i
UJI EFEKTIFITAS ANALGETIK EKSTRAK ETANOL 70%
KULIT BUAH NAGA DAGING MERAH (Hylocereus polyrhizus
Cortex) DENGAN METODE GELIAT PADA MENCIT JANTAN
GALUR SWISS WEBSTER
SKRIPSI
Oleh:
WESTI FAJRIN BAYU NUGRAHAINI
K100 110 056
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
ii
UJI EFEKTIFITAS ANALGETIK EKSTRAK ETANOL 70%
KULIT BUAH NAGA DAGING MERAH (Hylocereus polyrhizus
Cortex) DENGAN METODE GELIAT PADA MENCIT JANTAN
GALUR SWISS WEBSTER
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana Farmasi (S. Farm) pada Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta di Surakarta
Oleh:
WESTI FAJRIN BAYU NUGRAHAINI
K 100 110 056
FAKULTAS FARMASI
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Berjudul:
UJI EFEKTIFITAS ANALGETIK EKSTRAK ETANOL 70%
KULIT BUAH NAGA DAGING MERAH (Hylocereus polyrhizus
Cortex) DENGAN METODE GELIAT PADA MENCIT JANTAN
GALUR SWISS WEBSTER
Oleh:
WESTI FAJRIN BAYU NUGRAHAINI
K 100 110 056
Dipertahankan di hadapan Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada Tanggal:
Mengetahui, Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta Dekan,
Azis Saifudin, Ph.D., Apt.
Pembimbing,
Tanti Azizah Sudjono, M.Sc.,Apt
Penguji:
1. 1._______________
2. 2. _______________
4
DEKLARASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalan naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Saya bersedia dan sanggup menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku apabila terbukti melakukan tindakan pemalsuan data dan plagiasi.
Surakarta, 20 Agustus 2015 Peneliti,
5
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Alhamdulillahirrobbil’alamiin, Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul
“Uji Efektifitas Analgetik Ekstrak Etanol 70% Kulit Buah Naga Daging
Merah (Hylocereus polyrhizus Cortex) Dengan Metode Geliat Pada Mencit
Jantan Galur Swiss Webster” ini akhirnya dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bantuannya disampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Azis Saifudin, Ph.D., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Bapak Gunawan Setiadi, M.Sc., Apt selaku pembimbing akademik. 3. Ibu Tanti Azizah Sudjono, M.Sc.,Apt selaku pembimbing skripsi. 4. Laboran laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi.
5. Bapak dan Ibu penguji Skripsi.
6. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Bambang Tridasa dan ibunda Eny Wahyu Hidayati
7. Adik penulis Abdhan Bayu Sultan, serta sahabat dan teman-teman penulis yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Surakarta, 20 Agustus 2015
6
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... ... iii
DEKLARASI ... ... iv
C. Perumusan Masalah ... 2
D. Tujuan Penelitian ... 2
e. Ekologi dan Penyebaran ... 4
7
B. Bahan dan Alat ... 7
1. Alat yang digunakan ... 7
2. Bahan yang digunakan ... 7
C. Tempat Penelitian ... 7
D. Jalannya Penelitian ... 8
a. Determinasi Tanaman ... 8
b. Pengumpulan Bahan ... 9
c. Preparasi Ekstrak ... 10
d. Analisis Data ... ... 10
E. Skema Jalannya Penelitian ... ... 11
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12
A. Hasil Determinasi ... 12
B. Uji Pendahuluan ... 12
C. Uji Daya Analgetik ... 13
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 15
A. Kesimpulan ... 15
B. Saran ... 15
8
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Data kumulatif geliat mencit orientasi setelah diinduksi Asam
Asetat 1% ...12 Tabel 2. Data kumulatif geliat mencit tiap kelompok perlakuan setelah
9
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Persentase Daya Analgetik Pada Mencit Kelompok
10
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
11
INTISARI
Buah naga berdaging merah (Hylocereus polyrhizus) merupakan salah satu tumbuhan yang tumbuh di Indonesia dan sudah dimanfaatkan sebagai antioksidan dan pewarna alami makanan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya efek analgetik kulit buah naga pada mencit. Secara empiris buah naga mengandung flavonoid yang berpotensi untuk mengurangi nyeri. Subjek penelitian ini adalah 25 ekor mencit Swiss Webster yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok I diberi Na CMC 1% (kontrol negatif), kelompok II diberi parasetamol 65 mg/kgBB (kontrol positif), kelompok III, IV,dan V diberi ekstrak etanol kulit buah naga dengan dosis 0,25 g/kgBB, 0,5 g/kgBB, dan 1 g/kgBB. Kemudian semua kelompok diinduksi nyeri secara intraperitoneal dengan asam asetat 1% (0,1ml), dan dihitung jumlah geliat selama satu jam. Data persentase geliat dianalisis dengan Kruskal Wallis dan Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95% dengan aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah naga daging merah mempunyai daya analgetik pada dosis 0.25, 0.5, dan 1 g/kgBB dengan daya proteksi sebesar 42,76±2,04; 49,32±1,42; dan 61,38±1,37%.
