i
SKRIPSIPROPOSAL SKRIPSI
ANALISIS KONFLIK PERSIMPANGAN TIDAK BERSINYAL DAN PERSIMPANGAN BERSINYAL DENGAN METODE TRAFFIC
CONFLICT TECHNIQUE (TCT)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tidar
Disusun oleh:
NAMA : MUHAMMAD BAGAS SAFRUDIN NPM : 2010503034
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR 2024
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS KONFLIK PERSIMPANGAN TIDAK BERSINYAL DAN PERSIMPANGAN BERSINYAL DENGAN METODE TRAFFIC
CONFLICT TECHNIQUE (TCT)
Disusun oleh:
MUHAMMAD BAGAS SAFRUDIN NPM 2010503034
Telah disetujui dan disahkan Pada 10 Oktober 2024
Dosen Pembimbing I Dosen Penguji
Prof. Dr. Ir. Gito Sugiyanto, S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng.
Ir. Woro Partini Maryunani., S.T., M.T.
NIP 198002152002121003 NIP 196606062021212001 Dosen Pembimbing II
Ir. Ria Miftakhul Jannah, S.T., M.T.
NIP 199004072019032019
Mengetahui Dekan Fakultas Teknik
Prof. Dr. Ir. Gito Sugiyanto, IPM., S.T., M.T., ASEAN Eng.
NIP 198002152002121003
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Konflik Persimpangan Tidak Bersinyal dan Persimpangan Bersinyal dengan Metode Traffic Conflict Technique (TCT)”, bertanggung jawab beberapa hal sebagai berikut:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis dan belum pernah ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis telah disebutkan sumbernya pada daftar pustaka.
2. Data dan informasi yang digunakan pada penelitian ini diperoleh secara sah dan sesuai dengan etika penelitian. Sumber data yang digunakan dapat dipertanggugjawabkan, dan sesuai dengan kepatutan dan kerahasiaan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini penyusun buat dengan penuh kesadaran dan integritas. Saya bertanggung jawab penuh kepada saya sebagai penyusun pada penulisan skripsi ini. Apabila terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, penyusun bersedia menerima konsekuensi yang berlaku.
Magelang, 10 Oktober 2024 Penyusun
Muhammad Bagas Safrudin
iv MOTTO
“Jangan telat untuk mensyukuri jalan yang Tuhan pilihkan untuk kita”
“Jangan berhenti jadi baik”
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur senantiasa tercurahkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Prof. Dr. Sugiarto, M.Si. selaku rektor Universitas Tidar.
2. Prof. Dr. Ir. Gito Sugiyanto, S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng selaku dekan fakultas Teknik Universitas Tidar sekaligus sebagai dosen pembimbing 1 yang telah memberikan arahan, masukan serta tuntunan untuk penulisan tugas akhir sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini dan pengalaman dalam penulisan tugas akhir yang sangat luar biasa.
3. Ir. Anis Rakhmawati, S.T., M.T., IPM. selaku ketua jurusan Teknik sipil.
4. Ir. Ria Miftakhul Jannah, S.T., M.T. sebagai dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan masukan, semangat, serta motivasi.
5. Ir. Woro Partini Maryunani, S.T., M.T. sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini.
6. Bapak Eko Apriyanto yang telah menjadi sosok ayah yang selalu mendukung.
7. Pintu surgaku, ibu Khuzaemah yang telah menjadi Pelabuhan untuk berkeluh kesah bersandar dan penuntun ketika hilang arah.
8. Teman teman sebimbingan Mahdi Ahmad Naser dan Yuan Dalton Portibi.
9. Teman teman seperjuangan di Teknik Sipil Untidar tahun 2020 atas segala dukungan dan pembersamaan dalam mengerjakan tugas akhir.
10. Orang spesial yang telah menemani dan membantu dalam mengerjakan tugas akhir ini.
11. Terakhir, untuk diri saya sendiri, Muhammad Bagas Safrudin atas segala kerja keras dan semangat dalam penulisan tugas akhir ini yang sempat terlambat untuk mensyukuri hikmah dibalik jalan yang tuhan pilihkan untuk saya. Tapi pada akhirnya saya sadar bahwa pilihan-Nya lah yang terbaik hanya kita saja yang lupa akan rasa syukur.
vi PRAKATA
Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Dzat yang hanya kepada-Nya memohon pertolongan. Alhamdulillah atas segala pertolongan, rahmat, dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Konflik Persimpangan Tidak Bersinyal dan Persimpangan Bersinyal dengan Metode Traffic Conflict Technique (TCT)”.
Shalawat dan salam kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang senantiasa menjadi sumber inspirasi dan teladan terbaik untuk umat manusia.
Penulis menyadari banyak pihak yang memberikan dukungan dan bantuan selama menyelesaikan studi dan tugas akhir ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis dengan penuh hormat mengucapkan terimakasih dan mendoakan semoga Allah memberikan balasan terbaik kepada:
1. Prof. Dr. Sugiarto, M.Si. selaku rektor Universitas Tidar.
2. Prof. Dr. Ir. Gito Sugiyanto, S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng selaku dekan fakultas teknik Universitas Tidar sekaligus sebagai dosen pembimbing 1 yang telah memberikan arahan, masukan serta tuntunan untuk penulisan tugas akhir sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini dan pengalaman dalam penulisan tugas akhir yang sangat luar biasa.
3. Ir. Anis Rakhmawati, S.T., M.T., IPM. selaku ketua jurusan Teknik Sipil 4. Ir. Ria Miftakhul Jannah, S.T., M.T. sebagai dosen pembimbing akademik
sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan masukan, semangat, serta motivasi.
5. Ir. Woro Partini Maryunani, S.T., M.T. sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini.
6. Bapak Eko Apriyanto yang telah menjadi sosok ayah yang selalu mendukung 7. Pintu surgaku, ibu Khuzaemah yang telah menjadi Pelabuhan untuk berkeluh
kesah bersandar dan penuntun ketika hilang arah.
8. Teman teman sebimbingan Mahdi Ahmad Naser dan Yuan Dalton Portibi.
9. Teman teman seperjuangan di Teknik Sipil Untidar tahun 2020 atas segala dukungan dan pembersamaan dalam mengerjakan tugas akhir.
vii
10. Orang spesial yang telah menemani dan membantu dalam mengerjakan tugas akhir ini.
11. Terakhir, untuk diri saya sendiri, Muhammad Bagas Safrudin atas segala kerja keras dan semangat dalam penulisan tugas akhir ini yang sempat terlambat untuk mensyukuri hikmah dibalik jalan yang tuhan pilihkan untuk saya. Tapi pada akhirnya saya sadar bahwa pilihan-Nya lah yang terbaik hanya kita saja yang lupa akan rasa syukur.
Akhir kata penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, penulis masih melakukan kesalahan dalam penyusunan skripsi. Oleh karena itu, penulis meminta maaf yang sedalam-dalamnya atas kesalahan yang dilakukan penulis.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan referensi demi pengembangan ke arah yang lebih baik.
