• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Optimalisasi Perilaku Hemat Energi Pada Ruang Rawat Inap Di Rs Labuang Baji Kota Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Analisis Optimalisasi Perilaku Hemat Energi Pada Ruang Rawat Inap Di Rs Labuang Baji Kota Makassar"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 4 No. 1, Desember 2022 ISSN (Cetak): 2685-7480

SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS UNM Ke-61 Memperkokoh Jiwa Wirausaha yang Berkarakter,

Kompetitif, dan Adaptif di Era Post Truth

209 | S y a m s u d d i n M u s t a f a

Analisis Optimalisasi Perilaku Hemat Energi Pada Ruang Rawat Inap Di Rs Labuang Baji Kota Makassar

Syamsuddin Mustafa1, Hamsu Abdul Gani2, Nurlita Pertiwi3 PPs Pendidikan Kependudukan dan Lingkugan Hidup, Universitas Negeri Makassar

Email: [email protected]

Abstract: The need for electrical energy in Indonesia is increasing, this is due to rapid population growth and advances in information and technology. Electrical energy is widely used in buildings such as factories, office buildings, large capacity commercial buildings.

Data for 2021 shows that the average energy usage at Labuang Baji Regional Hospital is 209,893 Kwh/m2/month. Based on the initial energy audit, it was found that electrical energy usage at Labuang Baji Regional Hospital was 15.87 Kwh/m2/month. Based on IKE (Energy Consumption Intensity) standards in buildings in Indonesia, energy use at Labuang Baji Regional Hospital is in the Somewhat Wasteful category (14.58-19.17). This study aims to look at user behavior in saving energy in inpatient rooms at Labuang Baji Hospital, Makassar City. The type of research used was quantitative descriptive with the total population of inpatient room users and determining the sample using purposive sampling so that 150 respondents were found. The results of the analysis show that behavior arises as a result of the encouragement of knowledge, attitudes, motivation and subjective norms. In this research, what drives the formation of behavior the most is subjective norms. Where, inpatient room users are still using it in violation of the policies that have been made by the hospital, namely regarding the prohibition of large numbers of visitors and the provisions on visiting hours. However, in reality there are still many who come beyond the limited number of visitors and come not at the specified time.

Keywords: Users, Energy Saving, Behavior.

PENDAHULUAN

Energi listrik pada saat ini merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat ditinggalkan. Kebutuhan energi yang setiap tahunnya terus bertambah sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat yang tidak dapat dimusnahkan dan dilepaskan dari kebutuhan sehari hari. Kebutuhan akan energi listrik menjadi bagian dari seluruh aktivitas manusia. Untuk itu diperlukan ketersediaan energy listrik secara berkesinambungan.

Secara nasional berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia Tahun 2020, konsumsi energi listrik di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2015- 2020) mengalami peningkatan rata-rata per tahun sebesar 4,39%. Sedangkan secara

regional di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tingkat konsumsi energi listrik dalam kurun waktu 3 tahun terakhir (2017-2020) juga mengalami peningkatan rata rata per tahun sebesar 5,2%. (Hasil olah data Statistik PLN Tahun 2017-2020).

Sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau yang dikenal dengan sebutan Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs terdiri dari 17 tujuan dan 169 target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030. Salah satu tujuannya pada butir ke-7 (tujuh) yaitu memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan dan modern bagi semua dengan melakukan pelayanan energi

(2)

Vol. 4 No. 1, Desember 2022 ISSN (Cetak): 2685-7480

SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS UNM Ke-61 Memperkokoh Jiwa Wirausaha yang Berkarakter,

Kompetitif, dan Adaptif di Era Post Truth yang terjangkau, peningkatan secara subtantif

energi terbarukan serta peningkatan laju pertumbuhan didalam melakukan efisiensi energi. (Roadmap SGDs Indonesia, Bappenas RI 2014).