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya zaman, pekerjaan semakin sibuk dan berat. Kadang beberapa aktifitas dari pekerjaan memberikan resiko seperti rematik dan nyeri. Nyeri adalah mekanisme perlindungan diri bagi tubuh dan dapat timbul apabila terjadi kerusakan jaringan sehingga menyebabkan individu tersebut merespon untuk menghilangkan nyeri (Guyton, 1991). Kadangkala kita memberi respon seperti memukul-mukul bagian yang nyeri yang justru dapat memperparah nyeri, sehingga seseorang membutuhkan analgetik, yaitu senyawa yang dapat meringankan serta menekan rasa nyeri dalam dosis terapetik (Gunawan et al., 2008).
Obat golongan NSAID merupakan salah satu obat yang sering digunakan untuk meredakan nyeri. Banyak efek samping yang muncul dari penggunaan aspirin, sehingga masyarakat memiliki minat lebih pada pengobatan yang tradisional dan alami. Beberapa tumbuhan sering digunakan masyarakat untuk sekedar penyegar sampai pengobatan. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan adalah kulit buah naga daging merah. Limbah kulit buah naga banyak terbuang dan tanpa dimanfaatkan, padahal pada kulit buah naga masih terkandung banyak senyawa seperti fenolik, flavonoid, betasianin, serat, dan prebiotik (Kunnika & Pranee, 2011).
13
dan jaringan dari kerusakan yang disebabkan oleh adanya radikal bebas dan spesies oksigen reaktif, sehingga betasianin juga dapat digunakan sebagai analgetik karena dapat melindungi dari kerusakan sel-sel tubuh dan jaringan (Rauen dan Groot, 2009).
Buah naga mempunyai manfaat umum untuk menyembuhkan rematik. Pada penyakit rematik biasanya penderita merasakan adanya nyeri yang diderita, sehingga buah naga dapat digunakan untuk meredakan nyeri (Wirakusumah, 2007). Keterangan empiris yang beredar di Planet Juice daerah Nolodutan, Purbayan, Sukoharjo tentang manfaat buah naga sebagai anti nyeri, maka perlu dibuktikan secara ilmiah daya analgetik dari kulit buah naga supaya kulit buah naga daging merah dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai analgetik.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ekstrak kulit buah naga daging merah dapat meringankan nyeri dan dapat digunakan sebagai analgetik ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas analgetik ekstrak etanol 70% kulit buah naga daging merah pada mencit.
D. Tinjauan Pustaka
1. Ekstraksi
14
ekstraksi meliputi ekstrak cair, ekstrak kental, dan ekstrak kering. Perbedaan jenis ekstrak ini didasari dengan banyak sedikitnya air yang terkandung didalamnya.
Maserasi merupakan cara ekstraksi sederhana dengan cara merendam simplisia yang telah dihaluskan. Rendaman dari hasil maserasi dihindarkan dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalis dengan cahaya atau untuk mencegah perubahan warna. Lama dari proses maserasi berkisar dari 4 sampai 10 hari. Pengadukan atau penggantian pelarut secara berkala dapat memaksimalkan proses maserasi (Voigt, 1995).
