• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis pengaruh belanja pendidikan, belanja

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "analisis pengaruh belanja pendidikan, belanja"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH BELANJA PENDIDIKAN, BELANJA KESEHATAN, BELANJA INFRASTRUKTUR, DAN INVESTASI SWASTA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013-2014

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Dyta Denika Novsilvana 115020400111041

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS PENGARUH BELANJA PENDIDIKAN, BELANJA KESEHATAN, BELANJA INFRASTRUKTUR, DAN INVESTASI SWASTA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013-2014

Yang disusun oleh :

Nama : Dyta Denika Novsilvana

NIM : 115020400111041

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 29 Mei 2017.

Malang, 29 Mei 2017 Dosen Pembimbing,

Dr. Moh. Khusaini, SE., M.Si., MA.

NIP. 197101111998021001

(3)

ANALISIS PENGARUH BELANJA PENDIDIKAN, BELANJA KESEHATAN, BELANJA INFRASTRUKTUR, DAN INVESTASI SWASTA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI

PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013-2014 Dyta Denika Novsilvana

Dr. Moh. Khusaini, SE., M.Si., MA.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya# Email: dytadenika@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh belanja pendidikan, belanja kesehatan, belanja infrastruktur, dan investasi swasta terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Jangka waktu yang digunakan dalam penelitian ini antara tahun 2013-2014. Moteda analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis dari penelitian menunjukkan bahwa belanja pendidikan, kesehatan dan infrastruktur memiliki pengaruh signifikan dan positif. Untuk variabel investasi swasta berpengaruh signifikan positif dan memiliki pengaruh yang paling besar diantara variabel lainnya.

Kata kunci: Belanja Pendidikan, Belanja Kesehatan, Belanja Infrastruktur, Investasi Swasta.

A. PENDAHULUAN

Desentrasasi yang dijalankan Indonesia saat ini memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah untuk mengelola dan mengembangkan potensi sumber daya daerah yang mereka miliki secara efektif dan efisien sehingga guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah dan pertumbuhan ekonomi daerah. Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat dilihat dari meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) pada tingkat daerah maupun tingkat nasional. PDB sendiri merupakan jumlah keseluruhan hasil output pada setiap daerah, semakin tinggi hasil output maka dapat dikatakan pertumbuhan ekonomi semakin tinggi. Untuk mendapat peningkatan output maka diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memberikan andil besar bagi perekonomian Indonesia sesudah provinsi DKI Jakarta. Seperti DKI Jakarta, Jawa Timur memiliki daerah pengokong perekonomian yaitu Gerbangkertasusila. Gerabangkertasusila merupakan kawasan pembangunan yang dibentuk berdasarkan Perda Provinsi Jawa Timur No.4/1996 tentang RTRW Provinsi Jawa Timur dan PP No.47/1996 tentang RTRW Nasional, bertujuan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan antar Daerah.

Tabel 1 : Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur dan Wilayah Gerbangkertasusila Provinsi/Kab/Kota Pertumbuhan Ekonomi

2008 2009 2010 2011 2012

Jawa Timur 5,92 5,01 6,68 7,22 7,27

Kota Surabaya 6,84 5,17 7,47 7,65 7,76

Kab Sidoarjo 4,95 4,41 5,92 6,95 7,23

Kab Gresik 6,17 5,96 6,89 7,39 7,43

Kab Lamongan 6,22 5,31 6,86 7,07 7,22

Kab Mojokerto 5,87 5,03 6,87 7,23 7,29

Kab Bangkalan 4,71 4,37 5,47 6,27 6,43

Kota Mojokerto 5,71 5,03 6,66 6,77 7,19

Sumber: BPS Jawa Timur, 2015

Pendidikan dan kesehatan menjadi faktor penting untuk meningkatkan kualitas SDM. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 diperkuat dengan keputusan keputusan MK No. 24/PUU-V/2007 bahwa anggaran pendidikan yang harus dikeluarkan oleh pemerintah minimal 20% dari APBD termasuk gaji pendidik dan tenaga kependidikan. Kemudian, pada pasal 46 UU No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Sementara itu pasal 47 menyatakan bahwa sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan. Pasal yang mengatur pengelolaan dana pendidikan tertuang pada pasal 48 yang menyatakan pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.

