• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) Menurut Ekonomi Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Pelaksanaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) Menurut Ekonomi Islam "

Copied!
98
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pandangan Islam terhadap penentuan tarif pajak penghasilan progresif (PPh 21). Sebagai bahan rujukan, rujukan, pedoman dan masukan bagi masyarakat yang termasuk dalam kriteria Wajib Pajak Penghasilan (PPh 21).

Sistematika Penulisan

Bab ketiga yaitu bab metode penelitian yang memuat tentang jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab kelima merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan dan usulan yang dikemukakan secara jelas serta memuat usulan hasil penelitian.

KAJIAN TEORI

Kajian Teori

  • Pajak
  • Pajak Penghasilan
  • Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21)
  • Dharibah dalam Islam
  • Maslahah Mursalah

Adriani adalah pungutan yang terutang oleh negara kepada wajib pajak yang dapat dipaksa membayar tanpa memperoleh manfaat pengembalian pajak yang telah dibayarnya, yang mana hasil pemungutan pajak tersebut akan digunakan untuk pengeluaran umum pemerintahan untuk menunjang penyelenggaraan pemerintahan. Pajak adalah pungutan yang terhutang oleh wajib pajak kepada negara yang mana hasil pajak tersebut akan dipergunakan untuk kepentingan seluruh warga negara. Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak yang dipungut atas penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang pribadi sesuai dengan keterampilan yang diperolehnya yang difungsikan dalam pekerjaan yang dilakukan untuk memperoleh sejumlah tambahan ekonomi.

Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan cara pembayaran pajak penghasilan pada tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 31/PJ/2012 dengan tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 yang Berhubungan dengan Pekerjaan, Jasa,. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai identitas wajib pajak yang akan membantu dalam melaksanakan kewajiban pembayaran pajak dan memudahkan pengawasan administrasi perpajakan. 15 Indah Kurniawati, “Analisis Penerapan Perhitungan dan Pelaporan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Pada Pegawai Tetap PT.X di Surabaya”, Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi Vol 4 No 2.

Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan yang berkaitan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan bentuk apa pun yang diterima atau diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh. 17 Indah Kurniawati, “Analisis Penerapan Penghitungan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 (Pph) Pada Karyawan Tetap PT.X di Surabaya”, Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi Vol 4 No 2.

METODE PENELITIAN

Sumber Data

  • Data Primer
  • Data Sekunder

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang terdapat pada pasal 17 ayat 1 yang memberikan tarif yang sama atas lapisan penghasilan kena pajak yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi. Data yang diperoleh secara tidak langsung berupa studi kepustakaan atau literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian yang diteliti, sedangkan bentuk datanya berupa jurnal, buku, media elektronik dan browsing yang dipublikasikan oleh pihak lain.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

Pemungutan pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) menggunakan tarif progresif, artinya setiap kenaikan penghasilan kena pajak maka persentase tarif pajaknya juga akan meningkat tergantung dari jumlah tingkat penghasilan kena pajak. 33 Westi Riani dan Sigit Haryadi, “Metode Penetapan Tarif Pajak Penghasilan yang Adil,” Jurnal Ilmu Ekonomi Vol 7 No. Pemungutan pajak penghasilan orang pribadi dengan tarif progresif diperbolehkan dalam Islam atas dasar keadilan dan kemaslahatan umum.

Tarif pajak penghasilan orang pribadi yang progresif menjadi penting bagi negara dalam memungut pajak penghasilan. Analisis manfaat penurunan tarif PPh orang pribadi berdasarkan PPh Pasal 21 dan insentif PPh Pasal 21 juga disertakan. Romi Handoko, “Pajak Penghasilan dalam Revisi Hukum Islam (Survei Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan)”.

Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) merupakan pajak wajib yang berkaitan dengan penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi melalui pekerjaan, jasa, atau kegiatan moderat. Hasil penelitian ini adalah penetapan tarif progresif pada pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) diperbolehkan dalam Islam dalam kaitannya dengan keadilan dan kemaslahatan dan pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) memenuhi prinsip pemungutan pajak (dharibah) dalam ekonomi Islam sehingga pajak dapat dipungut. Berbeda dengan tarif pajak penghasilan orang pribadi yang sama dengan dan 30% setelah jumlah penghasilan kena pajak.

Pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) merupakan sumber penerimaan negara terbesar yang nantinya akan digunakan untuk berbagai keperluan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) sejalan dengan tujuan Islam, yaitu pemerataan pendapatan demi keadilan sosial. Dalam Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) diatur bahwa yang menjadi wajib pajak adalah pegawai, pensiunan (penerima pesangon), tenaga ahli dan lain-lain yang mempunyai penghasilan minimal di atas rata-rata.

24 masyarakat, maka pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) telah memenuhi prinsip pemungutan pajak (dharibah) dalam Islam. Pemungutan pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) telah memenuhi tiga dari empat syarat pemungutan pajak (dharibah) dalam Islam, yaitu prinsip; (1) Harus ada teks yang memerintahkannya; (2) Hanya orang kaya yang harus menanggung bebannya; (3) Ada permintaan untuk. Sementara itu, penetapan tarif pajak penghasilan orang pribadi (PPh21) progresif diperbolehkan dalam Islam karena alasan keadilan dan kemaslahatan.