Berbagai kebijakan pemerintah terkait penghematan energi telah dituangkan baik dalam bentuk Undang Undang, Peraturan Presiden, Keputusan Menteri maupun regulasi lainnya. Sebagai contoh didalam Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional tentang Penggunaan dan Pemanfaatan Energi Listrik pada Bangunan Gedung. Selanjutnya Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Manusia (ESDM) Nomor 13 Tahun 2012 yang mengatur tentang penghematan pemakaian energy listrik dimana didalamnya mengatur secara terperinci pemakaian energi pada bangunan gedung seperti system tata udara Air Conditioner (AC), tata cahaya (lampu penerangan) dan peralatan pendukung termasuk penggunaan air yang berlebihan yang dapat menyebabkan pemborosan energi.

Berdasarkan data Kementerian ESDM Tahun 2011, pada umumnya gedung di negara tropis seperti Indonesia paling banyak menggunakan energi untuk sistem tata udara (45-70 persen), sistem tata cahaya (10-20 persen), lift dan eskalator (2-7 persen) serta alat-alat kantor dan elektronik (2-10 persen).

Gedung yang boros energi bukan hanya mahal biaya operasionalnya namun juga menghasilkan emisi gas rumah kaca yang merusak lingkungan. Tipe-tipe gedung yang masih boros energi meliputi perkantoran, gedung pemerintah, pusat perbelanjaan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan perhotelan.

Masalah pemborosan energi listrik ini sebesar 80% disebabkan oleh faktor manusia dan 20% disebabkan oleh faktor teknis. Hal ini dikarenakan banyaknya pemakaian listrik yang berlebihan dan tidak sesuai dengan waktunya. Perilaku boros sering terjadi di fasilitas publik seperti gedung pemerintahan, sekolah atau universitas, rumah sakit, masjid, dan lainnya. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Yang (2008) mengatakan bahwa konsumsi energi di gedung perkantoran menghabiskan 70 hingga 300 kWh atau sama dengan 10 sampai 20 kali

lebih besar daripada konsumsi energi di rumah tangga.

Rumah sakit sebagai salah satu bangunan pelayanan publik dimana tingkat penggunaan energi listrik yang cukup besar karena adanya tuntutan pelayanan untuk pengunjung yang meliputi pencahayaan ruang kenyamanan udara serta kelengkapan fasilitas lainnya yang menjadi komponen pendukung pelayanan. Terdapat 12 jenis ruang instalasi yang menjadi standar pemenuhan kebutuhan ruang didalam sebuah bangunan rumah sakit yaitu ruang operasi, ICU, UGD, ruang tenaga kesehatan, ruang laboratorium, ruang ibadah, ruang farmasi, kantin, taman, ruang kamar mayat, ruang administrasi dan ruang rawat inap, dimana seluruh fasilitas instalasi ini sangat ditunjang olah ketersediaan energi listrik. Dari ke 12 jenis instalasi yang ada pada bangunan rumah sakit, ruang rawat inap (irna) menjadi salah satu ruang yang menghasilkan penggunaan energi yang besar, dimana penggunaan Air Conditioner (AC) menjadi sumber energi yang terbesar yaitu sebesar 40% dan pencahayaan sebesar 15%

(Kurniawati & Suprapto, 2017).

Salah satu cara dalam penghematan energi listrik adalah dengan adanya dorongan perilaku hemat energi oleh pemakai energi listrik. Hal-hal kecil yang sering dilakukan selama ini, mungkin tanpa disadari telah mengakibatkan dampak yang besar dan bila terus menerus dilakukan akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

Hal ini dapat terjadi karena gaya hidup masyarakat yang boros dan tidak efisien, misalnya penggunaan barang-barang elektronik yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan tidak sesuai waktunya, contohnya lampu dibiarkan menyala pada siang hari yang terang benderang, meninggalkan ruangan terlalu lama sementara AC dan lampu dibiarkan menyala, komputer tetap dibiarkan hidup sementara tidak digunakan sama sekali dan lain sebagainya.

Para pengguna fasilitas ruang rawat inap menjadi salah satu faktor penentu dalam pemanfaatan sumber energi listrik. Pengguna diharapkan dapat menyadari dampak dari penggunaan energi listrik yang berlebihan.

