC x Invested Capital Tabel 5 : Capital Charges Bank BTPN,Tbk (dalam jutaan)
Tahun
WACC (Rp.)
Invested Capital (Rp.)
Capital Charges (Rp)
2016 0.0294 81.045.166 2.382.727
2017 0,0122 81.829.891 998.324
2018 0,0179 82.108.728 1.469.746
2019 0,0122 123.406.391 1.505.557
2020 0,0691 131.002.003 1.467.222
Sumber : Data diolah 2021
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai Capital Charges tahun 2017 mengalami penurunan sebesar Rp.998.324, pada tahun 2018 kembali meningkat sebesar Rp.1.469.746, pada tahun 2019 meningkat sebesar Rp.1.505.557, pada tahun 2020 menurun sebesar Rp.1.467.222, namun nilai Capital Charges tertinggi pada tahun 2016 sebesar Rp.2.382.727. berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa seberapa besar modal yang diinvestasikan oleh pemegang saham dalam suatu perusahaan, sehingga semakin besar pengembalian investasi yang diterima oleh investor maka semakin besar pula modal yang diinvestasikan kedalam perusahaan.
Menghitung Economic Value Added (EVA)
Perhitungan EVA merupakan langkah terakhir dalam menghitung EVA itu sendiri. Cara menghitung EVA ditulis dengan rumus sebagai berikut:
EVA = NOPAT – Capital Charges
Atau EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital)
Tabel 6 : Economic Value Added (EVA) Bank BTPN,Tbk (dalam jutaan)
Tahun
NOPAT (Rp.)
Capital Charges (Rp.)
EVA (Rp.)
2016 3.616.311 2.382.727 1.233.584
2017 3.208.700 998.324 2.210.376
2018 3.359.196 1.469746 1.889.450
2019 4.504.126 1.505.557 2.998.569
2020 4.166.963 1.467.222 2.699.741
Sumber : data diolah 2021
Berdasarkan tabel 6 mengenai besarnya perhitungan kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA, dimana pada tahun 2016 EVA yang dihasilkan adalah sebesar Rp.1.233.584 atau bernilai positif atau EVA>0 artinya, pada tahun 2016 perusahaan mampu meningkatkan nilai tambah sebesar Rp.1.233.584.
Hal ini terjadi karena NOPAT yang diperoleh pada tahun 2016 lebih besar dari biaya modal. Pada tahun 2017 EVA yang dihasilkan adalah sebesar Rp.2.210.376 atau bernilai positif atau EVA>0 artinya, pada tahun 2017 mampu meningkatkan nilai tambah perusahaan sebesar Rp.2.210.376. hal ini terjadi karena NOPAT yang diperoleh pada tahun 2017 lebih besar dari biaya modal. Pada tahun 2018 EVA yang dihasilkan adalah sebesar Rp.1.889.450 atau bernilai positif atau EVA>0 artinya, pada tahun 2018 mampu meningkatkan nilai tambah perusahaan sebesar Rp.1.889.450 hal ini terjadi karena NOPAT yang diperoleh pada tahun 2018 lebih besar dari biaya modal.
Pada tahun 2019 EVA yang dihasilkan adalah sebesar Rp.2.998.569 atau bernilai positif atau EVA>0 artinya, pada tahun 2019 mampu meningkatkan nilai tambah perusahaan sebesar Rp.2.998.569 hal ini terjadi karena NOPAT yang diperoleh pada tahun 2019 lebih besar dari biaya modal. Pada tahun 2020 EVA yang dihasilkan adalah sebesar Rp.2.699.741 atau bernilai positif atau EVA>0 artinya, pada tahun 2020 mampu meningkatkan nilai tambah perusahaan sebesar Rp.2.699.741 hal ini terjadi karena NOPAT yang diperoleh pada tahun 2020 lebih besar dari biaya modal artinya bank mampu menciptakan nilai tambah atau laba.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, penulis memberikan saran sebagai berikut: Bagi pemilik perusahaan harus mampu mengambil keputusan yang tepat bahwa ketika usaha yang dijalankan tidak menguntungkan atau tidak menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal maka manajemen perusahaan harus mampu memperhatikan atau menekan biaya-biaya yang memberatkan bagi perusahaan.Sebagai bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis, aplikasi EVA merupakan alat ukur yang praktis dan mudah karena komponen yang digunakan merupakan hal yang sederhana.
