• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Konflik Lalu Lintas di Persimpangan Tak Bersinyal Menggunakan Metode Traffic Conflict Technique (TCT)

N/A
N/A
Aslam Nalghifa

Academic year: 2025

Membagikan "Analisis Konflik Lalu Lintas di Persimpangan Tak Bersinyal Menggunakan Metode Traffic Conflict Technique (TCT)"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

ANALISIS KONFLIK LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN TAK BERSINYAL MENGGUNAKAN METODE TRAFFIC CONFLICT

TECHNIQUE (TCT)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tidar

Disusun oleh:

MAHDI AHMAT NASER 1910503043

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TIDAR

2024

(2)
(3)
(4)

iv MOTTO

“Sebaik-baiknya manusia adalah dia yang bermanfaat bagi manusia lain.”

(Mahdi - 2021)

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang selalu melimpahkan rahmat-Nya, yang telah memberi saya kekuatan, kegigihan serta kebahagiaan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Segala lika-liku dan perjuangan yang saya hadapi hingga sampai di titik ini telah membentuk pribadi saya menjadi seorang yang lebih kuat. Untuk itu saya persembahkan skripsi ini untuk orang-orang baik di lingkungan saya.

1. Kedua orang tua saya, Bapak Kamin dan Ibu Napsiyah yang selalu mendoakan, serta memberi dukungan secara moril dan materil sehingga dapat terselesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Kepada kakak-kakak saya yang selalu mendukung, mendoakan, dan membantu agar skripsi ini terselesaikan dengan baik, Efa, Wiwin, Mas Agus Siswanto, Titin, Tiyah, Tinah, Andi, dan Uji.

3. Anggres Chrystie Rajani, terima kasih telah membersamai, memberi saran, dan menjadi sosok yang dengan ikhlas mendengarkan keluh kesah.

4. Para sahabat yang telah saya anggap keluarga, Cahyo, Abang, Dalton, Ipul, Gimbal, Ojan, Faaiz, Arya, Tenyom, Bejo, Untung, serta teman-teman yang tidak bisa saya sebut satu persatu. Terima kasih telah memberikan warna lebih dalam mencari ilmu di Universitas Tidar Magelang.

5. Teman-teman Teknik Sipil dan jurusan lain yang tidak bisa saya sebut satu persatu, terima kasih telah membersamai saya dalam mencari ilmu di Universitas Tidar Magelang.

(6)

vi

6. Prof. Dr. Ir. Gito Sugiyanto, S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng., yang lebih hangat ketika saya sapa Pak Gito, sosok yang datang di ujung masa kuliah saya, sosok dosen yang di mata saya membawa suasana sangat berbeda di Untidar sehingga besar harapan saya untuk Pak Gito dapat memberi pengaruh besar dalam peningkatan kualitas Teknik Sipil Untidar di segala lini, terima kasih telah membimbing saya sejauh ini.

7. Ir. Ria Miftakhul Jannah, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing 2 dan Ir.

Woro Partini M., S.T., M.T. selaku dosen penguji, terima kasih telah memberi saran juga kritik membangun dalam penyusunan skripsi.

8. Seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan dorongan dan kontribusinya sehingga skripsi ini bisa selesai.

(7)

vii PRAKATA

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Konflik Lalu Lintas di Persimpangan Tak Bersinyal Menggunakan Metode Traffic Conflict Technique (TCT)”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan studi Strata-1 pada Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tidar.

Penyusun menyadari tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan selesai dengan baik. Oleh karena itu, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sugiyarto,M. Si., selaku Rektor Universitas Tidar.

2. Prof. Dr. Ir. Gito Sugiyanto, S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas Tidar dan selaku Dosen Pembimbing I Skripsi.

3. Ir. Anis Rakhmawati, S.T., M.T., IPM., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tidar dan Dosen Pembimbing Akademik.

4. Ir. Ria Miftakhul Jannah, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing II Skripsi.

5. Orang tua yang sudah memberikan dukungan, doa dan motivasi.

6. Teman-teman Universitas Tidar.

Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Magelang, 22 Juli 2024

Penyusun

(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ... xviii

INTISARI ... xix

ABSTRACT ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Landasan Teori ... 7

(9)

ix

2.1.1 Kecelakaan lalu lintas ... 7

2.1.2 Penyebab kecelakaan lalu lintas ... 10

2.1.3 Studi konflik persimpangan ... 12

2.1.4 Traffic Conflict Technique (TCT) ... 15

2.1.5 Fasilitas perlengkapan jalan ... 21

2.2 Tinjauan Pustaka ... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 27

3.1 Kerangka Berpikir ... 27

3.2 Bagan Alir ... 28

3.3 Tahapan Penelitian ... 29

3.3.1 Identifikasi masalah ... 29

3.3.2 Studi literatur ... 29

3.3.3 Pemilihan lokasi studi ... 29

3.3.4 Survei pendahuluan... 30

3.3.5 Pengumpulan data ... 30

3.3.6 Analisis data ... 33

3.3.7 Pembahasan ... 33

3.3.8 Penarikan kesimpulan dan saran ... 34

3.4 Tempat Penelitian ... 34

3.5 Kesulitan-kesulitan ... 35

(10)

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Data... 36

4.1.1 Geometrik simpang ... 36

4.1.2 Volume lalu lintas ... 39

4.1.3 Data kecelakaan lalu lintas ... 44

4.1.4 Konflik lalu lintas ... 45

4.2 Analisis data ... 47

4.2.1 Time to Accident (TA) ... 48

4.2.2 Conflicting Speed (CS) ... 49

4.2.3 Level keseriusan konflik ... 51

4.2.4 Perbandingan tingkat keseriusan konflik ... 60

4.3 Pembahasan ... 67

4.3.1 Perbandingan konflik lalu lintas pada hari kerja dan akhir pekan ... 68

4.3.2 Perbandingan konflik lalu lintas pada simpang tiga tak bersinyal dengan simpang empat tak bersinyal... 69

4.3.3 Karakteristik konflik lalu lintas ... 70

4.3.4 Ketersediaan fasilitas perlengkapan jalan ... 72

4.3.5 Hubungan volume lalu lintas dengan jumlah konflik ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

5.1 Kesimpulan ... 79

(11)

xi

5.2 Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN ... 84

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kecelakaan Rear-Angle ... 9

Gambar 2. 2 Kecelakaan Rear-End ... 9

Gambar 2. 3 Kecelakaan Sideswape ... 9

Gambar 2. 4 Kecelakaan Head-On ... 10

Gambar 2. 5 Gerakan memotong (Crossing) ... 13

Gambar 2. 6 Gerakan memisah (Diverging) ... 13

Gambar 2. 7 Gerakan menyatu (Merging) ... 13

Gambar 2. 8 Gerakan jalinan/anyaman (Weaving) ... 13

Gambar 2. 9 Titik konflik simpang empat ... 14

Gambar 2. 10 Titik konflik simpang tiga ... 15

Gambar 2. 11 Grafik Batas antara Serious conflict dengan Non-Serious conflict .. 19

Gambar 2. 12 Safety pyramid ... 20

Gambar 3. 1 Kerangka Berpikir ... 27

Gambar 3. 2 Bagan Alir ... 28

Gambar 3. 3 Peta lokasi penelitian ... 34

Gambar 3. 4 Simpang tak bersinyal Jl. Soekarno Hatta, Kab. Magelang ... 35

Gambar 4. 1 Yellow box junction pada simpang empat tak bersinyal Deyangan .... 37