Pemakaian listrik yang berlebihan juga dapat menghasilkan emisi, yang artinya semakin

(3)

Vol. 4 No. 1, Desember 2022 ISSN (Cetak): 2685-7480

SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS UNM Ke-61 Memperkokoh Jiwa Wirausaha yang Berkarakter,

Kompetitif, dan Adaptif di Era Post Truth

211 | S y a m s u d d i n M u s t a f a

banyak listrik yang digunakan semakin banyak juga karbon yang dihasilkan dan tentunya berdampak pada pemanasan global karena listrik sebagian besar dihasilkan dari energi fosil (Harjanto, 2016).

Penghematan energi listrik merupakan suatu tujuan yang hanya dapat dicapai dengan mengubah perilaku. Agar terjadi perubahan perilaku maka kesadaran akan pentingnya perilaku pro lingkungan dalam hal ini penghematan energi merupakan hal penting.

Minat atau keinginan seseorang untuk berperilaku dengan cara tertentu mengarah pada intensi. Intensi adalah keputusan untuk berperilaku dengan cara tertentu, atau dorongan untuk bertindak sesuai tujuan, baik disadari atau tidak (Dewi, 2016). Bersandar pada Theory Planned Behavior, intensi dipengaruhi tiga faktor, yaitu sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan. Kekuatan intensi merupakan hal yang terpenting untuk memprediksi tingkah laku seseorang.

Semakin kuat intensi seseorang, maka semakin kuat perilaku yang ditampilkan atau dilakukan.

Uraian fakta tentang penggunaan energi listrik yang berlebihan pada rumah sakit khususnya pada ruang rawat inap yang mendorong penulis untuk melakukan kajian optimalisasi perilaku penghematan energi listrik pada ruang rawat inap.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah penelitian Kuantitatif, jika dilihat dari luas cakupan penelitian termasuk penelitian Survey dan jika dilihat dari aspek metodenya, maka penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2022 sampai Desember 2022.

Sedangkan lokasi penelitian yaitu di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Kota Makassar. Pemilihan lokasi didasari atas ketersediaan fasilitas ruang rawat inap yang terdiri dari ruang rawat Kelas III, Kelas II, Kelas I, VIP dan VVIP yang dapat mewakili strata sosial pengguna ruang. Selain itu wujud bangunannya yang berbentuk vertical (bangunan berlantai banyak) serta

penggunaan material kaca yang dominan pada fasade bangunannya yang berpengaruh terhadap penggunaan energi.

Variabel penelitian ada dua kelompok menjadi perhatian, adalah variabel terikat (endogen): Perilaku Pengguna (Y) dan variabel bebas (eksogen) yaitu variabel pengetahuan pengguna (X1), variabel norma subjektif (X2), dan variabel motivasi pengguna (X3) serta variabel intervening yaitu sikap pengguna (Z). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pengguna ruang rawat inap pada semua kelas di RS Labuang Baji Kota Makassar. Pengumpulan sampel menggunakan purpossive sampling sehingga ditemukan 150 sampel.

Instrumen penelitian ini menggunakan pertanyaan/pernyataan dengan skala likert serta dikonsultasikan kepada para ahli.

Metode pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrumen test dan kuesioner.

Instrumen tersebut berisi daftar pertanyaan yang didistribusikan untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab di bawah pengawasan peneliti.

HASIL PENELITIAN

Rumah Sakit Umum Labuang Baji Provinsi Selawesi Selatan merupakan Rumah Sakit Umum Tipe B dengan status BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan pusat rujukan dari Rumah Sakit Kabupaten/Puskesmas, dokter praktek serta dikunjungi oleh berbagai lapisan masyarakat khususnya yang bermukim di Makassar.

Pelayanan yang dilaksanakan berupa rawat jalan dan pelayanan rawat inap.

Pada tanggal 16 Januari 1996 melalui Perda Provinsi Dati I Sulawesi Selatan No.2/1996 ditingkatkan dari Rumah Sakit kelas C menjadi Rumah Sakit kelas B non pendidikan yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 7 Agustus 1996.