Penilaian kinerja bertujuan sebagai penentu secara efektivitas operasional berdasarkan sasaran, standar dan kinerja yang telah ditetapakan sebelumnya untuk mengevaluasi tujuan bank tersebut. Konsep EVA merupakan alternatif yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai bank. Karena EVA tidak hanya mempertimbangkan biaya hutang saja namun juga biaya modal bank tersebut. Berdasarkan dari hasil analisis dan perhitungan economic value added (EVA) pada Bank BTPN,Tbk periode 2016-2020 menunjukkan niali EVA yang positif tatau EVA>0 arinya bank mampu menciptakan nilai tambah atau laba.
Daftar Pustaka
Aisyah, N. dkk.(2013). Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Menggunakan Metode Rasio Keuangan dan Metode EVA (Economic Value Added) (Studi Pada PT. Kalbe Farma Tbk yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol.2 No.1 Mei 2013.
Fahmi, I. (2012). Analisis Kinerja Keuangan. Alfabeta, Bandung
Fisu, A. A., Didiharyono, D., & Bakhtiar, B. (2020, April). Economic & Financial Feasibility Analysis of Tarakan Fishery Industrial Estate Masterplan. In IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science (Vol. 469, No. 1, p. 012002). IOP Publishing.
Ghandok, Tejpavan, Anurag Dwivedi, dan Jatin Jal. (2001). EVAluating Mergers and Acquisitions-How to Avoid Overpaying. Stern Stewart Research. Volume 3. Issue 8 Hizada, R. (2012). Analisis Kinerja keuangan Perusahaan Farmasi. Jurnal Visioner &
Strategi. Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe.
Kasmir. (2012). Bank dan Lembaga Kuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Lihawa, M., Montolalu, J., & Tampi, D. (2018). Analisis Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) Pada PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 6(003).
Maith, H. A. (2013). Analisa Laporan Keuangan dalam Mengukur Kinerja Keuangan pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Tbk. Skripsi (tidak dipublikasi). Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Sam Ratulangi, Manado
Manoppo, J.P. (2012). Analisa Laporan Keuangan dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Bank Sulut Manado. Skripsi (tidak dipublikasi). Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Munawir, (2014). Analisa Laporan Keuangan.Yogyakarta: Liberty
O’Byrne F. S. dan S. David Y. (2010). Economic Value Added dan Manajemen Berdasarkan Nilai Panduan Praktis untuk Implementasi. Jakarta : Salemba Empat
Ottay, M. C., & Alexander, S. W. (2015). Analisis laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan pada PT. BPR Citra Dumoga Manado. Jurnal Emba: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 3(1), 923-932
Pai, C. C., Nangoy, S. C., & Jan, A. B. H. (2014). Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Pendekatan Roi Dan Eva Antara Pt. Bank Mandiri Tbk Dengan Pt. Bank Bni Tbk. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 2(3), 167- 175
Sahabuddin, R. (2016). Daya Saing Industri Kecil Dan Menengah Dalam Prespektif Manajemen Strategik: Analisis Lingkungan Persaingan Industri. Cetakan Pertama, I (I). Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM} Rumah Buku Carabaca Makassar, Makassar.
Sari, M. (2015). Analisis Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA). Lampung: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Stewart, S., & Co. (2010). Properti Intelektual : EVA & MVA. Diunduh 1 april 2010.
www.sternstewart.com
Syamsuddin, L. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi Dalam :Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Utama S. (2010). Economic Value Added Pengukur Penciptaan Nilai Perusahaan.
Usahawan No. 4 April 2010.