Gambar 4. 2 Trotoar pada simpang empat tak bersinyal Deyangan ... 37

Gambar 4. 3 Trotoar pada simpang tiga tak bersinyal Pangenan ... 38

Gambar 4. 4 Marka jalan pada simpang tiga tak bersinyal Pangenan ... 38

Gambar 4. 5 Persentase nilai Time to Accident ... 49

Gambar 4. 6 Persentase Conflicting Speed (CS) ... 51

(13)

xiii

Gambar 4. 7 Level keseriusan konflik simpang empat tak bersinyal Deyangan pagi hari ... 53 Gambar 4. 8 Level keseriusan konflik simpang empat tak bersinyal Deyangan pada siang hari ... 54 Gambar 4. 9 Level keseriusan konflik simpang empat tak bersinyal Deyangan di akhir pekan ... 55 Gambar 4. 10 Level keseriusan konflik simpang tiga tak bersinyal Pangenan pagi hari di hari kerja... 57 Gambar 4. 11 Level keseriusan konflik simpang tiga tak bersinyal Pangenan siang hari di hari kerja ... 58 Gambar 4. 12 Level keseriusan konflik simpang tiga tak bersinyal Pangenan ketika akhir pekan ... 59 Gambar 4. 13 Perbandingan keseriusan konflik simpang empat tak bersinyal Deyangan pagi hari dan siang hari di hari kerja ... 60 Gambar 4. 14 Perbandingan keseriusan konflik simpang empat tak bersinyal Deyangan di hari kerja dan akhir pekan ... 61 Gambar 4. 15 Perbandingan keseriusan konflik simpang tiga tak bersinyal Pangenan pada pagi dan siang hari ketika hari kerja ... 62 Gambar 4. 16 Perbandingan keseriusan konflik simpang tiga tak bersinyal Pangenan hari kerja dan akhir pekan ... 63 Gambar 4. 17 Perbandingan keseriusan konflik simpang tiga tak bersinyal Pangenan dan simpang empat tak bersinyal Deyangan pagi hari di hari kerja ... 64

(14)

xiv

Gambar 4. 18 Perbandingan keseriusan konflik simpang tiga tak bersinyal Pangenan dan simpang empat tak bersinyal Deyangan siang hari pada hari kerja ... 65 Gambar 4. 19 Perbandingan keseriusan konflik simpang tiga tak bersinyal Pangenan dan simpang empat tak bersinyal Deyangan di akhir pekan ... 66

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penentuan Nilai TA ... 17

Tabel 2. 2 Tinjauan Pustaka ... 22

Tabel 4. 1 Volume lalu lintas simpang empat tak bersinyal Deyangan pagi hari di hari kerja ... 39

Tabel 4. 2 Volume lalu lintas simpang empat tak bersinyal Deyangan siang hari di hari kerja ... 40

Tabel 4. 3 Volume lalu lintas simpang tiga tak bersinyal Pangenan pagi hari di hari kerja ... 40

Tabel 4. 4 Volume lalu lintas simpang tiga tak bersinyal Pangenan siang hari di hari kerja ... 41

Tabel 4. 5 Volume lalu lintas simpang empat tak bersinyal Deyangan pagi hari di akhir pekan ... 42

Tabel 4. 6 Volume lalu lintas simpang tiga tak bersinyal Pangenan pagi hari di akhir pekan ... 43

Tabel 4. 7 Data Kecelakaan Lalu Lintas Kabupaten Magelang ... 44

Tabel 4. 8 Jumlah konflik lalu lintas berdasarkan waktu observasi ... 45

Tabel 4. 9 Jumlah konflik lalu lintas berdasarkan tipe konflik ... 46

Tabel 4. 10 Distribusi Jenis Kendaraan Terlibat Konflik Lalu Lintas ... 47

Tabel 4. 11 Rekapitulasi Nilai Time to Accident ... 48

Tabel 4. 12 Rekapitulasi nilai Conflicting Speed (CS) ... 50

Tabel 4. 13 Level Keseriusan Konflik di Simpang Empat Tak Bersinyal Deyangan Pagi Hari pada Hari Kerja ... 52

(16)

xvi

Tabel 4. 14 Level Keseriusan Konflik Simpang empat tak bersinyal Deyangan Siang Hari pada Hari Kerja ... 53 Tabel 4. 15 Level Keseriusan Konflik Simpang empat tak bersinyal Deyangan di Akhir pekan ... 55 Tabel 4. 16 Level Keseriusan Konflik Simpang tiga tak bersinyal Pangenan Pagi Hari pada Hari Kerja ... 56 Tabel 4. 17 Level Keseriusan Konflik Simpang tiga tak bersinyal Pangenan Siang Hari di Hari Kerja ... 57 Tabel 4. 18 Level Keseriusan Konflik Simpang tiga tak bersinyal Pangenan Pagi Hari pada Akhir pekan ... 59 Tabel 4. 19 Rekapitulasi Konflik Lalu Lintas ... 68 Tabel 4. 20 Hubungan volume lalu lintas dengan konflik lalu lintas pada Simpang empat tak bersinyal Deyangan di pagi hari ... 73 Tabel 4. 21 Hubungan volume lalu lintas dengan konflik lalu lintas pada Simpang empat tak bersinyal Deyangan di siang hari... 74 Tabel 4. 22 Hubungan volume lalu lintas dengan konflik lalu lintas pada Simpang tiga tak bersinyal Pangenan di pagi hari... 75 Tabel 4. 23 Hubungan volume lalu lintas dengan konflik lalu lintas pada Simpang tiga tak bersinyal Pangenan di siang hari ... 76 Tabel 4. 24 Hubungan volume lalu lintas dengan konflik lalu lintas pada Simpang empat tak bersinyal Deyangan di akhir pekan ... 77 Tabel 4. 25 Hubungan volume lalu lintas dengan konflik lalu lintas pada Simpang tiga tak bersinyal Pangenan di akhir pekan ... 78

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Formulir survei konflik lalu lintas Lampiran 2 Data survei konflik lalu lintas Lampiran 3 Rencana anggaran biaya Lampiran 4 Dokumentasi penelitian Lampiran 5 Data volume lalu lintas

(18)

xviii

ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN CS = Conflicting Speed (Km/jam)

d = Jarak tempuh (meter)

PJ = Pengguna jalan

t = Waktu tempuh (detik) TA = Time to Accident (detik) TCT = Traffic Conflict Technique

v = Kecepatan (Km/jam)

(19)

xix INTISARI

Transportasi merupakan aspek penting penggerak pertumbuhan ekonomi dengan menunjang sektor kegiatan sehari-hari, namun aspek ini juga disertai konsekuensi serius berupa tingginya angka kecelakaan lalu lintas. Skripsi ini menganalisis konflik lalu lintas di persimpangan tak bersinyal menggunakan metode Traffic Conflict Technique (TCT). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keseriusan konflik dan perbandingan antara kedua simpang, dengan melibatkan karakteristik pengguna jalan, kehadiran polisi lalu lintas, dan infrastruktur jalan terhadap konflik.

Penelitian ini menggunakan metode TCT dengan pendekatan Time to Acccident (TA) pada simpang tiga tak bersinyal Pangenan dan simpang empat tak bersinyal Deyangan di ruas Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Observasi dilakukan pada pagi dan siang ketika hari kerja serta pagi hari di akhir pekan. Data yang diperoleh dianalisis sehingga menghasilkan data keseriusan konflik lalu lintas.

Hasil penelitian menunjukkan jenis tipe konflik terbanyak adalah crossing sebesar 67,43% dari total 525 konflik pada kedua simpang. Pada hari kerja, simpang empat tak bersinyal Deyangan memiliki jumlah konflik yang lebih tinggi dengan didominasi konflik tidak serius, sementara simpang tiga tak bersinyal Pangenan menunjukkan konflik serius yang lebih tinggi. Total konflik yang terjadi di simpang empat tak bersinyal Deyangan adalah 351 konflik, dengan 138 konflik (39.31%) tergolong sebagai konflik tidak serius, dan 213 konflik (60.69%) tergolong sebagai konflik serius. Pada simpang tiga tak bersinyal Pangenan, total konflik yang terjadi adalah 174 konflik, dengan 50 konflik (28,74%) dikategorikan sebagai konflik tidak serius, dan 124 konflik (71,26%) dikategorikan sebagai konflik serius.

Kata kunci: Konflik lalu lintas, Traffic Conflict Technique (TCT), Time to Accident (TA), simpang tak bersinyal.

(20)

xx ABSTRACT

Transportation is a critical driver of economic growth by supporting daily activities, but it also comes with serious consequences, including a high rate of traffic accidents. This study analyzes traffic conflicts at unsignalized intersections using the Traffic Conflict Technique (TCT). The objective of this research is to assess the severity of conflicts and compare two intersections by considering road user characteristics, the presence of traffic police, and road infrastructure.

