PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Apa saja klausul baku yang tercantum dalam catatan laundry berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999.
Faedah Penelitian
Tujuan Penelitian
Defenisi Oprasional
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis adalah suatu kegiatan berpikir untuk menggambarkan atau memecahkan suatu permasalahan dari satuan ke satuan terkecil.12 2. Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah setiap peraturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang dipersiapkan dan ditentukan terlebih dahulu. terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha sebagaimana tercantum dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan harus dipatuhi oleh konsumen.13. Catatan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), diartikan sebagai surat peringatan (penunjukan, catatan); surat pernyataan resmi (dari duta besar kepada pemerintah suatu negara atau sebaliknya); surat penjelasan dari departemen (pemerintah, pemerintah daerah, dll); tanda.
Laundry dalam bahasa Inggris berarti usaha atau orang yang bergerak di bidang pencucian (menyetrika) pakaian. 15 Laundry adalah suatu usaha yang berkaitan dengan jasa pencucian pakaian dengan menggunakan mesin cuci atau pengering otomatis serta cairan pembersih dan pewangi khusus.
Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Kadek Ayu Desi Candra Dewi, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana, pada tahun 2019 dengan judul “Kewajiban Pelaku Usaha Atas Klausul Pembebasan Berbahaya Konsumen Pada Label Laundry”. yang hanya mengkaji tanggung jawab penyelenggara jasa di bidang laundry terkait dengan pencantuman klausul pengecualian yang merugikan konsumen. Penelitian yang dilakukan oleh Hasudungan Simanihuruk, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman, pada tahun 2013 berjudul “Tinjauan Penggunaan Klausul Baku Dalam Kontrak Bisnis Laundry Central Purwokerto Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen” berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan hasil penelitian tersebut, skripsi ini mengkaji tentang penggunaan klausul baku dalam kontrak usaha laundry.
Metode Penelitian
- Jenis dan Pendekatan Penelitian
- Sifat Penelitian
- Sumber Data
- Alat Pengumpulan Data
- Analisis Data
Lebih lanjut tujuan perlindungan konsumen terdapat pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu: 26. Hak-hak konsumen berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah sebagai berikut:33. Hak-hak pelaku usaha berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 adalah sebagai berikut:36.
Klausul baku yang tercantum dalam petunjuk laundry berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999. Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 tidak memberikan definisi tentang perjanjian baku, namun yang digunakan adalah istilah klausul baku. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen secara jelas telah membagi pembagian menjadi 2 (dua) kelompok larangan pencantuman klausul baku, yaitu klausul baku yang hanya berlaku pada barang (Pasal 18(1)(b,d dan h)) dan klausul standar yang hanya berlaku untuk jasa (Pasal 18(1)(f) dan (g)).
Yang dilarang hanyalah pencantuman klausul baku yang memberatkan atau merugikan konsumen sebagaimana diatur dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hak konsumen menurut Pasal 4 UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah sebagai berikut: 62. Sebagai bentuk perlindungan hukum preventif, maka pelaksanaan perbuatan yang dilarang oleh pelaku usaha dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen memberikan akibat hukum atas pelanggaran yang dilakukan oleh pelanggar. Konsumen jasa laundry dalam perjanjian baku memuat klausul pengecualian, dilihat dari undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.” Klausul baku yang disebutkan dalam catatan laundry tersebut belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. .
Hal ini jelas bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen memberikan akibat hukum atas pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha yang merugikan. Perlindungan hukum bagi konsumen jasa laundry dalam perjanjian baku yang memuat klausul pengecualian, dilihat dari undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.”
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Tentang Hak dan Kewajiban Konsumen Serta
Selain memperoleh hak-hak konsumen, konsumen juga mempunyai kewajiban yang diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999, yaitu:34. Untuk menciptakan kenyamanan berusaha bagi pelaku usaha dan sebagai penyeimbang antara hak-hak yang diberikan kepada konsumen, maka pelaku usaha diberikan hak-hak yang diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.35. Pelaku usaha selain mempunyai hak, juga mempunyai kewajiban yang diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu: 37.
Selain itu, pencantuman klausul baku juga diatur dalam Pasal 18 ayat , atau yang pengungkapannya sulit dipahami.42. Klausul wanprestasi dalam Pasal 1 Ayat (10) Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 adalah setiap aturan atau ketentuan dan. Aturan hukum di Indonesia telah mengatur klausul baku yang biasa digunakan dalam hubungan bisnis atau perjanjian, dalam hal ini dapat dilihat pada ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Selain itu, aturan dalam Pasal 18 ayat. sepanjang pencantuman klausul baku tidak memenuhi kriteria daftar 8 (delapan) klausul baku yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka pencantuman klausul baku tersebut masih berlaku.Dalam Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 juga diatur bahwa pelaku usaha dilarang mencantumkan klausul baku yang letak atau bentuknya sulit dilihat atau terbaca jelas, atau sulit diterbitkan. untuk memahami.80.
Larangan tersebut di atas dari Pasal 18 ayat (3) UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen berkaitan dengan sebab-sebab hukum halal dalam akad. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menentukan bahwa perlindungan konsumen didasarkan pada asas kemaslahatan, keadilan, keseimbangan, keselamatan dan keamanan konsumen serta kepastian hukum89. Sedangkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan tujuan perlindungan konsumen, khususnya: 92.
Achmad Ali mengatakan, setiap undang-undang mempunyai tujuan tertentu, seperti halnya undang-undang no. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang mengatur tentang tujuan khusus dan tujuan umum. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sebagai peraturan yang dibuat dengan tujuan untuk melindungi kepentingan konsumen merupakan bentuk penghormatan terhadap hak-hak universal konsumen. Konsumen diberikan hak sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:96.
Apabila konsumen digugat di pengadilan oleh konsumen, maka perjanjian baku yang memuat syarat-syarat pelepasan dibuat oleh pelaku usaha, kemudian hakim mengambil keputusan batalnya perjanjian tersebut, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pelaku usaha laundry diharapkan mengevaluasi kembali perjanjian baku atau klausul baku yang dicantumkannya dalam nota laundry. Evaluasi ini diperlukan agar klausul baku yang dibuat oleh pelaku usaha laundry tidak bertentangan dengan klausul baku yang dilarang dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Penerapan larangan klausul pengecualian berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pada Badan Usaha Jasa di Kota Denpasar.”