• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DENGAN DISIPLIN KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DENGAN DISIPLIN KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DENGAN DISIPLIN KERJA PERAWAT PELAKSANA DI

RUANG RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

SULASTRIANA

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan

ABSTRAK

Disiplin kerja adalah bentuk ketaatan sikap dan tingkah laku perawat yang dapat mempengaruhi efektifitas kinerja. Rendahnya disiplin kerja perawat berakibat pelayanan keperawatan yang diberikan tidak optimal dikarenakan kepala ruangan kurang mampu menempatkan gaya kepemimpinannya terhadap bawahanya. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan disiplin kerja perawat.

Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan disiplin kerja perawat pelaksana di RSUD Labuang Baji.

Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional study, dengan sampel 54 perawat, dimana variabel independen dan dipeneden diteliti dalam waktu yang bersamaan.

Hasil penelitian ini didapatkan adanya hubungan antara gaya kepemimpinan demokrasi karu dengan disiplin kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar, yaitu P0,003 < α0,05, dan didapatka tidak ada hubungan anatara gaya otoriter, laissez faire, partisipatif dengan disiplin kerja perawat, yaitu P0,092 < α0,05.

Saran dari penelitian ini adalah perlunya pihak RS memperhatikan keterlibatan perawat pelaksana dalam perencanaan dan pengorganisasian ruangan meningkatkan komunikasi antara staff, dan perlunya pengawasan. Dan pengembangan gaya kepemimpina bagi kepala ruangan agar lebih mendisiplinkan perawat pelaksana dalam bekerja. Mengingat keterbatasan peneliti, maka kepada peneliti berikutnya supaya melakukan penelitian dengan menggunakan metode yang lain agar penelitian dapat optimal.

Kata kunci : Demokrasi, Otoriter, Laissez faire, Partisipatif Daftar pustaka : 23 (2005-2010)

▸ Baca selengkapnya: program kerja kepala ruangan rawat inap anak

(2)

2

PENDAHULUAN

Menurut badan kesehatan dunia (WHO), Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan

kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan yang

komprehensif mencakup aspek

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat, sering kali mengalami

permasalahan yang menyangkut

tentang ketidakpuasan masyarakat terhadap mutu pelayanan rumah sakit yang dianggap kurang memadai atau memuaskan. Salah satu tantangan terbesar dalam pelayanan di rumah sakit adalah terpenuhinya harapan masyarakat akan mutu rumah sakit.

Dalam rangka

menjaga dan meningkatakan mutu pelayanan, maka kinerja dari seluruh perawat pelaksana senantiasa dipacu

untuk ditingkatkan. Perawat

pelaksana sebagai anggota

organisasi, yang merupakan jumlah terbesar dari seluruh karyawan yang tidak terlepas dari tuntutan ini. Karena jumlahnya yang sangat besar maka kinerja perawat pelaksana menjadi lebih tersorot dari profesi yang lainnya. Perawat merupakan salah satu tim pelayanan kesehatan

terbesar yang dituntut untuk

meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.

Mutu pelayanan di

rumah sakit ditinjau dari sisi

keperawatan meliputi aspek jumlah dan kemampuan tenaga profesional, motivasi kerja, dana, sarana dan perlengkapan penunjang, manajemen rumah sakit dimana hal tersebut perlu adanya pimpinan. (Harahap, E. 2010).

Dalam neningkatkan mutu keperawatan, dibutuhkan berbagai

upaya. Peningkatan pengetahuan

melalui pendidikan keperawatan

berkelanjutan dan peningkatan

keterampilan keperawatan sangat

mutlak diperlukan. Penataan

lingkungan kerja yang kondussif perlu diciptakan agar perawat dapat bekerja secara efektif dan efesien. Dalam menciptakan suasana kerja yang dapat mendorong perawat untuk melakukan yang terbaik,

diperlukan seorang pemimpin.

(robbins, 2008).

Faktor-faktor yang turut

mempengaruhi tinggi rendahnya

kinerja perawat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah konflik, pengambilan

keputusan, gaya kepemimpinan,

supervisi, dan motivasi kerja.

Motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk mendeskripsikan baik kondisi-kondisi ekstrinsik yang merangsang timbulnya suatu prilaku

tertentumaupun respon-respon

intrinsik yang menunjukan perilaku seorang manusia. Respon intrinsik

didukung oleh sumber-sumber

energi, yang dinamai motiv.

Motivasi seringkali digambarkan

sebagai kebutuhan, keinginan, atau tuntutan. Semua manusia yang hidup pasti mempunyai motivasi untuk mencari dan memenuhi kebutuhan hidupnya. (Gibson, 2007).

Pimpinan adalah kemampuan

seseorang untuk mempengaruhi

kelompok menuju satu visi atau tujuan yang dikelompokkan tersebut. Gaya kepemimpinan merupakan cara yang digunakan oleh pemimpin dengan bawahannya, baik yang

(3)

3 bersifat bantuan personal maupun konteks pekerjaan.

gaya kepemimpinan kepala ruangan untuk memimpin perawat

pelaksana akan mempengaruhi

semangat kerja perawat pelaksana. Gaya kepemimpinan yang efektif atau baik adalah gaya kepemimpinan yang dapat menyesuaikan dengan kematangan bawahannya sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja dari bawahan. (Thoha, 2009).

Motivasi kerja yang tinggi sangat penting bagi kelangsungan hidup bagi organisasi, karena dengan adanya motivasi kerja yang baik akan memperoleh efektifitas kerja dengan hasil yang optimal. Perilaku kerja perawat dapat didorong dengan adanya motivasi dari dalam diri seseorang untuk dapat melaksanakan pekerjaan agar dapat maksimal., motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi

ekstrinsik. Motivasi intrinsik

meriupakan motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang untuk menjadi lebih baik, dan lebih mengacu pada hubungan perawat

dengan pekerjaannya. Motivasi

intrinsik bisa berasal dari hubungan antara individu atau aktifitas yang terkait dengan pekerjaan itu sendiri. Sebuah tugas dapat memotifasi secara intrinsik jika memiliki ciri-ciri kunci antara lain: tanggung jawab, tantangan, achievment, keberagaman dan kesempatan peningkatan. Intinya

motivasi intrinsik bisa berupa

aktifitas apapun yang menghasilkan

perbedaan besarpada dirinya

sedangkan motivasi ekstrinsik

merupakan motivasi yang datang dari luar diri manusia itu sendiri. Motivasi ekstrinsik datang karena

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain gaji, keamanan kerja, kondisi pekerjaan, status,

prosedur perusahaan, kualitas

pengawasan tehnik, dan hubungan

iterpersonal rekan-rekan kerja

dengan pengawas dan anak buah. (Sofyan, S, 2006).

Motivasi yang timbul dari dalam diri seorang akan membantu meningkatkan kinerjanya menjadi lebih baik dan berkualitas, yang pada akhirnya akan meninggkatkan citra dari rumah sakit dimata masyarakat. (Wahjosamidjo, 2007).

Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji merupakan Rumah Sakit Pemerintah Kota Makassar yang mempunyai jumlah tenaga

keperawatan 254 perawat, dan

kapasitas 350 tempat tidur. RSUD Labuang Baji Makassar berakreditasi A, saat ini rumah sakit Labuang Baji terdiri dari 8 gedung, yaitu gedung kantor terdiri dari 2 lantai, lantai 1 poliklinik dan lantai 2 kantor, gedung UGD terdiri dari 1 lantai, gedung pelayanan pendaftaran rawat inap jalan nyambung rekam medik

terdiri dari 1 lantai, gedung

laboratorium terdiri dari 3 lantai, yaitu lantai 1 ICU, lantai 2 dan 3

laboratorium, gedung perawatan

anak terdiri dari 2 lantai, gedung instalasi gizi 1 lantai, gedung perawatan terdiri dari 4 lantai yaitu lantai 1 perawatan bedah, lantai 2 perawata interna, lantai 3 perawatan kelas, dan lantai 4 tidak terpakai, dan gedung perawatan kebidanan terdiri dari 2 lantai yaitu lantai 1 ruang bersalin dan perawatan ibu nifas dan lantai 2 ruangan bayi dan perawatan ibu melahirkan kelas 2. RSUD Labuang Baji juga merupakan rumah

(4)

4

sakit rujukan dari puskesmas

maupun rumah sakit umum daerah lainnya dari kabupaten Sulawesi Selatan.

