BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada negara berkembang, termasuk Indonesia, memiliki masalah utama yaitu kemiskinan. Kemiskinan telah menjadi masalah berkelanjutan di Indonesia yang belum terpecahkan sejak sebelum kemerdekaan sampai sekarang. Kemiskinan memiliki berbagai pandangan tentang ekonomi, sosial, politik, budaya dan sebagainya. Kebutuhan, kekurangan dan kesulitan dalam kondisi kehidupan ada kaitannya dengan kemiskinan menurut sudut pandang ekonomi. Kemiskinan mendorong seseorang untuk gagal memenuhi kebutuhan - kebutuhan dasarnya. Kemiskinan yang terjadi bukan karena orang miskin menginginkannya tetapi karena itu tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada (Prasada, Yulhar, and Rosa 2020).
Dari tahun 2017-2021 di Kabupaten Sidoarjo jumlah penduduk miskinnya terlihat mengalami fluktuasi, hal tersebut tercatat dalam Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo.
Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2017 sejumlah 135,42 ribu jiwa selanjutnya pada tahun 2018 mengalami penurunan menjadi sejumlah 125,75 ribu jiwa.
Selanjutnya mengalami penurunan lagi menjadi sejumlah 119,29 ribu jiwa pada tahun 2019, namun pada tahun 2020 mengalami kenaikan menjadi sejumlah 127,05 dan mengalami kenaikan kembali yaitu sejumlah 137,15 ribu jiwa pada tahun 2021 (BPS-Sidoarjo 2021). Salah satu agenda yang patut diperhatikan adalah kemiskinan, Masalah dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan masyarakat yang merata adalah kemiskinan (Leonita & Sari 2019).
Kemiskinan dipengaruhi oleh faktor di antara lain adalah pendidikan. Di Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2017-2021 pada angka rata-rata lama sekolah selalu mengalami kenaikan.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo mencatat jumlah lama sekolah penduduk Kabupaten Sidoarjo yaitu 10,23 tahun pada tahun 2017 selanjutnya pada tahun 2018 mengalami kenaikan yaitu 10,24 tahun. Selanjutnya mengalami kenaikan lagi di tahun 2019 yaitu 10,25 tahun, pada tahun 2020 mengalami kenaikan lagi yaitu 10,50 tahun dan tahun berikutnya kembali mengalami kenaikan yaitu 10,72 tahun pada tahun 2021. Lamanya pendidikan penduduk berpengaruh terhadap kemiskinan. Karena pembentukan karakter dan mempertahankan jati diri bangsa dipengaruhi oleh pendidikan. Dengan pendidikan yang tinggi, seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan mendapatkan pekerjaan. Pendidikan memiliki dampak
yang kuat terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah karena pendidikan mempengaruhi produktivitas masyarakat (Putra, Haryono, and Pudjowati 2021).
Faktor yang mempengaruhi kemiskinan selanjutnya adalah pengangguran.
Ketidakmampuan akses pendidikan secara layak berikutnya bedampak pada naiknya jumlah pengangguran pada angakatan kerja. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2017 mencapai 4.97%, selanjutnya mengalami penurunan yaitu 4,62% pada tahun 2018. Selanjutnya tidak mengalami perubahan pada tahun 2019 yaitu tetap 4,62%. Pada tahun 2020 mengalami peningkatan yaitu mencapai 10,97% dan pada tahun berikutnya mengalami penurunan yaitu 10,87% pada tahun 2021. Kemiskinan dapat berdampak pada pengangguran dan kurangnya pendapatan, kemudian pengangguran itu sendiri menjadikan terbentuknya masyarakat miskin.
Siklus pengangguran dan kemiskinan akan terus berlanjut sebagai siklus yang tidak akan pernah berakhir apabila tidak dilakukan pemutusan mata rantai dengan kemudahan akses pendidikan serta menciptakan lapangan pekerjaan. Kebijakan pendidikan yang dilakukan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan tidak akan banyak berpengaruh apabila tidak diimbangi dengan adanya kebijakan dalam bidang ketenagakerjaan (Faizin 2021). Jadi berdasarkan uraian tersebut peneliti melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai “Pengaruh Pendidikan dan Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Kemiskinan di Kabupaten Sidoarjo”.
