ANALISIS NILAI RELIGIUS DALAM HIKAYAT KISAH RAJAB SITI „ABIDAH oleh
Anidar*, Wildan**, & Sa‟adiah**
[email protected], [email protected], & [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “ Analisis Nilai Religius dalam Hikayat Kisah Rajab Siti ‘Abidah”.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai religius yang terdapat dalam hikayat Kisah Rajab Siti ‘Abidah. Sumber data penelitian ini adalah hikayat Kisah Rajab Siti
‘Abidahyang ditulis dalam bahasa Aceh dengan tulisan arab Melayu (Jawi). Tebal hikayat ini 11 halaman. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Data penelitian ini diolah dengan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai religius yang terdapat dalam hikayat Kisah Rajab Siti ‘Abidah mengandung 3 nilai religius, yaitu akidah, akhlak, dan syariah (ibadah). Ketiga nilai religius ini memiliki jenisnya masing-masing.Nilai religius akidah (keimanan) terdiri atas iman kepada Allah, iman kepada nabi, iman kepada Malaikat, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadar baik dan buruk. Nilai religius akhlak meliputi akhlak kepada Allah, dan akhlak terhadap sesama manusia, dan akhlak terhadap sosial atau lingkungan. Nilai religius syariah meliputi ibadah salat, puasa, berzikir, dan membaca Al Quran.
ABSTRACT
This study entitled the analysis of religious values in the Kisah Rajab Siti „Abidah. Research aims to describe the religious values contained in the Kisah Rajab Siti „Abidah. The source of the data in this saga is written in the aceh language with malay Arabic (jawi) writing, with eleven pages thickness. This research method used is descriptive qualitative method. Data collection technique in this study is a review of documents or literature study. This research data using qualitative analysis technique. The result showed that the religious values contained in the story kisah rajab siti abidah contains three aspect of values, namely aqidah, morals, and syariah. The value of faith concistof faith in god, fait in angels, faith in the last day, faith in good and bad qadar. Moral values include morals to the god, morals of mankind, moral toward social or environment. Syariah values include worship, fasting, recitation, and recitation of the Quran.
* Mahasiswa Jurusan PBSI FKIP Unsyiah
** Dosen Jurusan PBSI FKIP Unsyiah
Pendahuluan
Penelitian tentang nilai religius sudah pernah dianalisis oleh beberapa orang. Objek penelitian pun berbeda-beda, ada dari novel, buku, cerpen, hingga puisi.
Penelitian yang dilakukan ini penulis pusatkan pada nilai religius dalam hikayat.
Penulis mengambil hikayat sebagai objek penelitian karena jarang diteliti, oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan beberapa alasan berikut.Pertama, hikayat yang akan diteliti adalah salah satu hikayat yang sangat menarik diteliti. Hikayat yang akan diteliti berjudul Kisah Rajab Siti
‘Abidah. Penulis tertarik dengan hikayat ini karena hikayat ini salah satu sastra lama, yang masih ditulis dalam bentuk bahasa Arab jawi. Bahasa Aceh jawi adalah bahasa Melayu atau Aceh yang ditulis dalam bentuk arab (Jawi). Tidak semua orang dapat membaca bahasa Aceh Jawi, sehingga menjadi tugas penulis untuk mengubah kedalam bahasa Aceh latin yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia supaya mudah dipahami oleh pembaca.
Hikayat Kisah Rajab Siti
‘Abidahmerupakan salah satu hikayat atau sastra lama yang harus dilestarikan. Sastra lama seperti hikayat ini perlu dikaji atau diteliti kembali agar dapat diketahui atau dimengerti aspek-aspek atau nilai-nilai penting yang terkandung di dalamnya dengan sebaik-baiknya, sehingga kegunaan sastra atau hikayat benar-benar diketahui.
Salah satu kegunaan hikayat atau sastra lama adalah untuk memberikan nasehat atau nilai-nilai yang baik kepada parapenikmatnya. Selain itu, karena naskah lama merupakan peninggalan hasil budaya nenek moyang yang harus dilestarikan maka perlu adanya usaha penelitian untuk mempelajari dan mengkajinya agar ide-ide dan gagasan-gagasan luhur yang tertuang dalam teks tersebut tidak musnah. Naskah bukanlah barang perhiasan yang hanya dapat diperlihatkan begitu saja, akan tetapi naskah baru berharga atau bernilai bila dapat dibaca dan dipahami ajarannya, ini
adalah salah satu alasan peneliti melakukan penelitian ini.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian sehubungan dengan nilai religius. Objek penelitiannya adalah hikayat Kisah Rajab Siti
‘Abidah.Sesuai dengan judul yang akan diteliti Analisis Nilai Religius Dalam Hikayat Kisah Rajab Siti ‘Abidah.
