• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.3. Penentuan Sampel

3.3.2. Penentuan Responden

Jumlah responden ditetapkan sebanyak 50 petani dilakukan dengan teknik

β€œQuota Sampling” (33% dari total populasi sebanyak 150 petani), dimana untuk responden tanaman padi sebanyak 25 petani dan responden tanaman cabai rawit sebanyak 25 petani. Karena jumlah sampel yang diinginkan hanya 25 responden dari masing-masing komoditi, maka dilakukan perhitungan secara proporsional random sampling dengan perhitungan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Jumlah Anggota Kelompok Tani Padi dan Cabai Rawit di Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Tahun 2016

Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota

a. Kelompok Tani Tanaman Padi Mekar Sari

Purwasari

45 37

Jumlah 85

b. Kelompok Tani Cabai Rawit Bertais Daye

Patuh Girang

17 46

Jumlah 63

Sumber: Data Sekunder Diolah Penentuan Responden Petani Padi:

=

π‘ƒπ‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘– π‘ƒπ‘Žπ‘‘π‘–

π½π‘’π‘šπ‘™π‘Ž β„Ž π‘ƒπ‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘– π‘ƒπ‘Žπ‘‘π‘–

π‘₯π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘…π‘’π‘ π‘π‘œπ‘›π‘‘π‘’π‘› Mekar Sari =

45

85

π‘₯25 = 14 Orang

Purwasari =

37

85

π‘₯25 = 11 Orang Penentuan Responden Petani Cabai Rawit

=

π‘ƒπ‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘– π‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘– π‘Ÿπ‘Žπ‘€π‘–π‘‘

π½π‘’π‘šπ‘™π‘Ž β„Ž π‘ƒπ‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘– π‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘– π‘Ÿπ‘Žπ‘€π‘–π‘‘

π‘₯π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘…π‘’π‘ π‘π‘œπ‘›π‘‘π‘’π‘› Bertais Daye =

17

63

π‘₯ 25 = 7 Orang Patuh Girang =

46

63

π‘₯ 25 = 18 Orang

Penentuan Responden dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 3.1. Penentuan Responden

3.4. Jenis dan Sumber Data

Menurut jenisnya dalam penelitian ini data dibagi menjadi dua jenis yaitu:

data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka seperti luas lahan, biaya, pendapatan dan data bentuk angka lainnya.

Data kualitatif adalah data yang bukan dalam bentuk angka seperti status kepemilikan lahan, tingkat pendidikan data bukan dalam bentuk angka lainnya.

Menurut sumbernya dalam penelitian ini ada dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan teknik wawancara yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini, atau yang dikutip dari beberapa literatur pendukung lainnya.

Kota Mataram

Usahatani Padi

Kecamatan Sandubaya

Kelompok Tani Mekar Sari

Sampel = 14

Kelompok Tani Purwasari

Sampel = 11

Usahatani Cabai Rawit

Kelompok Tani Bertais Daye

Sampel =7

Kelompok Patuh Girang

Sampel = 18

3.5. Variabel dan Cara Pengukurannya

Variabel yang akan diteliti dan diukur dalam penelitian ini yaitu biaya produksi, produksi dan penerimaan, dan pendapatan.

3.5.1. Biaya produksi

Biaya produksi yaitu seluruh biaya yang digunakan dalam proses produksi dalam satu kali musim tanam, meliputi:

a) Biaya tetap (Fixed cost), terdiri atas:

- Biaya pajak tanah (dinyatakan dalam rupiah) - Biaya penyusutan alat-alat (Rp)

- Bunga modal, baik modal dari bank maupun dari pihak lain selama usahatani berlangsung, diukur dalam satuan rupiah (Rp)

- Biaya sewa lahan (Rp).

b) Biaya Variabel (Variabel cost)

- Biaya sarana produksi (benih, pupuk, dan obat-obatan) dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp)

- Upah tenaga kerja, meliputi biaya tenaga kerja luar keluarga dan dalam keluarga (Rp)

- Biaya-biaya lain, meliputi biaya tak terduga yang mempengaruhi besarnya produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

3.5.2. Produksi dan Penerimaan

οƒ˜ Produksi, yaitu hasil fisik dari usahatani padi dan cabai rawit yang dikelola petani selama satu kali produksi, dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).