The study employs the TCT method with a Time to Accident (TA) approach at a three-way and a four-way unsignalized intersection on Soekarno Hatta Street, Mertoyudan District, Magelang Regency. Observations were conducted during hari kerja mornings and afternoons, as well as akhir pekan mornings. The collected data were analyzed to determine the severity of traffic conflicts.

The results indicate that the most common type of conflict is crossing, accounting for 67.43% of the total 525 conflicts of both intersections. On weekdays, the four-way Deyangan intersection had a higher number of conflicts, predominantly non-serious, while the three-way Pangenan intersection exhibited a higher rate of serious conflicts. A total of 351 conflicts occurred at the Banar four- way intersection, with 138 (39.31%) classified as non-serious and 213 (60.69%) as serious. At the Pangenan three-way intersection, a total of 174 conflicts were recorded, with 50 (28.74%) categorized as non-serious and 124 (71.26%) as serious.

Keywords: Traffic conflicts, Traffic Conflict Technique (TCT), Time to Accident (TA), unsignalized intersections.

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transportasi merupakan aspek penting penggerak pertumbuhan ekonomi dengan menunjang hampir seluruh sektor kegiatan sehari-hari, namun aspek ini juga disertai konsekuensi serius berupa tingginya angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas (Sugasta et al., 2022). Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian acak dan jumlah kecelakaan yang tercatat setiap tahun di tempat yang sama tidaklah sama, meskipun situasi lalu lintas tidak berubah. Dinas Perhubungan Kabupaten Magelang mencatat rata-rata angka kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Magelang dari tahun 2019-2023 sebanyak 987 kejadian dengan rata-rata peningkatan 26%

pada tiga tahun terakhir setiap tahunnya. Jumlah kecelakaan sebenarnya juga merupakan ukuran tidak langsung, sedangkan karakteristik keselamatan sebenarnya adalah jumlah kecelakaan yang diharapkan (Laureshyn & Várhelyi, 2018).

Indikator keselamatan lalu lintas tidak dapat diukur tetapi hanya diperkirakan berdasarkan riwayat kecelakaan atau menggunakan metode lain. Indikator yang dimaksud konflik lalu lintas yang secara sebab akibat berkaitan dengan kecelakaan atau cedera sehingga dapat mengindikasikan kinerja keselamatan dan membantu memahami proses yang menyebabkan kecelakaan.

Konflik lalu lintas adalah situasi yang dapat diamati dimana dua atau lebih pengguna jalan saling mendekat dalam ruang dan waktu sedemikian rupa sehingga terdapat risiko tabrakan jika pergerakan mereka tidak berubah (Laureshyn &

Várhelyi, 2018). Blackspot atau lokasi rawan kecelakaan berbasis lokasi tunggal

(22)

2

merupakan lokasi rawan kecelakaan yang berada di lokasi yang spesifik, seperti persimpangan, jembatan, atau ruas jalan dengan panjang 300 - 500 m (Saprollah et al., 2022). Konflik lalu lintas sering terjadi di persimpangan, tempat di mana lintasan berbagai arus kendaraan saling bersilangan. Ketidakselarasan aliran lalu lintas ini dapat menyebabkan berbagai konflik antar kendaraan bermotor, pejalan kaki, atau pengendara sepeda di persimpangan.

Menurut Al Fuqron (2021), simpang diartikan sebagai titik pertemuan atau titik konflik dari berbagai arah dimana dua jalan atau lebih bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan untuk pergerakan lalu lintas di dalamnya. Menurut Manual Kapasitas Jalan 1997, simpang dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu simpang bersinyal dan simpang tak bersinyal. Simpang bersinyal memiliki arus kendaraan yang memasuki persimpangan secara bergantian untuk mendapatkan prioritas dengan berjalan terlebih dahulu dengan menggunakan pengendali lampu lalu lintas (traffic light). Simpang tak bersinyal memiliki aturan yang disebut General Priority Rute yaitu kendaraan yang terlebih dahulu berada di persimpangan tersebut mempunyai hak untuk berjalan terlebih dahulu daripada kendaraan yang baru memasuki persimpangan. Menurut bentuknya, simpang dikelompokkan menjadi dua macam yaitu pertemuan atau persimpangan jalan sebidang yang meliputi persimpangan bercabang 3 (tiga), persimpangan bercabang 4 (empat), persimpangan bercabang banyak dan bundaran (rotary intersection), serta pertemuan atau persimpangan jalan yang tidak sebidang yaitu persimpangan dimana dua ruas jalan atau lebih saling bertemu tidak dalam satu bidang tetapi salah satu ruas berada di atas atau di bawah ruas jalan yang lain.

(23)

3

Persimpangan memerlukan perhatian khusus terutama pada daerah yang masih minimum akan fasilitas jalan, padahal simpang merupakan jalur lalu lintas penting. Kabupaten Magelang merupakan daerah penghubung untuk beberapa kota besar seperti Yogyakarta, Purworejo dan Semarang serta memiliki banyak objek budaya dan wisata sehingga menciptakan volume lalu lintas yang cukup tinggi.

Sementara itu fasilitas jalan seperti lampu lalu lintas masih kurang memadai, salah satunya pada Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang (Ahsan et al., 2019). Jalan ini merupakan jalan alternatif yang menghubungkan Kecamatan Borobudur, Kecamatan Mertoyudan, dan Kecamatan Mungkid, serta merupakan jalur menuju Kota Magelang. Kurangnya lampu lalu lintas pada simpang di sepanjang ruas jalan ini akan memicu terjadinya konflik lalu lintas yang berpotensi menyebabkan kecelakaan. Sementara itu tidak semua kecelakaan dilaporkan. Tingkat under reporting bergantung pada tingkat keparahan kecelakaan dan jenis pengguna jalan yang terlibat. Minimnya data kecelakaan sebagai satu satunya indikator dalam menganalisis tingkat keselamatan lalu lintas menjadi permasalahan tersendiri untuk mengetahui tingkat keselamatan lalu lintas (Laureshyn & Várhelyi, 2018). Sehingga diperlukan sebuah metode untuk setidaknya mengetahui tingkat keseriusan konflik yang dapat menjadi bahan pertimbangan pengambilan kebijakan untuk menanggulangi terjadinya kecelakaan.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis tingkat keseriusan konflik lalu lintas adalah Metode Traffic Conflict Technique (TCT). Di antara metode analisis konflik lalu lintas yang ada, metode TCT dipilih karena dapat memberikan luaran mengenai tingkat keseriusan konflik pada lokasi yang

(24)

4

berpotensi terjadi kecelakaan dengan indikator yang mudah diidentifikasi serta prosedur pengolahan data yang jelas (Bulla-Cruz et al., 2020). Data yang dibutuhkan pada metode ini yaitu berupa data kecepatan (v) kendaraan yang melaju saat konflik terjadi dan jarak (d) antar kendaraan yang terlibat konflik. Kecepatan dan jarak tersebut akan menentukan nilai Time to Accident (TA) yang merupakan waktu tersisa sejak tindakan mengelak dilakukan hingga saat terjadinya tabrakan jika pengguna jalan tidak mengubah kecepatan kendaraannya dan tidak mengubah arah kecepatan kendaraannya (Laureshyn & Várhelyi, 2018). Hasil analisis menggunakan metode TCT ini berupa kategori tingkat keseriusan konflik pada simpang yang dapat dipakai untuk bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan keselamatan lalu lintas (Modanggu et al., 2020). Dengan demikian penelitian yang berjudul “Analisis Konflik Lalu Lintas di Persimpangan Tak Bersinyal Menggunakan Metode Traffic Conflict Technique (TCT)” perlu dilakukan sebagai jawaban dari permasalahan yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat keseriusan konflik lalu lintas pada simpang tiga tak bersinyal dan simpang empat tak bersinyal di Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang?

2. Bagaimana perbandingan tingkat keseriusan konflik lalu lintas pada simpang tiga tak bersinyal dan simpang empat tak bersinyal di Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang?

(25)

5

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini mempunyai beberapa batasan agar jangkauan penelitian tidak meluas melainkan fokus pada sasaran utama. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Pengguna jalan

Penelitian ini akan menggunakan konflik yang melibatkan pengguna jalan meliputi mobil, sepeda motor, sepeda dan pejalan kaki, dengan mempertimbangkan aspek-aspek seperti kecepatan, dan lintasan pergerakan.