Rumusan masalah penelitian bagaimana nilai religius aqidah dalam hikayat Kisah Rajab Siti ‘Abidah , bagaimana nilai religius akhlak dalam hikayat Kisah Rajab Siti ‘Abidah, dan bagaimana nilai religius syari‟ah dalam hikayat Kisah Rajab Siti ‘Abidah. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan nilai religius aqidah dalam hikayat Kisah Rajab Siti ‘Abidah.Mendeskripsikan nilai religius akhlak dalam hikayat Kisah Rajab Siti
‘Abidah.Mendeskripsikan nilai religius syari‟ah dalam hikayat Kisah Rajab Siti
‘Abidah. Manfaat penelitian penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, terutama bidang sastra lisan di Aceh. penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan sebagai bahan pembelajaran Bahasa dan sastra Indonesia yang bertujuan untuk menanamkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap kekayaan sastra lisan yang berkembang sejak dulu di Aceh
Sauri, 2012: 10, mengungkapkan bahwa secara etimologis kata agama atau religius sering diungkapkan dalam bentuk yang berbeda seperti agama, igama, dan ugama. Kata agama sudah dipakai sejak zaman kahuripan di bawah pimpinan Raja Erlangga ketika bangsa Indonesia menganut agama Hindu Budha. Agama berasal dari bahasa Sansekerta, a berarti
“tidak” dan gama berarti “kacau”. Kata ga atau gam berasal dari bahasa Belanda dan ge bahasa inggris yang artinya sama dengan gam, kata ini identik dengan go yang berarti pergi. Agama dalam bahasa latin disebut religios ,religion (bahasa Inggris, Perancis, Jerman), dan religie (bahasa Belanda). Istilah “ religius”
membawa konotasi pada makna agama (Nurgiantoro, 2005: 326). Agama dalam bahasa Arab di sebut dengan Ad-dien, persamaan katanya millah yang diartikan sebagai agama. Ad-dien dalam arti umum menurut sukardi dalam Sauri, 2012:10, adalah paham keagamaan tertentu, seperti Dienul-Islam, Dienun-Nashara-Yahudi dan sebagainya. Religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan, bahkan dapat melebur dalam satu kesatuan, namun sebenarnya keduanya menyaran pada makna yang berbeda. Agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi. Religiusitas dipihak lain melihat aspek yang di lubuk hati, riak getaran nurani pribadi, totalitas kedalaman pribadi manusia. Dengan demikian religius bersifat mengatasi lebih dalam dan lebih luas dari agama yang tampak, formal, dan resmi (Mangunwijaya, 1982: 11-2, dalam Nurgiantoro, 2005: 327).
Agama dalam kehidupan manusia berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai, agama memiliki arti yang khusus dalam kehidupan manusia serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas, Sauri, 2012:17.
Akidah secara Bahasa berarti ikatan, secara terminologi berarti landasan yang mengikat yaitu keimanan, oleh sebabnya ilmu tauhid disebut juga ilmu aqoid (jamak akidah) yang berarti ilmu mengikat,(Ahmadi dan Salimi, 1994: 255).
Ajaran islam adalah ajaran agama yang mendasari dari Al-quran dan Sunnah dengan ketentuan-ketentuan dan pedoman keimanan.
Akhlak, secara etimologi berasal dari kata khalaqa, yang kata asalnya khuluqun, yang berarti perangai, tabiat, adat atau khalqun yang berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang
dibuat, Ahmadi dan salami (1994:198).
Akhlak atau sistem perilaku ini terjadi melalui satu konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu harus terwujud, itu semua disusun oleh manusia di dalam sistem idenya.
Syariah menurut Ahmadi dan Salimi (1994:237), adalah tata cara pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhaan Allah SWT . syari‟ah atau ibadah adalah sesuatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang hamba terhadap khaliknya mengikut tata cara dan persyaratannya masing-masing, (Adan,2009:113). Orang beribadah bermakna orang yang menghambakan diri kepada Allah dalam berbagai ibadah.
