1
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DENGAN DISIPLIN KERJA PERAWAT PELAKSANA DI
RUANG RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
SULASTRIANA
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan
ABSTRAK
Disiplin kerja adalah bentuk ketaatan sikap dan tingkah laku perawat yang dapat mempengaruhi efektifitas kinerja. Rendahnya disiplin kerja perawat berakibat pelayanan keperawatan yang diberikan tidak optimal dikarenakan kepala ruangan kurang mampu menempatkan gaya kepemimpinannya terhadap bawahanya. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan disiplin kerja perawat.
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan disiplin kerja perawat pelaksana di RSUD Labuang Baji.
Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional study, dengan sampel 54 perawat, dimana variabel independen dan dipeneden diteliti dalam waktu yang bersamaan.
Hasil penelitian ini didapatkan adanya hubungan antara gaya kepemimpinan demokrasi karu dengan disiplin kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar, yaitu P0,003 < α0,05, dan didapatka tidak ada hubungan anatara gaya otoriter, laissez faire, partisipatif dengan disiplin kerja perawat, yaitu P0,092 < α0,05.
Saran dari penelitian ini adalah perlunya pihak RS memperhatikan keterlibatan perawat pelaksana dalam perencanaan dan pengorganisasian ruangan meningkatkan komunikasi antara staff, dan perlunya pengawasan. Dan pengembangan gaya kepemimpina bagi kepala ruangan agar lebih mendisiplinkan perawat pelaksana dalam bekerja. Mengingat keterbatasan peneliti, maka kepada peneliti berikutnya supaya melakukan penelitian dengan menggunakan metode yang lain agar penelitian dapat optimal.
Kata kunci : Demokrasi, Otoriter, Laissez faire, Partisipatif Daftar pustaka : 23 (2005-2010)
▸ Baca selengkapnya: program kerja kepala ruangan rawat inap anak
(2)2
PENDAHULUAN
Menurut badan kesehatan dunia (WHO), Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan
kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan yang
komprehensif mencakup aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat, sering kali mengalami
permasalahan yang menyangkut
tentang ketidakpuasan masyarakat terhadap mutu pelayanan rumah sakit yang dianggap kurang memadai atau memuaskan. Salah satu tantangan terbesar dalam pelayanan di rumah sakit adalah terpenuhinya harapan masyarakat akan mutu rumah sakit.
Dalam rangka
menjaga dan meningkatakan mutu pelayanan, maka kinerja dari seluruh perawat pelaksana senantiasa dipacu
untuk ditingkatkan. Perawat
pelaksana sebagai anggota
organisasi, yang merupakan jumlah terbesar dari seluruh karyawan yang tidak terlepas dari tuntutan ini. Karena jumlahnya yang sangat besar maka kinerja perawat pelaksana menjadi lebih tersorot dari profesi yang lainnya. Perawat merupakan salah satu tim pelayanan kesehatan
terbesar yang dituntut untuk
meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
Mutu pelayanan di
rumah sakit ditinjau dari sisi
keperawatan meliputi aspek jumlah dan kemampuan tenaga profesional, motivasi kerja, dana, sarana dan perlengkapan penunjang, manajemen rumah sakit dimana hal tersebut perlu adanya pimpinan. (Harahap, E. 2010).
Dalam neningkatkan mutu keperawatan, dibutuhkan berbagai
upaya. Peningkatan pengetahuan
melalui pendidikan keperawatan
berkelanjutan dan peningkatan
keterampilan keperawatan sangat
mutlak diperlukan. Penataan
lingkungan kerja yang kondussif perlu diciptakan agar perawat dapat bekerja secara efektif dan efesien. Dalam menciptakan suasana kerja yang dapat mendorong perawat untuk melakukan yang terbaik,
diperlukan seorang pemimpin.
(robbins, 2008).
Faktor-faktor yang turut
mempengaruhi tinggi rendahnya
kinerja perawat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah konflik, pengambilan
keputusan, gaya kepemimpinan,
supervisi, dan motivasi kerja.
Motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk mendeskripsikan baik kondisi-kondisi ekstrinsik yang merangsang timbulnya suatu prilaku
tertentumaupun respon-respon
intrinsik yang menunjukan perilaku seorang manusia. Respon intrinsik
didukung oleh sumber-sumber
energi, yang dinamai motiv.
Motivasi seringkali digambarkan
sebagai kebutuhan, keinginan, atau tuntutan. Semua manusia yang hidup pasti mempunyai motivasi untuk mencari dan memenuhi kebutuhan hidupnya. (Gibson, 2007).