οƒ˜ Penerimaan, yaitu nilai yang diperoleh dengan jalan mengalikan jumlah produksi fisik dengan harga penjualan dalam satuan rupiah per kilogram di tingkat petani pada saat itu. Penerimaan dinyatakan dalam satuan rupiah.

3.5.3. Pendapatan

Pendapatan adalah total penerimaan yang dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan. Sedangkan dalam bentuk matematis nya adalah sebagai berikut:

I = TR –TC

Keterangan:

I : Pendapatan Usahatani (Rp)

TR : Total Penerimaan/Nilai Produksi (Rp) TC : Total Pengeluaran/Biaya (Rp)

3.6. Analisis Data 3.6.1. Biaya Usahatani

Untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan, maka dihitung dengan rumus:

TC = TVC + TFC Keterangan:

TC = Total Biaya Yang Dikeluarkan

TVC = Total Biaya Variabel Yang Dikeluarkan TFC = Total Biaya Tetap Yang Dikeluarkan 3.6.2. Pendapatan Usahatani

Untuk mengetahui besarnya pendapatan petani yang berusahatani padi dan petani yang berusahatani cabai rawit maka dianalisis dengan analisis biaya dan pendapatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 1995):

Pd = TR – TC Keterangan :

Pd = Pendapatan Usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya

Tingkat pendapatan usahatani cabai rawit dalam satu kali proses produksi dianalisis dengan rumus (Suratiyah, 2016):

R/C ratio =

𝑇𝑅

𝑇𝐢

Keterangan :

TR = Total Penerimaan

TC = Total Biaya Produksi

Kriteria:

- Jika R/C Ratio β‰₯ 1 maka usahatani dikatakan layak untuk diusahakan - Jika R/C Ratio < 1 maka usahatani dikatakan tidak layak untuk diusahakan

Untuk menghitung apakah pendapatan usahatani padi dan usahatani cabai rawit berbeda nyata, maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan uji t pada taraf 5%.

Ho : 𝑋

1

= 𝑋

2

Ha : 𝑋

1

β‰  𝑋

2

Keterangan:

𝑋

1

= Rata-rata Pedapatan Usahatani Padi

𝑋

2

= Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Rawit

Langkah-langkah untuk menguji kebenaran hipotesis adalah sebagai berikut:

- Menentukan varians sampel homogen atau tidak digunakan uji F-tes pada taraf 5%

F hit =

𝑆𝑋1

2

𝑆𝑋22

π‘—π‘–π‘˜π‘Ž 𝑆𝑋

12

> 𝑆𝑋

22

Jika F hit ≀ F Tabel : berarti varians kedua sampel homogen Jika F hit > F Tabel : berarti Varians kedua sampel tidak homogen 𝑆𝑋

12

𝑋

1

βˆ’ 𝑋

1 2

𝑛 βˆ’ 1 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ 𝑆𝑋

12

= 1

𝑛 βˆ’ 1 𝑋

12

βˆ’ 𝑋

1

2

/𝑛

- Apabila varians kedua sampel homogen, maka dihitung dengan rumus:

𝑑 β„Žπ‘–π‘‘ = 𝑋 βˆ’ 𝑋

1

2

𝑆𝑃

2

𝑛

1

+ 𝑆𝑃

2

/𝑛

2

𝑆𝑃

2

= 𝑛

1

βˆ’ 1 𝑆𝑋

12

+ 𝑛

2

βˆ’ 1 𝑆𝑋

22

𝑛

1

βˆ’ 1 + 𝑛

2

βˆ’ 1

- Apabila varians kedua sampel tidak homogen, maka dihitung dengan rumus:

𝑑 β„Žπ‘–π‘‘ = 𝑋 βˆ’ 𝑋

1

2

𝑆𝑋

12

𝑛

1

+ 𝑆𝑋

22

/𝑛

2

Keterangan:

𝑋

1

= Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi

𝑋

2

= Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Rawit 𝑆𝑃

2

= Varians Gabungan dari 𝑋 π‘‘π‘Žπ‘› 𝑋

1

2

𝑆𝑋

1

= Varians Dari Pendapatan Usahatani Padi

𝑆𝑋

2

= Varians Dari Pendapatan Usahatani Cabai Rawit 𝑛

1

= Jumlah Usahatani Padi

𝑛

2

= Jumlah Usahatani Cabai Rawit Kriteria penerimaan hipotesis:

a. Jika t hit ≀ t tab, maka β„Ž

0

diterima berarti pendapatan usahatani padi dengan usahatani cabai rawit tidak berbeda nyata.

b. Jika t hit > t tab, maka β„Ž

0

ditolak berarti pendapatan usahatani padi dengan usahatani cabai rawit berbeda nyata.

3.7. Faktor Pendorong

Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang mendorong petani untuk

melakukan kegiatan usahatani padi dan cabai rawit. Data kualitatif yang telah

dikumpulkan kemudian diidentifikasi dan disajikan dalam bentuk tabulasi

sederhana dan dianalisis secara deskriptif.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Letak Geografis dan Wilayah

Kota Mataram merupakan salah satu kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Letak Kota Mataram diapit antara Kabupaten Lombok Barat dan Selat Lombok. Letaknya antara 08

o

33’ dan 08

o

38’ Lintang Selatan dan antara 116

o

10’ Bujur Timur.

Wilayah Kota Mataram adalah 61.30 Km

2

, yang terbagi dalam 6 kecamatan. Kecamatan terluas adalah Selaparang yaitu sebesar 10,77 Km

2

, disusul Kecamatan Mataram dengan luas wilayah 10,77 Km

2

. Sedangkan wilayah terkecil adalah Kecamatan Ampenan dengan luas 9,60 Km

2

(BPS Kota Mataram, 2017). Luas wilayah Kota Mataram per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Mataram Per Kecamatan Tahun 2016

No. Kecamatan Luas (Ha) Persentase

1 2 3 4 5 6

Ampenan Sekarbela Mataram Selaparang Cakranegara Sandubaya

946 1.032 1.076 1.077 967 1.032

15,43 16,84 17,55 17,57 15,77 16,84

Jumlah 6.130 100,00

Sumber: BPS Kota Mataram (2017)

4.1.2. Keadaan Topografi

Kota Mataram memiliki topografi wilayah berada pada ketinggian kurang

dari 50 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan rentang ketinggian 9 km. Kota

Mataram memiliki tanah yang cukup subur dengan sistem pengairan yang berjalan

lancar, sehingga berbagai jenis tanaman dapat dibudidayakan seperti padi,

palawija, hortikultura, buah-buah dan tanaman hias.

Berdasarkan pada ketinggian tanah, maka Kota Mataram sangat cocok untuk dilakukan usahatani padi dan hortikultura khususnya cabai rawit. Hal ini seperti yang diungkapkan Tim Bina Karya Tani (2008) yang menyatakan bahwa tanaman cabai dapat tumbuh subur pada berbagai ketinggian tempat, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, dengan ketinggian antara 1.000 – 1.250 Mdpl.

4.1.3. Kedaan Tanah dan Iklim

Dalam pertanian, keadaan tanah dan iklim merupakan variabel yang menentukan keberhasilan suatu pertanian, di samping terdapatnya faktor-faktor produksi dan yang lain. Tanah yang ada di Kota Mataram tergolong gembur dan lempung berpasir serta memiliki drainase air yang baik. Jenis tanah tersebut cocok untuk tanaman padi dan cabai rawit.

Kota Mataram beriklim tropis dengan temperatur berkisar antara 22,8

o

C- 31,95

o

C. Untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi, dari 78% sampai dengan 82%. Curah hujan tertinggi tercatat pada bulan maret sebesar 338 mm dan hari hujan terbanyak tercatat pada bulan januari hingga maret sebesar 21 hari (BPS Kota Mataram, 2016).

