Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan target costing dapat meminimalkan biaya produksi produk kopi grosir di Kabupaten Sinjai. Target costing merupakan metode yang sangat cocok seiring dengan semakin ketatnya persaingan dan dapat mencapai tujuan bisnis dalam hal meminimalkan biaya. Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana pendekatan target costing dapat digunakan sebagai alat dalam upaya meminimalkan biaya produksi untuk meningkatkan laba kotor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode perhitungan target sangat efisien digunakan untuk menghitung minimalisasi biaya produksi pada UD. Grosir kopi karena didasarkan pada perbandingan biaya produksi dan laba kotor yang dicapai dengan menggunakan target costing dan tanpa target costing. Judul skripsi ini adalah “Analisis penerapan target costing untuk meminimalkan biaya produksi produk kopi grosir di Kabupaten Sinjai”.
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
- Definisi Target Costing
- Karakteristik Target costing
- Prinsip-Prinsip Target Costing
- Sistem Penentuan Biaya Target (Target Costing )
- Biaya
- Pengurangan Biaya Produksi a. Pengurangan Biaya
- Harga Jual
Metode pengendalian biaya yang digunakan oleh suatu perusahaan hendaknya berguna untuk menghasilkan produk baru yang memenuhi permintaan pembeli dengan harga murah dan juga membantu mengurangi biaya produk yang sudah ada dengan memperkirakan pemborosan. Menurut Garrison, dkk bahwa: Target costing adalah proses menentukan biaya maksimum yang mungkin untuk suatu produk baru dan kemudian mengembangkan contoh yang dapat dibuat menguntungkan berdasarkan angka target biaya maksimum tersebut. Jika target biaya lebih kecil dari apa yang dapat dicapai saat ini, manajemen harus menemukan pengurangan biaya yang memindahkan biaya aktual ke biaya target.
Sedangkan menurut Mulyadi beliau mengatakan: Target biaya adalah selisih antara harga jual suatu produk atau jasa yang diperlukan untuk mencapai pangsa pasar tertentu dengan unit yang diharapkan.Jika target biaya berada di bawah biaya produk saat ini, maka manajemen harus merencanakan ' program pengurangan biaya untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan saat ini untuk memproduksi produk sesuai target biaya. Kemajuan yang dicapai dengan program pengurangan biaya diukur dengan membandingkan biaya aktual dengan biaya target. Dari berbagai definisi yang dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa target costing adalah.
Penetapan biaya target adalah jenis standar yang saat ini dapat dicapai, namun secara konseptual berbeda dari standar yang dimodifikasi. Dari target harga dan target keuntungan, selanjutnya dapat dihitung biaya yang diperbolehkan atau target biaya dengan bantuan rumus. Pada tahap ini, departemen desain menyiapkan rancangan uji coba blue-check untuk sekumpulan target biaya (target cost) untuk setiap komponen.
Selain itu, evaluasi kinerja untuk menentukan target biaya dilakukan setelah produk baru diproduksi dalam jangka waktu tertentu, misalnya tiga bulan. Evaluasi kinerja dalam menentukan pencapaian target biaya. Manajemen melakukan investigasi untuk menjelaskan tanggung jawab atas kegagalan memenuhi target biaya dan terciptanya kesenjangan. Untuk itu diperlukan klasifikasi biaya yang harus disesuaikan dengan tujuan informasi biaya yang ingin disajikan.
Misalnya: biaya iklan, biaya tenaga kerja. 2006) biaya produksi adalah biaya produksi itu sendiri, yang mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan pembelian atau pembuatan suatu produk. Hansen dan Mowen (2006) juga menyatakan bahwa biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Menurut Setyaningrum dan Muhammad Fauzan (2008), biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan mentah menjadi produk akhir yang siap dijual. Oleh karena itu, penetapan biaya yang ditargetkan diperlukan untuk mencapai tujuan bisnis dalam pengurangan biaya, yang pada akhirnya akan berdampak pada tingkat harga yang kompetitif.