Berdasarkan observasi peneliti yang ada di kotamadya Makassar, semua perawat datang ketempat kerja tepat waktu, karena rumah sakit

Labuang Baji menggunakan

sistemsidikjari. Namun ada sebagian perawat yang mempergunakan jam dinasnya untuk melakukan aktivitas lain diluar tugas dan tanggung jawab sehingga perawat bekerja bukan

berdasarkan standar asuhan

keperawatan. Hal ini adalah

cerminan dari rendahnya disiplin

kerja perawat yang berakibat

menurunnya kinerja pelaksana

keperawatan sehingga pelayanan

keperawatan diberikan tidak optimal, dikarenakan kepala ruangan kurang

mampu menempatkan gaya

kepemimpinan terhadapbawahannya.

Hal ini terlihat pimpinan

mengambil keputusan dan kebijakan tanpa mempertimbangkan pendapat bawahannya padahal bawahannya

mayoritas DIII dan S1 Ners

keperawatan dan berpengalaman. Berdasarkan fenomena tersebut,

maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul

hubungan gaya kepemimpinan

kepala ruangan dengan disiplin perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitif dengan pendekatan cross sectional

study, yang bertujuan untuk melihat

beberapa variabel dalam waktu

tertentu, dimana variabel dependen dan independen dilihat dalam waktu

yang bersamaan. Penelitian ini

bertujuan untuk melihat Hubungan Gaya Kepemimpinan Karu dengan Kinerja Perawat Pelaksana di RSUD Labuang Baji Makassar.

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja di RSUD Labuang Baji Makassar

dengan berbagai klualifikasi

pendidikan yaitu sebanyak 254 perawat. Namun dalam penelitian ini, peneiliti memiliki keterbatasan waktu dan tenaga sehingga jumlah populasi dibatasi dengan menetukan ruang rawat inap.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah

semua perawat pada ruangan

perawatan Baji Kamase 1 dan baji kamase 2, Baji Pama’i 1 dan baji pama’i 2, Baji Dakka 1 dan baji dakka 2, di RSUD Labuang Baji Makassar, dimana dalam setiap ruangan terdapat 9 perawat yang

dijadikan responden, jadi

keseluruhan ruangan sebanyak 54 perawat. Sampel diambil dengan

menggunakan metode non

probability.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan

rancangan penelitian deskriptif

dengan pendekatan cross sectional

study, dimana subjek penelitian ini

dan pengukuran diukur pada saat yang sama dan sampel dan populasi yang representative dengan tujuan

melihat hubungan gaya

(5)

5

dengan disiplin kerja perawat

pelaksana.

Hasil penelitian ini diperoleh

dengan kosioner yang terdiri atas 12

item pertanyaan untuk gaya

kepemimpinan, 3 item pertanyaan untuk gaya demokrasi, 3 item pertanyaan untuk gaya otokratik atau otoriter, 3 item prtanyaan untuk gaya laissez faire, 3 item pertanyaan untuk gaya partisipatif, dan 20 item pertanyaan untuk disiplin kerja perawat. Kosioner dibagikan kepada setiap responden dan kemudian

mengisinya langsung dengan

didampingi oleh peneliti. Dimana responden yang dijadikan sampel adalah perawat yang bertugas di ruang perawatan baji kamase, baji pama’i dan baji dakka. Telah dilakukan mulai tanggal 9 juni sampai selesai dimana responden yang dijadikan sampel berjumlah 54 orang.

Setelah dilakukan pengumpulan

data, kemudian dilakukan

pengelolahan utuk memperoleh suatu hasil penelitian. Pengelolahan data menggunakan program SPSS versi 11,5. Selanjutnya hasil penelitian secara lengkap akan disajikan dalam bentuk tabel meliputi karakteristik responden, analisa data univariat

terhadap setiap variabel untuk

menghasilkan distribusi frekuensi dan analisa bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan menggunankan uji statistik

Chi-Square.

