• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KREDIT MACET DAN FEE BASED INCOME TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS KREDIT MACET DAN FEE BASED INCOME TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK "

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KREDIT MACET DAN FEE BASED INCOME TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK

CABANG MATOANGIN

Muh Irjan Nasaruddin1, Sutardjo Tui2, Andi Syarifuddin3

1,2,3Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar

1irjan@gmail.com, 2sutardjo@gmail.com, 3andisyarifuddin@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of: a) Non performance loan, b) fee based income on BNI bank profitability. In writing this thesis, the author uses a preliminary data analysis method, the profitability Ratio represented by the Return On Assets ratio and certain ratios that represent risks be faced by banks, especially Bank BNI Matoangin branch, to test the research hypotheses that have been previously proposed, using a regression model multiple (multiple regression). This research will examine the effect of Non performance loan end fee based income on profitability. From the results of this study it is expected to form a decision making on the risks that will be faced by banks in managing credit with non performance loan end fee based income conditions that can erode bank business profits. From a series of studies using multiple regression analysis simultaneously that non performance loan end fee based income have a significant effect on Return On Assets (ROA), and on partial testing it was found that non performence loan end fee based income have negative and significant effect on Return on Assets (ROA).

Keywords: Non performance loan, feebased income, retum on asset, profitability.

PENDAHULUAN

Secara internasional, indikator yang digunakan untuk mengukur kondisi suatu bank dalam menutup resiko, yaitu rasio kecukupan modal, modal merupakan salah satu faktor penting bagi bank. Dalam rangka mengembangkan usaha dan menampung resiko kerugian, maka ketahanan permodalan bank sangat diperlukan untuk menompang segala resiko yang dihadapi. Modal bank selain untuk memenuhi fungsi operational yaitu untuk menunjang kegiatan operasional, juga dimaksudkan untuk memenuhi fungsi perlindungan, pengamanan dan pengaturan, sehingga bank diwajibkan untuk memenuhi ketentuan kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) yang dinyatakan dalam ratio kecukupan modal (capital adequacy ratio) sebagaimana ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Secara international pula pengaturan perhitungan CAR didasarkan pada Basel II yang dikeluarkan oleh Basel Committee on Banking Supervison pada tahun 1996 mensyaratkan bank harus membentuk CAR 12 o/o dengan mengakomodir kelemahan yang dinilai terdapat pada perhitungan CAR

sebelumnya. Menurut Standard International for Settlement (BIS), masing-masing negara dapat melakukan penyesuaian dalam penerapan prinsip-prinsip perhitungan permodalan dengan memperhatikan kondisi perbankan masing-masing negara.

Ratio kecukupan modal merupakan salah satu komponen kinerja keuangan dalam penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia, sehingga dengan diterapkannya capital charge yang baru berdasarkan perhitungan resiko pasar, maka akan mempengaruhi besarnya CAR yang ada pada suatu bank. Perubahan besarnya CAR akan berpengaruh terhadap nilai komponen kredit bank dan secara keseluruhan akan mempengaruhi nilai kredit dan seluruh komponen penilaian kesehatan bank tersebut.

Disamping perlunya suatu bank mempertahankan CAR sesuai yang ditentukan oleh penentu kebijakan dimasing-masing negara, maka suatu bank juga harus menjaga biaya dan pendapatan operasionalnya karena hal ini merupakan ukuran efisiensi operasional suatu bank, rasio ini biasa disebut dengan BOPO, dimana melalui BOPO dapat diukur apakah manajemen bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan efektif dan

(2)

efisien, karena efesiensi usaha bank diukur dengan menggunakan rasio biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional (BOPO), BOPO merupakan perbandingan antara total biaya dengan total pendapatan operasional.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kesowo, Kuncoro, dan Suharjono (2012) menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2007) dan Rinawan (2009) menunjukkan hasil yang sebaliknya, yakni BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA).

Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini akan mengukur profitabilitas suatu bank berdasarkan faktor internal perbankan, yakni kredit macet dan fee based income, hal ini didasarkan analisa yang banyak digunakan oleh industri perbankan dibanyak negara untuk mengukur kinerja keuangan dan mengevaluasinya adalah capital ©, asset quality (A), earning (E), liability (L), dan sensitivity market to risk (S) yang biasa disingkat dengan CAMELS, sedangkan profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank (Syofyan, 2012).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan permasalahan dalam pembahasan ini adalah: 1) Apakah kredit macet berpengaruh pada profitabilitas perusahaan pada PT. Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Mattoanging?; 2) Apakah feebased income income berpengaruh pada profitabilitas perusahaan pada PT. Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Mattoanging?