2. Data penelitian

Data primer yang diambil dari pengamatan berupa jumlah konflik, jenis konflik, dan fasilitas perlengkapan jalan. Data sekunder sebagai pendukung dalam pembahasan berupa peta persimpangan jalan dan data kecelakaan lalu lintas Kabupaten Magelang.

3. Periode waktu tertentu

Penelitian akan dibatasi pada periode waktu tertentu, seperti jam atau hari tertentu, untuk mengevaluasi potensi variasi konflik lalu lintas.

Pengambilan data dilakukan pada siang hari, dan pada saat cuaca normal.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

(26)

6

1. Mengetahui tingkat keseriusan konflik lalu lintas pada simpang tiga tak bersinyal dan simpang empat tak bersinyal di Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.

2. Mengetahui perbandingan tingkat keseriusan konflik lalu lintas pada simpang tiga tak bersinyal dan simpang empat tak bersinyal di Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada instansi terkait hasil analisis yang didapatkan sehingga dapat mendukung strategi pengembangan manajemen lalu lintas dalam rangka menanggulangi potensi terjadinya kecelakaan akibat konflik lalu lintas.

2. Manfaat akademis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian dalam topik bidang ilmu transportasi khususnya analisis konflik lalu lintas.

(27)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

Subbab landasan teori berisi landasan teoritis yang menjadi dasar dalam penelitian analisis konflik lalu lintas pada simpang tak bersinyal menggunakan metode Traffic Conflict Technique (TCT). Landasan teori ini akan membahas beberapa aspek penting meliputi kecelakaan lalu lintas, konflik lalu lintas, fasilitas perlengkapan jalan, dan metode TCT. Landasan teori bertujuan untuk memahami esensi permasalahan serta mengembangkan landasan pemikiran yang kokoh dalam penelitian.

2.1.1 Kecelakaan lalu lintas

Kecelakaan lalu lintas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 merupakan peristiwa yang terjadi dengan tidak sengaja atau tidak diduga yang melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lainnya yang mengakibatkan korban manusia dan kerugian harta benda. Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sangat sulit untuk diprediksi kapan dan dimana terjadinya. Proses sebenarnya dari kecelakaan sering kali tidak jelas karena hanya hasil akhir kecelakaan yang dapat diamati pada tahap registrasi. Rekonstruksi kecelakaan dan investigasi mendalam biasanya memakan biaya dan tidak selalu memungkinkan untuk dilakukan, melakukannya dengan bantuan saksi dan orang- orang yang terlibat dalam kecelakaan menimbulkan risiko bias yang besar. Tanpa informasi mengenai proses sebelum kecelakaan, sangat sulit untuk memahami hubungan antara perilaku (yang berkontribusi) dan kecelakaan sehingga membatasi

(28)

8

kemungkinan untuk mengusulkan tindakan penanggulangan yang efektif untuk mengubah/mengurangi perilaku ini (Laureshyn & Várhelyi, 2018).

Kecelakaan lalu lintas merupakan satu dari pekerjaan rumah pemerintah dan merupakan tantangan seiring perkembangan zaman (Sugasta et al., 2022). Seiring meningkatnya jumlah kendaraan, perlu adanya kebijakan dalam manajemen lalu lintas untuk menciptakan keamanan lalu lintas. Penelitian ini berfokus pada konflik lalu lintas yang mana dapat menjadi tolak ukur tidak langsung akan terjadinya kecelakaan sebagai pengganti data kecelakaan yang sulit didapat.

2.1.1.1 Jenis kecelakaan lalu lintas

Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kecelakaan lalu lintas dibagi menjadi 3 jenis, sebagai berikut : 1. Kecelakaan ringan adalah kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan

kendaraan atau barang tanpa menyebabkan luka pada pengguna jalan.

2. Kecelakaan sedang adalah kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan pada korban dan kerusakan kendaraan atau barang.

3. Kecelakaan berat adalah kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau korban mengalami luka berat.

2.1.1.2 Karakteristik kecelakaan lalu lintas

Adapun karakteristrik kecelakaan lalu lintas dapat dikategorikan menjadi:

1. Rear-Angle (RA), tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada arah yang berbeda, namun bukan dari arah berlawanan;

(29)

9

(Sumber: www.masscrashreportmanual.com, 2018) Gambar 2. 1 Kecelakaan Rear-Angle

2. Rear-End (RE), kendaraan menabrak dari belakang kendaraan lain yang bergerak searah;

(Sumber: www.masscrashreportmanual.com, 2018) Gambar 2. 2 Kecelakaan Rear-End

3. Sideswape (SS), kendaraan yang bergerak menabrak kendaraan lain dari samping ketika berjalan pada arah yang sama, atau pada arah yang berlawanan;

(Sumber: www.masscrashreportmanual.com, 2018) Gambar 2. 3 Kecelakaan Sideswape

(30)

10

4. Head-On (Ho), tabrakan antara yang berjalanan pada arah yang berlawanan (tidak sideswape).

(Sumber: www.masscrashreportmanual.com, 2018) Gambar 2. 4 Kecelakaan Head-On

2.1.2 Penyebab kecelakaan lalu lintas

Menurut Kamaruzzaman (2023) faktor penyebab kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh beberapa faktor gabungan yang tidak berjalan dengan baik yaitu manusia sebagai pengguna, jalan sebagai prasarana, dan kendaraan sebagai sarana.

Dalam mengatur hal tersebut dibutuhkan peraturan yang mengatur kenyamanan dan ketertiban lalu lintas.

2.1.2.1 Faktor pengemudi

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Indonesia memberikan penekanan yang signifikan pada tanggung jawab pengemudi kendaraan bermotor. Beberapa pasal dalam undang-undang ini mengatur kelalaian pengemudi sebagai faktor penyebab kecelakaan. Kelalaian yang dimaksud seperti penggunaan alat kedap suara, pengemudi dalam keadaan mabuk, dan kecepatan yang tidak wajar. Faktor tersebut erat kaitannya dengan pemahaman teori dan praktik tentang lalu lintas dan kendaraan yang diperoleh sebelumnya pada saat ujian untuk mendapatkan surat izin mengemudi (SIM).

(31)

11

2.1.2.2 Faktor pejalan kaki

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 pejalan kaki merupakan salah satu faktor penyebab kecelakaan. Undang-Undang ini memberikan ketentuan- ketentuan yang mengatur perilaku pejalan kaki, khususnya terkait penggunaan tempat penyeberangan dan berjalan di jalan tanpa trotoar. Pemerintah juga dituntut untuk melaksanakan program keselamatan pejalan kaki guna meningkatkan kesadaran masyarakat. Sanksi hukum diberlakukan sebagai upaya penegakan aturan dan pencegahan pelanggaran. Dengan demikian, keselamatan pejalan kaki menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan pejalan kaki sendiri.

Fasilitas bagi pejalan kaki yaitu berupa trotoar dan zebra cross untuk pejalan kaki menyebrang. Pejalan kaki wajib berjalan pada fasilitas yang telah disediakan.

Akan tetapi saat ini fasilitas pejalan kaki khusus trotoar banyak disalahgunakan sebagai tempat berdagang pedagang kaki lima, sehingga pejalan kaki merasa tidak nyaman dalam melakukan aktivitasnya (Kamaruzzaman et al., 2023).

2.1.2.3 Faktor kendaraan

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 kendaraan diartikan sebagai alat yang digerakkan oleh tenaga mekanik, hewan, atau manusia, yang bergerak di atas jalan, termasuk sepeda, kendaraan roda empat atau lebih, dan kereta tanpa tenaga mekanik. Kendaraan harus dalam keadaan siap pakai dalam hal ini kendaraan tersebut lengkap alat-alat perkakas kendaraan, mesin, rem, ban, lampu, kaca spion, sabuk pengaman dan lainnya dalam keadaan yang baik atau layak digunakan saat berkendara. Kendaraan yang tidak memenuhi standar emisi dapat

(32)

12

menyebabkan polusi udara, mengurangi kualitas udara, dan meningkatkan risiko kecelakaan karena visibilitas yang buruk.