Magelang, 10 Oktober 2024
Muhammad Bagas Safrudin
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...v
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ...x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN ... xiii
INTISARI ... xiv
ABSTRACT ...xv
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Rumusan Masalah ...3
1.3 Tujuan Penelitian ...4
1.4 Batasan Masalah ...4
1.5 Manfaat Penelitian ...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...6
2.1 Landasan Teori ...6
2.1.1 Lalu Lintas ...6
2.1.2 Kecelakaan Lalu Lintas ...6
2.1.3 Simpang ...8
2.1.4 Konflik Lalu Lintas dan Fase...10
2.1.5 Traffic Conflict Technique (TCT) ...15
2.1.6 Traffic Conflict Technique (TCT) dengan Metode Time to Accident (TA) ...15
2.1.7 Fasilitas Pelengkap Jalan ...18
2.2 Kajian Pustaka ...20
BAB III METODE PENELITIAN...24
3.1 Kerangka Berpikir ...24
ix
3.2 Diagram Alir ...25
3.3 Tahapan Penelitian ...26
3.3.1 Identifikasi Masalah ...26
3.3.2 Studi Literatur ...26
3.3.3 Pemilihan Lokasi Studi ...26
3.3.4 Survei Pendahuluan ...27
3.3.5 Pengumpulan Data ...27
3.3.6 Analisis Data ...29
3.3.7 Pembahasan ...30
3.3.8 Penarikan Kesimpulan dan Saran ...30
3.4 Tempat Penelitian ...31
3.4.1 Tempat Penelitian ...31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...33
4.1 Data ...33
4.1.1 Data Kecelakaan Lalu Lintas ...33
4.1.2 Data Geometrik Simpang dan Fasilitas Pelengkap Jalan...34
4.2 Pelaksanaan Survei ...35
4.3 Hasil Survei Volume Lalu Lintas ...37
4.3.1 Survei Volume Arus Lalu Lintas Simpang Empat Tidak Bersinyal ...37
4.3.2 Survei Volume Arus Lalu Lintas Simpang Empat Bersinyal ...39
4.4 Hasil Survei Konflik Lalu Lintas ...40
4.4.1 Konflik Lalu Lintas Simpang Empat Tidak Bersinyal ...40
4.4.2 Konflik Lalu Lintas Simpang Empat Bersinyal ...43
4.5 Pembahasan ...46
4.5.1 Analisis Data konflik Lalu Lintas ...46
4.5.2 Perbandingan Analisis Simpang Empat Tidak Bersinyal dan Bersinyal ...56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...77
5.1 Kesimpulan ...77
5.2 Saran ...78
DAFTAR PUSTAKA ...79
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Nilai Time to Accident (TA)...16
Tabel 2. 2 Kajian Pustaka...20
Tabel 4. 1 Data Kecelakaan Lalu Lintas……….... 34
Tabel 4. 2 Data Geometrik Simpang ... 35
Tabel 4. 3 Volume Arus Lalu Lintas Simpang Tidak Bersinyal Periode Waktu Pagi ...38
Tabel 4. 4 Volume Arus Lalu Lintas Simpang Tidak Bersinyal Periode Waktu Siang ...39
Tabel 4. 5 Volume Arus Lalu Lintas Simpang Bersinyal Periode Waktu Pagi ...39
Tabel 4. 6. Volume Arus Lalu Lintas Simpang Bersinyal Periode Waktu Siang ..40
Tabel 4. 7 Jumlah Konflik Simpang Tidak Bersinyal Periode Waktu Pagi dan Siang ...41
Tabel 4. 8 Jenis Konflik Simpang Tidak Bersinyal Periode Waktu Pagi ...42
Tabel 4. 9 Jenis Konflik Simpang Tidak Bersinyal Periode Waktu Siang ...42
Tabel 4. 10 Jenis Pengguna Jalan Simpang Tidak Bersinyal ...43
Tabel 4. 11 Jumlah Konflik Simpang Bersinyal Periode Waktu Pagi dan Siang ..44
Tabel 4. 12 Jenis Konflik Simpang Bersinyal Periode Waktu Pagi ...44
Tabel 4. 13 Jenis Konflik Simpang Bersinyal Periode Waktu Siang ...45
Tabel 4. 14 Jenis Pengguna Jalan Simpang Bersinyal ...45
Tabel 4. 15 Rekapitulasi nilai Conflicting Speed (CS) dan Time to Accident (TA) ...48
Tabel 4. 16 Tingkat Keseriusan Konflik Simpang Empat Tidak Bersinyal ...51
Tabel 4. 17 Rekapitulasi Nilai Conflicting Speed dan Time to Accident (TA) ...52
Tabel 4. 18 Tingkat Keseriusan Konflik Simpang Empat Bersinyal ...56
Tabel 4. 19 Rekapitulasi Analisis Simpang Tidak Bersinyal dan Simpang Bersinyal ...57
Tabel 4. 20 Persentase Sepeda Motor terhadap Volume Pengguna Jalan...58
Tabel 4. 21 Persentase Jumlah Konflik terhadap Volume Pengguna Jalan ...58
Tabel 4. 22 Jumlah Konflik dan Persentase Jenis Konflik...59
Tabel 4. 23 Keseriusan Konflik Per Kaki Simpang Periode Waktu Pagi ...63
Tabel 4. 24 Persentase Jumlah Konflik terhadap Volume Penguna Jalan Periode Waktu Pagi ...64
Tabel 4. 25 Jenis Konflik Per Kaki Simpang Periode Waktu Pagi ...65
Tabel 4. 26 Keseriusan Konflik Per Kaki Simpang Periode Waktu Siang ...66
Tabel 4. 27 Persentase Jumlah Konflik terhadap Volume Pengguna Jalan Periode Waktu Siang ...67
Tabel 4. 28 Jenis Konflik Per Kaki Simpang Periode Waktu Siang ...68
Tabel 4. 29 Fasilitas Pelengkap Jalan ...69
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Piramida Konflik Lalu Lintas ...11
Gambar 2. 2 Gerakan Memotong (crossing)...12
Gambar 2. 3 Gerakan Memisah (diverging) ...12
Gambar 2. 4 Gerakan Menyatu (merging) ...13
Gambar 2. 5 Gerakan Jalinan/Anyaman (weaving) ...13
Gambar 2. 6 Titik Konflik Simpang Empat ...13
Gambar 2. 7 Persimpangan dengan 4 Fase ...14
Gambar 2. 8 Persimpangan dengan 3 Fase ...14
Gambar 2. 9 Persimpangan dengan 2 Fase ...15
Gambar 2. 10 Grafik Batas Serious Conflict dengan Non-Serious Conflict ...17
Gambar 3. 1 Kerangka Berpikir ...24
Gambar 3. 2 Diagram Alir ...25
Gambar 3. 3 Peta Lokasi ...31
Gambar 3. 4 Simpang Empat Tidak Bersinyal Jalan Soekarno Hatta ...31
Gambar 3. 5 Simpang Empat Bersinyal Jalan Magelang – Yogyakarta ...32
Gambar 4. 1 Lokasi Simpang ………34
Gambar 4. 2 Lokasi Simpang Empat Bersinyal Jl. Magelang - Yogyakarta ...36
Gambar 4. 3 Lokasi Simpang Empat Tidak Bersinyal Jl. Soekarno Hatta ...37
Gambar 4. 4 Level Konflik Simpang Tidak Bersinyal Periode Waktu Pagi ...49
Gambar 4. 5 Level Konflik Simpang Tidak Bersinyal Periode Waktu Siang ...50
Gambar 4. 6 Persentase Konflik Serius dan Konflik Tidak Serius Periode Waktu Pagi ...50
Gambar 4. 7 Persentase Konflik Serius dan Konflik Tidak Serius Periode Waktu Siang ...51
Gambar 4. 8 Level Konflik Simpang Empat Bersinyal Periode Waktu Pagi ...54
Gambar 4. 9 Level Konflik Simpang Empat Bersinyal Periode Waktu Siang ...54
Gambar 4. 10 Persentase Konflik Serius dan Konflik Tidak Serius Periode Waktu Pagi ...55
Gambar 4. 11 Persentase Konflik Serius dan Konflik Tidak Serius Periode Waktu Siang ...55
Gambar 4. 12 Grafik Perbandingan Konflik Simpang Empat Tidak Bersinyal dan Simpang Empat Bersinyal Periode Waktu Pagi ...60
Gambar 4. 13 Grafik Perbandingan Konflik Simpang Empat Tidak Bersinyal dan Simpang Empat Bersinyal Periode Waktu Siang ...61
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Formulir Survei Konflik Lalu Lintas ...83
LAMPIRAN 2 Data Survei Konflik Lalu Lintas ...85
LAMPIRAN 3 Nilai Time to Accident (TA) dan Conflicting Speed (CS) ...108
LAMPIRAN 4 Rencana Anggaran Biaya ...134
LAMPIRAN 5 Jadwal Kegiatan Penelitian ...136
xiii
ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN
CS = Conflicting Speed (km/jam) d = Jarak Tempuh (meter)
PJ = Pengguna Jalan
t = Waktu tempuh (detik) TA = Time to Accident (detik) TCT = Traffic Conflict Technique
v = Kecepatan (km/jam)
SM = Sepeda Motor
PK = Pejalan Kaki
MP = Mobil Pribadi
PU = Pick Up
T = Truk
A = Angkot
B = Bis
AM = Ambulan
S = Sepeda
SRD = Motor Roda Tiga
L1 = Lampu APILL Satu Warna
R4 = Rambu Petunjuk
L2 = Lampu APILL Dua Warna
M1 = Marka Membujur
L3 = Lampu APILL Tiga Warna M2 = Marka Melintang
R1 = Rambu Peringatan
M3 = Marka Serong
R2 = Rambu Larangan
M4 = Marka Lambang
R3 = Rambu Perintah
M5 = Marka Kotak Kuning
xiv INTISARI
Transportasi merupakan aspek penting penggerak pertumbuhan ekonomi dengan menunjang sektor kegiatan sehari-hari. Penelitian ini menganalisis konflik lalu lintas di persimpangan tidak bersinyal dan bersinyal menggunakan metode Traffic Conflict Technique (TCT). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keseriusan konflik dan perbandingan antara kedua simpang, dengan melibatkan karakteristik pengguna jalan, dan infrastruktur jalan terhadap konflik.