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Untuk menganalisa dan menjelaskan tentang kredit macet berpengaruh pada profitabilitas PT.

Bank Negara Indonesia Cabang Mattoanging;

2) Untuk menganalisa dan menjelaskan tentang fee based income berpengaruh pada profitabilitas PT. Bank Negara Indonesia Cabang Mattoanging.

TINJAUAN LITERATUR

Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2012), hal ini berarti bahwa laporan keuangan itu merupakan sumber informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi tentang kondisi keuangan suatu perusahaan.

Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini merupakan kondisi terkini, kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu untuk neraca dan periode tertentu bagi laporan laba rugi, dan biasanya laporan keuangan itu dibuat perperiode, misalnya tiga bulanan, enam bulanan, pertahun, dan sesuai dengan kepentingan internal perusahaan.

Bagi bank atau kreditor atau lembaga keuangan lainnya, kepentingan pihak kreditor terhadap laporan keuangan perusahaan adalah dalam hal memberi pinjaman baru atau pinjaman yang telah berjalan sebelumnya, prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan dana (pinjaman) kepada berbagai perusahaan sangat diperlukan. Kepentingan pihak kreditor antara lain: a) Pihak kreditor tidak ingin usaha yang biayainnya mengalami kegagalan dalah hal pembayaran kembali pinjaman tersebut macet.

Oleh karena itu, pihak kreditor, sebelum menguncurkan kreditnya, terlebih dahulu melihat kemampuan perusahaan untuk membayarnya. Salah satu ukuran kemampuan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan yang telah dibuat; b) Pihak kreditor juga perlu memantau terhadap kredit yang sudah berjalan untuk melihat kepatuhan perusahaan membayar kewajibannya. Oleh karena itu, kelayakan usaha yang akan dibiayai dan besarnya jumlah pinjaman yang disetujui akan tergambar dari laporan keuangan yang dibuat;

c) Pihak kreditor juga tidak ingin kredit atau pinjaman yang diberikan justru menjadi beban nasabah dalam pengembaliannya apabila ternyata kemampuan perusahaan diluar dari yang diperkirakan.

Hariyani (2015) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kredit bermasalah ialah kredit yang tergolong kredit kurang lancar, diragukan, dan kredit macet. Istilah kredit bermasalah telah digunakan perbankan indonesia sebagai terjemahan problem loan yang merupakan istilah yang sudah lazim digunakan di dunia internasional. Istilah lain yang biasa dipakai bagi istilah kredit

(3)

bermasalah adalah non-performing loan.

Berdasarkan pendapat ini, maka dapat disimpulkan bahwa kredit macet adalah bagian dari kredit bermasalah. Tingkat kesehatan bank salah satunya diukur dari tingkat rasio kredit bermasalah NPL atau biasa dikenal dengan rasio NPL.

Menurut Krisna Wijaya dalam artikelnya yang berjudul Jejaring Pengaman Perbankan (2012), dipaparkan mengenai pengertian non-performing loan adalah perbandingan antara kredit bermasalah dengan total kredit pada suatu bank. Semakin tinggi non-performing loan suatu bank menunjukan jumlah kredit yang bermasalah pada bank tersebut ada pada jumlah yang relatif besar terhadap kredit yang disalurkan.

Kolektibilitas adalah gambaran dari keadaan pembayaran utang pokok serta angsuran dan bunga pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat berharga atau penanaman lainnya. Menurut Wahjudi (1994), berdasarkan kolektibilitasnya, kredit dapat dibagi dalam 5 golongan, yaitu: (1) lancar, (2) dalam perhatian khusus, (3) kurang lancar, (4) diragukan, (5) macet. Penggolongan tersebut menggunakan kriteria yang didasarkan pada pemenuhan kewajiban pembayaran bunga dan utang pokok dikaitkan dengan periode waktu.

Menurut IBI (2018), kondisi eksternal dan internal (dari sisi debitur dan sisi bank) dapat mempengaruhi kelancaran kewajiban debitur kepada bank. Kondisi eksternal antara lain: 1) Perubahan kondisi ekonomi dan kebijakan/peraturan yang mempengaruhi usaha debitur; 2) Tingkat persaingan yang tinggi, perubahan teknologi dan perubahan preferensi pelanggan sehingga mengganggu prospek usaha debitur; 3) Faktor risiko geografis terkait bencana alam.