2. Tanaman Buah Naga Daging Merah
a. Klasifikasi Tanaman
Tanaman Buah Naga Daging Merah (Hylocereus polyrhizus) memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Spesies : Hylocereus polyrhizus (Prasetya,2013) b. Nama Daerah
Buah naga memiliki nama berbeda di setiap negara. Di Indonesia sering disebut dengan buah naga atau pitaya, di Inggris disebut dengan Dragon Fruit, di Vietnam disebut dengan Thanh Long, dan di Thailand sering disebut dengan Kaeo Mangkon (Prasetya, 2013).
c. Kandungan Kulit Buah Naga
15
E. Landasan Teori
1. Nyeri
Rasa nyeri dapat disebabkan oleh adanya pengaruh kimiawi ataupun mekanis, dan dapat mengakibatkan adanya kerusakan pada jaringan serta melepas zat mediator nyeri. Fungsi dari nyeri itu sendiri ialah memberi sinyal tentang gangguan-gangguan tubuh yang mungkin terjadi seperti peradangan, infeksi kuman, dan kejang otot. Nyeri yang berasal dari otot, tulang, sendi, dan organ dalam yang berlangsung selama kurang dari 6 bulan dapat digolongkan dalam Nyeri akut atau disebut juga nosiseptif. Nosiseptif dipicu oleh adanya nosiseptor. Nosiseptor merupakan terjadinya proses rangsang pada ujung syaraf bebas, proses ini menjadi tahap awal dimana rasa nyeri akan mulai ditimbulkan (Sukandar
et al., 2008).
Nyeri berawal dari adanya fosfolipid yang telah berubah menjadi asam arakhidonat. Asam arakhidonat ini merupakan substrat bagi enzim postaglandin endoperoxide syntase. Endoperoxidase ini dapat diubah menjadi berbagai macam postaglandin dan tromboxan. Sekarang ini dikenal dua nama iso-enzim yaitu COX-1 dan COX-2 (Lelo, 2004).
Mediator nyeri dilepaskan dari jaringan yang rusak. Mediator nyeri ini dapat merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas baik di kulit, selaput lendir, dan jaringan lain. Rangsang dialirkan melalui syaraf sensoris ke sistem syaraf pusat, melalui sumsum tulang belakang ke
thalamusopticus kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri (Anief, 1996).
2. Analgetik
16
Betasianin dapat melindungi sel-sel tubuh dan jaringan dari kerusakan yang disebabkan oleh adanya radikal bebas dan spesies oksigen reaktif, sehingga betasianin juga dapat digunakan sebagai analgetik karena dapat melindungi dari kerusakan sel-sel tubuh dan jaringan (Rauen dan Groot, 2009). Flavonoid yang terkandung pada kulit buah naga daging merah dapat menghambat enzim siklooksigenase yang mana enzim ini dapat menekan dan menurunkan sintesis postaglandin dan vasodilatasi, sehingga migrasi sel radang pada area radang akan menurun (Reynertson, 2007).
Analgetik dapat digolongkan menjadi dua yaitu, analgetik opioid dan analgetik non-opioid. Analgetik opioid memiliki efek seperti opium yang biasanya digunakan untuk nyeri berat dan sedang, namun ditakutkan memberikan efek adiktif. Analgetik non-opioid yaitu analgetik yang tidak memiliki efek seperti opium sehingga tidak menyebabkan adikif (Gunawan
et al, 2008). Contoh analgetik opioid adalah morfin, sedangkan untuk analgetik non-opioid adalah NSAID, asetaminofen, dan tramadol. Pengembangan obat analgetik berdasar pada jenis nyeri (ringan, sedang, atau berat) dan keadaan nyeri baik akut ataupun kronis (Division of Dockets Management, 2014). Sediaan AINS dapat menghambat sintesis dari mediator nyeri postaglandin melalui hambatan aktifitas COX. Untuk pengobatan fase akut dapat diberikan parasetamol, relaksan otot, NSAID, opiat. Untuk pengobatan fase kronik dapat diberikan pilihan analgetik dan relaksan otot (Eko, 2013).
3. Asetaminofen
17
diperoleh tanpa resep, sehingga obat ini menonjol sebagai analgetik untuk kalangan rumah tangga.
Parasetamol diabsorbsi dengan cepat dan hampir sempurna di seluruh saluran cerna. Dalam 30 sampai 60 menit konsentrasi plasma parasetamol sudah mencapai puncak. Parasetamol terdistribusi relatif seragam hampir di seluruh cairan tubuh. Dosis oral parasetamol yang biasa sebesar 325 sampai 1000mg dengan dosis total harian tidak boleh melebihi 4000mg. Untuk anak-anak dosis tunggal sebesar 40 sampai 480mg, bergantung pada usia dan berat badan; tidak boleh lebih dari lima dosis diberikan dalam 24jam (Goodman&Gilman, 2008).
