PENDAHULUAN
Rumusan masalah
Tujuan
Untuk mengetahui cara mengidentifikasi formaldehida pada jenang ketan yang positif atau negatif mengandung formaldehida yang beredar di Pasar Oleh-Oleh Makam Bung Karno.
Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
- Formalin (Formaldehida)
- Definisi Jenang Ketan (Dodol)
- Definisi Buah Naga
- Hipotesis
- Kerangka Penelitian
Buah naga merah cukup kaya akan berbagai vitamin dan mineral yang dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Secara umum setiap buah naga merah mengandung protein yang dapat menurunkan metabolisme tubuh dan menjaga kesehatan jantung, serat (mencegah kanker usus, diabetes dan pola makan), karoten (menyehatkan mata, menguatkan otak dan mencegah penyakit), kalsium (menguatkan tulang), dan fosfor. Buah naga juga mengandung zat besi untuk memperlancar aliran darah, vitamin B1 (mengendalikan panas tubuh), vitamin B2 (meningkatkan nafsu makan), vitamin B3 (menurunkan kadar kolesterol) dan vitamin C.
Buah naga berasal dari Meksiko, Amerika Selatan, dan Amerika Tengah, namun saat ini buah naga ditanam secara komersial di Vietnam, Taiwan, Malaysia, Australia, dan Indonesia. Nama asing buah naga adalah “Buah Naga”, dalam bahasa latin buah naga dikenal dengan nama “Phitahaya”. Isi buah naga berwarna putih, merah atau ungu dengan taburan biji hitam yang bisa dimakan (Idawati, 2012).
Tanaman buah naga merupakan salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan di Pulau Jawa seperti di Jember, Malang, Pasuruan dan daerah lainnya. Bentuk buahnya unik dan menarik, kulitnya berwarna merah dan mempunyai sisik berwarna hijau mirip sisik naga sehingga dinamakan buah naga. Ada empat jenis buah naga, yaitu Hylocereus undatus (kulit naga merah berdaging putih), Hylocereus costaricensis (kulit naga merah berdaging super merah), Hylocereus polyrhizus (kulit naga merah berdaging merah), Selenicereus megalanthus (kulit naga kuning berdaging merah). daging putih) (Cahyono, 2009).
Berdasarkan penggolongan buah naga secara taksonomi, secara morfologi dapat digambarkan bahwa tumbuhan buah naga merupakan tumbuhan tidak lengkap karena tidak mempunyai daun seperti tumbuhan lainnya. Buah naga merupakan salah satu buah eksotik, mempunyai rasa asam manis yang menyegarkan dan mempunyai berbagai manfaat bagi kesehatan (Idawati, 2012). Warna merah pada buah naga merah menandakan adanya kandungan senyawa fenolik dan betalain yang lebih tinggi.
Aktivitas antioksidan dalam menghambat oksidasi asam linoleat lebih tinggi pada daging buah naga merah dibandingkan pada kulit buah naga merah (Mohd, Che, Abdul, 2012). Antosianin yang terdapat pada kulit buah naga dapat digunakan sebagai pewarna alami pengganti pewarna buatan dan sebagai antioksidan untuk melindungi dari radikal bebas. Selain itu, senyawa taraxast 12 dan pentacylic triyepene 20ene 30aol yang terdapat pada kulit buah naga dipercaya dapat membantu merelaksasi pembuluh darah sehingga darah mengalir lancar melalui jaringan tubuh.
Kulit buah naga yang kaya akan antioksidan, vitamin C dan vitamin E sangat baik untuk kesehatan kulit. Berdasarkan uraian di atas, diduga ekstrak kulit buah naga merah dapat mendeteksi formaldehida pada ketan ginang.
METODE PENELITIAN
- Variabel Penelitian
- Definisi Operasional
- Tempat dan Waktu
- Alat dan Bahan
- Teknik Pengumpulan Data
- Prosedur Penelitian
Identifikasi menggunakan alat tes formalin berupa kertas tipis yang telah diberi perlakuan ekstrak kulit buah naga. Serbuk kulit buah naga merah diayak menggunakan ayakan (mesh 100) hingga diperoleh serbuk dengan tekstur halus sehingga mudah larut dalam air. Langkah pertama adalah menimbang masing-masing sampel, kontrol positif dan negatif sebanyak 10 gram (ulangi sebanyak 3 kali), kemudian ambil kulit buah naga merah segar sebanyak 1 lembar atau sesuai kebutuhan.
Selanjutnya siapkan tisu wajah (tanpa pewangi) dan celupkan ke dalam ekstrak kulit naga merah. Langkah pertama adalah menimbang masing-masing satu per satu. ulangi 3x), lalu ambil bubuk kulit naga merah segar sebanyak 10 gram atau sesuai kebutuhan. Masukkan bubuk kulit buah naga merah ke dalam piring, lalu tambahkan 200ml air dan aduk hingga rata.
Penelitian dilakukan melalui uji laboratorium yang meliputi analisis kualitatif formalin menggunakan ekstrak kulit naga merah segar dan ekstrak kulit naga merah kering/bubuk. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ekstrak kulit naga merah segar dan ekstrak kulit naga kering (bubuk) untuk mendeteksi ada tidaknya kandungan formalin pada beras ketan yenang. Tisu yang sudah direndam ekstrak kulit naga akan berwarna merah dan tisu akan tetap berwarna merah jika sampel mengandung formalin, sedangkan yang tidak berubah atau meninggalkan warna merah pada tisu adalah jenang ketan yang tidak mengandung formalin ( Ade Saputra, Ajeung.2019).