Sedangkan terkait kondisi internal yang menyebabkan kredit menjadi bermasalah (NPL) dapat dilihat dari sisi debitur dan sisi bank yaitu: 1) Internal Debitur: sikap kooperatif dan itikad baik debitur, kredit tidak digunakan untuk tujuan yang seharusnya sesuai yang diperjanjikan, strategi usaha tidak tepat., dan konflik internal debitur yang berpengaruh terhadap aktivitas bisnis debitur;

2) Internal Bank: Analisa kredit dan penilaian risiko yang kurang memadai antara lain terjadi over/under financing, pemantauan terhadap fasilitas kredit kurang memadai, adanya fraud yang dilakukan oleh oknum karyawan bank

terkait penyaluran kredit, dan penguasaan agunan yang lemah baik dari objek atau pengikatan

Kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Profitabilitas mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan, baik dengan menggunakan dana yang bersumber dari pemilik maupun dari aktiva yang dimiliki perusahaan.

Rasio rentabilitas bank digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu.

Rasio ini digunakan pula untuk mengukur tingkat kesehatan bank, rentabilitas diharapkan terus meningkat dan nilainya di atas standar yang telah ditetapkan. Paramater untuk mengukur rentabilitas bank menurut Bank Indonesia (SEBI No.6/23/DPNP, 2014) antara lain : Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan perbandingan biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO).

Return On Asset (ROA) adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Rasio profitabilitas ini sekaligus menggambarkan efisiensi kinerja bank yang bersangkutan. Return On Asset (ROA) sangat penting karena rasio ini mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset produktif yang dananya sebagian besar berasal dari Dana Pihak Ketiga (DPK).

Semakin besar Return On Asset (ROA) suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dari segi penggunaan asset. Menurut Surat Edaran BI No 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap terhadap total asset (total aktiva) semakin besar ROA akan menunjukan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar.

ROA dianggap sebagai indikator yang baik untuk mewakili tingkat profitabilitas perusahaan. Analisis ROA dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh. Analisis ini sudah merupakan teknik analisis yang lazim digunakan oleh pemimpin perusahaan untuk

(4)

mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.

Fee based income secara singkat adalah pendapatan bank bukan dari hasil bunga pinjaman, namun berasal dari profisi pinjaman biaya administrasi, profisi ekspor, impor, pendapatan dari biaya rekening, kemudian pendapatan biaya administrasi pengelolaan atm dan atau pendapatan operasional bank non bunga.

Penelitian sebelumnya yang menjadi acuan dan sebagai bahan dorongan untuk melakukan penelitian ini adalah Bambang Sudiyatno (2010) dengan judul penelitian Analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan pada Sektor perbankan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005- 2008. Penelitian ini mengacu pada pendapat Syofyan (2002) yang mengemukakan bahwa profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank.

Ukuran profotabilitas pada industri perbankan yang digunakan pada umumnya adalah Return On Equity (ROE) dan Return On Asset (ROA), akan tetapi disebutkan bahwa ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasionalnya, sedangkan ROE hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis, sehingga peneliti hanya menggunakan ROA sebagai ukuran Kinerja Perbankan.

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1) Ada pengaruh kredit macet terhadap profitabilitas PT. Bank Negara Indonesia Cabang Mattoanging. 2) Ada pengaruh Fee based Income terhadap Profitabilitas PT. Bank Negara Indonesia Cabang Mattoanging.

Gambar 1. Model Penelitian

Sumber: Irjan (2020)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini di lakukan di Makassar pada PT. Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Mattoanging.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder yaitu berupa, laporan keuangan per 31 Desember mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 pada PT. Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Mattoanging.

Populasi penelitian adalah keseluruhan dari obyek penelitian, populasi menunjukkan pada keseluruhan komponen laporan keuangan pada PT. Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Mattoanging tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Dalam penentuan sampel yang akan diteliti dalam hal ini adalah laporan keuangan pada PT. Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Mattoanging untuk 5 tahun terakhir yakni dari tahun 2015 sampai 2019 yang meliputi neraca dan laporang rugi laba.

Penelitian ini menggunakan data sekunder, berupa laporan keuangan publikasi perbankan pada PT. Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Mattoanging.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji asumsi klasik adalah persyaratan pengujian statistik yang harus dipenuhi terlebih dahulu dalam analisis regresi linier.

Model dalam penelitian ini harus bebas dari asumsi klasik, yaitu normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas.

Gambar 2. Uji Normalitas

Sumber: Data Diolah (2020)

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antar variabel bebas. Jika terjadi korelasi yang signifikan antar variabel bebas maka terjadi problem multikolinearitas.