1.2 Identifikasi Masalah
Atas uraian pada latar belakang maka identifikasi masalah yang didapatkan adalah:
1. Kabupaten Sidoarjo sebagai wilayah dengan jumlah penduduk miskin yang mengalami fluktuasi.
2. Di Kabupaten Sidoarjo, pada pendidikan indikator rata-rata lama sekolah cenderung meningkat tetapi kemiskinan masih tinggi.
3. Tingkat pengangguran terbuka penduduk Kabupaten Sidoarjo masih tinggi.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, terdapat rumusan masalah yang didapatkan antara lain:
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi pendidikan terhadap tingginya kemiskinan di Kabupaten Sidoarjo?
2. Bagaimana pengaruh yang terjadi pada tingkat pengangguran terbuka terhadap tingginya kemiskinan di Kabupaten Sidoarjo?
1.4 Tujuan Penelitian
Atas rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi pengaruh adanya pendidikan terhadap tingginya kemiskinan di Kabupaten Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui dan melihat pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap tingginya kemiskinan di Kabupaten Sidoarjo.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dengan diadakan penelitian ini yaitu:
1. Diharapkan dalam penelitian ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan peneliti tentang dampak pendidikan dan tingkat pengangguran terbuka terhadap kemiskinan di Kabupaten Sidoarjo.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan tentang pengaruh pendidikan dan tingkat pengangguran terbuka tehadap kemiskinan di Kabupaten Sidoarjo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 1. Kemiskinan
Badan Pusat Statistik (BPS Kabupaten Sidoarjo, 2021) menyatakan bahwa, kemiskinan dianggap sebagai ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan pangan pokoknya dan bukan pangan secara minimum. Penentuan kemiskinan menurut BPS diukur dari sisi pengeluaran berdasarkan sisi ekonomi yang telah ditentukan oleh BPS di setiap wilayah. Saat menghitung konsumsi berupa makanan, jumlah rupiah yang digunakan sebagai acuan dalam hal makanan adalah 2.100 kalori per hari per orang.
Berlaku untuk segala usia dan jenis kelamin, tolak ukur 2.100 kalori menilai aktivitas fisik, berat badan, dan keadaan fisiologis seseorang. Ukuran ini digunakan untuk mengukur garis kemiskinan, sehingga mereka yang berpenghasilan di bawah garis kemiskinan rata-rata dapat dicirikan berada dalam kondisi yang miskin.
Kemiskinan merupakan tingkat kehidupan ekonomi masyarakat di suatu wilayah yang tidak mampu dicapai oleh seseorang. Hal ini biasanya disebabkan oleh kebutuhan dasar seperti pangan, papan dan sandang, maupun kualitas sumber daya manusia yang harus dicukupi oleh masyarakat akan tetapi pendapatan yang diterima masyarakat sangat rendah. Selain itu, tidak terpenuhinya standar pendidikan dan kesehatan merupakan akibat dari pendapatan yang rendah. Di banyak negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar sangat mudah terjadi masalah kemiskinan, sehingga menimbulkan kesenjangan sosial masyarakat yang ditimbulkan oleh ketimpangan kesejahteraan sosial (Rafil 2019).
Pada definisi lain, multidimensional adalah sifat kemiskinan, artinya kemiskinan merupakan berbagai perbedaan pada kebutuhan manusia yang tidak mampu dipenuhi, yang kemudian bisa dilihat dari beragam sudut pandang. Kemiskinan dari sudut pandang primer antara lain, miskin pada aset, partisipasi yang rendah pada organisasi sosial politik, serta keterampilan dan pengetahuan yang terbatas. Selanjutnya adalah sudut pandang sekunder antara lain, jaringan sosial yang buruk, sumber daya keuangan yang terbatas dan pengetahuan informasi yang terbatas (Giovanni 2018).
Berdasarkan uraian tersebut, diketahui bahwa kemiskinan merupakan seseorang yang tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang disebabkan oleh rendahnya pendapatan yang diterima. Menurut Muafiah (2019) tingkat kemiskinan
merupakan faktor penting yang menjadi perhatian pemerintah dalam tujuan pembangunan nasional. Pemerintah saat ini telah mengusulkan program pembangunan yang dilaksanakan untuk mengatasi masalah kemiskinan. Namun, masalah kemiskinan tetap menjadi masalah yang berkelanjutan. Kemiskinan dapat dibagi menjadi tiga klasifikasi antara lain:
1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut tidak hanya ditentukan oleh terpenuhinya kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan kehidupan yang layak, tetapi juga kebutuhan yang dapat terpenuhi dari tingkat pendapatan. Oleh karena itu, batas antara kondisi miskin dapat dilihat dari tingkat pendapatan minimum atau disebut garis kemiskinan. Ketika pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum seperti pangan, papan, sandang, kesehatan dan pendidikan yang berarti pendapatannya di bawah garis kemiskinan, maka seseorang tersebut dapat termasuk kategori absolut.