4.1.4. Sektor Mata Pencarian Penduduk

Sektor mata pencarian penduduk Kota Mataram yaitu pertanian, industri, perdagangan, jasa, dan lainnya. Persentase sektor mata pencaharian penduduk Kota Mataram dapat dilihat Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Persentase Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kota Mataram Tahun 2016

Lapangan Usaha Laki-kali (%)

Perempuan (%)

Total (%) Pertanian

Industri Perdagangan Jasa

Lainnya

4,99 7,84 26,87 31,69 28,61

0,60 8,39 52,61 34,74 3,65

3,12 8,08 37,82 32,99 17,99

Total 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Kota Mataram (2017)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penduduk yang bekerja pada sektor pertanian sebanyak 3,12%, yaitu sektor mata pencaharian yang paling sedikit penduduk yang bekerja. Hal ini disebabkan oleh lahan pertanian di Kota Mataram semakin sedikit sehingga penduduk di Kota Mataram beralih ke sektor mata pencaharian lainnya seperti jasa sebanyak 32,99% dan perdagangan sebanyak 37,82%.

4.1.5. Keadaan Penduduk

Kota Mataram yang luasnya 61.30 Km

2

dihuni oleh 450.226 jiwa, dengan kepadatan 7.345 jiwa/Km

2

, dan wilayah terdapat yaitu Kecamatan Ampenan yang memiliki tingkat kepadatan 9.275 jiwa/Km

2

dan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Sekarbela dengan kepadatan 6.293 jiwa/Km

2

(BPS Kota Mataram, 2017).

Kepadatan penduduk di Kota Mataram yang mencapai 7.345 jiwa/Km

2

tergolong sangat padat. Hal ini sesuai dengan pendapat BSN (2004), yang menggolongkan kriteria kepadatan penduduk, sebagai berikut:

a. Kepadatan penduduk < 150 Jiwa/km

2

tergolong rendah b. Kepadatan penduduk 151-200 Jiwa/km

2

tergolong sedang c. Kepadatan penduduk 201-400 Jiwa/km

2

tergolong padat d. Kepadatan penduduk >400 Jiwa/km

2

tergolong sangat padat.

4.2. Karakteristik Responden

Penelitian ini difokuskan pada dua komoditi yaitu tanaman padi dan cabai rawit. Penelitian ini berlokasi di Kota Mataram dimana kecamatan sandubaya sebagai sampel dengan mengambil 4 kelompok tani yaitu 2 kelompok tani padi dan 2 kelompok tani cabai rawit.

Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua karakteristik yaitu Petani yang

menanam padi dan petani yang menanam cabai rawit.

4.2.1. Umur Petani Responden

Rata-rata umur petani Padi 54 tahun dengan kisaran antara 40-70 tahun.

Umur rata-rata petani cabai rawit yaitu 50 tahun dengan kisaran umur antara 34- 70 tahun. Rincian umur petani padi dan cabai rawit Kota Mataram dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Umur Petani Responden di Kota Mataram Tahun 2016 No. Umur

(Tahun)

Petani Padi Petani Cabai Rawit

(orang) (%) (orang) (%)

1 2 3

<15 15-64

>64

0 23

2

0 92

8

0 24

1

0 96

4

Jumlah 25 100 25 100

Sumber: Data Sekunder diolah

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar petani padi dan cabai rawit masih dalam kisaran umur produktif. Dimana umur yang berkisar antara 15-64 tahun tergolong kisaran umur produktif (www.bps.go.id). Artinya secara fisik petani padi dan cabai rawit masih dapat bekerja dengan baik.

