• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KOMPARASI PENDAPATAN USAHATANI PADI DENGAN USAHATANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS KOMPARASI PENDAPATAN USAHATANI PADI DENGAN USAHATANI "

Copied!
123
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi dan prospek pasar yang baik adalah cabai merah. Ditinjau dari luas tanam, rata-rata produksi dan produksi cabai merah lima tahun terakhir di Kota Mataram dapat dilihat pada Tabel 1.1. Luas tanaman, rata-rata produksi dan produksi cabai merah lima tahun terakhir di Kota Mataram 2011-2015.

Rata-rata luas panen dan produksi padi lima tahun terakhir di Kota Mataram selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.1. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Produksi Cabai Rawit Lima Tahun  Terakhir di Kota Mataram 2011-2015
Tabel 1.1. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Produksi Cabai Rawit Lima Tahun Terakhir di Kota Mataram 2011-2015

Perumusan Masalah

Tujuan dan Manfaat Penelitian

  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • Usahatani
  • Tinjauan Umum Tanaman Padi dan Tanaman Cabai Rawit
    • Tanaman padi
    • Tanaman Cabai Rawit
  • Teori Produksi
  • Teori Biaya
  • Teori Pendapatan Usahatani
  • Analisis Komparasi
  • Kerangka Operasional
  • Definisi Operasional

Pembukaan lahan untuk penanaman tanaman cabai merah dapat dilakukan secara mekanis, kimiawi dan manual (Tim Bina Karya Tani, 2008). Padi dan cabai merah merupakan tanaman pangan yang paling banyak ditanam oleh petani khususnya di Kota Mataram. Dengan begitu, tanaman padi dengan tanaman cabai merah menjadi sumber pendapatan para petani di Kota Mataram.

Faktor pendorong yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mendukung petani dalam menanam padi dan cabai rawit.

Gambar 2.1. Kerangka Pendekatan Masalah
Gambar 2.1. Kerangka Pendekatan Masalah

METODOLOGI PENELITIAN

  • Metode Penelitian
  • Unit Analisis
  • Penentuan Sampel
    • Penentuan Lokasi Sampel
    • Penentuan Responden
  • Jenis dan Sumber Data
  • Variabel dan Cara Pengukurannya
    • Biaya Produksi
    • Produksi dan Penerimaan
    • Pendapatan
  • Analisis Data
    • Biaya Usahatani
    • Pendapatan Usahatani
  • Faktor Pendorong

Rata-rata biaya produksi produksi padi MT II dan produksi cabai rawit di Mataram tahun 2016. Rata-rata biaya produksi tanaman per hektar untuk produksi padi MT II dan produksi cabai rawit di kota Mataram tahun 2016. Rata-rata biaya tenaga kerja usahatani padi dan cabai rawit MT II Lada di Mataram pada tahun 2016.

Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi MT II dan Usahatani Cabai Rawit di Kota Mataram Tahun 2016.

Tabel 3.1. Jumlah Anggota Kelompok Tani Padi dan Cabai Rawit di Kecamatan          Sandubaya Kota Mataram Tahun 2016
Tabel 3.1. Jumlah Anggota Kelompok Tani Padi dan Cabai Rawit di Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Tahun 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian

  • Letak Geografis dan Wilayah
  • Keadaan Topografi
  • Keadaan Tanah dan Iklim
  • Sektor Mata Pencarian Penduduk
  • Keadaan Penduduk

Kota Mataram mempunyai topografi wilayah pada ketinggian kurang dari 50 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan kisaran ketinggian 9 km. Kota Mataram mempunyai tanah yang sangat subur dengan sistem irigasi yang mengalir, sehingga berbagai jenis tanaman seperti padi, palawija, hortikultura, buah-buahan dan tanaman hias dapat dibudidayakan. Berdasarkan ketinggian lahannya, Kota Mataram sangat cocok untuk budidaya padi-padian dan hortikultura khususnya cabai rawit.

Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh tim Bina Karya Tani (2008) yang menyatakan bahwa tanaman cabai dapat tumbuh subur pada ketinggian yang berbeda-beda, mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi, dengan ketinggian antara Mdpl. Tanah di Kota Mataram tergolong lempung gembur dan berpasir serta mempunyai drainase air yang baik. Hal ini disebabkan semakin berkurangnya luas lahan pertanian di Kota Mataram sehingga penduduk di Kota Mataram beralih pada sektor mata pencaharian lain seperti jasa sebanyak 32,99% dan perdagangan sebanyak 37,82%.