PENELITIAN TERDAHULU
Perusahaan yang menerapkan target costing atau. memiliki proses yang sama dengan analisis pasar dan sistem informasi pemasaran yang luas. Bimoli yang menghasilkan produk minyak goreng. Banyak hal yang dapat berperan dalam menentukan biaya produksi. mengalami penurunan yang terdiri dari. biaya supervisor, supervisor, dan lembur 6. Menerapkan target costing pada upaya pengurangan biaya. Dalam proses penerapan Target Costing, peneliti terlebih dahulu akan mengumpulkan data terkait biaya produksi yaitu berupa biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja.
Berdasarkan hasil analisis, penelitian dan pembahasan penulis mengenai penggunaan target cost produk dedicated bandwidth untuk mengoptimalkan keuntungan di PT Generasi Indonesia Digital.
KERANGKA PIKIR
Metode deskriptif ini akan menjelaskan data terkini dan menciptakan gambaran yang sistematis, terkini dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada dan hal-hal terkait. Permasalahan yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah penerapan metode target cost untuk menurunkan biaya produksi dan memaksimalkan keuntungan. Berdasarkan uraian di atas, maka gambaran keseluruhan penelitian ini adalah penelitian mengenai penerapan metode target costing dalam upaya menekan biaya produksi untuk meningkatkan laba perusahaan.
HIPOTESIS
Tempat dan Waktu Penelitian
Jenis Dan Sumber Data
Teknik pengumpulan data 1. Observasi
Teknik Analisis Data
Keterangan: TCI = Target biaya (target cost) per unit produk Pi = harga jual per unit produk.
Definisi Operasional
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Perusahaan
- Struktur organisasi
Usaha Grosir Kopi tidak hanya sekedar usaha perdagangan, namun juga mempunyai potensi berperan dalam meningkatkan keuntungan bagi petani dan pekerja di sektor tersebut. Perusahaan Pengolahan Kopi Borong di Desa Bonto Tengnga Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai belum membentuk struktur organisasi formal. Pasalnya karyawannya sendiri hanya berjumlah 12 orang yang ditunjuk dan dipercaya oleh pemilik Perusahaan Kopi Borong di Desa Bonto Tengnga Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai untuk mengembangkan Perusahaan Kopi Borong di Desa Bonto Tengnga Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.
Bisnis Kopi Borong tidak hanya sekedar perusahaan manufaktur, namun juga mempunyai potensi berperan dalam meningkatkan keuntungan bagi petani dan karyawan di industri tersebut. Perusahaan Kopi Borong di Kecamatan Sinjai Borong di Kabupaten Sinjai masih berupa perusahaan dagang dan belum dikelola secara maksimal. Struktur dibawah ini merupakan gambaran struktur organisasi berdasarkan uraian dan informasi dari karyawan Perusahaan Kopi Borong di Desa Bonto Tenngnga Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.
Dari diagram struktur organisasi diatas disebutkan bahwa Syamsul Bahri merupakan pemilik perusahaan dan mempunyai 12 orang karyawan yang bekerja di bidangnya masing-masing mulai dari pengadaan bahan baku langsung, penyortiran bahan baku, pengolahan dan distributor atau. Perusahaan Kopi Borong tidak hanya sekedar bisnis perdagangan, namun juga menawarkan peran potensial dalam meningkatkan keuntungan bagi petani dan karyawan di industri tersebut. Dalam proses penerapan target costing, peneliti terlebih dahulu akan mengumpulkan data mengenai biaya produksi yaitu berupa bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, meliputi biaya bahan baku tidak langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan biaya pengiriman.
Data yang terkumpul kemudian diolah untuk mendapatkan biaya produksi pembuatan kopi Arabika satu takaran dan kopi Boila satu takaran. Bahan baku langsung yang dibutuhkan untuk membuat kopi bubuk antara lain biji kopi pilihan, gas, alumunium foil, takaran, lakban. Biaya tenaga kerja yang dibayar oleh Usaha Dagang Kopi Grosir ini adalah 60.000 per hari dengan 12 orang karyawan yang mempunyai bidang keahlian masing-masing yaitu mulai dari pembelian bahan baku, penyortiran bahan baku, pengolahan dan pengemasan hingga ke distributor atau pengiriman.