4.2.2. Jumlah Tanggungan

Yang dimaksud dengan jumlah tanggungan dalam keluarga dalam

penelitian ini adalah jumlah anggota rumah tangga yang tinggal dalam satu rumah

dengan responden atau jumlah anggota rumah tangga yang ditanggung hidupnya

oleh yang bersangkutan. Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap biaya

yang akan dikeluarkan oleh responden karena akan mengurangi pemakaian tenaga

kerja luar keluarga. Untuk lebih jelasnya jumlah tanggungan dalam keluarga dapat

dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Padi dan Cabai Rawit Kota Mataram Tahun 2016

No. Tanggungan (Orang)

Petani Padi Petani Cabai Rawit

Orang (%) Orang (%)

1 2

0 – 2 3-5

17 8

68 32

13 12

52 48

Jumlah 25 100 25 100

Sumber: Data Sekunder Diolah

Tabel 4.4 menunjukkan rata-rata tanggungan terbesar atau tertinggi dalam keluarga responden petani padi adalah tanggungan 0-2 orang sebanyak 17 responden dengan jumlah persentase 68%. Pada usahatani cabai rawit tanggungan terbesar atau tertinggi dalam keluarga responden pada 0-2 orang sebanyak 52 responden dengan persentase 52%.

Keadaan ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani padi dan petani cabai rawit yang ada di Kota Mataram tergolong keluarga kecil. Hal ini mengacu pada pendapat Ilyas (1988) yaitu:

1. Jika tanggungan keluarganya 0-2 jiwa, tipe keluarga kecil 2. Jika tanggungan keluarganya 3-5 jiwa, tipe keluarga menengah 3. Jika tanggungan keluarganya β‰₯5 jiwa, tipe keluarga besar.

4.2.3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan menentukan kemampuan petani dalam menerapkan cara-cara berusahatani yang tepat yaitu mulai dari persiapan penanaman hingga penjualan hasil panennya. Informasi mengenai tingkat pendidikan petani responden dapat dilihat Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Tingkat Pendidikan Petani Padi dan Cabai Rawit Kota Mataram Tahun 2016

No. Tanggungan (Orang)

Petani Padi Petani Cabai Rawit

Orang (%) Orang (%)

1 2 3 4 5

Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Akademi/PT

0 14

4 4 3

0 56 16 16 12

4 14

4 3 0

16 56 16 13 0

Jumlah 25 100 25 100

Sumber: Data Sekunder Diolah

Tabel 4.5 menunjukkan tingkat pendidikan petani responden rata-rata tamat SD yaitu sebanyak 14 orang petani padi maupun petani cabai rawit dengan persentase 56%. Pendidikan yang rendah ini mengakibatkan petani melakukan kegiatan usahataninya dengan tradisional dan kurang menggunakan teknologi baru walaupun telah mendapat penyuluhan dari PPL.

4.2.4. Pengalaman Petani Responden

Pengalaman dalam berusahatani dapat dijadikan pelajaran untuk mencapai kesuksesan usaha. Hal ini dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman pengusaha yang lain. Pengalaman berusahatani akan mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan pengelolaan usahatani, Untuk mengetahui pengalaman petani padi dan cabai rawit dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Pengalaman Petani Padi dan Cabai Rawit di Kota Mataram Tahun 2016 No. Pengalaman

Berusahatani

Padi Cabai Rawit

Orang % Orang %

1 1-15 0 0 5 20

2 16-30 12 48 16 64

3 >30 13 52 4 16

Jumlah 25 100 25 100

Sumber: Data Sekunder diolah

Tabel 4.6 menunjukkan pengalaman usaha yang dimaksud adalah lamanya kegiatan usaha yang dilakukan oleh petani padi dan cabai rawit. Adapun pengalaman petani responden dalam berusahatani padi rata-rata >30 tahun yaitu sebanyak 13 orang dengan persentase 52%. Sedangkan pengalaman petani responden dalam berusahatani cabai rawit rata-rata 16-30 tahun yaitu sebanyak 16 orang dengan persentase 64%.