Terakreditasi 5 bidang pelayanan pada tahun 2000, dan pada tanggal 13 September 2002 melalui Perda Provinsi Sulawesi Selatan No.6/2002 Rumah Sakit Labuang Baji berubah status dari Rumah Sakit kelas B non- pendidikan menjadi Rumah Sakit Labuang

(4)

Vol. 4 No. 1, Desember 2022 ISSN (Cetak): 2685-7480

SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS UNM Ke-61 Memperkokoh Jiwa Wirausaha yang Berkarakter,

Kompetitif, dan Adaptif di Era Post Truth Baji yang berada dibawah dan bertanggung

jawab langsung kepada Gubernur melalui sekretaris daerah. Tahun 2004 terakreditasi (yang kedua kalinya) 12 bidang pelayanan dengan status akreditasi penuh.

Pelayanan rawat jalan merupakan layanan yang diberikan kepada pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik. Pelayanan rawat jalan sering diibaratkan sebagai pintu gerbang bagi tempat pelayanan kesehatan yang akan mempengaruhi keputusan pasien untuk tetap atau tidak memakai jasa pelayanan tersebut.

Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji memiliki 27 (dua puluh tujuh) Klinik Rawat Jalan/Poliklinik, 2 (dua) Instalasi Bedah, 2 (dua) Instalasi Patologi, 1 (satu) Instalasi Gawat Darurat, 1 (satu) Instalasi Radiologi, 1 (satu) Kamar Bersalin, dan 1 (satu) Ruang Konsultasi Gizi.

Instalasi rawat inap merupakan unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan dan rehabilitasi medik.

Sedangkan, Ruang pasien rawat inap adalah ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam.

Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama sendiri-sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasiennya

Berdasarkan data sekunder Tahun 2022, jumlah Ruang Rawat Inap di RSUD Labuang Baji diantaranya memiliki 2 (dua) tempat pelayanan administrasi pasien rawat inap untuk pasien Umum dan pasien BPJS, 5 (lima) Nurse Station, 5 (lima) tempat istirahat tenaga medis. Memiliki sekitar 72 (tujuh puluh dua) jenis ruang kamar yang terbagi menjadi 5 jenis kamar yaitu kelas VVIP, VIP, kelas I, kelas II, dan kelas III. Dan memiliki fasilitas perawatan khusus untuk pasien Covid-19 dengan jumlah kamar sebanyak 9 (Sembilan) kamar.

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit Kemenkes RI Tahun 2022 RSUD Labuang Baji memiliki jumlah

Tempat Tidur (TT) sebanyak 232 jumlah TT.

Dimana distribusi untuk ruang rata inap tersebar pada 4 (empat) gedung perawatan yaitu Gedung B untuk Perawatan Umum, Gedung C untuk Perawatan Anak, Gedung D untuk Perawatan Khusus dan Gedung E untuk Perwatan Non Bedah.

Dikutip dari Buku Nama Rupa Bumi Unsur Buatan yang disusun oleh Bagian Tata Pemerintahan Setda Kota Makassar, posisi Kelurahan Labuang Baji berada di sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bonto Biraeng, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bonto Lebang, sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Mamajang Dalam, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Parang dan Kelurahan Mario dengan Titik kordinat : 5°09'43.5"S 119°25'06.8"E. Memiliki luas sekitar + 0,102 Km.

Uraian deskriptif tentang hasil jawaban responden terhadap instrumen penelitian mencakup tentang variabel pengetahuan, norma subjektif, motivasi, sikap, dan perilaku pengguna dalam penghematan energi.

Rentang nilai distribusi frekuensi pengetahuan pengguna dalam penghematan energi disajikan pada gambar 1.

Gambar 1. Distribusi Pengetahuan Pengguna Hasil ini menunjukkan bahwa pengguna ruang rawat inap telah memahami tentang pentingnya penghematan energi, namun mereka masih sering menggunakan atau membawa peralatan yang membutuhkan energi yang sangat banyak seperti membawa pemanas air.

Rentang nilai distribusi frekuensi norma subjektif pengguna dalam penghematan energi disajikan pada gambar 2.