Penelitian ini menggunakan metode Traffic Conflict Technique (TCT) dengan pendekatan Time to Acccident (TA) pada simpang empat tidak bersinyal ruas Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang dan simpang empat bersinyal ruas Jalan Magelang – Yogyakarta, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Pengambilan data dilakukan pada jam 07.30 – 08.00 WIB dan jam 11.30 – 13.00 WIB ketika hari kerja. Data yang diperoleh kemudian dianalisis sehingga menghasilkan data keseriusan konflik lalu lintas.
Hasil penelitian menunjukkan jenis pengguna jalan yang terlibat konflik didominasi oleh sepeda motor dan tipe konflik terbanyak adalah crossing sejumlah 446 (63%) dari keseluruhan total konflik 702 kejadian. Dari hasil analisis menghasilkan 183 konflik tidak serius dan 120 konflik serius untuk simpang tidak bersinyal. Untuk simpang bersinyal sejumlah 234 konflik tidak serius dan 164 konflik serius. Rekomendasi untuk permasalahan di kedua simpang adalah penambahan fasilitas pelengkap jalan berupa rambu larangan ”dilarang jalan terus” di pendekat simpang barat untuk simpang bersinyal serta pendekat barat dan timur untuk simpang tidak bersinyal.
Kata kunci: Konflik lalu lintas, Traffic Conflict Technique (TCT), Time to Accident (TA), simpang tidak bersinyal, simpang bersinyal.
xv ABSTRACT
Transportation is an important aspect of driving economic growth by supporting the daily activities sector. This study analyzes traffic conflicts at unsignalized and signalized intersections using the Traffic Conflict Technique (TCT) method. The purpose of this study is to determine the seriousness of the conflict and the comparison between the two intersections, involving road user characteristics, and road infrastructure to the conflict.
This study used Traffic Conflict Technique (TCT) method with Time to Accident (TA) approach at four unsignalized intersections on Soekarno Hatta Road, Mertoyudan Subdistrict, Magelang Regency and four signalized intersections on Magelang - Yogyakarta Road, Mungkid Subdistrict, Magelang Regency. The data were collected at 07.30 AM - 08.00 AM and 11.30 AM - 01.00 PM on weekdays. The data obtained was then analyzed to produce data on the seriousness of traffic conflicts.
The results showed that the type of road users involved in the conflict was dominated by motorcycles and the most common type of conflict was crossing at 446 (63%) of the total 702 conflicts. The analysis resulted in 183 non-serious conflicts and 120 serious conflicts for unsignalized intersections. For signalized intersections, there are 234 non-serious conflicts and 164 serious conflicts.
Recommendations for problems at both intersections are the addition of
complementary road facilities in the form of “forbidden to continue” signs on the western approach to the intersection for signalized intersections and the western and eastern approaches for unsignalized intersections.
Keywords: Traffic conflict, Traffic Conflict Technique (TCT), Time to Accident (TA), unsignalized intersection, signalized intersection.
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecelakaan merujuk kepada peristiwa yang terjadi secara tidak sengaja.
Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (Undang-Undang nomor 22 tahun 2009). Dari perspektif ini, jumlah kecelakaan sebenarnya juga merupakan ukuran tidak langsung, sedangkan karakteristik keselamatan sebenarnya adalah jumlah kecelakaan yang diharapkan (Laureshyn & Várhelyi, 2018). Indikator inilah yang tidak dapat diukur tetapi hanya diperkirakan berdasarkan riwayat kecelakaan atau menggunakan metode lain. Indikator yang dimaksud adalah konflik lalu lintas yang secara sebab akibat berkaitan dengan kecelakaan atau cedera sehingga dapat mengindikasikan kinerja keselamatan dan membantu memahami proses yang menyebabkan kecelakaan. Salah satu hal yang dapat diamati adalah konflik lalu lintas.
Konflik lalu lintas adalah situasi yang dapat diamati di mana dua atau lebih pengguna jalan saling mendekat dalam ruang dan waktu sedemikian rupa sehingga terdapat risiko tabrakan jika pergerakan mereka tidak berubah (Laureshyn & Várhelyi, 2018). Konflik lalu lintas sering terjadi di persimpangan dan jembatan. Konflik lalu lintas sering terjadi di persimpangan, tempat di mana lintasan berbagai arus kendaraan saling bersilangan. Menurut Hobbs ada empat
2
jenis pertemuan gerakan lalu lintas yaitu gerakan memotong (crossing), gerakan memisah (diverging), gerakan menyatu (merging/converging), dan gerakan jalinan/anyaman (weaving) (Saprollah et al., 2022). Ketidakselarasan aliran lalu lintas ini dapat menyebabkan berbagai konflik antar kendaraan, pejalan kaki, atau pengendara sepeda di persimpangan.
Simpang dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu simpang bersinyal dan simpang tidak bersinyal. Simpang bersinyal memiliki arus kendaraan yang memasuki persimpangan secara bergantian untuk mendapatkan prioritas dengan berjalan terlebih dahulu dengan menggunakan pengendali lampu lalu lintas traffic light. Simpang tidak bersinyal memiliki suatu aturan yang disebut general priority rute yaitu kendaraan yang terlebih dahulu berada di persimpangan tersebut mempunyai hak untuk berjalan terlebih dahulu daripada kendaraan yang baru memasuki persimpangan. Sedangkan menurut bentuknya, simpang dikelompokkan menjadi dua macam yaitu pertemuan atau persimpangan jalan sebidang yang meliputi persimpangan bercabang 3, persimpangan bercabang 4, persimpangan bercabang banyak dan bundaran rotary intersection, serta pertemuan atau persimpangan jalan yang tidak sebidang yaitu persimpangan di mana dua ruas jalan atau lebih saling bertemu tidak dalam satu bidang tetapi salah satu ruas berada di atas atau di bawah ruas jalan yang lain. Persimpangan memerlukan perhatian khusus terutama pada ruas jalan yang masih minim akan fasilitas jalan yang merupakan jalur lalu lintas penting (Ahsan et al., 2019).
Kabupaten Magelang merupakan wilayah penghubung untuk beberapa kota besar seperti Yogyakarta, Purworejo, dan Semarang salah satunya pada Jalan
Soekarno Hatta, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang kurangnya lampu lalu lintas pada simpang di sepanjang ruas jalan ini akan memicu terjadinya konflik lalu lintas yang berpotensi menyebabkan kecelakaan. Persimpangan bersinyal ruas jalan Jogja – Magelang memiliki tiga fase yang berpotensi menyebabkan konflik lalu lintas. Minimnya data kecelakaan sebagai satu satunya indikator dalam menganalisis tingkat keselamatan lalu lintas menjadi permasalahan tersendiri untuk mengetahui tingkat keselamatan lalu lintas (Laureshyn & Várhelyi, 2018). Hal ini diperlukan sebuah metode untuk setidaknya mengetahui tingkat keseriusan konflik yang dapat menjadi bahan pertimbangan pengambilan kebijakan untuk menanggulangi terjadinya kecelakaan.
Metode Traffic Conflict Technique (TCT) merupakan suatu metode observasi dengan mengumpulkan potensi kecelakaan-kecelakaan yang hampir terjadi dan melihat pola terjadinya kecelakaan tanpa harus menunggu jatuhnya korban. Metode TCT dipilih karena dapat memberikan luaran mengenai tingkat keseriusan konflik pada lokasi yang berpotensi terjadinya kecelakaan dengan indikator yang mudah diidentifikasi serta prosedur pengolahan data yang jelas (Bulla-Cruz et al., 2020).
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul dan latar belakang permasalahan di persimpangan tersebut, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam studi ini, yaitu:
4
1. Bagaimana jumlah dan tingkat keseriusan konflik lalu lintas pada simpang empat tidak bersinyal dan simpang empat bersinyal?
2. Bagaimana perbandingan jumlah dan tingkat keseriusan konflik lalu lintas pada simpang empat tidak bersinyal dan simpang empat bersinyal?