Pimpinan adalah kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi
kelompok menuju satu visi atau tujuan yang dikelompokkan tersebut. Gaya kepemimpinan merupakan cara yang digunakan oleh pemimpin dengan bawahannya, baik yang
3 bersifat bantuan personal maupun konteks pekerjaan.
gaya kepemimpinan kepala ruangan untuk memimpin perawat
pelaksana akan mempengaruhi
semangat kerja perawat pelaksana. Gaya kepemimpinan yang efektif atau baik adalah gaya kepemimpinan yang dapat menyesuaikan dengan kematangan bawahannya sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja dari bawahan. (Thoha, 2009).
Motivasi kerja yang tinggi sangat penting bagi kelangsungan hidup bagi organisasi, karena dengan adanya motivasi kerja yang baik akan memperoleh efektifitas kerja dengan hasil yang optimal. Perilaku kerja perawat dapat didorong dengan adanya motivasi dari dalam diri seseorang untuk dapat melaksanakan pekerjaan agar dapat maksimal., motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik
meriupakan motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang untuk menjadi lebih baik, dan lebih mengacu pada hubungan perawat
dengan pekerjaannya. Motivasi
intrinsik bisa berasal dari hubungan antara individu atau aktifitas yang terkait dengan pekerjaan itu sendiri. Sebuah tugas dapat memotifasi secara intrinsik jika memiliki ciri-ciri kunci antara lain: tanggung jawab, tantangan, achievment, keberagaman dan kesempatan peningkatan. Intinya
motivasi intrinsik bisa berupa
aktifitas apapun yang menghasilkan
perbedaan besarpada dirinya
sedangkan motivasi ekstrinsik
merupakan motivasi yang datang dari luar diri manusia itu sendiri. Motivasi ekstrinsik datang karena
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain gaji, keamanan kerja, kondisi pekerjaan, status,
prosedur perusahaan, kualitas
pengawasan tehnik, dan hubungan
iterpersonal rekan-rekan kerja
dengan pengawas dan anak buah. (Sofyan, S, 2006).
Motivasi yang timbul dari dalam diri seorang akan membantu meningkatkan kinerjanya menjadi lebih baik dan berkualitas, yang pada akhirnya akan meninggkatkan citra dari rumah sakit dimata masyarakat. (Wahjosamidjo, 2007).
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji merupakan Rumah Sakit Pemerintah Kota Makassar yang mempunyai jumlah tenaga
keperawatan 254 perawat, dan
kapasitas 350 tempat tidur. RSUD Labuang Baji Makassar berakreditasi A, saat ini rumah sakit Labuang Baji terdiri dari 8 gedung, yaitu gedung kantor terdiri dari 2 lantai, lantai 1 poliklinik dan lantai 2 kantor, gedung UGD terdiri dari 1 lantai, gedung pelayanan pendaftaran rawat inap jalan nyambung rekam medik
terdiri dari 1 lantai, gedung
laboratorium terdiri dari 3 lantai, yaitu lantai 1 ICU, lantai 2 dan 3
laboratorium, gedung perawatan
anak terdiri dari 2 lantai, gedung instalasi gizi 1 lantai, gedung perawatan terdiri dari 4 lantai yaitu lantai 1 perawatan bedah, lantai 2 perawata interna, lantai 3 perawatan kelas, dan lantai 4 tidak terpakai, dan gedung perawatan kebidanan terdiri dari 2 lantai yaitu lantai 1 ruang bersalin dan perawatan ibu nifas dan lantai 2 ruangan bayi dan perawatan ibu melahirkan kelas 2. RSUD Labuang Baji juga merupakan rumah
4
sakit rujukan dari puskesmas
maupun rumah sakit umum daerah lainnya dari kabupaten Sulawesi Selatan.
Berdasarkan observasi peneliti yang ada di kotamadya Makassar, semua perawat datang ketempat kerja tepat waktu, karena rumah sakit
Labuang Baji menggunakan
sistemsidikjari. Namun ada sebagian perawat yang mempergunakan jam dinasnya untuk melakukan aktivitas lain diluar tugas dan tanggung jawab sehingga perawat bekerja bukan
berdasarkan standar asuhan
keperawatan. Hal ini adalah
cerminan dari rendahnya disiplin
kerja perawat yang berakibat
menurunnya kinerja pelaksana
keperawatan sehingga pelayanan
keperawatan diberikan tidak optimal, dikarenakan kepala ruangan kurang
mampu menempatkan gaya
kepemimpinan terhadapbawahannya.