F. Hipotesis
18
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Kategori dan Variabel Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental secara post test
dengan kontrol waktu selama 60 menit, untuk mengetahui efektifitas analgetik ekstrak etanol 70% kulit buah naga daging merah pada mencit jantan swiss webster.
Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : dosis ekstrak etanol 70% kulit buah naga daging merah 2. Variabel tergantung : kumulatif geliat mencit yang timbul akibat induksi
dengan asam asetat 1%
3. Variabel terkendali : galur mencit, jenis kelamin, umur mencit, berat badan 20-30 gram
B. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
Alat-alat gelas (Pyrex), seperangkat alat maserasi (toples dan pengaduk, stopwatch, spuit injeksi Terumo 1 ml, jarum oral dengan ujung tumpul,
rotary evaporator, labu alas bulat, cawan porselin, waterbath.
2. Bahan yang digunakan
Mencit galur swiss umur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram, yang diperoleh dari UD.Wistar, kulit buah naga daging merah yang diperoleh dari Fresh Juice 78, Etanol 70%, parasetamol (teknis), asam asetat (p.a), Na CMC.
C. Tempat Penelitian
19
D. Jalannya Penelitian
1. Determinasi tanaman
Determinasi dilakukan untuk menentukan kebenaran bahwa tanaman yang digunakan adalah kulit buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus) Determinasi dilakukan di Laboratorium Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Pengumpulan bahan
Kulit buah naga daging merah yang digunakan dalam penelitian ini diambil di daerah Baki, Sukoharjo pada tanggal 20 Agustus 2014.
Kulit buah naga daging merah yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Fresh Juice 78 di daerah Baki, Sukoharjo.
3. Preparasi ekstrak
a. Pengeringan
Kulit buah naga daging merah dibersihkan terlebih dahulu, kemudian dikeringkan selama 3-4 hari pada suhu ruang.
b. Penyiapan ekstrak etanol 70% kulit buah naga
Dibuat ekstrak dari 500 gram kulit buah naga dengan cara maserasi atau perendaman selama 5 hari dengan pelarut etanol 70% dalam wadah tertutup. Selama proses perendaman, wadah disimpan pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya matahari. Setelah proses perendaman selesai dilakukan penyaringan hingga didapat maserat. Ampas dari proses penyaringan dilakukan maserasi kembali dengan pelarut yang sama hingga didapat hasil maserat yang jernih. Hasil seluruh maserat etanol 70% dicampur dan diuapkan dengan alat evaporator putar pada suhu 40⁰C sampai didapatkan hasil ekstrak etanol kental (Alit et al., 2013).
c. Pembuatan Larutan Stok Na CMC 1%
20
kemudian ditambahkan sedikit akuadest, kemudian dipanaskan sampai larut dan ditambahkan akuadest hingga 100 ml.
d. Pembuatan larutan asam asetat 1%
Larutan uji asam asetat 1% dibuat dengan mengencerkan asam asetat 1mL dalam 100 mL aquades pada labu takar. BJ asam asetat 1050 mg/mL (Azizah
et al, 2007)
= 0,25mL/kgBB x 1050mg/mL = 262.5 mg/kgBB
e. Pembuatan suspensi parasetamol
Sebagai kontrol positif digunakan parasetamol. Dosis parasetamol yang digunakan oleh manusia dewasa adalah 500 mg untuk satu kali pakai (Tjay dan Rahardja, 2002). Parasetamol dibuat dengan cara mensuspensikan 250 mg serbuk parasetamol dalam 50 ml Na CMC 1%. Konversi dosis pada manusia dengan berat 70 kg ke mencit 20 gram adalah 0,0026 (Ponggele et al., 2013).