3. Bagaimana tindak lanjut dari hasil penelitian konflik lalu lintas pada simpang empat tidak bersinyal dan simpang empat bersinyal?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari studi ini adalah :
1. Mengetahui jumlah konflik dan tingkat keseriusan konflik lalu lintas pada simpang empat tidak bersinyal dan simpang empat bersinyal.
2. Mengetahui perbandingan jumlah dan tingkat konflik lalu lintas pada simpang empat tidak bersinyal dan simpang empat bersinyal.
3. Memberikan usulan/rekomendasi untuk permasalahan konflik lalu lintas pada simpang empat tidak bersinyal dan simpang empat bersinyal.
1.4 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian akan membatasi diri pada penggunaan metode Traffic Conflict Technique (TCT) dengan pendekatan Time to Accident (TA).
2. Penelitian dilakukan di dua simpang yaitu simpang empat tidak bersinyal Jalan Soekarno Hatta, Gunungan, Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, dan simpang empat bersinyal Jalan Magelang – Yogyakarta, Mungkid, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
3. Survei hanya dilakukan selama 2 hari kerja, hasil analisis didasarkan pada hasil survey selama 2 hari tersebut. Dalam 1 hari terdapat 1 periode pencatatan, dimana untuk durasinya adalah 3 jam, dilakukan pada pagi dan siang hari.
4. Pedoman penelitian mengacu pada The Swedish Traffic Conflict Technique Observer manual 2018.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi pihak yang berkepentingan, seperti Dinas Perhubungan (Dishub) maupun pihak yang bersangkutan untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan suatu simpang dalam penerapan traffic control technique.
Selain itu menjadi bahan pertimbangan dan masukkan bagi pihak berwenang dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan kebijakan pengaturuan suatu simpang.
2. Manfaat akademis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian dalam topik bidang ilmu transportasi khususnya analisis konflik lalu lintas. Serta diharapkan dapat ikut memberi kontribusi dalam upaya mengatasi masalah yang terjadi dengan menggunakan pendekatan ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan profesionalitasnya.
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Merupakan teori teori pokok yang menjadi landasan bagi teori-teori lainnya yang terdapat dalam skripsi ini.
2.1.1 Lalu Lintas
Lalu lintas di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan, Sedangkan yang dimaksud ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung.
Sedangkan yang dimaksud dari ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung. Lalu lintas terdiri dari beberapa jenis kendaraan, yaitu kendaraan penumpang atau satuan mobil penumpang (Handayani et al., 2017).
2.1.2 Kecelakaan Lalu Lintas
Berdasaran pasal 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.
Kecelakaan lalu lintas selalu mengandung unsur ketidaksengajaan dan tidak disangka-sangka serta akan menimbulkan perasaan terkejut, heran dan trauma bagi orang yang mengalami kecelakaan tersebut. Hal ini seperti yang tercantum dalam 17 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1993 tentang prasarana dan lalu lintas jalan, sebagai peraturan pelaksana undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992, pasal 92 butir (1) menyebutkan bahwa: kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka- sangka dan tidak disengaja, melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.
Penggolongan dan penanganan perkara kecelakaan lalu lintas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 menyebukan bahwa:
1. Kecelakaan lalu lintas digolongkan atas:
a. Kecelakaan lalu lintas ringan.
b. Kecelakaan lalu lintas sedang.
c. Kecelakaan lalu lintas berat.
2. Kecelakaan lalu lintas ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang.
3. Kecelakaan lalu lintas sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.
8
4. Kecelakaan lalu lintas berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
5. Kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disebabkan oleh kelalaian pengguna jalan, ketidaklayakan kendaraan, serta ketidaklayakan jalan dan/atau lingkungan.
2.1.3 Simpang
Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis persimpangan, yaitu : (1) simpang sebidang, (2) pembagian jalur jalan tanpa ramp, dan (3) interchange (simpang susun). Simpang sebidang (intersection at grade) adalah simpang di mana dua jalan atau lebih bergabung, dengan tiap jalan mengarah keluar dari sebuah simpang dan membentuk bagian darinya. Jalan-jalan ini disebut kaki simpang/lengan simpang atau pendekat (Nahak, 2017). Pertemuan antara 2 jalan atau lebih yang saling bersilangan biasa disebut dengan simpang. Simpang terbagi atas 2 diantaranya adalah simpang tidak bersinyal dan simpang bersinyal (Pratama
& Elkhasnet, 2019). Dalam suatu sistem jalan raya, persimpangan merupakan titik terjadinya konflik antara moda transportasi. Suatu persimpangan biasanya terbentuk dari pertemuan antara dua ruas jalan dengan arah yang berbeda (Asfiati
& Mutiara, 2020).
2.1.3.1 Simpang Menurut Cara Pengaturannya
Simpang dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis berdasarkan pengaturannya (Warpani, 2002), yaitu:
1. Simpang bersinyal, pemakaian jalan yang dapat melalui simpang sesuai dengan sinyal lalu lintas yang beroperasi disebut sebagai simpang bersinyal. Pemakai jalan hanya diperbolehkan melintas ketika sinyal lalu lintas menunjukkan warna hijau pada lengan simpang.
2. Simpang tidak bersinyal, simpang yang tidak memiliki sinyal pada lalu lintasnya. Simpang ini menuntut pengguna jalan untuk memutuskan apakah aman atau tidak untuk melalui simpang tersebut.
2.1.3.2 Karakteristik Simpang
Kekurangan dan kelebihan dari suatu simpang yang memiliki sinyal maupun yang tidak memiliki sinyal harus dijadikan suatu pertimbangan dalam merencanakan suatu simpang. Berikut adalah karakteristik dari simpang yang memiliki sinyal dibandingkan dengan simpang yang tidak memiliki sinyal, yaitu : 1. Aturan yang jelas ketika melewati simpang lebih tampak pada simpang
bersinyal.
2. Ketika lalu lintas sepi simpang yang memiliki sinyal dapat menyebabkan terjadinya tindakan yang seharusnya tidak terjadi.
3. Kemungkinan untuk terjadi kecelakaan dapat diminimalisir apabila pelanggaran lalu lintas tidak terjadi.
4. Konflik dapat dikurangi pada simpang yang memiliki sinyal terutama pada jam yang memiliki tingkat lalu lintas yang tinggi.
2.1.3.3 Simpang Tidak Bersinyal
Simpang tidak bersinyal dengan pengaturan menggunakan hak jalan di kawasan perkotaan dan perkampungan untuk persimpangan, antara suatu lokasi
10
yang memiliki arus lalu lintas yang rendah, dengan ukurannya yang kecil dan konflik lalu lintasnya yang rendah maka penggunaan simpang tidak bersinyal bernilai efektif, sehingga simpang tidak bersinyal ini sangat cocok untuk jalan yang memiliki 2 lajur tak terbagi. Pada persimpangan yang mempunyai jalan yang lebih besar seperti antara 2 jalan yang memiliki 4 lajur, penutupan kawasan konflik lalu lintas dapat terjadi dengan mudah yang menyebabkan arus lalu lintas terganggu (Rorong et al., 2015).
2.1.3.4 Simpang Bersinyal
Simpang bersinyal merupakan persimpangan yang pergerakan kendaraannya diatur oleh sinyal lalu lintas. Menurut PKJI (2023), tujuan menggunakan persinyalan pada simpang antara lain :
1. Mempertahankan kapasitas simpang pada jam puncak.
2. Mengurangi kejadian kecelakaan akibat tabrakan antar kendaraan dari arah berlawanan.
2.1.4 Konflik Lalu Lintas dan Fase
Konflik lalu lintas adalah suatu keadaan yang terjadi perselisihan antara suatu pengendara dengan pengendara lainnya pada tempat dan waktu yang bersamaan yang dapat menimbulkan kecelakaan satu pengendara dengan pengendara lainnya (Ramadhan, 2023). Berikut adalah faktor-faktor yang mengakibatkan konflik lalu lintas pada persimpangan:
1. Jumlah lajur simpang.
2. Arah pergerakan.
3. Pengaturan simpang.
4. Jumlah kaki simpang.
Terdapat dua konflik yang diakibatkan oleh manuver kendaraan antara lain sebagai berikut:
1. Konflik Primer
Konflik yang terjadi akibat pergerakan lalu lintas pada jalan yang saling berpotongan dengan pergerakan yang lurus termasuk interaksi dengan pejalan kaki adalah arti dari konflik primer.
2. Konflik Sekunder
Konflik yang terjadi akibat pergerakan kendaraan dari arus kanan ke arus lainnya atau dari lajur kiri dengan pejalan kaki adalah arti dari konflik sekunder.