Kota Mataram yang luasnya 61,30 Km2, dihuni oleh 450.226 jiwa, dengan kepadatan 7.345 jiwa/Km2, dan wilayah di sana adalah Kecamatan Ampenan yang mempunyai kepadatan 9.275 jiwa/Km2 dan yang paling sedikit penduduknya adalah Sekarbela. Kabupaten dengan kepadatan 6.293 jiwa/Km2 (BPS Kota Mataram, 2017).

Tabel 4.2. Persentase Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kota          Mataram Tahun 2016
Tabel 4.2. Persentase Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kota Mataram Tahun 2016

Karakteristik Responden

  • Umur Petani Responden
  • Jumlah Tanggungan
  • Tingkat Pendidikan
  • Pengalaman Petani Responden

Yang dimaksud dalam penelitian ini dengan jumlah tanggungan dalam keluarga adalah banyaknya anggota rumah tangga yang tinggal serumah dengan responden atau banyaknya anggota rumah tangga yang hidupnya ditopang oleh yang bersangkutan. Banyaknya tanggungan keluarga mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan responden karena akan mengurangi penggunaan tenaga kerja di luar keluarga. Pada usahatani cabai merah jumlah tanggungan keluarga responden terbanyak atau terbanyak adalah 0-2 orang yaitu sebanyak 52 responden dengan persentase 52%.

Keadaan ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani padi dan petani cabai rawit di Kota Mataram adalah keluarga kecil. Tingkat pendidikan menentukan kemampuan petani dalam menerapkan cara bertani yang tepat, mulai dari persiapan penanaman hingga penjualan hasil panen. Pengalaman bertani akan mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam pengelolaan pertanian. Untuk mengetahui pengalaman petani padi dan cabai merah, lihat Tabel 4.6.

Rata-rata pengalaman petani responden dalam usahatani padi >30 tahun yaitu sebanyak 13 orang dengan persentase 52%. Sedangkan pengalaman petani responden dalam usahatani cabai merah rata-rata 16-30 tahun yaitu 16 orang dengan persentase 64%.

Tabel 4.3. Umur Petani Responden di Kota Mataram Tahun 2016  No.  Umur
Tabel 4.3. Umur Petani Responden di Kota Mataram Tahun 2016 No. Umur

Luas dan Status Lahan Garapan

Biaya Produksi

  • Biaya Variabel
  • Biaya Tetap

Dalam hal ini rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan petani dalam budidaya padi lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan petani dalam budidaya cabai rawit, yaitu rata-rata biaya produksi dalam budidaya padi sebesar Rp. Hal ini disebabkan biaya variabel dan biaya tetap pada budidaya cabai rawit jauh lebih besar dibandingkan pada budidaya padi. Biaya sarana produksi yang rutin dikeluarkan oleh petani padi dan cabai rawit terdiri dari biaya benih, pupuk, dan obat-obatan.

Biaya sarana produksi yang dikeluarkan petani pada usahatani padi dan cabai merah dapat dilihat pada Tabel 4.8. 2.138.073 per hektar, sedangkan pada usahatani cabai merah rata-rata biaya sarana produksi sebesar Rp. Dalam usahatani cabai merah, petani responden menggunakan benih, dimana benih yang dibutuhkan petani rata-rata sebanyak 17.000 tanaman per hektar dengan nilai Rp.

Untuk budidaya cabai rawit biaya sarana produksi yang paling rendah adalah biaya obat yaitu sebesar Rp. Sedangkan rata-rata biaya tenaga kerja per hektar pada budidaya padi dan cabai rawit disajikan pada Tabel 4.9. Selisih biaya tenaga kerja pada budidaya cabai rawit jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya tenaga kerja pada budidaya padi, hal ini disebabkan adanya perbedaan upah dan pekerjaan yang dilakukan.