Hal ini terlihat pimpinan
mengambil keputusan dan kebijakan tanpa mempertimbangkan pendapat bawahannya padahal bawahannya
mayoritas DIII dan S1 Ners
keperawatan dan berpengalaman. Berdasarkan fenomena tersebut,
maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul
hubungan gaya kepemimpinan
kepala ruangan dengan disiplin perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitif dengan pendekatan cross sectional
study, yang bertujuan untuk melihat
beberapa variabel dalam waktu
tertentu, dimana variabel dependen dan independen dilihat dalam waktu
yang bersamaan. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat Hubungan Gaya Kepemimpinan Karu dengan Kinerja Perawat Pelaksana di RSUD Labuang Baji Makassar.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja di RSUD Labuang Baji Makassar
dengan berbagai klualifikasi
pendidikan yaitu sebanyak 254 perawat. Namun dalam penelitian ini, peneiliti memiliki keterbatasan waktu dan tenaga sehingga jumlah populasi dibatasi dengan menetukan ruang rawat inap.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah
semua perawat pada ruangan
perawatan Baji Kamase 1 dan baji kamase 2, Baji Pama’i 1 dan baji pama’i 2, Baji Dakka 1 dan baji dakka 2, di RSUD Labuang Baji Makassar, dimana dalam setiap ruangan terdapat 9 perawat yang
dijadikan responden, jadi
keseluruhan ruangan sebanyak 54 perawat. Sampel diambil dengan
menggunakan metode non
probability.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian deskriptif
dengan pendekatan cross sectional
study, dimana subjek penelitian ini
dan pengukuran diukur pada saat yang sama dan sampel dan populasi yang representative dengan tujuan
melihat hubungan gaya
5
dengan disiplin kerja perawat
pelaksana.
Hasil penelitian ini diperoleh
dengan kosioner yang terdiri atas 12
item pertanyaan untuk gaya
kepemimpinan, 3 item pertanyaan untuk gaya demokrasi, 3 item pertanyaan untuk gaya otokratik atau otoriter, 3 item prtanyaan untuk gaya laissez faire, 3 item pertanyaan untuk gaya partisipatif, dan 20 item pertanyaan untuk disiplin kerja perawat. Kosioner dibagikan kepada setiap responden dan kemudian
mengisinya langsung dengan
didampingi oleh peneliti. Dimana responden yang dijadikan sampel adalah perawat yang bertugas di ruang perawatan baji kamase, baji pama’i dan baji dakka. Telah dilakukan mulai tanggal 9 juni sampai selesai dimana responden yang dijadikan sampel berjumlah 54 orang.
Setelah dilakukan pengumpulan
data, kemudian dilakukan
pengelolahan utuk memperoleh suatu hasil penelitian. Pengelolahan data menggunakan program SPSS versi 11,5. Selanjutnya hasil penelitian secara lengkap akan disajikan dalam bentuk tabel meliputi karakteristik responden, analisa data univariat
terhadap setiap variabel untuk
menghasilkan distribusi frekuensi dan analisa bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan menggunankan uji statistik
Chi-Square.
Pembahasan
1. Karekteristik Responden
Karakteristik responden pada perawat di RSUD Labuang Baji
Makassar 2014
Sumber data primer 2014
keperawatan sebanyak 23 rorang (42,6%), dan sarjana keperawatan ners 8 orang (14,8%). Sedangkan untuk masa kerja, yang berkerja antara 1-10 tahun berjumlah 35 orang (64,8%), yang berkerja antara 11-20 tahun berjumlah 17 orang (31,5%), dan yang bekerja antara 21-25 tahun berjumlah 2 orang (3,7%). Unit kerja masing-masing ruang perawatan baji kamase 1 dan 2 sebanyak 18 orang (33,3%), ruang perawatan baji pamai 1 dan 2 sebanyak 18 orang (33,3%), dan
Karakterist ik Jumla h Persentase( %) Umur 20-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 20 27 7 37,0% 50,0% 13,0% Pendidikan DIII S1. Kep Skep. Ns 23 23 8 42,6% 42,6% 14,8% Lama kerja 1-10 tahun 11-20 tahun 21-25 tahun 35 17 2 64,8% 31,5% 3,7% Unit kerja baji kamase 1 dan 2 baji pamai 1 dan 2 baji dakka 1 dan 2 18 18 18 33,3% 33,3% 33,3% JUMLAH 54 100%
6 ruang perawatan baji dakka 1 dan 2 sebanyak 18 orang (33,3%).