(Sumber : Highways consultancy and research group, 2007) Gambar 2. 1 Piramida Konflik Lalu Lintas
a. Tidak ada gangguan lalu lintas (undisturbed passages); saat lalu lintas lancar.
b. Berpotensi konflik (potencial conflict); saat simpangan dapat menyebabkan konflik tetapi tidak terjadi.
12
c. Sedikit konflik (slight conflict); saat dua kendaraan bergerak berdekatan tetapi masih dapat melakukan pengereman sehingga dapat menghindar.
d. Konflik serius (serious conflict); saat dua kendaraan bergerak berdekatan tetapi masih dapat melakukan pengereman tetapi menghasilkan jarak yang cukup kecil.
e. Kecelakaan (accidents); keadaan dua kendaraan atau lebih secara tidak direncanakan mengalami benturan tidak dapat melakukan pengereman hingga mengakibatkan adanya korban.
2.1.4.1 Jenis Konflik Lalu Lintas
Menurut Hobbs, (1995) terdapat 4 jenis konflik yang sangat sering terjadi pada persimpangan, antara lain:
1. Gerakan memotong (crossing)
(Sumber: Saprollah et al., 2022) Gambar 2. 2 Gerakan Memotong (crossing) 2. Gerakan memisah (diverging)
(Sumber: Saprollah et al., 2022) Gambar 2. 3 Gerakan Memisah (diverging)
3. Gerakan menyatu (merging)
(Sumber: Saprollah et al., 2022) Gambar 2. 4 Gerakan Menyatu (merging) 4. Gerakan jalinan/anyaman (weaving)
(Sumber: Saprollah et al., 2022)
Gambar 2. 5 Gerakan Jalinan/Anyaman (weaving) 2.1.4.2 Titik Konflik Pada Simpang
Titik konflik lalu lintas merujuk pada lokasi di mana arus lalu lintas dari dua arah atau lebih bertemu dan memiliki potensi untuk terjadi konflik antar pengendara. Dibawah ini merupakan gambar titik konflik pada simpang empat:
Gambar 2. 6 Titik Konflik Simpang Empat
(Sumber: Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI), 2023)
14
Keterangan :
Titik konflik persilangan (16 titik) Titik konflik penggabungan (8 titik) Titik konflik penyebaran (8 titik) 2.1.4.3 Fase
Fase suatu rangkaian dari kondisi yang diberlakukan untuk suatu arus yang mendapat identifikasi lampu lalu lintas yang sama, misalnya :
1. Perempatan dengan 4 fase
(Sumber: Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI), 2023) Gambar 2. 7 Persimpangan dengan 4 Fase
2. Perempatan dengan 3 fase
(Sumber: Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI), 2023) Gambar 2. 8 Persimpangan dengan 3 Fase
(Sumber: Slideshare.net.simpangbersinyal, 2022) Gambar 2. 9 Persimpangan dengan 2 Fase 2.1.5 Traffic Conflict Technique (TCT)
Traffic Conflict Technique (TCT) merupakan suatu metode dalam meningkatkan keselamatan lalu lintas. TCT digunakan untuk mengidentifikasi suatu kecelakaan yang hampir terjadi (near-missed accident) dan melihat pola terjadinya kecelakaan. Metode Traffic Conflict Technique ini dikembangkan oleh Departement of Traffic Planning and Engineering Lund University, Swedia.
2.1.6 Traffic Conflict Technique (TCT) dengan Metode Time to Accident (TA) Konflik lalu lintas adalah situasi yang dapat diamati dimana dua atau lebih pengguna jalan saling mendekat dalam ruang dan waktu sedemikian rupa sehingga terdapat risiko tabrakan jika pergerakan mereka tidak berubah. Konsep dasar teori konflik lalu lintas adalah bahwa proses lalu lintas dapat dipandang sebagai sejumlah peristiwa yang bersifat elementer. Peristiwa ini berbeda dalam tingkat keparahannya dan terdapat hubungan antara tingkat keseriusan konflik dengan tingkat keparahan kecelakaan. Oleh karena itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghindari suatu kecelakaan adalah dengan menghindari konflik (Laureshyn & Várhelyi, 2018).
16
Penggunaan metode TCT untuk menganalisis tingkat keselamatan diperlukan nilai Time to Accident (TA). Time to Accident merupakan sisa waktu sampai terjadinya tabrakan pada saat tindakan mengelak dilakukan oleh pengguna jalan yang bersangkutan. Nilai TA dapat dihitung berdasarkan perkiraan jarak tempuh saat menuju titik konflik (𝑑) serta kecepatan kendaraan saat tindakan pencegahan dilakukan (𝑣) yang didapat dari hasil survei, berikut:
𝑇𝐴 = 𝑑/𝑣………..(2.1) Keterangan
𝑇𝐴 = Time to Accident
𝑑 = jarak tempuh saat menuju titik konflik
𝑣 = kecepatan kendaraan saat tindakan pencegahan Tabel 2. 1 Nilai Time to Accident (TA)
Speed Distance, m
km/h m/s 0,5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 5 1,4 0,4 0,7 1,4 2,2 2,9 3,6 4,3 5,0 5,8 6,5 7,2
10 2,8 0,2 0,4 0,7 1,1 1,4 1,8 2,2 2,5 2,9 3,2 3,6 5,4 7,2 9,0
15 4,2 0,1 0,2 0,5 0,7 1,0 1,2 1,4 1,7 1,9 2,2 2,4 3,6 4,8 6,0 7,2 8,4 9,6
20 5,6 0,1 0,2 0,4 0,5 0,7 0,9 1,1 1,3 1,4 1,6 1,8 2,7 3,6 4,5 5,4 6,3 7,2 8,1 9,0 9,9 25 6,9 0,1 0,1 0,3 0,4 0,6 0,7 0,9 1,0 1,2 1,3 1,4 2,2 2,9 3,6 4,3 5,0 5,8 6,5 7,2 7,9 30 8,3 0,1 0,1 0,2 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 1,0 1,1 1,2 1,8 2,4 3,0 3,6 4,2 4,8 5,4 6,0 6,6 35 9,7 0,1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 1,5 2,1 2,6 3,1 3,6 4,1 4,6 5,1 5,7 40 11,1 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,4 1,8 2,3 2,7 3,2 3,6 4,1 4,5 5,0 45 12,5 0,1 0,2 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,6 0,7 0,8 1,2 1,6 2,0 2,4 2,8 3,2 3,6 4,0 4,4 50 13,9 0,1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,4 0,5 0,6 0,6 0,7 1,1 1,4 1,8 2,2 2,5 2,9 3,2 3,6 4,0 55 15,3 0,1 0,1 0,2 0,3 0,3 0,4 0,5 0,5 0,6 0,7 1,0 1,3 1,6 2,0 2,3 2,6 2,9 3,3 3,6 60 16,7 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 0,9 1,2 1,5 1,8 2,1 2,4 2,7 3,0 3,3 65 18,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 0,5 0,6 0,8 1,1 1,4 1,7 1,9 2,2 2,5 2,8 3,0 70 19,4 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 0,5 0,5 0,8 1,0 1,3 1,5 1,8 2,1 2,3 2,6 2,8 75 20,8 0,0 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 0,5 0,7 1,0 1,2 1,4 1,7 1,9 2,2 2,4 2,6 80 22,2 0,0 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 0,5 0,7 0,9 1,1 1,4 1,6 1,8 2,0 2,3 2,5 85 23,6 0,0 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,6 0,8 1,1 1,3 1,5 1,7 1,9 2,1 2,3 90 25,0 0,0 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2,2 95 26,4 0,0 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,4 0,6 0,8 0,9 1,1 1,3 1,5 1,7 1,9 2,1 100 27,8 0,0 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,4 0,5 0,7 0,9 1,1 1,3 1,4 1,6 1,8 2,0
(Sumber: The Swedish Traffic Conflict Technique Observer Manual 2018)
Ketika nilai perkiraan jarak tempuh (𝑑) dan nilai kecepatan kendaraan (𝑣) telah diperoleh, kemudian di masukan ke dalam tabel time to accident untuk mendapatkan nilai TA.
Berdasarkan pendekatan time to accident, suatu konflik dapat dikatakan serious conflict dan non-serious conflict ditentukan dari kecepatan para pengguna jalan yang terlibat dalam konflik saat sebelum terjadinya konflik hingga saat terjadinya konflik serta selang waktu antara pengguna jalan yang terlibat konflik hingga seandainya terjadi konflik atau kecelakaan.