Pada hakikatnya sastra dan agama berhubungan sangat erat. Hubungan sastra dan agama telah terjalin sejak keduanya lahir dalam sejarah. Kitab suci agama- agama ditulis dalam bentuk sastra sebagai ungkapan iman dan penghayatan seseorang kepada tuhannya. Hussein, 60:1984, menyebutkan sesungguhnya seni sastra adalah cahaya dari Allah seperti halnya keindahan, keahlian, dan pertukangan.
Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang sangat sempurna , baik itu sempurna akal, budi, bentuk tubuh dan jiwa. Dengan penciptaan yang sempurna ini, manusia diharuskan mengabdi kepada maha penciptanya dengan berbagai cara yang ditempuh sebagai ungkapan terima kasihnya.
Sastra adalah salah satu media pengungkapan pengalaman manusia mengenai adanya Tuhan dan peran Tuhan dalam kehidupan. Dalam menciptakan karya sastra banyak pengarang menjadikan agama sebagai patokan, namun adanya juga pengarang yang lain mengatakan sastra bebas dari pengaruh agama.
Rosa, 2003:3 menyebutkan bahwa pembahasan tentang sastra islam kontemporer di Indonesia menjadi sangat
minim dan nyaris tak ada. Jangankan pembahasan karya, apa itu sastra islam saja sampai saat ini masih kabur alias taka da rujukan yang jelas. Sebenarnya cukup bnyak sastrawan muslim memberi istilah sendiri pada karya sastra yang dibuatnya yang mengarah pada „sastra islam‟.istilah- istilah tersebut berakar pada wacana keimanan atau religiusitas yang dibawanya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Berdasarkan jenis penelitian yang diteliti, dengan kata lain penelitian ini fokus terhadap pendeskripsian dengan menggunakan huruf (kata,kalimat) bukan dengan angka.
Sugiyono (2010:1) mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen), dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekannkan makna dari pada generalisasi.
Jenis penelitian ini tergolong ke dalam kajian dokumentasi, artinya penelitian menghasilkan data dari sumber data berupa tertulis seperti hikayat. Kajian dokumentasi merupakan pengumpulan data yang menghasilkan catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan telah tersedia di dalam dokumen, sehinggadokumen yang di peroleh lengkap dan sah bukan hasil dari pemikiran.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Berdasarkan jenis penelitian yang diteliti, dengan kata lain penelitian ini fokus terhadap pendeskripsian dengan menggunakan huruf (kata,kalimat) bukan dengan angka.
Sugiyono (2010:1) mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen), dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekannkan makna dari pada generalisasi.
Jenis penelitian ini tergolong ke dalam kajian dokumentasi, artinya penelitian menghasilkan data dari sumber data berupa tertulis seperti hikayat. Kajian dokumentasi merupakan pengumpulan data yang menghasilkan catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan telah tersedia di dalam dokumen, sehingga dokumen yang di peroleh lengkap dan sah bukan hasil dari pemikiran.
Ratna (2004: 47) mengatakan bahwa dalam lmu sastra sumber datanya adalah karya, naskah, kalimat, dan wacana.
Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah hikayat kisah rajab siti ‘abidah.
Hikayat ini ditulis dalam bahasa Aceh dengan tulisan arab melayu (jawi). Hikayat ini bersifat anonim yang berasal dari Lam Ujong, Tungkop, dengan tebal 11halaman. Adapun data yang diperoleh adalah bagian-bagian dalam hikayat yang mengandung nilai religius baik itu aqidah, akhlak, dan syariah.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik kaji dokumen atau studi kepustakaan. Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti mencari benda-benda tertulis seperti buku-buku majalah, novel , dan sebagainya. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2010:82).
(1) Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti membaca dan memahami terlebih dahulu isi hikayat Kisah Rajab Siti
‘Abidah secara cermat.
(2) peneliti mengubah bahasa dalam data hikayat Kisah Rajab Siti ‘Abidah, dari bahasa Aceh Arab jawoe (Jawi) menjadi bahasa Aceh dalam berbentuk tulisan latin. Kemudian mengalih bahasa data dalam hikayatKisah
Rajab Siti ‘Abidah, dari bahasa Aceh menjadi bahasa Indonesia yang baik dan benar, supaya mudah dipahami pembaca.
(3) peneliti membuat sinopsis berdasarkan gagasan dalam kalimat serta paragraf untuk memahami isi cerita yang ada dalam hikayat Kisah Rajab Siti
„Abidah.
(4) menandai bagian-bagian yang berkaitan dengna nilai religius yang terdapat dalam hikayat Kisah Rajab Siti „Abidah.