Pembahasan

1. Karekteristik Responden

Karakteristik responden pada perawat di RSUD Labuang Baji

Makassar 2014

Sumber data primer 2014

keperawatan sebanyak 23 rorang (42,6%), dan sarjana keperawatan ners 8 orang (14,8%). Sedangkan untuk masa kerja, yang berkerja antara 1-10 tahun berjumlah 35 orang (64,8%), yang berkerja antara 11-20 tahun berjumlah 17 orang (31,5%), dan yang bekerja antara 21-25 tahun berjumlah 2 orang (3,7%). Unit kerja masing-masing ruang perawatan baji kamase 1 dan 2 sebanyak 18 orang (33,3%), ruang perawatan baji pamai 1 dan 2 sebanyak 18 orang (33,3%), dan

Karakterist ik Jumla h Persentase( %) Umur 20-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 20 27 7 37,0% 50,0% 13,0% Pendidikan DIII S1. Kep Skep. Ns 23 23 8 42,6% 42,6% 14,8% Lama kerja 1-10 tahun 11-20 tahun 21-25 tahun 35 17 2 64,8% 31,5% 3,7% Unit kerja baji kamase 1 dan 2 baji pamai 1 dan 2 baji dakka 1 dan 2 18 18 18 33,3% 33,3% 33,3% JUMLAH 54 100%

(6)

6 ruang perawatan baji dakka 1 dan 2 sebanyak 18 orang (33,3%).

2. Analisa Univariat

Karakteristik responden berdasarkan gaya kepemimpinan karu baji Kamase, pamai dan baji dakka di RSUD Labuang Baji Makassar 2014

Sumber data primer, 2014

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 54 responden yang diteliti tanggapan responden terhadap kepala ruangan yang bertugas di ruang perawatan baji kamase, baji pamai dan baji dakka dimana secara umum responden yang mengatakan gaya kepemimpinan demokrasi dan partisipatif karu baik sebanyak 48

orang (88,9%), gaya otoriter

sebanyak 18 orang (33,3%), dan

yang mengatakan Gaya

kepemimpinan laissez faire karu baik sebanyak 18 orang (33,3%).

Karakterisitik responden berdasarkan disiplin kerja perawat di ruang baji kamase, pamai dan baji dakka RSUD

Labuang Baji Makassar 2014

Sumber data primer 2014

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa dari 54 responden yang diteliti, mengenai disiplin kerja secara umum yaitu responden yang berdisiplin tinggi berjumlah 45 orang (83,3%), dan responden yang disiplinnya rendah berjumlah 9 orang (16,7%).

3. Analisi Bivariat

a. Hubungan gaya kepemimpinan demokrasi karu baji kamase, pamai dan

dakka dengan disiplin kerja perawat pelaksana RSUD

Labaung Baji Makassar

Gaya kepemi mpinan Karakteristik Ya Tidak n % n % Demokr asi 48 88,9 6 11,1 Otoriter 18 33,3 36 66,7 Laissez Faire 17 31,5 37 68,5 Partisipa tif 48 88,8 6 11,1 Jumlah 54 100 54 100 Demo krasi Disiplin kerja jumlah P Tinggi Renda h n % n % n % Ya 44 91,7 4 8,3 48 100 0,003 Tidak 2 66,7 4 33,3 6 100 Juml ah 46 85,1 8 14,9 54 100 Disiplin kerja perawat n % Disiplin tinggi 45 83,3 Disiplin rendah 9 16,7 Jumlah 54 100%

(7)

7

Sumber data primer 2014

Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 54 responden yang diteliti, perawat yang menganggap karu

mengembangkan gaya

kepemimpinan demokrasi ksebanyak 4 orang (7,4%), yang disiplin tinggi sebanyak 44 orang (91,7%), dan disiplin rendah sebanyak 4 orang (33,3%), sedangkan untuk perawat

yang mengatakan karu tidak

mengembangkan gaya demokrasi sebanyak 2 orang (66,7%).