Tabel 4.2 : Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Tabel 4.2 : Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

HASIL dan PEMBAHASAN

Maslahah Mursalah dalam Penentuan Hukum Islam

Penetapan tarif progresif pada PPh orang pribadi secara tidak langsung mempunyai pengaruh yang besar terhadap distribusi pendapatan nasional.30 Karena wajib pajak yang mempunyai penghasilan tinggi akan menanggung beban pajak yang besar, maka wajib pajak yang mempunyai kapasitas pajak yang rendah justru akan menanggung beban pajak yang kecil. Dengan perbandingan antara besarnya pajak yang dikenakan dengan kemampuan membayar pajak diukur dengan tingkat pendapatan wajib pajak. Berdasarkan data di atas, penerapan tarif pajak progresif memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perkembangan perekonomian negara, dimana pajak penghasilan orang pribadi merupakan salah satu penerimaan pajak terbesar.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penetapan tarif pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) yang progresif sejalan dengan tujuan Islam, yaitu pemerataan pendapatan demi keadilan sosial. Pemungutan Pajak Penghasilan YouTuber Sudut Pandang Al-maslahah Al-mursalah”, skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga, 2019. Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), cukai dan pajak lainnya merupakan penerimaan pajak yang dipungut/diambil langsung oleh pemerintah pusat.

Pajak penghasilan adalah pajak yang diperoleh dari setiap penghasilan yang diperoleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya, sepanjang masih berkaitan dengan pekerjaan tersebut. Dalam hal pajak penghasilan orang pribadi belum ada pada masa Rasulullah SAW, para sahabat dan Tabi’in, namun mulai muncul pada masa perekonomian modern. Pajak penghasilan orang pribadi mempunyai kemiripan dengan salah satu kewajiban umat Islam, yaitu zakat profesi bagi yang memenuhi syarat.

Sumber penelitian menggunakan data-data yang berkaitan dengan penelitian tentang Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) yang bersumber dari buku, jurnal, internet dan penelitian-penelitian terdahulu yang sesuai dengan permasalahan peneliti. Pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) sudah bisa dikategorikan ke dalam harta yang harus dikeluarkan berbeda dengan zakat, karena objeknya berupa penghasilan atau kekayaan. Karena dalam pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) tidak ada pembedaan antara wajib pajak muslim dan non muslim, sebagai umat islam mereka harus membayar pajak penghasilannya dua kali lipat yaitu membayar pajak juga.

Sedangkan pada prinsipnya harus ada pemisahan antara muslim dan non muslim, pada dasarnya hal tersebut tidak termasuk dalam pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21), karena muslim dan non muslim sama-sama dikenai pajak. Namun jika dibedakan antara Wajib Pajak Muslim dan Wajib Pajak Non-Muslim, maka pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) oleh umat Islam hakikatnya dharibah dan bagi non-Muslim hakikatnya jizyah. Pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) memenuhi prinsip pemungutan pajak (dharibah) dalam ekonomi Islam, sehingga pajak penghasilan dapat dipungut kepada masyarakat secara adil, merata dan tidak membebankan pajak kepada rakyat.

PENUTUP

Saran

UU No. 36 Tahun 2008 jo Perubahan Keempat UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Kurniawati Indah, “Analisis Penerapan Perhitungan dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Bagi Karyawan Tetap PT.X di Surabaya,” Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi Vol. 4 tidak. 2 Juni 2019, Universitas Islam Lamongan. Direktorat Jenderal Pajak, “Pemotongan Pajak, Pasal 21”, dikutip dari Https://www.pajak.go.id pada Sabtu, 10 April 2021 pukul 21:13 WIB.

Analisis Penghitungan, Penyetoran, Pelaporan dan Pencatatan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Karyawan Tetap PT X,” Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol 19 No. 1 Nov 2017. Ada Kewajiban Lain Selain Zakat yang Wajib Dibelanjakan Seorang Muslim, Pajak Penghasilan Bisa dipungut merupakan salah satu cara untuk membantu orang lain selain dengan memberikan zakat. Akibatnya pajak penghasilan yang dibayarkan akan berkurang setelah membayarkan zakat profesi sehingga seorang muslim tidak terbebani untuk membayar pajak setelah ia membayarkan zakat profesinya yang diserahkan.

Pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) mematuhi prinsip ketiga ini.. penghasilan di bawah rata-rata tidak dikenakan pajak karena Islam tidak akan membebankan apapun kepada mereka yang tidak mampu menanggung beban tersebut. Pemungutan pajak penghasilan ditentukan oleh pemerintah berdasarkan kemaslahatan negara dan seluruh masyarakat, sehingga masyarakat yang menjadi pembayar pajak harus mengikuti pengaturan yang dirancang oleh pemerintah.

Gambar

Tabel 4.2 : Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Referensi

Dokumen terkait

Nisbah Kelamin Ikan Gulamah Jhonius trachycephalus Bulan Nisbah Kelamin Keterangan Maret 0,6 : 1 Seimbang April 0,4 : 1 Tidak Seimbang Mei 0,4 : 1 Tidak Seimbang Baginda 2006