(5)

Tabel 1. Uji Multikolinearitas

Sumber: Data Diolah (2020)

Dari hasil uji tersebut, ditemukan bahwa nilai Varian Inflation Factor (VIF) dari 2 variabel yaitu pinjaman macet dan fee basec income, lebih kecil dari 5 dan nilai tolerance tidak kurang dari 1, maka dapat dikatakan bahwa model regresi terbebas dari problem multikolinearitas.

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi.

Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas. metode pengujian yang digunakan Scatterplots.

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara variabel independen pinjaman macet dan fee-based income dengan variabel dependen profitabilitas. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara pinjaman macet dan fee based income terhadap profitabilitas apakah positif atau negatif, dan untuk memprediksi nilai dari variabel pinjaman macet dan fee based income apakah mengalami kenaikan atau penurunan.

Tabel 2. Hasil Uji Regresi

Sumber: Data Diolah (2021)

Dari tabel 2 diperoleh persamaan regresi:

Y = 78.126 - 39.774 + 8.877

Konstanta sebesar 78.126, artinya jika pinjaman macet dan feebased income nilainya konstan, maka profitabilitas (Y) sebesar 78.126. Koefisien regresi variabel pinjaman macet sebesar -39.774, artinya jika pinjaman macet mengalami kenaikan atau bertambah satu satuan, maka profitabilitas (Y) akan mengalami penuruan sebesar 39.774.

Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara pinjaman macet dengan profitabilitas. Koefisien regresi variabel fee based income sebesar 8.877, artinya jika fee based mengalami kenaikan 1%, maka profitabilitas (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 8.877. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara fee based income dengan probabilitas.

Berdasarkan hasil penelitian yang menguji pengaruh kredit macet terhadap profotabilitas pada tabel 5 diatas nilai t hitung

= 0.176 < t table 5.790 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,877, lebih besar jika dibandingkan dengan tingkat α = 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa secara perhitungan statistik pinjaman macet berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa pinjaman macet berpengaruh negative terhadap profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk terbukti.

Berdasarkan hasil penelitian yang menguji pengaruh fee based income terhadap profitabilitas pada table 5 diatas nilai t hitung = 1.600 > t table 5.790 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,251, lebih besar jika dibandingkan dengan tingkat α = 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa secara perhitungan statistik fee based income berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa fee based income berpengaruh positif, namun tidak signifikan terhadap profitabiltas pada PT. Bank Negara Indonbesia (Persero) Tbk terbukti.

Tabel 3. Koefisien Determinasi

Sumber: Data Diolah (2020)

Tabel 3 menunjukkan nilai Koefisien determinasi (R2) = 0,606, yang menunjukkan bahwa variasi dari profitabilitas pada PT.

Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dapat dipengaruhi oleh pinjaman macet dan fee based income sebesar 60,6%, sedangkan

(6)

sisanya sebesar 39.4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil uji Anova atau F test terlihat bahwa nilai F sebesar 1.540 dengan nilai signifikansi sebesar 0.394. Karena probabilitas atau nilai sig menunjukkan 0,394, lebih besar dari 0,050, maka dapat dikatakan bahwa pinjaman macet dan fee based income secara bersama-sama atau secara simultan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas.

Tabel 4. Uji F

Sumber: Data Diolah (2020)

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa secara parsial variabel pinjaman macet berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas karena terlihat dari hasil uji t diperoleh hasil thitung

lebih besar dari ttabel dan signifikansi kurang dari nilai probabilitias. Selain itu, dari hasil analisis regresi yang menunjukkan pinjaman macet berbanding terbalik dengan profitabilitas, yang berarti bahwa jika variabel keredit macet setiap saat bertambah banyak maka akan mempengaruhi profitabilitas akan menurun.

Jika NPL terlalu tinggi diatas batas yang diforecast, keberlangsungan bank tersebut bisa terancam. Itu sebabnya bank senantiasa menjaga agar nilai NPL-nya selalu berada pada angka yang rendah jika ingin terus beroperasi. NPL ini bukan dinilai dari kinerja bank saja, namun terutama dari para debiturnya. Hal yang menjadi fokus utama kredit macet seringkali terjadi di kalangan para debitur. Hal ini dapat dihindari apabila debitur memiliki inisiatif untuk mengembalikan dana yang ada sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Kredit macet tidak menjadi masalah jika satu atau dua debitur saja yang tidak disiplin dalam membayar cicilan pinjaman kartu kredit mereka, tapi kalau jumlah pengguna kartu kredit yang banyak dalam waktu yang hampir bersamaan tidak membayar cicilan mereka maka NPL dari bank tersebut akan naik. Bank berusaha untuk mengontrol NPL mereka dengan lebih berhati-hati dalam meng-issue kartu kredit kepada pelanggan baru dan

dengan menggenjot transaksi yang bersifat kebutuhan sehari - hari.