4.3. Luas dan Status Lahan Garapan

Lahan pertanian merupakan faktor produksi utama dalam kegiatan usahatani. Kegiatan usahatani padi dan cabai rawit di Kota Mataram dilakukan pada lahan sawah. Rata-rata luas lahan petani padi adalah 0,81 Ha dan petai cabai rawit 0,36 Ha. Status lahan garapan petani padi dan cabai rawit adalah semuanya sewa.

Menurut Hernanto (1996), besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhi seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja.

4.4. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi oleh petani pada usahatani padi dan usahatani cabai rawit berlangsung dalam satu kali musim tanam, biaya ini meliputi biaya variabel dan biaya tetap.

Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan bergantung pada besar kecilnya

produksi yang terdiri dari biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja. Biaya

tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya

produksi, meliputi biaya sewa lahan dan biaya penyusutan alat yang digunakan

dalam proses produksi. Berdasarkan hasil penelitian ini biaya produksi yang

dikeluarkan petani responden pada usahatani padi dan usahatani cabai rawit dapat

dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Padi dan Usahatani Cabai Rawit MT II di Kota Mataram Tahun 2016

No. Jenis Biaya Tetap Padi

(Rp/Ha)

Cabai Rawit (Rp/Ha) 1 Biaya Variabel

a. Biaya saprodi b. Tenaga Kerja

2.138.073 6.861.550

14.618.775 26.271.600

Subtotal 1 (a) 8.999.198 40.890.375

2 Biaya tetap a. Sewa Lahan b. Iuran Pengairan c. Penyusutan alat

10.000.000 400.000 86.041

15.000.000 400.000 1.450.935

Subtotal 2 (b) 10. 486.041 16.850.935

Total Biaya Produksi (a) + (b) 19.485.239 57.741.310 Sumber: Data Primer Diolah

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan petani responden pada usahatani padi dan usahatani cabai rawit dibagi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Dalam hal ini rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pada usahatani padi lebih kecil dibandingkan rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pada usahatani cabai rawit yaitu rata-rata biaya produksi usahatani padi sebesar Rp. 19.485.239 per hektar sedangkan rata-rata biaya produksi pada usahatani cabai rawit sebesar Rp. 57.741.310 per hektar. Hal ini dikarenakan biaya variabel dan biaya tetap pada usahatani cabai rawit jauh lebih besar dibandingkan usahatani padi.

4.4.1. Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah

hasil produksi. Dengan kata lain besarnya output yang dihasilkan dalam proses

produksi ditentukan oleh besar kecilnya biaya variabel. Biaya ini terdiri dari biaya

sarana produksi dan biaya tenaga kerja. Biaya sarana produksi yang dikeluarkan

secara rutin oleh petani pada usahtani padi dan usahtani cabai rawit terdiri dari

biaya benih, pupuk dan obat-obatan. Besarnya biaya sarana produksi yang

dikeluarkan oleh petani pada usahatani padi dan usahatani cabai rawit dapat

dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Per Hektar Pada Usahatani Padi dan Usahatani Cabai Rawit MT II di Kota Mataram Tahun 2016

No. Uraian

Padi Cabai Rawit

Jmlah Fisik

Nilai (Rp/Ha)

Jumlah Fisik

Nilai (Rp/Ha) 1

2

3

Benih/bibit ( Kg/Batang) Pupuk:

- Organik (kg) - Urea (Kg) - SP36 (Kg) - NPK (Kg) - KCL (Kg)

- Bom Flower (Ltr) - Pelangi (Kg) - Boron (Kg) - Kalsium (Kg) Obat-obatan:

- Herbisida Topkuat (Ltr) Parakuat (Ltr) Restart (Ltr) Lindomin (Ltr) Roundup (Ltr) - Pestisida

Matador (Ltr) Confidor (kg) Furadan (kg) Cronus (Ltr) Samite (Ltr) - Fungisida

Kuproxat (Ltr) Score (Ltr) Nordox (Kg) Antracol (Ltr) Biozep (Kg)