Perhitungan dosis konversi untuk berat mencit adalah :
500 mg x 0,0026 = 1,3 mg/ 20 gBB
Dosis parasetamol untuk mencit
Dosis untuk mencit dengan berat badan 20 gram (0,02 kg) adalah
65 mg/kgBB x 0,02 kg = 1,3 mg
21
f. Pembuatan dosis ekstrak kulit buah naga
Takaran konversi dosis untuk manusia dengan berat 70 kg ke mencit 20 gram adalah 0,0026 (Ponggele et al.,2013). Rata-rata orang Indonesia memiliki berat 50 kg. Digunakan dosis bertingkat untuk ekstak kulit buah naga merah,
Kelompok 1 = 0,25 g/kgBB Kelompok 2 = 0,5 g/kgBB
Kelompok 3 = 1 g/kgBB
d. Pengujian efek analgetik
Mencit sebagai hewan uji diberi ekstrak kulit buah naga daging merah secara peroral. Setelah 20 menit perlakuan dilanjutkan dengan diinduksi nyeri dengan asam asetat 1% secara intraperitonial, dan ditempatkan pada kotak perlakuan. Jumlah geliat dihitung pada masing-masing kelompok perlakuan. Satu geliat ditandai dengan kaki mencit ditarik kedepan dan belakang disertai abdomen yang menyentuh lantai. Jumlah geliat dari tiap kelompok dirata-rata dan dibandingkan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Jumlah geliat yang lebih sedikit dari kelompok kontrol menandakan adanya aktifitas analgetik pada hewan uji (Edijanti et al., 2011).
Hewan uji yang digunakan berjumlah 25 ekor mencit jantan galur swiss. Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ekor mencit. Dosis ekstrak etanol kulit buah naga diberikan pada 3 kelompok dengan 3 tingkatan dosis yang disesuaikan dengan uji orientasi, 1 kelompok diberi kontrol positif, dan 1 kelompok lagi diberi kontrol negatif.
Kelompok 1 : ekstrak etanol kulit buah naga dengan dosis 0,25 g/kgBB, diberikan secara per oral.
22
Kelompok 3 : ekstrak etanol kulit buah naga dengan dosis 1 g/kgBB, diberikan secara per oral.
Kelompok 4 : kontrol positif dengan pemberian parasetamol dengan dosis 65mg/kgBB, diberikan secara per oral.
Kelompok 5 : kontrol negatif dengan pemberian Na CMC 1%, diberikan secara per oral.
Metode uji analgetik yang digunakan adalah metode induksi kimia. Mencit diberi perlakuan kontrol, setelah 20 menit mencit disuntik asam asetat 1% sebanyak 0,1mL secara intraperitonial, kemudian dihitung jumlah kumulatif geliat mencit selama 60 menit (Edijanti et al., 2011).
4. Analisis Data
Data yang dikumpulkan adalah kumulatif geliat mencit tiap kelompok perlakuan dan dihitung persentase daya analgetik (Turner, 1965). Persentase daya analgetik dapat dihitung sebagai berikut:
Dengan P = jumlah kumulatif geliat mencit setelah perlakuan
K = jumlah kumulatif geliat mencit kontrol negatif
Dari % analgetik dan kumulatif jumlah geliat dilakukan analisis Saphiro Wilk.
23
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi
Berdasarkan surat determinasi yang telah dikeluarkan oleh Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan No: 465/A.E-1/LAB.BIO/VII/2014, bahwa bahan yang digunakan untuk penelitian tersebut adalah benar kulit buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus).
B. Uji Orientasi
Pada tahap uji pendahuluan, dilakukan orientasi terhadap kontrol positif, kontrol negatif, dan 3 tingkatan dosis. Hal ini perlu dilakukan mengingat Na-CMC 1% digunakan sebagai suspending agent, sehingga akan dipastikan nantinya pengunaan Na-CMC 1% tidak mempunyai efek analgetik dan tidak mempengaruhi efek analgetik dari bahan yang disuspensikan.
Tabel 1. Data kumulatif geliat mencit orientasi setelah diinduksi Asam Asetat 1%
Jumlah kumulatif geliat
No hewan uji Na-CMC 1% Parasetamol 65 mg/kgBB
Ekstrak kulit buah naga
0,25 g/kgBB 0,5 g/kgBB 1 g/kgBB
1 91 58 51 44 36
24
C. Uji Daya Analgetik
Pada Tabel 2 menunjukkan rata-rata kumulatif geliat kelompok Na-CMC 1% memiliki nilai yang paling tinggi sebesar 91,2±1,64, diikuti dengan kelompok parasetamol 65mg/kgBB sebesar 59,8±0,84. Ekstrak etanol kulit buah naga 0,25 g/kgBB sebesar 52,2±1,48, 0,5 g/kgBB sebesar 46,2±0,84 , dan 1 g/kgBB sebesar 35,2±0,84.