2.1.2.4 Faktor jalan dan lingkungan

Pemeliharaan dan pengaturan lalu lintas menjadi hal yang penting karena sifat dan kondisi jalan berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Persyaratan jalan, tanda lalu lintas, penerangan jalan, dan pemeliharaan lingkungan sekitar jalan diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009. Kerusakan struktur pada permukaan jalan, kesalahan elevasi bahu jalan, cuaca, penerangan jalan, dan rambu-rambu lalu lintas perlu diperhatikan untuk menanggulangi terjadinya kecelakaan lalu lintas.

2.1.3 Studi konflik persimpangan

Menurut Al Fuqron (2021), simpang diartikan sebagai titik pertemuan atau titik konflik dari berbagai arah dimana dua jalan atau lebih bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan untuk pergerakan lalu lintas di dalamnya. Konflik lalu lintas sering terjadi di persimpangan, tempat di mana lintasan berbagai arus kendaraan saling bersilangan. Ketidakselarasan aliran lalu lintas ini dapat menyebabkan berbagai konflik antar-kendaraan, pejalan kaki, atau pengendara sepeda.

2.1.3.1 Jenis konflik lalu lintas

Menurut Hobbs dalam Saprollah et al. (2022) terdapat 4 jenis konflik yang sering terjadi pada persimpangan, antara lain:

(33)

13

1. Gerakan memotong (Crossing)

(Sumber: Saprollah et al., 2022) Gambar 2. 5 Gerakan memotong (Crossing) 2. Gerakan memisah (Diverging)

(Sumber: Saprollah et al., 2022) Gambar 2. 6 Gerakan memisah (Diverging) 3. Gerakan menyatu (Merging)

(Sumber: Saprollah et al., 2022) Gambar 2. 7 Gerakan menyatu (Merging) 4. Gerakan jalinan/anyaman (Weaving)

(Sumber: Saprollah et al., 2022)

Gambar 2. 8 Gerakan jalinan/anyaman (Weaving)

(34)

14

2.1.3.2 Titik konflik pada persimpangan

Titik konflik lalu lintas merujuk pada lokasi dimana arus lalu lintas dari dua arah atau lebih bertemu dan memiliki potensi untuk terjadi konflik antar pengendara. Terdapat tiga karakteristik titik konflik pada persimpangan yaitu titik konflik persilangan, titik konflik penggabungan, dan titik konflik penyebaran.

Terdapat perbedaan jumlah titik konflik pada simpang tiga dan simpang empat. Hal ini memungkinkan terjadinya perbedaan jumlah konflik lalu lintas yang disebabkan perbedaan jumlah kendaraan yang melintasi persimpangan. Di bawah ini merupakan gambar titik konflik pada simpang tiga dan simpang empat:

(Sumber: Saprollah et al., 2022) Gambar 2. 9 Titik konflik simpang empat Keterangan :

Titik konflik persilangan (16 titik) Titik konflik penggabungan (8 titik) Titik konflik penyebaran (8 titik)

(35)

15

(Sumber: Bonela & Kadali, 2022) Gambar 2. 10 Titik konflik simpang tiga Keterangan :

Titik konflik persilangan (3 titik) Titik konflik penggabungan (3 titik) Titik konflik penyebaran (3 titik) 2.1.4 Traffic Conflict Technique (TCT)

TCT merupakan suatu metode dalam meningkatkan keselamatan lalu lintas.

TCT digunakan untuk mengidentifikasi suatu kecelakaan yang hampir terjadi (Near-Missed Accident) dan melihat pola terjadinya kecelakaan. Metode TCT ini dikembangkan oleh Departement of Traffic Planning and Engineering Lund University, Swedia.

2.1.4.1 Definisi konflik pada Traffic Conflict Technique (TCT)

Konflik lalu lintas adalah situasi yang dapat diamati dimana dua atau lebih pengguna jalan saling mendekat dalam ruang dan waktu sedemikian rupa sehingga terdapat risiko tabrakan jika pergerakan mereka tidak berubah. Konsep dasar teori

(36)

16

konflik lalu lintas adalah bahwa proses lalu lintas dapat dipandang sebagai sejumlah peristiwa yang bersifat elementer. Peristiwa ini berbeda dalam tingkat keparahannya dan terdapat hubungan antara tingkat keseriusan konflik dengan tingkat keparahan kecelakaan. Oleh karena itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghindari suatu kecelakaan adalah dengan menghindari konflik (Laureshyn & Várhelyi, 2018).

Penggunaan metode TCT untuk menganalisis tingkat keselamatan diperlukan nilai Time to Accident (TA). TA merupakan sisa waktu sampai terjadinya tabrakan pada saat tindakan mengelak dilakukan oleh pengguna jalan yang bersangkutan.

Nilai TA dapat dihitung berdasarkan perkiraan jarak tempuh saat menuju titik konflik (d) serta kecepatan kendaraan saat tindakan pencegahan dilakukan (v) yang didapat dari hasil survei, berikut rumus perhitungan TA:

TA = d/v………...……….(2.1) Keterangan:

TA = Time to Accident

d = jarak tempuh saat menuju titik konflik

v = kecepatan kendaraan saat tindakan pencegahan

Penentuan nilai TA juga dapat menggunakan tabel konversi yang dapat ditemukan pada The Swedish Traffic Conflict Technique Observer’s manual, 2018.

Ketika nilai perkiraan jarak tempuh (d) dan nilai kecepatan kendaraan (v) telah diperoleh, kemudikan dimasukkan ke dalam tabel Time to Accident untuk mendapatkan nilai TA. Dengan menggunakan prinsip rumus yang sama, berikut ini adalah tabel untuk menentukan nilai TA:

(37)

17

Tabel 2. 1 Menentukan Nilai TA

v d (m)

Km/

jam m/s 0,5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 5 1,4 0,4 0,7 1,4 2,2 2,9 3,6 4,3 5,0 5,8 6,5 7,2

10 2,8 0,2 0,4 0,7 1,1 1,4 1,8 2,2 2,5 2,9 3,2 3,6 5,4 7,2 9,0

15 4,2 0,1 0,2 0,5 0,7 1,0 1,2 1,4 1,7 1,9 2,2 2,4 3,6 4,8 6,0 7,2 8,4 9,6

20 5,6 0,1 0,2 0,4 0,5 0,7 0,9 1,1 1,3 1,4 1,6 1,8 2,7 3,6 4,5 5,4 6,3 7,2 8,1 9,0 9,9 25 6,9 0,1 0,1 0,3 0,4 0,6 0,7 0,9 1,0 1,2 1,3 1,4 2,2 2,9 3,6 4,3 5,0 5,8 6,5 7,2 7,9 30 8,3 0,1 0,1 0,2 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 1,0 1,1 1,2 1,8 2,4 3,0 3,6 4,2 4,8 5,4 6,0 6,6 35 9,7 0,1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 1,5 2,1 2,6 3,1 3,6 4,1 4,6 5,1 5,7 40 11,1 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,4 1,8 2,3 2,7 3,2 3,6 4,1 4,5 5,0 45 12,5 0,1 0,2 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,6 0,7 0,8 1,2 1,6 2,0 2,4 2,8 3,2 3,6 4,0 4,4 50 13,9 0,1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,4 0,5 0,6 0,6 0,7 1,1 1,4 1,8 2,2 2,5 2,9 3,2 3,6 4,0 55 15,3 0,1 0,1 0,2 0,3 0,3 0,4 0,5 0,5 0,6 0,7 1,0 1,3 1,6 2,0 2,3 2,6 2,9 3,3 3,6 60 16,7 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 0,9 1,2 1,5 1,8 2,1 2,4 2,7 3,0 3,3 65 18,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 0,5 0,6 0,8 1,1 1,4 1,7 1,9 2,2 2,5 2,8 3,0 70 19,4 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 0,5 0,5 0,8 1,0 1,3 1,5 1,8 2,1 2,3 2,6 2,8 75 20,8 0,0 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 0,5 0,7 1,0 1,2 1,4 1,7 1,9 2,2 2,4 2,6 80 22,2 0,0 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 0,5 0,7 0,9 1,1 1,4 1,6 1,8 2,0 2,3 2,5 85 23,6 0,0 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,6 0,8 1,1 1,3 1,5 1,7 1,9 2,1 2,3 90 25,0 0,0 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2,2 95 26,4 0,0 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,4 0,6 0,8 0,9 1,1 1,3 1,5 1,7 1,9 2,1

10

0 27,8 0,0 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,4 0,5 0,7 0,9 1,1 1,3 1,4 1,6 1,8 2,0

(Sumber: The Swedish Traffic Conflict Technique Observer’s manual, 2018) Berdasarkan pendekatan Time to Accident, suatu konflik dapat dikatakan serious conflict dan non-serious conflict ditentukan dari kecepatan para pengguna jalan yang terlibat dalam konflik saat sebelum terjadinya konflik hingga saat terjadinya konflik serta selang waktu antara pengguna jalan yang terlibat konflik hingga seandainya terjadi konflik atau kecelakaan.