17% 16%

64%

3% 1%

0%

20%

40%

60%

80%

Sangat Tinggi

Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

P E N G E TA H U A N

P E N G G U N A

(5)

Vol. 4 No. 1, Desember 2022 ISSN (Cetak): 2685-7480

SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS UNM Ke-61 Memperkokoh Jiwa Wirausaha yang Berkarakter,

Kompetitif, dan Adaptif di Era Post Truth

213 | S y a m s u d d i n M u s t a f a

Gambar 2. Distribusi Norma Subjektif Pengguna

Rendahnya hasil ini mengindikasikan bahwa pengguna ruang rawat inap memiliki kebiasaan yaitu ketika berkunjung ke rumah sakit selalu melebihi kapasitas pengunjung yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen rumah sakit sehingga dalam ruangan membutuhkan suhu yang nyaman dan akan menyalakan AC dan menggunakan fasilitas kelistrikan secara berlebihan seperti mengisi daya handphone.

Rentang nilai distribusi frekuensi motivasi pengguna dalam penghematan energi disajikan pada gambar 3.

Gambar 3. Distribusi Motivasi Pengguna Hasil analisis menunjukkan bahwa pengguna memiliki keinginan untuk menghemat energi masih dalam kategori sedang. Hal ini didukung dengan membiarkan lampu tetap menyala saat pagi hari hingga sore hari, mereka hanya menunggu petugas kebersihan rumah sakit yang melakukannya.

Rentang nilai distribusi frekuensi sikap pengguna dalam penghematan energi disajikan pada gambar 4.

Gambar 4. Distribusi Sikap Pengguna Sikap pengguna berada pada kategori sedang yang berarti bahwa pengguna ruang rawat inap masih sedikit acuh tak acuh pada penghematan air seperti masih banyaknya pengguna yang bukan hanya mandi atau mencuci piring tetapi juga menggunakan kamar mandi untuk mencuci pakaian mereka.

Hal ini dikarenakan mereka yang berasal dari luar kota.

Rentang nilai distribusi frekuensi perilaku pengguna dalam penghematan energi disajikan pada gambar 5.

Gambar 5. Distribusi Perilaku Pengguna Perilaku pengguna ruang rawat inap berada pada kategori sedang. Hasil ini mengindikasikan bahwa pengguna ruang rawat inap menghiraukan himbauan yang diberikan oleh pihak rumah sakit seperti untuk tidak melakukan pemborosan air dan listrik. Namun, pengguna tetap saja melakukan hal-hal yang tidak sesuai degan kebijakan rumah sakit.

0% 0% 10%

90%

0%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Sangat Tinggi

Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

N O R M A S U B J E K T I F P E N G G U N A

0% 3%

70%

27%

0%

0%

20%

40%

60%

80%

Sangat Tinggi

Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

M O T I VA S I P E N G G U N A

0%

45%

55%

0% 0%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Sangat Tinggi

Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

S I K A P P E N G G U N A

0%

26%

73%

1% 0%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Sangat Tinggi

Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

P E R I L A K U P E N G G U N A

(6)

Vol. 4 No. 1, Desember 2022 ISSN (Cetak): 2685-7480

SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS UNM Ke-61 Memperkokoh Jiwa Wirausaha yang Berkarakter,

Kompetitif, dan Adaptif di Era Post Truth PEMBAHASAN

Pendekatan human behavior pada pengembangan upaya penghematan energi di rumah sakit tidak dapat dilakukan secara parsial. Oikonomou (2009) menguraikan bahwa upaya penghematan energi pada tingkat pengguna sangat terkait dengan konsep ekonomi mikro atau mengaikatkan antar konservasi energi dan efisiensi. Selain itu, peneliti ini juga menguraikan bahwa tindakan teknis tidak selamanya memberikan hasil pemanfaatan energi yang optimal.

Namun, yang utama adalah strategi perubahan perilaku harus dikombinasikan dengan upaya efisiensi energi secara teknis.

Hasil kajian tersebut menggambarkan bahwa rumah sakit harus mengembangkan strategi

penghematan energi yang

mempertimbangkan aspek teknis seperti bangunan gedung, pencahayaan dan penghawaan dengan kebiasaan pengguna ruang pada rumah sakit.