2. Analisa Univariat
Karakteristik responden berdasarkan gaya kepemimpinan karu baji Kamase, pamai dan baji dakka di RSUD Labuang Baji Makassar 2014
Sumber data primer, 2014
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 54 responden yang diteliti tanggapan responden terhadap kepala ruangan yang bertugas di ruang perawatan baji kamase, baji pamai dan baji dakka dimana secara umum responden yang mengatakan gaya kepemimpinan demokrasi dan partisipatif karu baik sebanyak 48
orang (88,9%), gaya otoriter
sebanyak 18 orang (33,3%), dan
yang mengatakan Gaya
kepemimpinan laissez faire karu baik sebanyak 18 orang (33,3%).
Karakterisitik responden berdasarkan disiplin kerja perawat di ruang baji kamase, pamai dan baji dakka RSUD
Labuang Baji Makassar 2014
Sumber data primer 2014
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa dari 54 responden yang diteliti, mengenai disiplin kerja secara umum yaitu responden yang berdisiplin tinggi berjumlah 45 orang (83,3%), dan responden yang disiplinnya rendah berjumlah 9 orang (16,7%).
3. Analisi Bivariat
a. Hubungan gaya kepemimpinan demokrasi karu baji kamase, pamai dan
dakka dengan disiplin kerja perawat pelaksana RSUD
Labaung Baji Makassar
Gaya kepemi mpinan Karakteristik Ya Tidak n % n % Demokr asi 48 88,9 6 11,1 Otoriter 18 33,3 36 66,7 Laissez Faire 17 31,5 37 68,5 Partisipa tif 48 88,8 6 11,1 Jumlah 54 100 54 100 Demo krasi Disiplin kerja jumlah P Tinggi Renda h n % n % n % Ya 44 91,7 4 8,3 48 100 0,003 Tidak 2 66,7 4 33,3 6 100 Juml ah 46 85,1 8 14,9 54 100 Disiplin kerja perawat n % Disiplin tinggi 45 83,3 Disiplin rendah 9 16,7 Jumlah 54 100%
7
Sumber data primer 2014
Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 54 responden yang diteliti, perawat yang menganggap karu
mengembangkan gaya
kepemimpinan demokrasi ksebanyak 4 orang (7,4%), yang disiplin tinggi sebanyak 44 orang (91,7%), dan disiplin rendah sebanyak 4 orang (33,3%), sedangkan untuk perawat
yang mengatakan karu tidak
mengembangkan gaya demokrasi sebanyak 2 orang (66,7%).
Berdasarkan uji pearson fisher’s
exact test, dengan nilai kemaknaan α = 0,05 dimana hasil penelitian
diperoleh P = 0,003 yang
menunjukkan P < α, P0,003 <
α0,05,yang berarti ada hubungan
antara gaya kepemimpinan
demokrasi karu dengan disiplin kerja
perawat pelaksana di RSUD
Labuang Baji Makassar. a. Hubungan gaya
kepemimpinan otoriter karu dengan disiplin kerja perawat pelaksana di RSUD Labuang
Baji Makassar
Sumber data primer 2014
Penutup Ot ok rat ik Disiplin kerja jumlah P Tinggi Rendah n % n % n % Ya 1 4 77, 8 4 22, 2 1 8 10 0 0, 4 1 8 Ti da k 3 2 88, 9 4 11, 1 3 6 10 0 Ju ml ah 4 6 85, 1 8 14, 9 5 4 10 0
8
Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan Keluarga tentang perawatan pasien halusinasi di rumah di wilayah kerja puskesmas batua raya kota makassar cukup baik rata-rata keluarga yang aktif dalam perawatan anggota keluarganya yang sakit sudah memahami pengertian halusinasi, jenis halusinasi apa yang di derita keluarganya, tanda dan gejalanya, pengobatan dan cara merawat pasien halusinasi yang
benar. Dari hasil penelitian
didapatkan dalam kategori baik sebanyak 21 responden (60,0%), dan dalam kategori kurang sebanyak 14 responden (40,0%).
Saran
1. Disarankan bagi peneliti
atau penelitian selanjutnya melakukan penelitian lebih mendalam dengan waktu
yang lebih lama serta
memperhatikan lebih banyak
variabel-variabel yang
mempengaruhi misalnya
pengaruh bentuk perilaku, sikap, dan domain perilaku kesehatan.