Dari hasil metode sederhana dengan menggunakan ekstrak antosianin dari kulit buah naga merah yang dikeringkan (bubuk), tidak terdapat jaringan yang berwarna merah bata atau merah tua pada sampel, terlihat pada saat jaringan tersebut diletakkan pada permukaan sampel. . Tisu yang telah direndam ekstrak kulit buah naga kering akan berwarna merah bata dan tisu tetap merah bata/padat jika sampel mengandung formalin, sedangkan yang tidak berubah atau meninggalkan warna merah bata pada tisu adalah ketan. jenang yang tidak mengandung formalin (Ade Saputra, Ajeung. 2019). Pada pengujian dengan ekstrak kulit buah naga merah (kering), warna yang dihasilkan sedikit berbeda dengan ekstrak kulit buah naga segar.
Dan hasil uji identifikasi formalin lebih jelas ketika dilakukan perubahan warna jika digunakan ekstrak kulit buah naga merah segar dibandingkan ekstrak kulit buah naga merah kering (bubuk). Berdasarkan hasil penelitian mengenai identifikasi kandungan formalin pada jenang ketan yang beredar di pasar oleh-oleh Makam Bung Karno dengan menggunakan uji kualitatif menggunakan ekstrak kulit buah naga segar dan ekstrak kulit buah naga kering, tidak ditemukan formalin pada seluruh sampel. jenang ketan. “Pemanfaatan ekstrak antosianin kulit buah naga untuk mengidentifikasi formalin pada tahu dengan metode sederhana”.
“Efek preventif pemberian ekstrak kulit buah naga super merah (Hylocereus costaricensis) terhadap malondialdehid pada tikus wistar yang dipapar asap rokok”. EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus Polyrhizus) SEBAGAI ANTIOKSIDAN INTERNAL, EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus Polyrhizus) SEBAGAI ANTIOKSIDAN INTERNAL", 3(2), p.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Oleh karena itu, perlu adanya penelitian mengenai kandungan formaldehida pada bahan makanan, khususnya pada penelitian ini kandungan formaldehida pada jenang ketan (Rossy Indah, Surahma. 2016). Ada beberapa metode yang dapat digunakan di laboratorium untuk mengetahui adanya kandungan formaldehida dalam makanan. Prinsip penelitian ini adalah mendeteksi kandungan formalin dengan metode sederhana yaitu dengan ekstraksi antosianin dari kulit buah naga merah, dimana antosianin mudah bereaksi dengan asam formaldehida dan meninggalkan warna merah (Ade Saputra, Ajeung. 2019).
Dari tabel 4 diatas terlihat bahwa seluruh jenang ketan yang beredar di Pasar Oleh-Oleh Makam Bung Karno negatif atau tidak mengandung formaldehida. Hal ini dikarenakan tekstur jenang ketan yang lengket menyebabkan sampel menempel pada tisu dan perubahan warnanya tidak maksimal. Selain itu, tingginya kandungan minyak jenang ketan mempengaruhi daya serap ekstrak pada sampel tergantung dari pelarut yang digunakan.
Dari tabel 5 diatas terlihat bahwa seluruh jenang ketan yang beredar di Pasar Oleh-Oleh Makam Bung Karno negatif atau tidak mengandung formaldehida. Selain itu, tingginya kandungan minyak pada jenang ketan mempengaruhi daya serap ekstrak pada sampel terlihat dari pelarut yang digunakan yaitu air yang mempunyai molekul berbeda dengan minyak. Ciri-ciri yang ditunjukkan pada jenang ketan yang mengandung formaldehida adalah tekstur jenang yang kenyal dan lentur terlihat jelas pada jenang, jenang ketan tidak mengeras dan mempertahankan tekstur kenyalnya dalam waktu lama pada suhu ruangan, dan jenang lengket. nasi tahan lama tanpa disimpan di lemari.es.
Formalin mempunyai fungsi sebagai antibakteri, sehingga dapat memperlambat aktivitas bakteri pada makanan yang mengandung protein salah satunya jenang ketan, sehingga formalin bereaksi dengan protein pada jenang ketan dan membuat makanan tersebut lebih awet (Matondang dkk., 2015). Namun penggunaan kulit buah naga kering sebagai bahan uji kurang efektif jika sampel berwarna gelap dan banyak mengandung minyak, karena dapat mempengaruhi efektivitas antosianin dalam pengujian formalin pada makanan. Dengan demikian, jenang ketan yang beredar di Pasar Oleh-oleh Makam Bung Karno dinyatakan aman untuk dikonsumsi masyarakat luas.
Kesadaran masyarakat juga diperlukan untuk membantu memberantas dan mencegah penggunaan formaldehida dalam makanan. Seperti melaporkan kepada pihak berwajib jika melihat ada orang lain yang sengaja menggunakan formaldehida pada makanan yang dijualnya. Identifikasi formalin pada bakso yang dijual di berbagai tempat di Kota Padan. Jurnal Kesehatan Andalas".
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
Matondang, Rezky Alexander., Emma Rochima dan Nia Kurniawati, (2015), Kajian Formalin dan Zat Pemutih pada Ikan Asin dari Pasar Multi Kota di Bandung, Jurnal Perikanan Laut Vol. “Uji Kadar Formalin, Kadar Garam dan Total Bakteri Ikan Tenggiri Asin Wilayah Sarni Provinsi Papua.”