Selanjutnya, Garcia et al (2018) yang mengkaji tentang kebijakan penghematan energi di gedung pelayanan kesehatan menemukan bahwa langka penghematan energi dapat dilakukan dengan pemasangan kapasitor daya untuk kompensasi saya reaktif, perbaikan jaringan listrik dan pemilihan sumber daya listrik. Upaya penghematan lainnya dapat berupa penghematan AC yang ramah lingkungan, penggantian mesin dengan performa rendah, pemeliharaan sistem pendingin serta pemasangan termos stat untuk penyesuaian sistem pendingin.

Secara khusus pada upaya penghematan listrik untuk sistem pencahayaan, peneliti ini menganjurkan penggunaan lampu LED, pengelolaan pencahayaan sesuai dengan tipe aktivitas serta pemasangan sensor pencahayaan yang disesuaikan dengan pencahayaan alami.

KESIMPULAN

Hasil analisis korelasional menunjukkan bahwa faktor yang dominan mempengaruhi perilaku penggunaan energi adalah norma subjektif. Dalam kajian ini norma subjektif yang dimaksud adalah aturan pemanfaatan

energi yang diterapkan oleh rumah sakit.

Selanjutnya, faktor sikap yang merupakan faktor utama pembentuk perilaku manusia juga menjadi salah satu fokus kajian ini. Dalam kajian ini peneliti menemukan bahwa norma subjektif lebih dominan mempengaruhi perilaku dibandingkan dengan sikap penggunaan energi. dengan kata lain, manajemen rumah sakit memiliki tanggungjawab besar untuk membuat kebijakan pengelolaan energi yang mempertimbangkan kebiasaan pengguna ruang rawat inap.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, N. M. A. P., & Warmika, I. G. K.

(2016). Peran persepsi kemudahan penggunaan, persepsi manfaat dan persepsi resiko terhadap niat menggunakan mobile commerce di kota Denpasar (Doctoral dissertation, Udayana University).

García-Sanz-Calcedo, J., Al-Kassir, A., &

Yusaf, T. (2018). Economic and environmental impact of energy saving in healthcare buildings. Applied Sciences, 8(3), 440.

Harjanto, N. T. (2016). Dampak lingkungan pusat listrik tenaga fosil dan prospek pltn sebagai sumber energi listrik nasional. PIN Pengelolaan Instalasi Nuklir, 1(01).

Kurniawati, R., & Suprapto, M. (2017).

Efisiensi Energi Ruang Rawat Inap Bangunan Rumah Sakit Islam Yarsis Surakarta. Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 1(1), 157-163.

Oikonomou, V., Becchis, F., Steg, L., &

Russolillo, D. (2009). Energy saving and energy efficiency concepts for policy making. Energy policy, 37(11), 4787-4796.

Referensi

Dokumen terkait

Puaskah saudara dengan kepedulian yang diberikan oleh pihak rumah sakit dalam mendengarkan keluhan-keluhan selama dalam perawatan.. Puaskah saudara dengan kemampuan perawat di

Dari pengamatan yang dilakukan terhadap beberapa kamar perawatan rumah sakit yang ada, dan dibuat dalam bentuk tabel perbandingan, dapat dilihat bahwa perancangan tersebut

Penelitian ini fokus pada pengembangan sistem pendukung keputusan untuk kelayakan fasilitas ruang instalasi rawat inap.. Sistem ini dirancang untuk membantu pihak rumah sakit

Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.Jakarta: Departemen Kesehatan RI.. Standart pelayanan minimal rumah

PT BNI Life Insurance untuk mendapatkan segala keterangan/catatan medis dari Rumah Sakit dan atau pihak lain sehubungan dengan diagnosa dan/atau pelayanan medis yang diberikan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang Hubungan Pembagian Nurse Shift Dan Overtime Working Dengan Produktivitas Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap

Tidak terdapat hubungan antara karakteristik responden dengan penerapan standar asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar, faktor-faktor yang

Hasil penelitian ini didapatkan adanya hubungan antara gaya kepemimpinan demokrasi karu dengan disiplin kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Labuang