Selain TA, Tingkat keseriusan konflik juga berhubungan dengan Conflicting Speed (CS) yang merupakan kecepatan pengguna jalan hingga terjadi tabrakan jika tidak dilakukan upaya pengelakan. Kecepatan mempengaruhi peluang keberhasilan menghindari tabrakan (misalnya pengereman dari kecepatan yang lebih tinggi akan

(38)

18

memerlukan waktu lebih lama dan jarak berhenti), namun juga potensi hasil tabrakan (misalnya cedera pada pejalan kaki yang tertabrak akan bergantung pada kecepatan tumbukan). Oleh karena itu, nilai CS yang lebih tinggi mengindikasikan konflik yang lebih parah (Laureshyn & Varhelyi, 2018).

Pada saat di jalan, setiap kendaraan memiliki kecepatan yang berbeda disebabkan oleh hasil interaksi antara pengendara dengan kendaraan dan lingkungan (Kamaruzzaman et al., 2023). Nilai CS dapat dihitung berdasarkan perkiraan jarak tempuh saat menuju titik konflik (d) serta waktu yang dibutuhkan hingga mencapai titik konflik (t) yang didapat dari hasil survei, berikut rumus perhitungan CS:

CS = d

t………...………(2.2) Keterangan:

CS = Conflicting Speed

d = jarak tempuh saat menuju titik konflik

t = waktu yang dibutuhkan kendaraan hingga mencapai titik konflik Suatu kejadian yang menyebabkan terjadinya kecelakaan akan dinyatakan serious conflict jika nilai kecepatan kendaraan dan nilai Time to Accident berada di atas garis kurva, sedangkan suatu kejadian yang hampir menyebabkan terjadinya kecelakaan disebut non-serious conflict. Jika nilai kecepatan kendaraan dan nilai Time to Accident berada di bawah garis kurva juga dinyatakan sebagai non-serious conflict seperti pada gambar berikut:

(39)

19

Time-to-Accident, sec.

(Sumber: The Swedish Traffic Conflict Technique Observer’s manual, 2018) Gambar 2. 11 Grafik Batas antara Serious conflict dengan Non-Serious conflict 2.1.4.2 Penerapan metode Traffic Conflict Technique (TCT)

TCT adalah salah satu metode untuk mengidentifikasi kecelakaan yang hampir terjadi yang berhubungan dekat dengan kecelakaan. Metode ini dikembangkan oleh Departement of Traffic Planning and Engineering di Lund University, Swedia. Dalam metode ini konflik terbagi menjadi serious conflict dan non serious conflict. Pengelompokan tipe konflik tersebut ditentukan oleh dua variabel yaitu CS dan TA.

Tingkat keselamatan lalu lintas berdasarkan metode TCT ini termasuk rendah jika terdapat tipe Serious conflict. Hal ini disebabkan, studi TCT ini mendemonstrasikan bahwa konflik mirip atau sama dengan kecelakaan. Proses dari Conflict diagram

21 22 23 24 25 26 27 28 30 29

20 0

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 , 0 0 , 5 1 , 0 1 , 5 2 , 0 2 , 5 3 , 0 3 , 5 4 , 0

Conflicting Speed, km/h

seriuos conflict

non - seriuos conflict

(40)

20

sebuah konflik yang serius hampir sama dengan proses terjadinya kecelakaan yang serius, dengan pengecualian bahwa tumbukan atau kemacetan terjadi dalam frekuensi yang lebih rendah dan tidak ada yang terluka dalam proses kejadian ini.

Konflik serius ditemukan menjadi indikator kerusakan dalam interaksi, mirip dengan kerusakan sebelum kecelakaan (Laureshyn & Várhelyi, 2018).

Hydén (1987) mengilustrasikan konsep tersebut dengan sebuah safety pyramid pada Gambar 2. 12. Bagian bawah piramida mewakili interaksi normal (pertemuan) antara pengguna jalan yang aman dan terjadi sebagian besar waktu. Di ujung lainnya, puncak piramida terdiri dari peristiwa yang paling parah seperti kecelakaan fatal atau cedera dan sangat jarang terjadi dibandingkan dengan total peristiwa lainnya. Jika bentuk hubungan antara keparahan dan frekuensi peristiwa diketahui, secara teoritis memungkinkan untuk menghitung frekuensi peristiwa yang sangat parah namun jarang terjadi (kecelakaan) berdasarkan frekuensi yang diketahui dari peristiwa-peristiwa yang kurang parah namun lebih mudah diamati (konflik).

(Sumber: The Swedish Traffic Conflict Technique Observer’s manual, 2018) Gambar 2. 12 Safety pyramid

(41)

21

2.1.5 Fasilitas perlengkapan jalan

Perlengkapan jalan merupakan alat yang digunakan dalam pengoperasian jalan yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan pengguna jalan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan terdiri aturan perintah dan larangan yang dinyatakan dengan rambu jalan, marka jalan, patok lalu lintas (delineator), dan fasilitas pejalan kaki di jalan, serta lampu penerangan jalan.

(42)

22 2.2 Tinjauan Pustaka

Tabel 2. 2 Tinjauan Pustaka

No Penulis Judul Tujuan Metode Hasil

1 Farhan Sholahud in, Agi Rivi H., 2020

Analisis Simpang Bersinyal Pada Simpang 4 Jl.

Siliwangi Kota TasiKmalaya

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui kinerja simpang, mengetahui fase yang diterapkan serta menganalisis tingkat keseriusan konflik yang terjadi di simpang 4 Jl.

Siliwangi TasiKmalaya.

PKJI 2014 untuk analisis kinerja simpang Bersinyal dan metode Traffic Conflict Technique (TCT) untuk mengetahui tingkat keseriusan konflik.

Kinerja simpang mendekati kondisi kritis dengan nilai derajat kejenuhan 0,70 dengan level of service D. Konflik lalu lintas yang terjadi sebanyak 218 kejadian, dengan jumlah konflik serius sebanyak 96 kejadian dan konflik non serius sebanyak 122 kejadian. Masing-masing jumlah jenis konflik lalu lintasnya yaitu crossing sebanyak 119 kejadian (55%), merging sebanyak 76 kejadian (35%) dan diverging sebanyak 22 kejadian yakni (10%). Direkomendasikan pengaturan ulang waktu siklus untuk mengurangi antrean kendaraan dan potensi terjadinya konflik lalu lintas.

2 M.

Darwin, Amsori M. Das, Ari Setiawan , 2022

Analisa Tingkat Keselamatan Lalu Lintas pada Simpang Empat Puncak Jelutung dengan Metode Traffic Conflict Technique (TCT)

Menganalisis jumlah konflik lalu lintas dan mengkaji masalah-masalah atau kerusakan yang terjadi persimpangan dengan metode

Metode Traffic Conflict Technique (TCT)

menggunakan pendekatan Time to

Jumlah konflik dalam analisis direntang waktu selama satu jam pada lokasi studi persimpangan empat puncak jelutung adalah 87 kasus konflik.

Diidentifikasikan TCT menghasilkan jenis potensi kecelakaan adalah Serious conflict, yaitu pada waktu tersingkat Time to Accident (TA) 0,18 dan waktu terpanjangnya adalah 0,53 Time to Accident. Banyaknya konflik yang terjadi

(43)

23

Lanjutan Tabel 2. 2 Tinjauan Pustaka

No Penulis Judul Tujuan Metode Hasil

Traffic Conflict Technique (TCT).