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam menanam padi dan cabai rawit dan terdiri dari sewa lahan, biaya irigasi, dan penyusutan peralatan. Sedangkan pada usaha produksi cabai rawit, petani yang bersangkutan hanya bisa menanam dua kali dalam setahun sehingga biaya penyusutan sewa lahan sebesar Rp.

Tabel 4.7. Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Padi dan Usahatani Cabai Rawit            MT II di Kota Mataram Tahun 2016
Tabel 4.7. Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Padi dan Usahatani Cabai Rawit MT II di Kota Mataram Tahun 2016

Produksi, Pendapatan dan Kelayakan

Selain itu, nilai penyusutan peralatan juga dipengaruhi oleh harga beli, masa pakai, dan nilai sisa peralatan. Mengenai rata-rata sewa lahan per hektar, petani yang disurvei menyewa lahan dengan harga sewa Rp. Harga rata-rata per kilogram (Rp) Pendapatan/nilai produksi (Rp) Total biaya produksi (Rp) Pendapatan (Rp).

Perbedaan pendapatan usahatani padi dan usahatani cabai merah disebabkan oleh perbedaan harga dan jumlah panen, dimana cabai merah pada penelitian ini dipanen sebanyak dua belas kali dalam satu musim tanam dengan harga yang berbeda-beda (berfluktuasi). Untuk mengetahui perubahan harga cabai merah dari panen pertama hingga panen kedua belas, lihat Gambar 4.1. Analisis R/C Ratio merupakan analisis untuk mengetahui kelayakan usahatani, analisis ini penting dilakukan untuk memberikan gambaran atau rekomendasi kepada petani, apakah usahatani ini menguntungkan sehingga layak untuk dikembangkan atau tidak.

Hal ini menunjukkan budidaya padi dan budidaya cabai merah layak untuk dilakukan karena hasil analisis R/C rasio menunjukkan nilai yang lebih besar dari 1. Maksud dari R/C rasio sebesar 2,78 adalah untuk setiap Rp biaya produksi yang dikeluarkan untuk budidaya tanaman padi dan cabai merah layak untuk dilakukan. budidaya cabai rawit, akan meningkatkan pendapatan kotor sebesar Rp. 2,78 dan arti R/C Ratio adalah 1,27 yaitu setiap rupee biaya yang dikeluarkan dalam budidaya padi akan menambah pendapatan kotor sebesar Rp.

Tabel 4.11. Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi dan Usahatani Cabai Rawit             MT II di Kota Mataram Tahun 2016
Tabel 4.11. Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi dan Usahatani Cabai Rawit MT II di Kota Mataram Tahun 2016

Analisis Perbandingan Biaya dan Pendapatan

Perbedaan biaya dan pendapatan petani disebabkan oleh perbedaan rata-rata produksi, total biaya produksi dan nilai produksi. Untuk membuktikan perbedaan biaya produksi dan pendapatan usahatani padi dan budidaya cabai rawit dilakukan pengujian hipotesis pada taraf 5%. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa biaya produksi cabai rawit berbeda nyata dengan budidaya padi (signifikan).

Selain biaya sarana produksi, budidaya cabai rawit juga membutuhkan biaya tenaga kerja yang jauh lebih mahal dibandingkan budidaya padi. Dalam penelitian ini, meskipun biaya menanam cabai rawit lebih besar dibandingkan biaya menanam padi, namun pendapatan menanam cabai rawit jauh lebih tinggi dibandingkan pendapatan menanam padi. Melalui uji hipotesis pada taraf 5%, diperoleh hasil dengan membandingkan pendapatan budidaya cabai rawit dengan padi, terlihat bahwa pendapatan budidaya cabai rawit lebih besar dibandingkan pendapatan budidaya padi.

Harga cabai merah jauh lebih mahal dibandingkan harga beras, hal ini disebabkan kelangkaan cabai merah pada saat itu. Namun beras merupakan kebutuhan pokok masyarakat pada umumnya sehingga harga produksi beras relatif stabil, sedangkan cabai merah bukan merupakan kebutuhan pokok masyarakat sehingga harga cabai merah sangat rentan terhadap fluktuasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa petani padi dan petani cabai merah rata-rata mempunyai kebiasaan menjual hasil produksinya kepada pengepul yang datang ke tempat petani.