(5) menemukan nilai religius yang terdapat dalam hikayat Kisah Rajab Siti ‘Abidah.
Sesuai dengan metode yang digunakan, penganalisisan atau pengolahan data penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif, yaitu dengan menganalisis data melalui hasil analisis isi hikayat Kisah Rajab Siti ‘Abidah. Analisis data merupakan upaya yang dilakukan
untuk megklasifikasi dan
mengelompokkan data. Data kualitatif berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya.
Ada beberapa langkah dalam menganalisi data antara lain:
(1) Menerjemah Data; secara keseluruhan hikayat yang berkembang di dalam masyarakat menggunakan bahasa daerah.
Misalnya di Aceh, hikayat yang ditulis itumenggunakan bahasa Aceh guna mempermudah para pembaca hikayat dan pendengar hikayat.
Selain itu, bahasa nasional di Aceh pada masa dulu belum begitu populer, sehingga hikayat masih banyak menggunakan bahasa Aceh.
Berdasarkan alasan ini, peneliti yang memperoleh data penelitian dari naskah hikayat yang masih menggunakan bahasa Aceh, maka
data-data yang didapatkan itu harus diterjemahkan terlebih dahulu menjadi bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia.
(2) Seleksi Data; dilakukan untuk memilih dan menjaring data sehingga akhirnya diperoleh data yang benar- benar sahih dan handal. Nilai religius yang diperoleh dari keseluruhan isi hikayat harus diseleksi sedemikian rupa agar mendapatkan hasil yang maksimal.
(3) Klasifikasi Data; dilakukan untuk memilah dan mengelompokkan data berdasarkan masalah-masalah yang ingin dibicarakan. Data yang diperoleh berupa nilai religius ditempatkan sesuai dengan rumusan masalah penelitian yang diangkat oleh peneliti.
(4) Penyajian Data; dilakukan dalam bentuk deskripsi, yaitu mendeskripsikan dalam kalimat- kalimat yang jelas dan terperinci.
Pada saat penyajian data nilai religius dijabarkan semaksimal mungkin dengan beberapa kalimat untuk menggambarkan nilai religius yang diperoleh.
Hasil Penelitian
Pada hakikatnya karya sastra selalu memberikan pesan atau nilai-nilai yang baik yang terkandung di dalamnya kepada setiap pembaca baik itu sastra lisan maupun tulis. Pesan dan nilai-nilai yang terkandung tersebut di sampaikan pengarang secara tersirat dan tersurat. Ada beberapa bidang filsafat dalam sastra yang berhubungan dengan cara manusia mencari hakikat sesuatu atau nilai , salah satu diantaranya adalah aksiologi, bidang ini disebut filsafat nilai, yang memiliki dua kajian utama yaitu estetika dan etika.Nilai erat hubungannya dengan manusia, baik dalam bidang etika yang mengatur kehidupan manusia sehari-hari, maupun bidang estetika yang berhubungan dengan persoalan keindahan, bahkan nilai masuk ketika manusia memahami agama dan
keyakinan beragama.Nilai yang dapat diperoleh lewat sastra seperti nilai pendidikan, budaya, sosial, dan agama (religius).
Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia. Nilai religius atau nilai kepercayaan adalah nilai yang terkandung pada sesuatu berdasarkan atas kepercayaan seseorang terhadap hal tersebut. Nilai ini bersumber dari masing- masing ajaran agama yang menjelaskan sikap, perilaku, perbuatan, perintah, dan larangan bagi umat manusia.Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan.
Nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya sastra dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan- renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai religius itu merupakan hal positif dan dapat memberikan kontribusi positif pula.
Dengan demikian hasil penelitian dalam penelitian ini menemukan beberapa nilai religius dalam hikayat Kisah Rajab Siti
‘Abidah.
Hikayat Kisah Rajab Siti ‘Abidah mengandung 3 nilai religius, yaitu akidah, akhlak, dan syariah (ibadah). Ketiga nilai religius ini memiliki jenisnya masing- masing.nilai religius akidah (keimanan) terdiri atas iman kepada Allah, iman kepada nabi, iman kepada Malaikat, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadar baik dan buruk. Sedangkan nilai religius akhlak meliputi akhlak kepada Allah, dan akhlak terhadap sesama manusia, dan akhlak terhadap sosial atau lingkungan.
Nilai religius syariah meliputi ibadah yang dilakukan seorang hamba kepada tuhannya, meliputi ibadah salat, puasa, berzikir, dan membaca al-quran.