Suatu kejadian yang menyebabkan terjadinya kecelakaan akan dinyatakan serious conflict jika nilai kecepatan kendaraan dan nilai time to accident berada di atas garis kurva, sedangkan suatu kejadian yang hampir menyebabkan terjadinya kecelakaan disebut non-serious conflict. Jika nilai kecepatan kendaraan dan nilai time to accident berada di bawah garis kurva juga dinyatakan sebagai non-serious conflict seperti pada gambar berikut:
Time-to-Accident, sec.
(Sumber: The Swedish Traffic Conflict Technique Observer manual 2018) Gambar 2. 10 Grafik Batas Serious Conflict dengan Non-Serious Conflict
Diagram Konflik
21 22 23 24 26 25
28 27 30 29
20 0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0 , 0 0 , 5 1 , 0 1 , 5 2 , 0 2 , 5 3 , 0 3 , 5 4 , 0 seriuos conflict
non - seriuos conflict
18
2.1.6.1 Penerapan Metode Traffic Conflict Technique (TCT)
Traffic Conflict Technique (TCT) adalah salah satu metode untuk mengidentifikasi kecelakaan yang hampir terjadi yang berhubungan dekat dengan kecelakaan. Metode ini dikembangkan oleh Departement of Traffic Planning and Engineering di Lund University, Swedia. Dalam metode ini konflik terbagi menjadi serious conflict dan non serious conflict. Pengelompokan tipe konflik tersebut ditentukan oleh dua variabel yaitu kecepatan dan Time to Accident (TA).
Tingkat keselamatan lalu lintas berdasarkan metode traffic conflict technique ini termasuk rendah jika terdapat tipe serious conflict. Hal ini disebabkan, studi traffic conflict technique ini mendemonstrasikan bahwa konflik mirip atau sama dengan kecelakaan. Proses dari sebuah konflik yang serius hampir sama dengan proses terjadinya kecelakaan yang serius, dengan pengecualian bahwa tumbukan atau kemacetan terjadi dalam frekuensi yang lebih rendah dan tidak ada yang terluka dalam proses kejadian ini. Konflik serius ditemukan menjadi indikator kerusakan dalam interaksi, mirip dengan kerusakan sebelum kecelakaan (Laureshyn & Várhelyi, 2018).
2.1.7 Fasilitas Pelengkap Jalan
Fasilitas Pelengkap jalan merupakan alat yang digunakan dalam pengoperasian jalan yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan pengguna jalan. streeet furniture adalah semua elemen yang ditempatkan secara kolektif pada suatu lanskap jalan untuk kenyamanan, informasi, dan perlindungan pengguna jalan. Sedangkan menurut Kementrian Pekerjaan Umum, street furniture atau perabot jalan adalah salah satu sarana pendukung jalur pejalan kaki
yang penyediaannya disesuaikan dengan fungsi kawasan. Berdasarkan Undang- Undang No. 22 Tahun 2009, perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan terdiri aturan perintah dan larangan yang dinyatakan dengan rambu jalan, marka jalan, patok lalu lintas delineator, dan fasilitas pejalan kaki di jalan, serta lampu penerangan jalan.
20 2.2 Kajian Pustaka
Kajian pustaka diartikan sebagai kumpulan dari berbagai teori yang berisi referensi dan menjadi dasar dalam sebuah penelitian. Kajian tersebut bertujuan menjawab secara teori mengenai permasalahan dari sebuah ide pokok pada penelitian.
Tabel 2. 2 Kajian Pustaka
No Penulis Judul Tujuan Metode Hasil
1 Muh.
Ricki Saprollah, I A O Suwati Sideman, Rohani, 2022
Analisis Tingkat Keselamatan Lalu Lintas pada Simpang Tak Bersinyal dengan Metode Traffic Conflict Technique (Studi Kasus:
Persimpangan Jl.
Raya Mataram- Sikur, Masbagik, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat)
Mengidentifikasi kejadian Near Missed Accident dengan Metode Traffic Conflict Technique di Persimpangan Jl.
Raya Mataram – Sikur, Masbagik, Kabupaten Lombok Timur perlu
dilakukan untuk mencapai Zero Accident.
Traffic Conflict Technique (TCT) dengan pendekatan Time to Accident (TA)
Tipe konflik yang sering terjadi di Persimpangan Jl. Raya Mataram-Sikur, Masbagik berdasarkan metode Traffic Conflict Technique yaitu tipe serious conflict dengan gerakan memotong (crossing). Perilaku tidak teratur yang rentan menimbulkan konflik/kecelakaan di Persimpangan Jl. Raya Mataram–Sikur, Masbagik adalah perilaku percepatan ketika crossing menuju jalan minor. Tipe kecelakaan atau tabrakan yang rentan terjadi di Persimpangan Jl.
Raya Mataram–Sikur, Masbagik yaitu Rear- Angle. Titik-titik rawan terjadi konflik pada Persimpangan Jl. Raya Mataram – Sikur, Masbagik yaitu terdapat pada lengan jalur minor.
2 M.
Darwin, Amsori M.
Das, Ari Setiawan, 2022
Analisa Tingkat Keselamatan Lalu Lintas pada Simpang Empat Puncak Jelutung dengan Metode Traffic Conflict
Menganalisis jumlah konflik lalu lintas dan mengkaji masalah-masalah atau kerusakan yang terjadi
persimpangan
Metode Traffic Conflict Technique (TCT)
menggunakan pendekatan Time to
Jumlah konflik dalam analisis direntang waktu selama satu jam pada lokasi studi persimpangan empat puncak jelutung adalah 87 kasus konflik.
Diidentifikasikan TCT menghasilkan jenis potensi kecelakaan adalah Serious Conflict, yaitu pada waktu tersingkat Time to Accident (TA) 0,18 dan waktu terpanjangnya adalah 0,53 Time to
21 Technique (TCT) dengan metode
Traffic Conflict Technique (TCT).
Accident (TA) Accident.
3 Dienda Sabrina, Nuryani Tinumbia, Irfan Ihsani, 2022
Analisis Tingkat Keselamatan Lalu Lintas Pada Simpang Tidak Bersinyal Dengan Metode Traffic Conflict Technique (TCT)
Menganalisis konflik yang terjadi pada simpang tiga tidak bersinyal Jalan Raya Tanah Baru - Jalan Raya
Sawangan.
Metode Traffic Conflict Technique (TCT)
menggunakan pendekatan Time to
Accident (TA).
Berdasarkan dari rata-rata nilai Time to Accident (TA) didapat 0,12 detik dimana angka tersebut masuk kedalam klasifikasi Serious Conflict. Jenis konflik yang banyak terjadi yaitu berpotongan atau crossing. Penyebab konflik di lokasi penelitian umumnya terjadi karena minimnya rambu lalu lintas dan marka jalan sehingga membuat para pengguna sepeda motor melawan arah sehingga simpang tersebut tingkat keselamatannya rendah.
4 Imam Suhadi, Nuril Mahda Rangkut, 2019
Analisa Tingkat KeselamatanLalu Lintas Pada Persimpangan Dengan Metode Traffic Conflict Technique (TCT)
Menganalisis potensi kecelakaan yang terjadi dengan mengamati konflik lalu lintas serta klasifikasi kejadian konflik di
persimpangan.
Metode Traffic Conflict Technique (TCT)
menggunakan pendekatan Time to Accident (TA)
Lokasi penelitian berpotensi untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan. Metode ini dapat digunakan untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan para pengguna jalan, dapat memberi gambaran titik konflik pada persimpangan yang berpotensi menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Konflik yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh tidak waspadanya pengemudi kendaraan, tetapi juga diakibatkan oleh beberapa faktor–faktor lain yang berpengaruh antara lain Geometri jalan yang kurang baik dan memadai dilihat dari fasilitas jalan yang ada.
5 Farhan Sholahudi n, Agi Rivi H, 2020
Analisis Simpang Bersinyal Pada Simpang 4 Jl.
Siliwangi Kota Tasikmalaya
Menganalisis Tingkat Keseriusan pada simpang empat bersinyal di Jl.
Siliwangi
Metode Traffic Conflict Technique (TCT)
menggunakan
Tingkat keseriusan konflik pada simpang 4 Jl.
Siliwangi Kota Tasikmalaya ini menggunakan metode Traffic Conflict Technique (TCT). Setelah dilakukan analisis, kinerja pada simpang 4 Jl.