Berdasarkan uji pearson fisher’s

exact test, dengan nilai kemaknaan α = 0,05 dimana hasil penelitian

diperoleh P = 0,003 yang

menunjukkan P < α, P0,003 <

α0,05,yang berarti ada hubungan

antara gaya kepemimpinan

demokrasi karu dengan disiplin kerja

perawat pelaksana di RSUD

Labuang Baji Makassar. a. Hubungan gaya

kepemimpinan otoriter karu dengan disiplin kerja perawat pelaksana di RSUD Labuang

Baji Makassar

Sumber data primer 2014

Penutup Ot ok rat ik Disiplin kerja jumlah P Tinggi Rendah n % n % n % Ya 1 4 77, 8 4 22, 2 1 8 10 0 0, 4 1 8 Ti da k 3 2 88, 9 4 11, 1 3 6 10 0 Ju ml ah 4 6 85, 1 8 14, 9 5 4 10 0

(8)

8

Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan Keluarga tentang perawatan pasien halusinasi di rumah di wilayah kerja puskesmas batua raya kota makassar cukup baik rata-rata keluarga yang aktif dalam perawatan anggota keluarganya yang sakit sudah memahami pengertian halusinasi, jenis halusinasi apa yang di derita keluarganya, tanda dan gejalanya, pengobatan dan cara merawat pasien halusinasi yang

benar. Dari hasil penelitian

didapatkan dalam kategori baik sebanyak 21 responden (60,0%), dan dalam kategori kurang sebanyak 14 responden (40,0%).

Saran

1. Disarankan bagi peneliti

atau penelitian selanjutnya melakukan penelitian lebih mendalam dengan waktu

yang lebih lama serta

memperhatikan lebih banyak

variabel-variabel yang

mempengaruhi misalnya

pengaruh bentuk perilaku, sikap, dan domain perilaku kesehatan.

2. Disarankan untuk

Puskesmas Batu Raya Kota Makassar diharapkan dapat

memberikan pendidikan

kesehatan yang lebih intensif

untuk meningkatkan

pengetahuan keluarga dalam

merawat anggota

keluarganya yang sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, N (2007). Dasar-dasar

kesehatan masyarakat.

Jakarta:EGC

Erlinafsiah SST, 2010, Modal

Perawat Dalam Praktik

Keperawatan Jiwa, Trans Info

Media, Jakarta.

Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan

Aplikasi Penulisan Laporan

Pendahuluan dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan

Keperawatan (LP dan SP).

Salemba Medika, Jakarta. Friedman, (2010). Keperawatan

Keluarga teori dan praktek. Edisi 5. Jakarta:EGC

Hidayat, A Aziz Alimul, (2007).

Metode Penelitian

Keperawatan dan Teknik

Analisis Data. Jakarta :

Salemba Medika

Idaiani sri dkk, Hasil Riskesdas

2013- Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. (Online)http://depkes.go.id/do wnloads/riskesdas2013/Hasil% 20Riskesdas%202013.pdf diakses 06 maret 2014

Kaplan Harold.I,dkk. 2010. Sinopsis

Psikiatri Jilid Satu. Binarupa

Aksara Publisher, Tangerang. Keliat, Anna Budi, 2012. Model

Praktik Keperawatan

Propesional Jiwa. Jakarta :

EGC. 2011

NANDA. (2010). Nursing

disgnoseses: Definition and

classification 2010-2011.

Philadelphia-USA. Nanda

(9)

9 Maramis, 2005. Catatan Ilmu

Kedokteran Jiwa. Airlangga

University Press. Surabaya.

Maramis Willy.F,dkk. 2009. Catatan

Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi Kedua. Airlangga University

Press, Surabaya.

Nursalam, (2001). Pendekatan

Praktis Metodologi Riset

Keperawatan. Jakarta :CV

Infomedika.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan

dan perilaku kesehatam.

Jakarta : PT. Rineka Cipta Notosoedirdjo & Latipun. (2005).

Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan. Jakarta: EGC.