Akidah merupakan suatu sikap jiwa yang diperoleh karena pengetahuan yang berproses demikian rupa sehingga membentuk tata nilai (norma) maupun pola perilaku seseorang. Aqidah merupakan
pegangan paling azas dalam kehidupan ummat islam, aqidah juga menjadi faktor utama bagi identitas seseorang muslim.Ahmadi dan Salimi, 1994: 98, mengatakan bahwa aqidah adalah ajaran tentang keimanan terhadap ke esaan Allah SWT, pengertian akidah atau iman secara luas ialah keyakinan penuh yang dibenarkan oleh hati, diucapkan oleh lidah dan diwujudkan oleh amal perbuatan.Aqidah secara terminologi yaitu beriman kepada Allah SWT, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul- Nya, dan kepada hari akhir serta kepada qada dan qadar. Keenam hal lazim itu disebut rukun iman.
akhlak adalah tingkah laku, budi pekerti yang melekat pada jiwa seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya yang mengandung nilai akhlak yang hakiki manakala tindakan atau perilaku tersebut berdasarkan kepada kehendak Allah SWT.Azra, 2002: 205 dalam Jafar dkk,2012: 5, menyatakan menurut obyek atau sasarannya akhlak dapat digolongkan menjadi akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia, dan akhlak terhadap sosial atau lingkungan.
Syariah (ibadah) adalah tata cara pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhaan Allah SWT . syari‟ah atau ibadah adalah sesuatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang hamba terhadap khaliknya mengikut tata cara dan persyaratannya masing- masing.Orang beribadah bermakna orang yang menghambakan diri kepada Allah dalam berbagai ibadah. secara umum ibadah dapat dibagi dua, yaitu ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang tata cara, syarat dan rukunnya telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW melingkupi shalat,puasa ramadhan, membayar zakat apabila hartanya sampai haul dan nisab, dan naik haji ke baitullah bagi yang punya kemampuan. Sedangkan ibadah gairu mahdhah yaitu semua
perbuatan dan amal baik seseorang yang dikerjakan dalam kehidupannya baik untuk diri sendri maupun untuk orang lain dan lingkungannya. Adapun ruang lingkup syariah mencakup peraturan-peraturan seperti ibadah yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT (ritual), yang terdiri dari syahadatain, salat, puasa, membayar zakat dan naik haji kebaitullah.
Daftar Pustaka
Abdullah, Teuku dan Muhammad Nasir.
2014. Hikayat Muda Balia. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press.
Ahmadi, Abu dan Noor Salimi. 1994.
Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Fajar, Maulana, Dkk. 2012. Analisis Nilai- Nilai Religius Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy Serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra Di SMA.
(Online),
http://ejournal.unpak.ac.id, diakses 3 September 2016.
Fuad, Khairul. 2007. Sastra Keagamaan vs Sastra Religius. Jurnal Bahasa dan Sastra. Tahun III, nomor 1 edisi Agustus 2007. Pontianak: Balai Bahasa
Harun, Mohd. 2012. Pengantar Sastra Aceh. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
Rosa, Helvy Tiana.2003. Segenggam Gumam. Bandung:Syaamil Putra Media
Ibrahim, Mahmud, Pinan. AR. Hakim Aman. 2010. Syari’at dan Adat Istiadat. Takengon: Yayasan Makamam Mahmuda.
Khadijah. 2013. Hikayat Indra BudimanTelaah Nilai-Nilai Religius. Banda Aceh:STKIP Bina Bangsa. Vol,1, No,2, ( Online),http://metamorfosa.stkipget sempena.ac.idDiakses 3 September 2016.
L. K. Ara.2008. Sastra Aceh: Hikayat Jenis dan Tokohnya. Banda Aceh:
Yayasan PeNA.
Nurgiantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Rahmawati, Merina. 2014. Nilai Religius dalam novel Hidayah Dalam CintaKarya Rohmat Nurhadi Alkastani: Tinjauan Semiotik Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA. (Online), (http://eprints.ums.ac.id, diakses 3 September 2016).
Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sauri, Sofyan. 2006. Membangun Komunikasi Dalam Keluarga (kajian Nilai Religi, Sosial, dan Edukatif). Bandung: PT Gesindo.
---. 2012. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. Bandung:
Rizki Press.
Subagyo, Joko. 2004. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suhendi, Hendi. 2010. Fiqh Muamalah.
Jakarta: Rajawali Pers.