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif mengacu pada kelompok masyarakat yang memiliki pendapatan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang lain, meskipun kategori mereka adalah miskin absolut atau tidak. Kemiskinan relatif terdapat perbedaan pada pendapatan antara masyarakat kaya dan miskin atau tidak meratanya distribusi pendapatan.
3. Kemiskinan Subjektif
Setiap orang mendasarkan refleksinya sendiri pada kenyataan bahwa kebutuhannya tidak terpenuhi dengan baik, walaupun orang tersebut tidak tergolong miskin, baik secara absolut maupun relatif. Kemiskinan subjektif muncul karena seseorang menyamakan keinginan dengan kebutuhan.
2. Pendidikan
Darmawan and Rusdiansyah (2019) menyatakan bahwapendidikan merupakan hal terpenting bagi anak di Indonesia, tetapi masih banyak anak yang tidak diperdulikan oleh orang tuanya, meskipun pemerintah telah memberikan kesempatan dan fasilitas pendidikan yang layak bagi anak-anak tetap saja masih terabaikan, selanjutnya sertifikat atau ijazah merupakan tanda dari tamatnya jenjang pendidikan yang telah ditempuh seseorang, dimana jenjang pendidikan tersebut antara lain:
1. Tingkat dasar antara lain Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan sederajat.
2. Tingkat Menengah Pertama antara lain jenjang pendidikan Sskolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMP Kejuruan dan sederajat.
3. Tingkat Menengah Atas antara lain jenjang pendidikan Seko1ah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah A1iyah (MA), dan sederajat.
4. Tingkat Perguruan Tinggi (PT) antara lain perguruan tinggi jenjang Dip1oma I, II, III dan IV serta sederajat.
Kemampuan dan kesempatan bekerja yang didapatkan seseorang merupakan pengaruh dari tingginya pendidikan sehingga dapat menekan jumlah pengangguran.
Mendapatkan pekerjaan yang mudah serta layak dan sesuai melalui keahlian yang dimiliki merupakan harapan dari seseorang yang memiliki pendidikan sebab idealnya pekerjaan yang dia geluti akan sebanding dengan tingkat pendidikan yang dia miliki (Malentang, Walewangko, and Siwu 2022).
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan proses untuk pengembangan potensi diri sehingga dapat menekan jumlah pengangguran. Karena pendidikan sangat berpengaruh dalam mendapatkan pekerjaan sehingga dapat menghapus kemiskinan.
Indikator yang dapat menggambarkan keadaan pendidikan penduduk salah satunya adalah rata-rata lama sekolah. Durasi rata-rata lama sekolah memberikan indikasi tingkat dan kualitas suatu daerah dalam pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi rata-rata lama sekolah. Rata-rata penduduk yang berumur lebih dari 15 tahun yang telah menyelesaikan pendidikannya pada semua jenjang pendidikan formal merupakan rata-rata lama sekolah.
3. Pengangguran
Sukirno (2006), menyatakan bahwa pendapatan masyarakat dan tingkat kemakmuran yang turun disebabkan oleh pengangguran, sedangkan masalah lain yang disebabkan oleh penurunan tingkat kemakmuran adalah kemiskinan. Angkatan kerja yang tumbuh pesat meningkatkan beban ekonomi untuk menciptakan atau memperluas lapangan kerja. Jika seluruh tenaga kerja tidak dapat ditampung, maka proporsi tenaga kerja ini memperluas jajaran pengangguran yang ada.
Pengangguran merupakan ukuran dari tingkat kemiskinan, ketika pengangguran meningkat di suatu negara, maka tingkat kemiskinan juga semakin tinggi karena mereka yang tergolong pengangguran tidak memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Semua anggota keluarga masih bergantung pada gaji
mereka saat bekerja, dan gaji rata-rata masih sangat tinggi. Ketika mereka kehilangan pekerjaan, sebagian anggota keluarga harus mengurangi sebagian penghasilannya untuk menutupi kebutuhan sehari-hari atau tunjangan keluarga. Jika diperhatikan dengan seksama, kelas berpenghasilan rendah adalah masalah utama pengangguran saat ini, sehingga fenomena pengangguran sangat mudah berpindah ke kelas miskin.