Biaya Overhead yang dikeluarkan oleh usaha perdagangan besar kopi antara lain biaya bahan baku tidak langsung, biaya listrik, biaya telepon dan biaya lainnya.
Hasil Penelitian
- Menentukan Harga Pasar
- Target Laba
Tahap terakhir adalah apabila target biaya tidak dapat tercapai, maka dilakukan rekayasa nilai dan/atau kaizen costing untuk menurunkan biaya sehingga target biaya dapat tercapai. Struktur organisasi Perusahaan Wholesale Coffee Manufacturing masih sangat sederhana sehingga belum memungkinkan untuk menerapkan kaizen costing, sehingga setelah mendapatkan target biaya selanjutnya perusahaan memasuki tahap pengendalian biaya rekayasa nilai. Saat ini perusahaan Kopi Borong telah memproduksi 2 jenis produk kopi bubuk, saat ini peneliti fokus pada kopi arabika dan kopi rebus. Untuk mencapai target biaya yang sesuai dengan laba kotor yang diharapkan perusahaan maka peneliti memberikan alternatif-alternatif yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan dalam mengambil keputusan, alternatif-alternatif tersebut sesuai dengan prinsip metode target cost yaitu rekayasa nilai.
Alternatif yang peneliti usulkan tetap mempertahankan kualitas produk, namun mengubah bahan baku pendukung. Rp. Lakban putih stempel jet juga bisa diganti dengan harga Rp. Rp.lakban putih cap wol. 16.800.000 Dari alternatif tersebut maka akan terjadi perubahan harga bahan baku produksi setiap jenis kopi bubuk. Rincian biaya bahan baku agregat berdasarkan perkembangan nilai untuk produksi kopi bubuk Arabika dan biji rebus.
Total biaya bahan baku setelah PPN, biaya produksi ini untuk jenis kopi arabika yang berbeda-beda, sehingga setiap jenis kopi mempunyai biaya produksi bulanan sebesar Rp. Biaya Bahan Baku Kopi Boila Bubuk Setelah VE Biaya Bahan Baku Kopi Boila = Rp. Dari data biaya bahan baku pasca VE di atas, terdapat perbedaan biaya produksi, serta biaya produksi produk kopi bubuk arabika dan kopi bubuk rebusa.
Stice et al dikutip dalam Wartini (2013) Laba kotor merupakan selisih antara pendapatan penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Dari Tabel 7 laporan perhitungan laba kotor total biaya produksi sebelum VE diatas terlihat total penjualan sebesar Rp. dengan menggunakan perhitungan laba kotor dapat dilihat biaya produksi sebelum VE dan sesudah VE, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah Value Engineering, sehingga perusahaan dapat menekan biaya produksi seminimal mungkin untuk mendapatkan keuntungan yang meningkat.
Dari tabel laporan penghitungan laba kotor total biaya produksi setelah VE diatas terlihat total penjualan sebesar Rp.
Pembahasan
Karena pada tahap ini kebijakan manajemen perusahaan sebelumnya tidak dapat mencapai target laba yang diharapkan, maka semuanya dapat dicapai dengan menggunakan metode target costing. Kopi Borong, metode target costing yang digunakan dapat mencapai target yang diharapkan perusahaan sebesar 50%. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gerungan (2013) dilakukan sebagai alat untuk mengevaluasi efisiensi perusahaan, dan dalam penelitian ini digunakan target costing dalam perencanaan biaya produksi.
Berdasarkan hasil perhitungan mengenai analisis penerapan target costing yang menunjukkan bahwa analisis penerapan target costing pada CV. Kopi Borong lebih efektif dalam meminimalisir biaya produksi dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan perusahaan selama ini, sekaligus menjadi alternatif yang baik bagi perusahaan untuk menekan biaya produksinya. Dengan metode perhitungan target, laba kotor sebelum menggunakan metode perhitungan target adalah Rp.
PENUTUP
Kesimpulan
Disarankan juga agar perusahaan memperhatikan masalah efisiensi dalam menggunakan biaya produksi untuk meminimalkan biaya produksi.