Siliwangi Tasikmalaya telah mendekati angka
22
No Penulis Judul Tujuan Metode Hasil
Tasikmalaya pendekatan Time to Accident (TA)
kritis yaitu dengan nilai derajat kejenuhan (DS) sebesar 0,7 dengan level D. Selain permasalahan tersebut, terdapat konflik lalu lintas crossing sebanyak 230 kejadian (55%), merging sebanyak 145 kejadian (35%) dan diverging sebanyak 41 kejadian (10%).
6 Rizal Ghifari, 2022
Kajian Konflik Lalu Lintas di Simpang Bersinyal (Studi Kasus Untuk Evaluasi Simpang Bersinyal Jalan Perintis
Kemerdekaan Kota Tegal)
Mengkaji konflik lalu lintas di
simpang bersinyal 3 fase di Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Tegal dan
membandingkan konflik yang terjadi disetiap simpang.
Metode Traffic Conflict Technique (TCT)
Tercatat 171 konflik dua kendaraan yang belok kiri dari arah yang sama pada keempat lengan simpang sebagai jenis konflik yang paling banyak terjadi. Kecepatan kendaraan rata rata yang masuk ke mulut simpang melalui lengan simpang timur dan barat lebih dari 30 km/jam, sehingga direkomndasikan untuk pemasangan rambu pembatas kecepatan di bawah 30 km/jam di 100 meter sebelum mulut simpang. Lengan simpang barat dengan lebar jalu efektif 2,5 meter direkomendasikan untuk ditutup karena sedikitnya kendaraan yang melintas dan seringnya terjadi pelanggaran lampu merah.
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dilakukan, penelitian ini menunjukkan kesamaan dalam penggunaan metode Traffic Conflict Technique (TCT) sebagai metode untuk menganalisis konflik lalu lintas pada simpang tidak bersinyal dan simpang bersinyal. Disisi lain, penelitian ini memiliki perbedaan pada lokasi penelitian di simpang empat tidak bersinyal Jalan Soekarno Hatta, Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan simpang empat bersinyal Jalan Magelang – Yogyakarta, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dan waktu penelitian serta analisis tingkat keseriusan konflik pada simpang empat tidak bersinyal dan simpang empat bersinyal. Penelitian sebelumnya umumnya memusatkan perhatian pada persimpangan tertentu dengan variasi dalam konteks geografis dan waktu yang digunakan. Sementara itu, penelitian ini memperluas cakupan dengan mempertimbangkan simpang empat tidak bersinyal dan simpang empat bersinyal sebagai objek penelitian, serta menyediakan perbandingan tingkat keseriusan konflik lalu lintas antara keduanya. Sehingga, melalui perbedaan metodologi dan pendekatan analisis yang diusung, penelitian ini menunjukkan relevansi yang signifikan dalam memberikan kontribusi baru terhadap pemahaman konflik lalu lintas pada simpang tidak bersinyal dan simpang bersinyal. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting dan layak dilakukan sebagai langkah untuk memperkaya literatur dan memperdalam pemahaman dalam bidang keselamatan lalu lintas.
24 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan struktur atau rangkaian konsep, gagasan, atau prinsip yang digunakan sebagai dasar atau landasan dalam berpikir, membuat keputusan, atau melakukan analisis terhadap suatu masalah atau situasi.
Gambar 3. 1 Kerangka Berpikir Analisis TCT 1. Tingginya angka kecelakaan lalu lintas 2. Ketersediaan fasilitas pelengkap jalan 3. Minimnya data kecelakaan
4. Bertambahnya angka kecelakaan lalu lintas Simpang empat
tidak bersinyal Simpang empat
bersinyal
Pemilihan lokasi studi
Observasi lapangan
Survei videografi
Ekstraksi data hasil survei videografi
Konflik lalu lintas
Perbandingan tingkat keseriusan konflik Jenis konflik
Kecepatan dan jarak pengguna jalan terlihat
konflik Karakteristik
pengguna jalan terlibat
Fasilitas pelengkap
jalan
3.2 Diagram Alir
Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan maka bagan alir tahapan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut ini.
Gambar 3. 2 Bagan Alir Identifikasi Masalah
Studi Literatur Pemilihan Lokasi Studi
Survei Pendahuluan Pengumpulan Data Data Primer
1. Jumlah konflik lalu lintas 2. Jenis konflik lalu lintas 3. Fasilitas pelengkap jalan
4. Jarak dan waktu pengguna jalan menuju titik konflik
5. Data lalu lintas harian
Data Sekunder
1. Peta lokasi penelitian 2. Data kecelakaan lalu lintas 2019 – 2023 Kabupaten Magelang Mulai
Analisis Data Menggunakan Metode Traffic Conflict Technique
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran Selesai
26
3.3 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai diagram alir penelitian.
3.3.1 Identifikasi Masalah
Tahap ini merupakan awal dari penelitian di mana peneliti mengidentifikasi masalah yang akan diteliti, yaitu konflik lalu lintas di persimpangan tidak bersinyal dan persimpangan bersinyal. Identifikasi masalah ini juga mencakup pemahaman akan urgensi dan relevansi topik penelitian dalam konteks keamanan dan efisiensi lalu lintas.
3.3.2 Studi Literatur
Pada tahap ini, peneliti melakukan tinjauan literatur yang luas terkait dengan konflik lalu lintas, persimpangan tidak bersinyal dan persimpangan bersinyal dengan metode TCT. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang topik penelitian, menemukan kerangka konseptual, dan memperoleh wawasan dari penelitian terdahulu yang relevan.
3.3.3 Pemilihan Lokasi Studi
Peneliti menentukan lokasi studi yang sesuai untuk mengumpulkan data yang representatif tentang konflik lalu lintas di persimpangan tidak bersinyal dan bersinyal. Pemilihan lokasi harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti tingkat kepadatan lalu lintas, pola lalu lintas, serta karakteristik jalan dan lingkungan sekitarnya. Persimpangan pada Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan persimpangan Jalan Magelang – Yogyakarta, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah diambil
karena dianggap memenuhi faktor-faktor seperti tingkat lalu lintas, pola lalu lintas, dan karakteristik jalan sehingga dapat digunakan untuk lokasi studi yang representatif untuk kondisi persimpangan tidak bersinyal dan bersinyal yang akan diteliti.
3.3.4 Survei Pendahuluan
Tahap survei pendahuluan dilakukan untuk memahami kondisi lalu lintas dan perilaku pengguna jalan di lokasi studi. Melalui survei ini, peneliti dapat mengidentifikasi titik potensial peletakan kamera untuk perekaman video, titik di persimpangan yang rentan terhadap konflik lalu lintas, dan segala hal yang dapat mendukung proses pengambilan data.
3.3.5 Pengumpulan Data
Terdapat dua jenis data yang dikumpulkan yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Berikut merupakan penjabaran mengenai metode dan teknik penyediaan data yang digunakan dalam penelitian ini.
3.3.5.1 Metode Pengumpulan Data Primer
Metode pengumpulan data primer merupakan metode yang dilakukan secara langsung kepada objek penelitian untuk mendapatkan data faktual yang terjadi di lapangan. Dalam penggunaan metode Traffic Conflict Thecnique (TCT), dilakukan secara langsung (observasi lapangan) untuk mendapatkan jumlah arus lalu lintas pengguna jalan dan jumlah konflik yang ada. Namun menurut The Swedish Traffic Conflict Technique juga disarankan untuk melakukan pengambilan data menggunakan rekaman video. Sehingga pada penelitian ini
28
peneliti menggunakan dua macam teknik pengumpulan data tersebut yakni observasi manual dan perekaman video.
1. Observasi manual
Observasi adalah aktivitas pengamatan mengenai suatu objek tertentu secara cermat serta dilakukan pada lokasi penelitian berada. Pada metode pengumpulan data primer observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung kondisi wilayah studi. Observasi yang dilakukan terkait dengan data geometrik simpang dan hal kondisi lapangan yang dibutuhkan sebagai pendukung mobilitas perjalanan.
2. Perekaman video
Perekaman video menjadi salah satu teknik yang efektif untuk mengamati dan merekam aktivitas lalu lintas secara detail dan kontinu. Tim peneliti akan menempatkan kamera video pada lokasi strategis yang dapat mengamati area persimpangan dengan baik. Setelah melakukan perekaman selama periode waktu tertentu, video kemudian akan diekstraksi untuk analisis lebih lanjut. Dalam proses ekstraksi data, peneliti akan memperhatikan beberapa parameter utama, termasuk jumlah pengguna jalan yang melintas, konflik lalu lintas yang terjadi, serta jenis pengguna jalan yang terlibat konflik. Konflik lalu lintas akan dicatat dengan cermat, termasuk jenis konflik dan kecepatan pengguna jalan yang terlibat. Selain itu, jarak antara pengguna jalan yang terlibat dalam konflik juga akan diukur dan diperhatikan. Dengan memanfaatkan teknologi perekaman video, penelitian ini dapat memberikan gambaran yang komprehensif tentang dinamika lalu lintas di persimpangan tidak bersinyal dan bersinyal, yang kemudian dapat
menjadi dasar untuk pengembangan strategi perbaikan dan peningkatan keselamatan lalu lintas.