40 500 250 100 100 - 0,37 28,57 - -

0,54 0,33 1.09 - - 0,28 1,89 4,43 - - 0,17 0,33 0,13 - -

320.000 250.000 500.000 163.547 230.000 - 95.172 71.428 - -

29.802 18.423 60.147 - - 15.172 226.995 66.502 - - 25.862 43.743 21.280 - -

17.000 10.000 - 199 833 200 - - 2,78 2,79

4,59 - - 2,21 2,84 - 0,98 - 0,56 1,15 - - 0,61 1,00 1,14

3.400.000 5.000.000 - 397.917 1.916.667 1.800.000 - - 176.563 167.188

250.651 - - 221.354 241.276 - 293.899 - 111.213 345.052 - - 97.222 120.000 79.753

Jumlah 2.138.073 14.618.775

Sumber: Data Primer Diolah

Tabel 4.8 menunjukkan rata-rata biaya sarana produksi yang dikeluarkan

petani responden pada usahatani padi sebesar Rp. 2.138.073 per hektar, sedangkan

pada usahatani cabai rawit rata-rata biaya sarana produksi yang dikeluarkan

sebesar Rp. 14.618.775 per hektar. perbedaan jumlah biaya yang dikeluarkan

untuk biaya sarana produksi disebabkan karena adanya perbedaan sarana produksi

yang digunakan. Pada usahatani cabai rawit biaya sarana produksi yang paling bayak dikeluarkan adalah biaya pupuk, ini dikarenakan lahan yang digunakan menanam cabai rawit adalah bekas tanaman padi sawah, karena padi sawah memerlukan genangan air yang banyak sehingga mengakibatkan unsur hara di dalam tanah banyak yang hilang atau terjadi pencucian, oleh karena itu untuk menanam cabai rawit membutuhkan pupuk yang lebih banyak untuk menjaga kesuburan lahan tersebut. Dalam usahatani cabai rawit petani responden menggunakan bibit dimana rata-rata bibit yang dibutuhkan petani sebanyak 17.000 batang per hektar dengan nilai Rp. 3.400.000. Sedangkan pada usahatani padi petani responden menggunakan benih untuk di semai, rata-rata benih yang dibutuhkan petani responden sebanyak 40 kilogram per hektar dengan nilai Rp.

320.000. Untuk usahatani cabai rawit biaya sarana produksi yang paling rendah adalah biaya obat-obatan yaitu sebesar Rp. 1.761.600 per hektar. Obat-obatan ini terdiri dari Herbisida, pestisida dan fungisida yang dilakukan dengan cara menyemprotkan atau menyiramkan ke tanaman. Adapun kegiatan ini tidak mutlak dilakukan dan dilakukan ketika tanaman terkena hama penyakit dan ditumbuhi gulma.

Sedangkan besarnya rata-rata biaya tenaga kerja per hektar yang

dikeluarkan pada usahatani padi dan usahatani cabai rawit dapat dilihat pada

Tabel 4.9. Tabel 4.9 menunjukkan bahwa rata-rata biaya tenaga kera yang

dikeluarkan pada usahatani padi sebesar Rp. 6.861.550 per hektar, sedangkan

pada usahatani cabai rawit sebesar Rp. 26.271.600 per hektar. Perbedaan biaya

tenaga kerja usahatani cabai rawit jauh lebih besar dibandingkan biaya tenaga

kerja pada usahatani padi, ini dikarenakan ada perbedaan upah dan pekerjaan yang

dilakukan. Pada usahatani cabai rawit pekerjaan yang dilakukan cukup berat dan

membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan usahatani padi seperti

biaya tenaga kerja yang paling banyak dikeluarkan pada usahatani cabai rawit

adalah pembuatan bedengan dikarenakan pembuatan bedengan ini membutuhkan

tenaga kerja yang banyak dan prosesnya yang lama. Adapun sistem pembayaran

pada pembuatan bedengan ini adalah sistem borongan dengan upah sebesar Rp.

15.000.000 per hektar dengan jumlah tenaga kerja 86,88 HKO dan biasanya dilakukan oleh satu kelompok tenaga kerja.