Accident (TA).

lapangan disebabkan oleh banyak faktor seperti:

kondisi kendaraan yang tidak sesuai dengan keselamatan penggunanya, kondisi badan yang rusak yang tidak sesuai dengan standar jalan, kurangnya kesadaran pengguna jalan dalam menaati peraturan lalu lintas, kurangnya fasilitas pelengkap jalan seperti marka jalan dan rambu- rambu lalu lintas dan rusaknya drainase.

3 Muh.

Ricki Saprollah , I A O Suwati Sideman, Rohani, 2022

Analisis Tingkat Keselamatan Lalu Lintas pada Simpang Tak Bersinyal dengan Metode Traffic Conflict Technique (Studi Kasus:

Persimpangan Jl.

Raya Mataram- Sikur, Masbagik, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat)

Mengidentifikasi kejadian Near Missed Accident dengan Metode Traffic Conflict Technique di Persimpangan Jl.

Raya Mataram – Sikur, Masbagik, Kabupaten Lombok Timur perlu

dilakukan untuk mencapai Zero Accident.

Traffic Conflict Technique (TCT) dengan pendekatan Time to Accident (TA).

Tipe konflik yang sering terjadi di Persimpangan Jl. Raya Mataram-Sikur, Masbagik berdasarkan metode Traffic Conflict Technique yaitu tipe serious conflict dengan gerakan memotong (crossing). Perilaku tidak teratur yang rentan menimbulkan konflik di Persimpangan Jl. Raya Mataram–Sikur, Masbagik adalah perilaku percepatan ketika crossing menuju jalan minor.

Tipe kecelakaan atau tabrakan yang rentan terjadi yaitu Rear-Angle. Titik-titik rawan terjadi konflik pada Persimpangan Jl. Raya Mataram – Sikur, Masbagik yaitu terdapat pada lengan jalur minor.

(44)

24

Lanjutan Tabel 2. 2 Tinjauan Pustaka

No Penulis Judul Tujuan Metode Hasil

4 Hervian Handika Sugasta, Elsa Tri Mukti, dan Said, 2023

Penerapan Metode Traffic Conflict Technique untuk Menentukan Tingkat

Keselamatan Lalu Lintas

Menganalisis tingkat keselamatan lalu lintas dan faktor- faktor yang

mempengaruhinya.

Traffic Conflict Technique (TCT) dengan pendekatan Time to Accident (TA).

Faktor utama dari analisis metode Traffic Conflict Technique menunjukkan bahwa tingkat keselamatan di kedua simpang penelitian dipengaruhi oleh nilai Time to Accident. Jumlah konflik terbanyak berada di persimpangan Jl. Putri Daranante – Jl. Putri Darahitam –Jl. Alianyang dengan kejadian konflik sebanyak 94 kejadian di akhir pekan, dan 199 kejadian di hari Senin.

Berdasarkan nilai level serious conflict yang tinggi berada di persimpangan Jl. Harapan Jaya - Jl. Ampera - Jl. Prof. M. Yamin dengan hasil analisis tertinggi pada level 29 dengan nilai maksimum conflicting speed berada di antara 40 – 45 Km/h dan nilai Time to Accident berada di antara 0,0 – 0,5 s di hari Senin.

5 Dienda Sabrina, Nuryani Tinumbia , Irfan Ihsani, 2022

Analisis Tingkat Keselamatan Lalu Lintas Pada Simpang Tidak Bersinyal Dengan Metode Traffic Conflict Technique (TCT)

Menganalisis konflik yang terjadi pada simpang tiga tidak bersinyal Jalan Raya Tanah Baru - Jalan Raya Sawangan.

Metode Traffic Conflict Technique (TCT)

menggunakan pendekatan Time to Accident (TA).

Berdasarkan dari rata-rata nilai Time to Accident (TA) didapat 0,12 detik dimana angka tersebut masuk ke dalam klasifikasi serious conflict. Jenis konflik yang banyak terjadi yaitu berpotongan atau crossing dan kendaraan yang sering terjadi konflik yaitu kendaraan bermotor. Penyebab konflik di lokasi penelitian umumnya terjadi karena minimnya rambu lalu lintas dan marka jalan.

(45)

25

Lanjutan Tabel 2. 2 Tinjauan Pustaka

No Penulis Judul Tujuan Metode Hasil

6 Reinaldy Modangg u, Azis Rachman ,

Suratman Ursilu, 2020

Analisis Peningkatan Keselamatan pada Persimpangan dengan Menggunakan Metode Traffic Conflict Technique (Near-Missed Accident)

Menganalisis apakah dengan metode TCT (Traffic Conflict Tehnique) dapat memberikan gambaran terkait tingkat

keselamatan di lokasi persimpangan.

Traffic Conflict Technique (TCT) dengan pendekatan Time to Accident (TA).

Berdasarkan Rata-rata Time to Accident (TA) yang diperlukan untuk mengelak atau evasive sekitar 0.1 detik; konflik yang terjadi masuk dalam klasifikasi serious conflict; jenis konflik yang terjadi adalah konflik berpotongan (Crossing);

serta, dari empat konflik yang terjadi di lokasi penelitian mayoritas pengguna jalan yang sering terlibat konflik adalah pengendara kendaraan bermotor atau MC. Hal ini karena sikap pengguna jalan yang tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang mengakibatkan terjadinya konflik yang dapat merugikan sesama pengguna jalan.

7 Riki Irfandi, Fahrizal Z., Rizky E., 2022

Analisis Tingkat Keselamatan Lalu Lintas Pada Persimpangan Jalan William Iskandar Ps.V dengan Menggunakan Metode TCT (Traffic Conflict Technique)

Untuk mengetahui tingkat keselamatan lalu lintas pada persimpangan jalan William Iskandar pasar V dan untuk mengetahui kecepatan yang terjadi pada

persimpangan jalan William Iskandar pasar V

Metode Traffic Conflict Technique (TCT)

menggunakan pendekatan Time to Accident (TA).

Tidak adanya lampu lalu lintas atau persimpangan tak bersinyal, dapat menimbulkan risiko kecelakaan sehingga berkurangnya tingkat keselamatan sesama pengguna jalan. Dapat dilihat dari rata-rata nilai TA (Time to Acident) yang dibutuhkan oleh pengguna jalan hanya 0,5 – 1,0 detik dengan persentase 37% untuk mengelak atau menghindari. Kecepatan kendaraan pada saat terjadinya konflik kendaraan pada simpang adalah kecepatan dengan kelas 40 – 50 Km/jam, persentase 28,9% merupakan kecepatan tertinggi dan kecepatan terendah adalah sebesar 13,6%

dengan kecepatan kendaraan 10 – 20 Km/jam.

(46)

26

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan, penelitian ini menyoroti kebaruan dalam penggunaan metode TCT untuk menganalisis konflik lalu lintas pada simpang tak bersinyal. Secara khusus, penelitian ini memiliki perbedaan pada tempat dan waktu penelitian serta analisis tingkat keseriusan konflik pada simpang tiga dan empat tak bersinyal. Penelitian sebelumnya umumnya memusatkan perhatian pada persimpangan tertentu dengan variasi dalam konteks geografis dan waktu yang digunakan. Sebaliknya, penelitian ini memperluas cakupan dengan mempertimbangkan simpang tiga dan empat tak bersinyal sebagai objek penelitian, serta menyediakan perbandingan tingkat keseriusan konflik lalu lintas antara keduanya. Penelitian ini juga membandingkan konflik lalu lintas pada hari kerja dan akhir pekan, dimana terdapat faktor berupa ada dan tidaknya polisi lalu lintas yang bertugas untuk mengatur persimpangan.

Kebaruan penelitian ini terletak pada pendekatan yang lebih komprehensif dalam menganalisis konflik lalu lintas, dengan menyediakan data yang lebih luas tentang perbandingan tingkat keseriusan konflik pada dua jenis simpang tak bersinyal yang berbeda. Melalui perbedaan pendekatan analisis yang diusung, penelitian ini tidak hanya memberikan wawasan baru tentang karakteristik konflik lalu lintas pada simpang tiga dan empat tak bersinyal, tetapi juga menawarkan kontribusi yang signifikan dalam memperkaya literatur keselamatan lalu lintas.