Dengan demikian, pengangguran menimbulkan dampak negatif yaitu pendapatan masyarakat menjadi berkurang, sehingga kekayaan yang diperoleh individu tersebut akan ikut berkurang (Adam Deswita 2022).
Kurniawan (2018), menyatakan pengangguran bisa berarti seseorang angkatan kerja yang tidak sedang bekerja, yang mencari pekerjaan atau per minggu bekerja selama 35 jam karena tingkat upah pekerjaan yang dia temukan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Pengangguran dapat menimbulkan dampak negatif seperti berkurangnya pendapatan sendiri, yang berdampak pada kekayaan yang dicapai.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) merupakan indikator dalam melakukan penelitian program pengangguran serta menilai kinerja sektor ketenagakerjaan. Tingkat pengangguran terbuka menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk usia produktif berada dalam fase pencarian kerja, masih terfokus pada dunia usaha dan merasa mereka tidak akan mendapatkan pekerjaan, serta ada pekerjaan tetapi mereka belum mulai. (Alvira Tania Lidyanti 2022). Tingkat pengangguran terbuka adalah persentase pengangguran dalam angkatan kerja aktif atau angkatan kerja yang belum mulai bekerja.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian
Terdahulu
Variabel Independent
Variabel Dependent
Hasil
1. Ni Luh Made
Ariasih dan Ni Nyoman Yuliarmi (2021) Pengaruh Tingkat
Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan dan Pengangguran Terbuka
Kemiskinan Pengangguran terbuka dan tingkat pendidikan memiliki efek negatif dan tidak signifikan
Pendidikan, Tingkat
Kesehatan Dan Pengangguran Terbuka Terhadap Tingkat
Kemiskinan Di Provinsi Bali
terhadap kemiskinan, sementara tingkat kesehatan memiliki efek negatif atau tidak signifikan.
2. Lily Leonita
dan Rini Kurnia Sari (2019) Pengaruh PDRB,
Pengangguran Dan
Pembangunan Manusia Terhadap Kemiskinan Di Indonesia
PDRB,
Pengangguran dan
Pembangunan Manusia
Kemiskinan Kemiskinan secara simultan dipengaruhi oleh IPM, PDRB dan pengangguran.
Sementara pengangguran dan PDRB memiliki
pengaruh secara parsial pada kemiskinan, IPM tidak berpengaruh kemiskinan.
3. Eka Agustina,
Mohd. Nur Syechalad dan Abubakar Hamzah (2018) Pengaruh Jumlah Penduduk,
Jumlah Penduduk, Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pendidikan
Kemiskinan Meskipun jumlah penduduk berpengaruh kecil namun tidak signifikan terhadap
kemiskinan,
Tingkat Pengangguran Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Aceh
tingkat
pendidikan dan tingkat
pengangguran berpengaruh signifikan dan positif terhadap kemiskinan.
2.3 Hubungan Antara Variabel Independent Dan Dependent 1. Hubungan Antara Pendidikan Terhadap Kemiskinan
Pendidikan menjadi faktor yang mempunyai nilai sangat strategis dalam pembangunan sebuah negara. Tujuan pendidikan juga untuk menjamin kehidupan bangsa, sebab kualitas sumber daya manusia meningkat akibat pendidikan sehingga negara dapat mencapai keberlanjutan pembangunan. Pendidikan merupakan faktor penting yang dapat membantu mengangkat orang keluar dari kemiskinan dan terkadang berdampak besar pada situasi keuangan keluarga. Pendidikan bukan hanya satu-satunya cara untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga membutuhkan kreativitas dan keterampilan serta daya saing dalam melakukan rutinitas. Pendidikan juga berperan dalam meningkatkan keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan masalah dan menanganinya secara tepat. Tingkat pendidikan tinggi yang dimiliki seseorang lebih mungkin memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripapa tingkat pendidikan rendah yang dimiliki seseorang. Peningkatan pendapatan individu ini meningkatkan daya beli mereka dan dengan demikian mengangkat mereka keluar dari kemiskinan (Adam Deswita 2022).