Hal yang harus diingat ketika hendak mengajukan kredit kepada siapa pun, terutama pada bank adalah pinjaman tersebut masih dalam rasio yang baik dengan penghasilan.

Dengan demikian, kredit tersebut tidak akan melampaui kemampuan finansial, itu berarti harus ada pengalokasian anggaran dari total pendapatan untuk kebutuhan-kebutuhan lain selama masih dalam masa pelunasan hutang.

Menyadari banyaknya kebutuhan yang mesti dipenuhi diluar kewajiban membayar hutang dan bunganya, anda sebaiknya tidak mengajukan plafon terlalu tinggi atau melewati batas kemampuan bayar. Pastikan cicilan yang harus dibayar tiap bulan tidak lebih 30 persen total pendapatan. Dengan demikian, anda bisa membayar hutang sekaligus tidak menyengsarakan hidup sebab kebutuhan dasar bisa tetap terpenuhi

Penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Vivi indah Bintar (2019) yang mengemukakan bahwa fee based income berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Assets.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa secara parsial variabel fee based income berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas karena terlihat dari hasil uji t diperoleh hasil t hitung lebih besar dari t tabel dan signifikansi kurang dari nilai probailitias. Selain itu, dari hasil analisis regresi yang menunjukkan fee based income berbanding lurus dengan profitabilitas yang berarti bahwa jika variabel fee based income meningkat, maka akan mempengaruhi kenaikan profitabilitas. Artinya, semakin tinggi fee-based income maka akan meningkatkan profitabilitas perusahaan perbankan pada PT. Bank Negara Indonesia Cabang Mattoangin

Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Mega Murti Brilianti (2019) berjudul Pengaruh Spread Bagi, Fee Based Income, Financing to Deposit Ratio Dan BOPO terhadap Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia, menemukan bahwa fee based income, financing to deposit ratio dan BOPO berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) Bank Muamalat. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gracious Madamba Massie (2019) menemukan bahwa fee based income berpengaruh positf terhadap

(7)

probabilitas pada industri perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1) Berdasarkan hasil analisis regresi Berganda baik secara simultan maupun secara parsial pinjaman macet dan fee-based income berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas PT. Bank Negara Indonesia; 2) Fee based income berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia.

Pihak perbankan harus memperbaiki kinerja usaha debitur dan kualitas kreditnya yang didasarkan atas hasil analisa bank, dimana debitur tersebut masih mempunyai prospek terkait aktivitas usaha debitur dan masih mampu memenuhi kewajibannya kepada bank sehingga dapat menjaga kepentingan bank dan melindungi bank dari potensi risiko yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Arsitektur Perbankan Indonesia Tahun 2004 Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 02

April 2004 tentang Laporan Keuangan Bank

--- PBI no. 3/22/PBI/2001 tanggal 04 Desember 2001Tentang Transparansi Keuangan Bank

--- PBI no. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Manajemen Resiko Bank

--- PBI no. 5/12/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003 tentang Resiko Pasar Bank.

--- PBI no. 3/22/PBI/2001 tanggal 14 Desember 2001 Tentang Penyampaian Penjelasan Kegiatan Bank --- SE no. 31/148/KEP/Dir

tanggal 12 November 1998 Tentang Kewajiban Pembentukan Cadangan Khusus.

Fahmi, Irham. (2013). Pengantar Pasar Modal. Penerbit Alfabeta, CV Bandung Gracious, Madamba, Massie. (2019). Pengaruh

Fee Based Income Dan Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas Pada Industri Perbankan Di Bursa Efek Indonesia. e-

Jurnal Katalogis, Volume 2 Nomor 7, Juli 2014 hlm 13-22 ISSN:2302-2019

Harmono. (2014). Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis. Jakarta:

Bumi Aksara.

Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sinkey, Joseph, F, Jr. (2005). A Multivariate Statistical Analysis of The Characteristics of Problem Bank. The Jurnal of Finance Commercial Bank Financial Management.

Sixth Edition, International Edition, Prentice Hall.

Suharjono dan Kusowo Kuncoro. (2013).

Analisis Rasio Card, BOPO, LDR, dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Suryono dan Merkusiwati. (2015). Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, Card dan LDR terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan yang Go Public di BEI periode 2011 dan

Referensi

Dokumen terkait

Pattimura Law Journal Vol.5 Issue 1, September 2020 | 43 1.4 Analysis of Legal Protection in the East Kalimantan Provincial Regulation Number 1 of 2013 concerning Protection of