Prinsip ini ditegaskan lagi pada Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan pasal 59.

(4)

Bidang belanja kesehatan berdasarkan UU No 36 Tahun 2009 pada pasal 171 diatur kewajiban bagi negara mengalokasikan 5% dari APBN untuk bidang kesehatan diluar gaji tenaga kesehatan serta memerintahkan pula pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk menyisihkan minimal 10% dari APBD. Berikut jumlah realisasi belanja kesehatan dari APBN,

1,94% 2,10%

1,54%

1,30%

3,70%

0,00%

0,50%

1,00%

1,50%

2,00%

2,50%

3,00%

3,50%

4,00%

2009 2010 2011 2012 2013

Sumber: SETJEN DPR RI, 2011

Pembangunan atas infrastruktur harus diperhatikan karena tanpa pembangunan infrastruktur roda perekonomian tidak dapat berjalan maksimal, kota dan desa membutuhkan jalan, jembatan, rumah sakit, sekolah, transprotasi untuk meminimalkan kesenjangan yang terjadi dewasa ini, Alokasi belanja publik yang dilakukan untuk infrastruktur harus mampu menstimulasi tumbuh dan terdistribusinya ekonomi masyarakat serta mampu mendorong investasi serta ekspor sehingga infrastruktur dapat dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Oleh karena itulah dipandang penting untuk dapat mengedepankan konsep pengembangan dan manajemen infrastruktur Indonesia yang berkeadilan.

Investasi juga memiliki dampak yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan investasi khususnya di Jawa Timur juga memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Penanaman investasi yang terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Jawa Timur juga terbilang tinggi. Peningkatan realisasi investasi pada tahun 2013 saja sebesar 11.86%, peningkatan mencapai Rp. 68.08 triliun dari periode yang sama tahun 2012 yang hanya sebesar Rp.

60.86 triliun. Pertumbuhan investasi di Jawa Timur merupakan pertumbuhan tertinggi di skala nasional dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Untuk kontribusi realisasi PMDN di Jawa Timur terhadap nasional mencapai 32.2% (BPM Jatim, 2013). Fakta diatas memberi gambaran bahwa investasi merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Berikut merupakan pertumbuhan realisasi investasi di Jawa Timur,

0 20 40 60 80

PMDN PMA Total

PMDN 4,29 9,59 20,33 28,73 34,85 PMA 3,84 16,7 20,07 25,14 33,63 Total 8,13 26,29 40,4 53,87 68,48 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber: BPM Jawa Timur, 2016

(5)

B. KAJIAN PUSTAKA 2.1.Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi ialah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, mengurangi tingkat pengangguran, dan memperkecil ketimpagan yang ada dimasyarakat. Sukirno (2015) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dapa didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang mengakibatkan meningkatnya produksi barang dan jasa.

2.2.Pengeluaran Pemerintah

Guritno (1999) mengatakan bahwa pengeluaran pemerintah adalah suatu kebijakan yang mencerminkan biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk mendanai kegiatan kebijakan yang dikeluarkan. Dalam Sukirno (2015) mengemukakan bahwa pengeluaran pemerintah merupakan bagian dari kebijakan fiskal, yaitu tindakan pemerintah untuk mengatur perekonomian dengan cara menetapkan besarnya penerimaan dan pengeluaran yang tercermin dalam APBN dan APBD dengan tujuan untuk menstabilkan harga dan tingkat output untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

2.3.Investasi Swasta

Sukirno (2015) mengatakan investasi ialah pengeluaran untuk keperluan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi sehingga dapat meningkatkan kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa. Menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman moda asing (PMA).

C. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari instansi, lembaga atau sumber-sumber lain yang relevan. Objek penelitian adalah Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 38 kabupaten/kota dengan rentan waktu anrata tahun 2013-2014.

3.1.Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Penggunaan analisis linier berganda dimaksudkan untuk menganalisis dan membuktikan adanya pengaruh antara variabel indepnden terhadap variabel dependen.

3.2.Uji Asumsi Klasik 3.2.1.Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Prosedur pengujian dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Residual terdistribusi normal H1 : Residual tidak terdistribusi normal

Jika nilai p-value > 0,05 maka H0 diterima yang menandakan normlitas terpenuhi dan sebaliknya.

3.2.2.Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk milhat ada tidaknya hubungan antar hubungan variabel independen.