2. Hubungan Antara Tingkat Pengangguran Terbuka Terhadap Kemiskinan Sulitnya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena dalam keadaan pengangguran/tidak bekerja menyebabkan angka kemiskinan pada kehidupan sosial menjadi meningkat. Pengangguran memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan ketergantungan pada orang produktif, sehingga rasio ketergantungan menjadi meningkat dan pendapatan per kapita menjadi turun. Tingkat pendapatan menjadi faktor penting dalam menentukan tingkat kemakmuran masyarakat. Ketika tenaga kerja penuh tercapai maka pendapatan masyarakat mencapai maksimum.
Pengangguran menyia-nyiakan sumber daya yang tidak dipakai. Selain produktivitas menurun, penyebab kemiskinan dan masalah sosial lainnya adalah pendapatan masyarakat yang menurun (Prasetyoningrum 2018).
2.4 Kerangka Pikir
Dua variabel independent (X) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendidikan dan tingkat pengangguran terbuka. Variabel dependent (Y) adalah kemiskinan. Sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir 2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pertimbangan teoritis, memungkinkan peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga pendidikan berpengaruh negatif terhadap kemiskinan di Kabupaten Sidoarjo.
2. Diduga tingkat pengangguran tebuka berpengaruh positif terhadap kemiskinan di Kabupaten Sidoarjo.
Pendidikan (X1)
Tingkat Pengangguran Terbuka (X2)
Kemiskinan (Y)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Dan Jenis Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggambarkan fenomena masalah di tengah masyarakat serta untuk penjabaran karakteristik permasalahan dan hasil penelitian dengan menggunakan angka-angka. Penelitian ini mengambil data pendidikan, tingkat pengangguran terbuka dan kemiskinan di Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2017-2021. Data pendidikan, tingkat pengangguran terbuka dan kemiskinan pada Kabupaten Sidoarjo diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Penelitian ini memiliki dua variabel independent dan satu variabel dependent, pendidikan dan tingkat pengangguran terbuka adalah variabel independent, sedangkan kemiskinan adalah variabel dependent.
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel menjelaskan pengaruh variabel penelitian yang digunakan. Terdapat dua jenis variabel pada penelitian ini, yaitu variabel dependent dan variabel independent.
1. Variabel Denpendent
Kemiskinan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup penduduk yang mendapatkan pendapatan rendah dan jumlah penduduk yang garis kemiskinannya berada di bawah di Kabupaten Sidoarjo tahun 2017-2021 (dalam ribuan).
2. Variabel Independent
Pendidikan
Kegiatan yang mengembangkan semua aspek kepribadian seseorang dan berlanjut sepanjang hidup. Sikap dan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh pendidikannya. Data yang digunakan dalam bentuk rata-rata lama sekolah di Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2017-2021 (dalam satuan tahun).
Tingkat Pengangguran Terbuka
Pengangguran terbuka merupakan persentase angkatan kerja yang menganggur dan pencari kerja di Kabupaten Sidoarjo tahun 2017-2021 (dalam satuan persentase).
3.3 Populasi Dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri dari objek atau subjek yang memenuhi kriteria peneliti untuk dipelajari serta diambil kesimpulan yang relevan dengan penelitian (RAHAYU 2022). Peneliti menggunakan informasi dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo untuk menentukan populasi pendidikan, tingkat pengangguran terbuka dan kemiskinan.
Sampel mewakili sebagian dari jumlah dan struktur populasi. Data pendidikan, pengangguran terbuka dan kemiskinan menjadi sasaran peneliti untuk mencapai tujuan penelitian, terdapat keterbatasan waktu, sumber daya dan kurangnya tenaga yang menghalangi peneliti untuk menyertakan semuanya dalam penelitian dengan populasi yang besar. Pemilihan tergantung pada variabel yang sedang dipelajari. Oleh karena itu, sampel time series (jenuh) dipilih untuk sampel penelitian. Dimana peneliti melihat seberapa banyak informasi yang diberikan tentang pendidikan, tingkat pengangguran terbuka dan kemiskinan pada tahun 2017- 2021 (RAHAYU 2022).
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian berasal dari data sekunder mengenai pendidikan, tingkat pengangguran terbuka dan kemiskinan. Data sekunder adalah informasi yang peneliti kumpulkan dari sumber yang sudah ada. Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan teknik dokumentasi dan teknik kepustakaan. Teknik dokumentasi merupakan teknik menemukan data yang bervariasi dari sumber yang berbeda, baik secara personal maupun kelembagaan.