Ryandini, R F, Saraswati, H.R & Meikawati, W. (2011).

Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kekambuhan pada

pasien skizofrenia di rumah

sakit jiwa daerah Amino

Gondohutomo Semarang.

Jurnal Keperawatan dan

Kebidanan (JIKK). Vol.1.

No.4.

Sari, H. (2009). Pengaruh family

psychoeduasi therapy terhadap

beban dan kemampuan

keluarga dalam merawat klien pasung di kelurahan Bireun Nangroe Aceh Darussalam.

Jakarta. FIK-UI. Tidak

dipublikasikan. Serambi, 2012. Islam dan

Pencegahan Gangguan Jiwa

(Online), dari

http://aceh.tribunnews.com/201 3/11/08/islam-dan-pencegahan-gangguan-jiwa diakses tggl 6 maret 2014

Sheila, L dkk, 2008. Buku Ajar

Keperawatan Jiwa. EGC.

Jakarta.

Sisky, Y. (2010). Faktor-Faktor

yang Berhubungan dengan

Motivasi Keluarga dalam

Memberikan Dukungan

Terhadap Klien Gangguan

Jiwa. Skripsi tidak

di terbitkan, Fakultas

Kedokteran Universitas

Andalas Padang. Simanjuntak ITM, 2010,

Pengetahuan keluarga dengan

tinkat kecemasan dalam

menghadapi anggota keluarga yang mengalai gangguan jiwa.

(Online),(http://repository.usu.

ac.id/bitstream/123456789/.../r uf-mei2006-2%20(3).pdf

diakses 06 maret 2014) Stuart Gail W. 2006. Buku Saku

Keperawatan Jiwa Edisi

Kelima,EGC Jakarta.

Stuart G.W, 2007, Buku Saku

Keperawatan Jiwa, EGC,

Jakarta.

Suliswati dkk, 2005. Konsep Dasar

Keperawatan Jiwa. EGC.

Jakarta.

Suwardiman, D. (2011). Hubungan

antara dukungan keluarga

(10)

10

mengikuti regimen terapeutik pada keluarga klien halusinasi di RSUD Serang Tahun 2011.

Tesis FIK UI. Tidak

dipublikasikan.

Puji E, dkk, 2014. Pedoman

Penulisan Skripsi Edisi 10.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK), Makassar.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013. Pedoman Pewawancara

Petugas Pengumpul Data.

Jakarta: Badan Litbangkes,

Depkes RI, 2013 Yusnipah Y. 2012. Tingkat

pengetahuan keluarga dalam merawat pasien halusinasi di poliklinik psikiatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Skripsi

FIK UI.

Yosep, I. 2011. Keperawatan Jiwa,

Edisi Revisi, PT Refika

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu pertanyaan yang cukup menarik untuk didiskusikan dalam hubungannya dengan sejarah Gereja Perdana adalah sejauh mana ada kesatuan atau perbedaan antara pandangan

yang diperlukan untuk mendukung proses utama Jurusan Keperawatan, dilaksanakan. sesuai mekanisme dalam dengan dokumen Standar Mutu Jurusan kode: 00000

KPU Kabupaten Bangka Tengah telah menetapkan Sasaran Strategis Meningkatnya Kapasitas Lembaga Penyelenggara Pemilu/Pemilihan yang diukur melalui Persentase

Based on the data from quasi experimental research at the second year students of MTS Futuhiyah 2 Mranggen, it can be seen that the students’ post test score in

A significant positive spatial association was identified for both the slope preferences by car and bus where zones with a preference towards longer or shorter trips tended to

Gambar 1: Perbelanjaan Takashiyama Amerika Mura di Osaka.. Gambar 2: Perbelanjaan Tenjinbashi Amerika Mura

Jika zat cair yang digunakan adalah minyak transformator maka pada saat tegangan diterapkan pada dua buah elektrode yang dicelup pada minyak transfor- mator, akan

Berdasarkan observasi di SDN-4 Kasongan Lama, pada hari Selasa 31 Januari 2017, guru dalam pembelajaran hanya menerapkan model yang kurang menarik ketika