Faktor Pendorong Usahatani Cabai Rawit dan Usahatani Padi

Bibit) (Rp/bibit) (Rp) Jumlah Harga Nilai Jumlah Nilai Harga Jumlah Nilai Harga Jumlah Nilai Harga. Kuantitas Nilai Harga Kuantitas Nilai Harga Kuantitas Nilai Harga Kuantitas Nilai Harga Kuantitas Nilai Harga. Ha) Kuantitas Harga Beli Nilai Total Nilai Sisa Umur Ekonomi Nilai Pystn Kuantitas Harga Beli Nilai Total Nilai Sisa Nilai Pystn Kehidupan Ekonomi.

Ha) Kuantitas Harga Beli Nilai Total Nilai Sisa Umur Ekonomi Nilai Pystn Kuantitas Harga Beli Nilai Tetap Nilai Residu Nilai Pystn Umur Ekonomi. Nilai Total Pembelian Nilai Sisa Kehidupan Ekonomi Nilai Pystn Nomor Harga Pembelian Nilai Total Nilai Sisa Nilai Pystn Kehidupan Ekonomi. Ha) Kuantitas Harga Beli Nilai Total Nilai Residu Nilai Umur Ekonomi Nilai Pystn Jumlah Harga Beli Nilai Tetap Nilai Residu Nilai Pystn Umur Ekonomi.

Ha) Jumlah Harga Beli Nilai Total Nilai Sisa Kehidupan Ekonomi Nilai Pystn Penyusutan Penyusutan Penyusutan. Ha) Jumlah Nilai Harga Qml Nilai Harga Jumlah Nilai Harga Jumlah Nilai Harga Jumlah Nilai. Ha) Jumlah Bibit Harga Nilai Organik SP 36 NPK Ponska Urea. kg) (Rp/kg) (Rp) Kuantitas Nilai Harga Qml Nilai Harga Kuantitas Nilai Harga Kuantitas Nilai Harga.

Umur Ekonomis Nilai Pystn Nomor Harga Beli Nilai Total Nilai Sisa Umur Ekonomis Nilai Pystn. Ha) Kuantitas Harga Beli Nilai Total Nilai Sisa Umur Ekonomi Nilai Pystn Kuantitas Harga Beli Nilai Total Nilai Sisa Nilai Pystn Kehidupan Ekonomi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Rata-rata produksi cabai rawit sebesar 6.801 kg per tahun. hektar, dan rata-rata produksi padi sebesar 5.483 kg per hektar. 57.741.310 per hektar, lebih besar dari rata-rata biaya produksi padi yaitu Rp. Berdasarkan hasil uji t, taraf signifikansi 5% berbeda nyata yang berarti pendapatan dari budidaya cabai rawit lebih besar dibandingkan pendapatan dari budidaya padi.

Faktor pendorong usahatani cabai rawit adalah mampu menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi, mengikuti anjuran kelompok tani, dan perubahan pola tanam. Sementara itu, faktor-faktor yang mendorong petani yang disurvei untuk menanam padi antara lain modal untuk melakukan budidaya padi dalam jumlah kecil, ketersediaan air irigasi sepanjang tahun, dan harga beras yang relatif stabil.

Saran-saran

Luas tanam dan rata-rata produksi padi dan cabai merah menurut kabupaten di Kota Mataram tahun 2016. R1 = Total pendapatan budidaya cabai merah R2 = Total pendapatan usahatani padi I1 = Total pendapatan budidaya cabai merah I2 = Total pendapatan budidaya padi.

Gambar

Tabel 1.1. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Produksi Cabai Rawit Lima Tahun  Terakhir di Kota Mataram 2011-2015
Tabel 1.2. Luas Panen Rata-rata Produksi dan Produksi Padi Lima Tahun Terakhir    di Kota Mataram 2011-2015
Gambar 2.1. Kerangka Pendekatan Masalah
Tabel 3.1. Jumlah Anggota Kelompok Tani Padi dan Cabai Rawit di Kecamatan          Sandubaya Kota Mataram Tahun 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cho dung dịch chứa 27,0 gam glucozo tác dụng với lượng dư dung dịch AgNO3 trong NH3 đun nóng thu được tối đa m gam Ag.. Xà phòng hóa hoàn toàn 11,1 gam hỗn hợp gồm HCOOC2H5 và CH3COOCH3