Oleh karena itu, penelitian ini layak dilakukan sebagai langkah untuk memperdalam pemahaman dalam bidang keselamatan lalu lintas serta memberikan kontribusi inovatif terhadap studi konflik lalu lintas di berbagai jenis persimpangan tak bersinyal.

(47)

27 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan struktur atau rangkaian konsep, gagasan, atau prinsip yang digunakan sebagai dasar atau landasan dalam berpikir, membuat keputusan, atau melakukan analisis terhadap suatu masalah atau situasi.

Gambar 3. 1 Kerangka Berpikir

1. Tingginya angka kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Magelang 2. Intensitas arus lalu lintas

3. Ketersediaan fasilitas perlengkapan jalan 4. Minimnya data kecelakaan

Simpang empat tak bersinyal

Simpang tiga tak bersinyal

Pemilihan lokasi studi

Observasi lapangan

Survei videografi

Ekstraksi video hasil survei

Konflik lalu lintas

Perbandingan tingkat keseriusan konflik Jenis konflik

Kecepatan dan jarak pengguna jalan terlihat konflik Karakteristik pengguna jalan terlibat konflik

Volume lalu lintas

Analisis TCT

(48)

28

3.2 Bagan Alir

Berdasarkan Penelitian yang akan dilaksanakan maka bagan alir tahapan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3. 2 Bagan Alir Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Pemilihan Lokasi Studi

Survei Pendahuluan

Pengumpulan Data

Data Primer:

1. Jumlah Konflik 2. Jenis Konflik 3. Jenis Kendaraan

Terlibat Konflik 4. Fasilitas

Perlengkapan Jalan 5. Volume lalu lintas

Data Sekunder:

1. Geometric simpang 2. Data Kecelakaan

Lalu Lintas Kabupaten Magelang

Analisis Data Menggunakan Metode Traffic Conflict Technique

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

(49)

29

3.3 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai bagan alir penelitian yang mencakup metode dan teknik penyediaan data serta metode analisis data.

3.3.1 Identifikasi masalah

Tahap ini merupakan awal dari penelitian dimana peneliti mengidentifikasi masalah yang akan diteliti, yaitu konflik lalu lintas di persimpangan tak bersinyal.

Identifikasi masalah ini juga mencakup pemahaman akan urgensi dan relevansi topik penelitian dalam konteks keamanan dan efisiensi lalu lintas.

3.3.2 Studi literatur

Pada tahap ini, peneliti melakukan tinjauan literatur yang luas terkait dengan konflik lalu lintas, persimpangan tak bersinyal, dan metode TCT. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang topik penelitian, menemukan kerangka konseptual, dan memperoleh wawasan dari penelitian terdahulu yang relevan.

3.3.3 Pemilihan lokasi studi

Peneliti menentukan lokasi studi yang sesuai untuk mengumpulkan data yang representatif tentang konflik lalu lintas di persimpangan tak bersinyal. Pemilihan lokasi harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti tingkat kepadatan lalu lintas, pola lalu lintas, serta karakteristik jalan dan lingkungan sekitarnya. Persimpangan

(50)

30

pada Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah diambil karena dianggap memenuhi faktor-faktor seperti tingkat lalu lintas, pola lalu lintas, dan karakteristik jalan, sehingga dapat digunakan untuk lokasi studi yang representatif untuk kondisi persimpangan tak bersinyal yang akan diteliti.

3.3.4 Survei pendahuluan

Tahap survei pendahuluan dilakukan untuk memahami kondisi lalu lintas dan perilaku pengguna jalan di lokasi studi. Melalui survei ini, peneliti dapat mengidentifikasi titik potensial peletakan kamera untuk perekaman video, titik di persimpangan yang rentan terhadap konflik lalu lintas, dan segala hal yang dapat mendukung proses pengambilan data.

3.3.5 Pengumpulan data

Terdapat dua jenis data yang dikumpulkan yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Berikut merupakan penjabaran mengenai metode dan teknik penyediaan data yang digunakan dalam penelitian ini.

3.3.5.1 Metode pengumpulan data primer

Metode pengumpulan data primer merupakan metode yang dilakukan secara langsung kepada objek penelitian untuk mendapatkan data faktual yang terjadi di lapangan. Dalam penggunaan metode TCT, dilakukan secara langsung (observasi lapangan) untuk mendapatkan jumlah arus lalu lintas kendaraan dan jumlah konflik yang ada. Namun menurut The Swedish Traffic Conflict Technique juga disarankan untuk melakukan pengambilan data menggunakan rekaman video. Sehingga pada

(51)

31

penelitian ini peneliti menggunakan dua macam teknik pengumpulan data tersebut yakni observasi manual dan perekaman video.

1. Observasi manual

Observasi adalah aktivitas pengamatan mengenai suatu objek tertentu secara cermat serta dilakukan pada lokasi penelitian berada. Pada metode pengumpulan data primer observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung kondisi wilayah studi. Observasi yang dilakukan terkait dengan data geometric simpang dan kondisi lapangan yang dibutuhkan sebagai pendukung mobilitas perjalanan serta memberi tanda per 1 meter pada badan jalan atau simpang.

2. Perekaman video

Perekaman video menjadi salah satu teknik yang efektif untuk mengamati dan merekam aktivitas lalu lintas secara detail dan kontinu. Tim peneliti akan menempatkan kamera video pada lokasi strategis yang dapat mengamati area persimpangan dengan baik. Setelah melakukan perekaman selama periode waktu tertentu, video kemudian akan diekstraksi untuk analisis lebih lanjut. Dalam proses ekstraksi rekaman video, peneliti akan memperhatikan beberapa parameter utama yaitu jumlah konflik lalu lintas yang terjadi, serta jenis kendaraan yang terlibat konflik. Konflik lalu lintas akan dicatat dengan cermat, termasuk jenis konflik dan kecepatan kendaraan yang terlibat. Selain itu, jarak antara kendaraan yang terlibat dalam konflik juga akan diukur dan diperhatikan. Dengan memanfaatkan teknologi perekaman video, penelitian ini dapat memberikan gambaran yang komprehensif tentang dinamika lalu lintas di persimpangan tak bersinyal, yang kemudian dapat

Gambar

Gambar 3. 2 Bagan Alir Mulai
Gambar 3. 4 Simpang tak bersinyal Jl. Soekarno Hatta, Kab. Magelang  3.5 Kesulitan-kesulitan
Gambar 4. 1 Yellow box junction pada simpang empat tak bersinyal Deyangan
Tabel 4.  5 Volume lalu lintas simpang tiga tak bersinyal Pangenan pagi hari di  hari kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis penanganan simpang dengan penerapan lampu lalu lintas bersinyal metode MKJI 1997 diatas menunjukan bahwa Simpang Tugu Baron Surakarta Berdasarkan nilai tundaan

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan metode uji t diperoleh bahwa rekayasa lalu lintas di persimpangan Jalan Braga – Jalan Suniaraja tidak memberikan perubahan yang

lalu lintas yang membelok ke setiap kaki persimpangan mempunyai waktu antara rata-rata kurang dari 5 detik, tepat pada saat arus lalu lintas tersebut bergerak dan terjadi konflik

ANALISIS KEBERANGKATAN ARUS PADA SIMPANG BERSINYAL DILENGKAPI DENGAN TTCD DAN SIMPANG BERSINYAL TIDAK DILENGKAPI TTCD (TRAFFIC TIME COUNTER DISPLAY) ; Puput Anggoro

ANALISIS KEBERANGKATAN ARUS PADA SIMPANG BERSINYAL DILENGKAPI DENGAN TTCD DAN SIMPANG BERSINYAL TIDAK DILENGKAPI TTCD (TRAFFIC TIME COUNTER DISPLAY) ; Puput Anggoro

Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan Program PTV Vissim 6, terlebih dahulu melakukan perhitungan kapasitas kinerja persimpangan bersinyal dengan menggunakan metode

Salah satu kegiatan untuk mengkaji kinerja persimpangan tidak bersinyal di ini dengan menggunakan metode MKJI 1997 sebagai produk penelitian yang dirasa dapat

Ide ini telah diujicoba di selatan Bandung untuk mendukung pergerakan sepeda motor pada salah satu persimpangan bersinyal jalan Soekarno-Hatta dengan jalan Buah Batu.. Studi ini