Tabel 2. Data kumulatif geliat mencit tiap kelompok perlakuan setelah diinduksi Asam
Asetat 1%
Jumlah kumulatif geliat
No hewan uji Na-CMC 1% Parasetamol 65 mg/kgBB
Dari Tabel 2 dapat dihitung persentase daya proteksi, dan didapatkan hasil teringgi adalah ekstrak kulit buah naga dengan dosis 1 g/kgBB sebesar 61,38±1,37%, diikuti dengan dosis 0,5 g/kgBB sebesar 49,32±1,42%, dosis 0,25 g/kgBB sebesar 42,76±2,04%.
25
Gambar 1. Persentase Daya Analgetik Pada Mencit Kelompok Perlakuan
Pada Gambar 1 hasil rerata dari 3 seri dosis lebih besar dari hasil kontrol positif parasetamol 65 mg/kgBB yaitu 34,38%. Dapat dikatakan ekstrak etanol kulit buah naga daging merah memiliki daya proteksi analgetik lebih besar dibanding parasetamol 65 mg/kgBB. Dari ketiga seri dosis hanya dosis 1 g/kgBB yang dapat dikatakan memiliki efek analgetik paling tinggi. Flavonoid yang terkandung pada kulit buah naga daging merah dapat menghambat enzim siklooksigenase yang mana enzim ini dapat menekan dan menurunkan sintesis postaglandin (Reynertson, 2007). Buah naga juga mengandung betasianin yang dapat melindungi sel-sel tubuh dan jaringan dari kerusakan yang disebabkan oleh adanya radikal bebas dan spesies oksigen reaktif, sehingga betasianin juga dapat digunakan sebagai analgetik karena dapat melindungi dari kerusakan sel-sel tubuh dan jaringan (Rauen & Groot, 2009). Oleh karena itu ekstrak etanol kulit buah naga daging merah dapat dikembangkan sebagai analgetik.
26
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah naga daging merah mempunyai daya analgetik pada dosis 0,2; 0,5, dan 1 g/kgBB dengan daya proteksi sebesar 42,76±2,04%, 49,32±1,42%, dan 61,38±1,37%.
B. Saran
Saran pada penelitian ini adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan senyawa yang berperan aktif dalam aktivitas analgetik.
27
DAFTAR PUSTAKA
Azizah S, T., Hayuningtyas, R., & Purwatiningsih, 2007, Efek analgetik ekstrak etanol daun mindi (Melia azedarach L.) pada mencit putih jantan galur swiss.
Pharmacon, 8, 13–17.
Alit S., Suma A, M., & Dharmayuda, O., 2013, identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Buah Naga Putih dan Pengaruhnya Terhadap Glukosa Darah Tikus Diabetes. Indonesia Medicus Veterinus, 2(2), 151–161.
Anief,M., 1996, Penggolongan Obat: berdasarkan khasiat dan penggunaan (pp. 9–10),Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
DepKes RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi 3, Jakarta.
Ditjen, POM., 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Edisi I,
10-12, Jakarta, Departemen Kesehatan Indonesia.
Division of Dockets Management, 2014, Guidance for Industry Analgesic Indications: Developing Drug and Biological Products Guidance for Industry Analgesic Indications: Developing Drug and, (February). Retrievedfrom
http://www.fda.gov/downloads/drugs/guidancecomplianceregulatoryinfor mation/guidances/ucm384691.pdf
Edijanti, G., Chodidjah, & Susanto, H., 2011, Uji Efektifitas Analgetik Madu pada Tikus dengan Metoda Geliat Asetat, 3(1), 48–53.
Eko P, T., 2013, Terapi Farmakologi Nyeri Neuropatik Pada Lanjut Usia. Jurnal Ilmiah Kedokteran MEDICINA, 44, 37–43.
Foong, J., Hon, W., & Ho, C., 2012, Bioactive Compounds Determination in Fermented Liquid Dragonfruit ( Hylocereus polyrhizus ),Borneo Science, (September), 31–48.