Pengambilan data dilakukan untuk mendapatkan data kejadian near missed accident. Adapun tahapan pengambilan data yaitu :
a. Mengamati perilaku tidak teratur seperti pengereman mendadak, mengelak dan percepatan pengguna jalan PJ I ketika pergerakan di simpang tidak bersinyal dan bersinyal.
b. Mengukur kecepatan (𝑣) pengguna jalan PJ II yang melakukan tindakan menghindar terhadap perilaku tidak teratur pengguna jalan PJ I yang sesaat sebelum terjadinya konflik hingga saat terjadinya konflik.
c. Mengukur atau estimasi jarak (𝑑) pengguna jalan PJ I dan PJ II yang terlibat konflik menuju titik potensial tabrakan atau titik konflik yang sebelumnya telah diberi tanda per 1 meter pada badan jalan atau simpang.
3.3.5.2 Metode Pengumpulan Data Sekunder
Metode pengumpulan data sekunder merupakan cara untuk mengetahui data pendukung penelitian berupa data kecelakaan di daerah penelitian, fasilitas jalan, serta penelusuran data informasi yang bersumber dari buku, jurnal, dan penelitian yang terkait dengan pemilihan moda transportasi. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan observasi langsung dan penelusuran kepada pihak terkait atau internet.
3.3.6 Analisis Data
Setelah pengumpulan data, peneliti mentranskripsikan dan menganalisis rekaman video sesuai dengan parameter Traffic Conflict Technique (TCT). Hasil
30
pengumpulan data dianalisis untuk mengukur tingkat keseriusan konflik yang terjadi pada persimpangan. Dalam pengolahan data digunakan tata cara metode traffic conflict technique yang tercantum dalam The Swedish Traffic Conflict Technique Observer’s Manual, 2018. Tahapan analisis data dalam penelitian ini meliputi:
1. Analisis data kecepatan dan jarak dengan konversi menggunakan tabel 2.1 time to accident untuk memperoleh nilai TA.
2. Nilai TA diplot pada grafik konflik untuk mengetahui apakah termasuk jenis tipe serious conflict atau non serious conflict sesuai gambar 2.9.
3. Mengklasifikasikan tingkat keseriusan konflik pada simpang empat tidak bersinyal dan simpang empat bersinyal dengan indikator jumlah konflik dan tipe konflik yang terjadi dari hasil langkah 2.
3.3.7 Pembahasan
Tahapan ini melibatkan pembahasan mengenai perbandingan tingkat keseriusan konflik pada simpang empat tidak bersinyal dan simpang empat bersinyal, serta pembahasan topik minor terkait ketersediaan fasilitas perlengkapan jalan. Pembahasan ini dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan temuan dari literatur yang relevan.
3.3.8 Penarikan Kesimpulan dan Saran
Pada tahap akhir, peneliti menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan. Selain itu, peneliti juga memberikan saran-saran untuk perbaikan dan pengembangan lebih lanjut terkait dengan manajemen lalu lintas di persimpangan tidak bersinyal dan bersinyal.
3.4 Tempat Penelitian
Penjelasan tempat penelitian bertujuan untuk memberikan konteks yang jelas serta batasan-batasan yang ada dalam penelitian.
3.4.1 Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di simpang empat tidak bersinyal Jalan Soekarno Hatta, Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan simpang empat bersinyal Jalan Magelang – Yogyakarta, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
(Sumber: Borobudurnews.com) Gambar 3. 3 Peta Lokasi
(Sumber: Google maps 2024)
Gambar 3. 4 Simpang Empat Tidak Bersinyal Jalan Soekarno Hatta
32
(Sumber: Google maps 2024)
Gambar 3. 5 Simpang Empat Bersinyal Jalan Magelang – Yogyakarta
33 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di lokasi penelitian, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Perhubungan Kabupaten Magelang dan pengambilan data dari literatur digital. Kombinasi kedua jenis data ini memastikan validitas dan kelengkapan informasi yang digunakan dalam analisis dan pembahasan penelitian.
4.1.1 Data Kecelakaan Lalu Lintas
Data kecelakaan lalu lintas diperoleh dari Dinas Perhubungan Kabupaten Magelang menjadi latar belakang skripsi ini. Data kecelakaan lalu lintas yang dikumpulkan mencakup periode lima tahun terakhir, dari tahun 2019 hingga 2023.
Pada tahun 2019, tercatat 1.230 kecelakaan, sementara pada tahun 2020 terjadi penurunan dengan jumlah 782 kecelakaan. Pada tahun 2021, jumlah kecelakaan meningkat menjadi 827, dan kembali meningkat pada tahun 2022 menjadi 1.080 kecelakaan. Pada tahun 2023, jumlah kecelakaan sedikit menurun menjadi 1.016.
Data ini menunjukkan adanya fluktuasi jumlah kecelakaan yang akan dianalisis untuk memahami dinamika konflik lalu lintas di persimpangan tidak bersinyal dan bersinyal dengan menggunakan metode Traffic Conflict Technique (TCT).
Kondisi lalu lintas dan potensi konflik yang terjadi di persimpangan tak bersinyal.
Berikut tabel data kecelakaan lalu lintas Kabupaten Magelang tahun 2019 – 2023:
34
Tabel 4. 1 Data Kecelakaan Lalu Lintas
No Periode Jumlah Kecelakaan
1 Tahun 2019 1.230
2 Tahun 2020 782
3 Tahun 2021 827
4 Tahun 2022 1.080
5 Tahun 2023 1.016
(Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Magelang, 2024) 4.1.2 Data Geometrik Simpang dan Fasilitas Pelengkap Jalan
Data Geometrik menjelaskan secara umum keterangan mengenai kondisi geometrik di setiap simpang, data yang tercantum meliputi, lebar perkerasan, jumlah lajur, lebar setiap lajur, lebar bahu, dan lebar trotoar. Serta informasi mengenai fasilitas pelengkap jalan di setiap simpang.
1. Data Geometrik Simpang
Data geometrik simpang adalah ukuran-ukuran geometrik pada masing masing lengan atau kaki simpang yang diteliti.
Gambar 4. 1 Lokasi Simpang
Tabel 4. 2 Data Geometrik Simpang Tipe
Simpang
Kaki Simpang
Jenis Jalan
Lebar Jalan (m)
Jumlah Lajur
(m)
Lebar Lajur Masuk (m)
Lebar Lajur Keluar
(m)
Lebar bahu
(m)
Lebar Trotoar
(m) Simpang
Empat Tidak Bersinyal
Selatan kolektor 14 2 7 7 0,5 1,5
Barat lokal 7 2 3,5 3,5 0 0
Timur lokal 12 2 6 6 0,5 0
Utara kolektor 14 2 7 7 0,5 1,5
Simpang Empat Bersinyal
Selatan arteri 28 2 14 14 1 1
Barat kolektor 14 2 7,5 7,5 0 0
Timur lokal 7 2 3,5 3,5 0,5 1
Utara arteri 28 2 14 14 1 1
2. Fasilitas Pelengkap Jalan
Simpang empat tidak bersinyal Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang memiliki beberapa fasilitas pelengkap jalan yang mendukung pengaturan lalu lintas dan keselamatan pejalan kaki.
Fasilitas yang tersedia meliputi trotoar yang memfasilitasi akses pejalan kaki di salah satu sisi jalan, marka jalan yang di setiap kaki simpang untuk mengatur alur pengguna jalan, serta rambu lalu lintas bertuliskan “Anda Memasuki Kawasan Tertib Lalu Lintas”. Sementara itu, simpang empat bersinyal Jalan Magelang – Yogyakarta, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, memiliki fasilitas pelengkap jalan berupa lampu lalu lintas di ketiga kaki simpang kecuali kaki simpang barat.
4.2 Pelaksanaan Survei
Hasil survei lalu lintas yang telah dilakukan menggambarkan tentang konflik yang ada di lokasi survei. Pada survei lalu lintas dilakukan pengamatan yaitu :