2. Disarankan untuk
Puskesmas Batu Raya Kota Makassar diharapkan dapat
memberikan pendidikan
kesehatan yang lebih intensif
untuk meningkatkan
pengetahuan keluarga dalam
merawat anggota
keluarganya yang sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, N (2007). Dasar-dasar
kesehatan masyarakat.
Jakarta:EGC
Erlinafsiah SST, 2010, Modal
Perawat Dalam Praktik
Keperawatan Jiwa, Trans Info
Media, Jakarta.
Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan
Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (LP dan SP).
Salemba Medika, Jakarta. Friedman, (2010). Keperawatan
Keluarga teori dan praktek. Edisi 5. Jakarta:EGC
Hidayat, A Aziz Alimul, (2007).
Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika
Idaiani sri dkk, Hasil Riskesdas
2013- Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. (Online)http://depkes.go.id/do wnloads/riskesdas2013/Hasil% 20Riskesdas%202013.pdf diakses 06 maret 2014
Kaplan Harold.I,dkk. 2010. Sinopsis
Psikiatri Jilid Satu. Binarupa
Aksara Publisher, Tangerang. Keliat, Anna Budi, 2012. Model
Praktik Keperawatan
Propesional Jiwa. Jakarta :
EGC. 2011
NANDA. (2010). Nursing
disgnoseses: Definition and
classification 2010-2011.
Philadelphia-USA. Nanda
9 Maramis, 2005. Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa. Airlangga
University Press. Surabaya.
Maramis Willy.F,dkk. 2009. Catatan
Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi Kedua. Airlangga University
Press, Surabaya.
Nursalam, (2001). Pendekatan
Praktis Metodologi Riset
Keperawatan. Jakarta :CV
Infomedika.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan
dan perilaku kesehatam.
Jakarta : PT. Rineka Cipta Notosoedirdjo & Latipun. (2005).
Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan. Jakarta: EGC.
Ryandini, R F, Saraswati, H.R & Meikawati, W. (2011).
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kekambuhan pada
pasien skizofrenia di rumah
sakit jiwa daerah Amino
Gondohutomo Semarang.
Jurnal Keperawatan dan
Kebidanan (JIKK). Vol.1.
No.4.
Sari, H. (2009). Pengaruh family
psychoeduasi therapy terhadap
beban dan kemampuan
keluarga dalam merawat klien pasung di kelurahan Bireun Nangroe Aceh Darussalam.
Jakarta. FIK-UI. Tidak
dipublikasikan. Serambi, 2012. Islam dan
Pencegahan Gangguan Jiwa
(Online), dari
http://aceh.tribunnews.com/201 3/11/08/islam-dan-pencegahan-gangguan-jiwa diakses tggl 6 maret 2014
Sheila, L dkk, 2008. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. EGC.
Jakarta.
Sisky, Y. (2010). Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan
Motivasi Keluarga dalam
Memberikan Dukungan
Terhadap Klien Gangguan
Jiwa. Skripsi tidak
di terbitkan, Fakultas
Kedokteran Universitas
Andalas Padang. Simanjuntak ITM, 2010,
Pengetahuan keluarga dengan
tinkat kecemasan dalam
menghadapi anggota keluarga yang mengalai gangguan jiwa.
(Online),(http://repository.usu.
ac.id/bitstream/123456789/.../r uf-mei2006-2%20(3).pdf
diakses 06 maret 2014) Stuart Gail W. 2006. Buku Saku
Keperawatan Jiwa Edisi
Kelima,EGC Jakarta.
Stuart G.W, 2007, Buku Saku
Keperawatan Jiwa, EGC,
Jakarta.
Suliswati dkk, 2005. Konsep Dasar
Keperawatan Jiwa. EGC.
Jakarta.
Suwardiman, D. (2011). Hubungan
antara dukungan keluarga
10
mengikuti regimen terapeutik pada keluarga klien halusinasi di RSUD Serang Tahun 2011.
Tesis FIK UI. Tidak
dipublikasikan.
Puji E, dkk, 2014. Pedoman
Penulisan Skripsi Edisi 10.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK), Makassar.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013. Pedoman Pewawancara
Petugas Pengumpul Data.
Jakarta: Badan Litbangkes,
Depkes RI, 2013 Yusnipah Y. 2012. Tingkat
pengetahuan keluarga dalam merawat pasien halusinasi di poliklinik psikiatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Skripsi
FIK UI.
Yosep, I. 2011. Keperawatan Jiwa,
Edisi Revisi, PT Refika