Ganiswara, S.,1995, Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi (4th ed., pp. 207–215),Jakarta,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Goodman dan Gilman., 2008, Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 1,diterjemahkan oleh Amalia Hanif.,et al.,Buku Kedokteran EGC, Jakarta
28
Guyton, A.C., 1991, Fisiologi Manusia dan MekanismePenyakit, Edisi III, 443, EGC , Jakarta.
Hyland, P., Hougton, P., & Bisset, N,1991, Some Current Trend in Medical Plant Research. In The Medical Plant Industry (pp. 115–116),Florida,CRC-Press. Kunnika, S dan Pranee, A., 2011, Influence of enzyme treatment on bioactive
compounds and colour stability of betacyanin in flesh and peel of red dragon fruit Hylocereus polyrhizus ( Weber ) Britton and Rose, International Food Research Journal,18(4), 1437–1448.
Kusmayadi A dan Sukandar D., 2009, Food Safety and It's Application in Daily Life to Prevent Dangers of Consuming Unsafe Food and Promote SPFS Farmer's Healty.
Lelo, A., 2004. Penggunaan Anti-Inflamasi Non-Steroid Yang Rasional Pada Penanggulangan Nyeri Rematik, e-USU Repository Universitas Sumatra Utara, 1–9.
Manitto, P., 1992, Biosintesis Produk Alami,K..Soemardiyah, Ed.,p. 350 dan 404,Semarang,IKIP Semarang.
Markham,K.R., 1988, Cara mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh Kosasih Padawinata, 15, Penerbit ITB, Bandung
Ponggele, R. M., Wuisan, J.,Najoan.,J, 2013, Uji efek analgetik ekstrak kulit manggis( Graciniamangostana L . ) pada mencit swiss ( Mus muscullus ), 3– 9, Universitas Sam Ratulangi.
Pudjiastuti., et al, 1989, Di dalam Goenarwo, E., Chodijah., Susanto, H., Uji Efektifitas Analgetik Madu pada Tikus dengan Metoda Geliat Asetat, Universitas Sultan Agung.
Prasetya,H., 2013, Saktinya Buah naga dan Delima tangkal penyakit-penyakit mematikan, FlashBooks, Jogjakarta.
Rauen, U & Groot, H. de, 2009, Tissue injury by reactive oxygen species and the protective effects of flavonoids. Fundamental & Clinical Farmacology,
12(3), 249–376. doi:10.1111/j.1472-8206.1998.tb00951.x
29
Saneto,Budi, 2001, Karakterisasi kulit buah naga merah (H.polyrhizus), Agrika, Volume 2, Nomor 2.
Siswandono, & Soekarjo, B., 2000, Kimia Medisinal (1st ed., pp. 283– 308),Surabaya,Airlangga University Press.
Sukandar,e.Y., Andrajati,R., Sigit,J.I., Adyana,I.K., Setiadi,A.A., dan Kusnandar., 2008, ISO Farmakoterapi, Jakarta, ECG.
Timmerman,H., 1997, New Prespectivefor Anti Inflamatory Drugs,10,Editor Suwijo Pramono,Aditya Medica,Jakarta
Tjay, T.H., Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting (Khasiat penggunaan dan efek-efek sampingnya), Edisi V, Cetakan Kedua, PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta, hal 259-296.
Turner,R.A., 1965, Screening Methods in Pharmacological, 112-116, Academic Press, New York
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi 5, 559-564, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada.
30
31
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.656 4 20 .022
Tests of Normalityb
kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
geliat kelompok negatif .201 5 .200* .978 5 .925
dosis 1 .187 5 .200* .955 5 .776
dosis 2 .229 5 .200* .956 5 .777
dosis 3 .247 5 .200* .954 5 .767
a. Lilliefors Significance Correction
32 Kruskal-Wallis Test
Ranks
kelompok N Mean Rank
dayaanalgetik kelompok negatif 5 3.00
kelompok positif 5 8.00
dosis 0.2 5 13.00
dosis 0.5 5 18.00
dosis 1 5 23.00
Total 25
Test Statisticsa,b
dayaanalgetik
Chi-Square 23.265
df 4
Asymp. Sig. .000
33
Test Statisticsa,b
dayaanalgetik
Chi-Square 23.265
df 4
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: kelompok
Mann-Whitney Test
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
dayaanalgetik kelompok negatif 5 3.00 15.00
kelompok positif 5 8.00 40.00
Total 10
34 dayaanalgetik
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.795
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.