Sedangkan teknik kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh bersumber dari jurnal serta publikasi resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sidoarjo. Data tersebut dikumpulkan selama lima tahun pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2021.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan tentang menyederhanakan data menjadi cara agar mudah diinterprestasikan dan dibaca. Statistik sering digunakan dalam prosedur ini. Tujuan utama dari analisis data adalah untuk mengubah sejumlah besar data penelitian dengan lebih sederhana agar informan dapat memahami dengan mudah. Penelitian ini menggunakan metode analisis
data yaitu analisis regresi linear berganda dengan menggunakan program IBM SPSS 25.
Persamaan model regresi dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Analisis Linier Berganda
Menurut Alvira Tania Lidyanti (2022) untuk memperkirakan nilai variabel dependent berdasarkan variabel independent, regresi linier berganda mencari hubungan linier antara beberapa variabel yang ditandai sebagai variabel independent dan satu variabel lain yang diidentifikasi sebagai variabel dependent.
Bentuk persamaan regresi adalah:
𝑌 = 𝑎 + 𝐵1𝑋1 + 𝐵2𝑋2 + 𝑒
Keterangan:
𝑌 : Kemiskinan
𝑎 : Konstanta
𝐵1𝐵2 : Koefisien variabel 𝑋1 : Pendidikan
𝑋2 : Tingkat pengangguran terbuka e : Standart eror
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan dengan model regresi dalam penelitian ini untuk mengetahui kesesuaiannya baik atau tidak. Uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi umum digunakan sebagai uji asumsi klasik.
a. Uji Normalitas
Menurut Malentang, Walewangko, and Siwu (2022) Uji normalitas menguji apakah variabel independent dan dependent mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi dengan distribusi normal atau hampir normal baik untuk diterapkan.
Distribusi data (titik) pada sumbu diagonal diagram atau residual histogram secara teori dapat digunakan untuk menentukan normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Malentang, Walewangko, and Siwu (2022) uji multikolinearitas dapat menguji model regresi pada pola korelasi antar variabel independent. Hubungan linear atau signifikan antara satu variabel independent dengan variabel lainnya merupakan interkorelasi pada model regresi. Korelasi yang saling menguntungkan dapat ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi antara variabel independent, nilai VIF dan tolerance. Jika Variance Inflation Factor (VIF) < 10,00 dan nilai tolerance > 0,100 maka terbebas dari multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastisitas
Menurut Malentang, Walewangko, and Siwu (2022) Uji ini mencari perbedaan variansi antara observasi residual yang berbeda pada model regresi. Apabila pada gambar scatterplots, pola yang terlihat tidak ada dalam pencar (gelombang melebar dan menyempit) serta pada atas dan bawah 0 di sumbu Y titik-titik memiliki jarak yang sama, heteroskedastisitas tidak ada. Homoskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varian dari nilai residual yang diperoleh dari pengamatan yang berbeda tetap konstan.
Heteroskedastisitas, di sisi lain, adalah istilah yang digunakan ketika berbeda. Model homoskedastik merupakan model regresi yang dapat diterima.
3. Uji Hipotesis
a. Uji t-Statistik (Parsial)
Menurut Alvira Tania Lidyanti (2022) uji-t digunakan untuk menunjukkan pengaruh faktor independent yang berbeda secara signifikan atau tidak dalam menjelaskan variabel dependent. Kriteria penguji dalam tingkat kepercayaan adalah 0,05. Jika nilai variabel independent signifikan < 0,05, maka hipotesis ditolak dan mempengaruhi variabel dependent.
b. Uji F-Statistik (Simultan)
Menurut Alvira Tania Lidyanti (2022) uji-F dijalankan dengan tingkat kepercayaan 0,05 yang dapat diterima untuk menentukan apakah faktor independent secara simultan mempengaruhi variabel dependent secara signifikan. Hipotesis menyatakan bahwa jika nilai F hitung > F tabel maka semua faktor independent terhadap variabel dependent secara simultan berdampak signifikan.
c. Uji Koefisien Determinasi (𝑅2)
Menurut Alvira Tania Lidyanti (2022) uji koefisien determinasi memiliki tujuan untuk mengukur kemampuan variabel independent dalam menjelaskan variabel
dependent. Kemampuan tersebut meningkat ketika nilai koefisien determinasi (𝑅2) semakin mendekati satu.