Tabel 4.9. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi dan Cabai Rawit MT II di Kota Mataram Tahun 2016

No

. Uraian

Padi Cabai Rawit

HKO Nilai

(Rp/Ha) HKO Nilai

(Rp/Ha) 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Pengolahan/Bajak Penyemaian

Pemupukan Pesemaian Pencabutan bibit Pengangkutan bibit Pembuatan Bedengan Pemasangan Mulsa Penanaman

Pemasangan Ajir Penyiangan Penyulaman Pemangkasan Pemupukan I Pemupukan II

Berantas hama/penyakit I Berantas hama/penyakit II Pemanenan

5,42 4,24 1,58 2,97 2,41 - - 11,87 - 12,76 - - 3,15 3,15 2,13 2,13 2,46

1.500.000 318.000 118.500 222.750 180.750 - - 890.250 - 957.000 - - 236.250 236.250 159.500 159.500 1.882.800

13,33 - - - - 86,88 13,02 28,65 11,98 23,54 4,22 11,46 6,77 - 4,69 - 10,63

1.500.000 - - - - 15.000.000 1.106.700 2.435.250 1.018.300 2.000.900 358.700 974.100 575.450 - 398.650 - 903.550 Jumlah 54,27 6.861.550 215,17 26.271.600 Sumber: Data Primer Diolah

4.4.2. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani padi dan usahatani cabai rawit yang terdiri dari sewa lahan, iuran pengairan dan penyusutan alat. Besarnya biaya tetap pada usahatani padi dan usahatani cabai rawit dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 menunjukkan rata-rata biaya tetap per herktar usahatani cabai

rawit lebih besar dibandingkan usahatani padi yaitu sebesar Rp. 16.450.935,

sedangkan pada usahatani padi rata-rata biaya tetap sebesar Rp. 10.486.041 per

hektar. Besarnya rata-rata biaya penyusutan pada setiap usahatani disebabkan

karena adanya perbedaan jumlah kepemilikan alat-alat pertanian. Semakin banyak

alat-alat yang digunakan maka nilai penyusutan akan semakin besar. Selain itu nilai penyusutan alat dipengaruhi pula oleh nilai beli, umur pakai dan nilai sisa dari alat tersebut. Adapun pada sewa lahan rata-rata per hektar petani responden menyewa lahan dengan sewa Rp. 30.000.000 per tahun. Pada usahatani padi petani responden membayar Rp. 10.000.000 per musim karena petani responden bisa menanam padi 3 kali dalam setahun. Sedangkan pada usahatani cabai rawit petani responden hanya bisa menanam 2 kali dalam setahun sehingga biaya penyusutan sewa lahan sebesar Rp. 15.000.000 Per musim.

Tabel 4.10 Rata-rata Biaya Tetap Atau Biaya Penyusutan Alat Pada Usahatani Padi dan Usahatani Cabai Rawit MT II di Kota Mataram Tahun 2016

No. Biaya Penyusutan Padi

(Rp/Ha)

Cabai Rawit (Rp/Ha) 1.

2.

3.

Sewa Lahan Iuran Pengairan Penyusutan Alat : a. Traktor

b. Cangkul c. Sprayer d. Sabit e. Gembor f. Parang g. Gunting h. Ember i. Mulsa j. Tali salaran k. Ajir

10.000.000 400.000 56.150 7.372 19.589 2.930 - - - - - - -

15.000.000 400.000 96.412 19.379 53.743 8.656 607 1.691 6.429 7.420 587.240 11.697 657.661

Jumlah Biaya Penyusutan 10.486.041 16.850.935

Sumber: Data Primer Diolah

4.5. Produksi, Pendapatan dan Kelayakan

Produksi merupakan besarnya hasil produksi yang diperoleh petani selama

satu musim atau sekali proses produksi. Produksi dalam hasil penelitian yang

dimaksud adalah usahatani padi dan usahatani cabai rawit. Rincian mengenai

produksi, nilai produksi, total biaya, pendapatan dan R/C ratio dapat dilihat pada

Tabel 4.11.

Dokumen terkait