Model regresi yang baik apabila tidak ada hubungan korelasi antar variabel independen. Gejala multikolinieritas dapat diketahui dengan melihat nilai tolerance (>0,1) dan variance inflation factor (VIF >10).

3.2.3.Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi antar variabel. Autokorelasi menunjukkan hubungan antar nilai-nilai yang berurutan dari variabel yang sama. Untuk mendeteksi autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson (DW Test).

Pengujian autokorelasi dilakukan dengan cara melihat besarnya nilai D-W. Patokan dalam pengujian sebagai berikut :

- Nilai D-W terletak antara du dan (4 - du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, yang berarti tidak ada autokorelasi.

- Jika nilai D-W lebih kecil dari du atau lebih besar dari (4 - du), maka dikatakan terdapat autokorelasi.

- Apanila nilai D-W terletak diantara dL dan du atau diantara (4 – du) dan (4 – dL) maka tidak dapat disimpulkan.

3.2.4.Uji Heterokedastisitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksamaan nilai simpangan residual akibat keberagaman variabel bebas. Prosedur uji dilakukan menggukan uji Scatter Plot, dengan landasan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Ragam sisaan homogen

(6)

H1 : Ragam sisaan tidak homogen 3.3.Pengujian Hipotesis

3.3.1.Uji F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan derajat kepercayaan sebesar 5% dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Kuncoro, 2011) :

Dimana :

SSR : sum of squares due to regression SSE : sum of squares error

n : jumlah observasi

k : jumlah parameter (termasuk intercept ) dalam model 3.3.2.Uji t

Uji t-statistic dilakukan untuk mengetahui pengaruh signifikansi setiap variabel independen terhadap variabel dependen. Menurut Kuncoro (2011) rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Dimana S merupakan standar deviasi yang dihitung melalui akar varians. Hipotesis dalam pengujian t-statistic adalah :

H0 : Tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen H1 : Berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen 3.3.3.Koefisien Determinasi (Uji R2)

Korelasi (R) bertujuan untuk melihat seberapa kuat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Nilai R berada pada kisaran 0 sampai 1, dimana hubungan akan semakin kuat jika mendekati atau sampai 1 dan sebaliknya hubungan semakin lemah jika mendekadi atau sampai 0.

D.PEMBAHASANDANHASIL 4.1.Hasil Estimasi

Dari hasil pengolahan data penelitian menggunakan SPSS, didapatkan hasil seperti berikut ini:

Tabel 2 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Variabel

Bebas

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

b Std. Error Beta

(Constant) -15.239 3.260 -4.675 0.000

X1 0.238 0.113 0.182 2.098 0.039

X2 0.399 0.189 0.248 2.115 0.038

X3 0.312 0.145 0.244 2.153 0.035

X4 0.433 0.088 0.374 4.910 0.000

Sumber: Data diolah (2016)

Nilai koefisisen regresi masing-masing variabel di atas dapat ditulisakan dengan persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

Y = -15,239 + 0,238 X1 + 0,399 X2 + 0,312 X3 + 0,433 X4

4.2.Pengujian Hipotesis 4.2.1.Hasil Uji F Tabel 3 : Hasil Uji F

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 44.930 4 11.232 33.167 0.000

Residual 24.045 71 0.339

Total 68.975 75

Sumber: Data diolah (2016)

Dari hasil regresi di atas menunjukkan bahwa nilai dari df1= 4 dan df2= 71 diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,501. Dengan ini dapat kita lihat bahwa nilai Fhitung > Ftabel yaitu 33,167 > 2,501 dan signifikansi sebesar 0,000

(7)

yang berati lebih kecil dari alpha (α) = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, yang artinya terdapat pengaruh secara simultan antara variabel Belanja Pendidikan (X1), Belanja Kesehatan (X2), Belanja Infrastruktur (X3), Investasi Swasta (X4) terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y). diatas menunjukkan bahwa nilai dari df1= 4 dan df2= 71 diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,501.

Dengan ini dapat kita lihat bahwa nilai Fhitung > Ftabel yaitu 33,167 > 2,501 dan signifikansi sebesar 0,000 yang berati lebih kecil dari alpha (α) = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, yang artinya terdapat pengaruh secara simultan antara variabel Belanja Pendidikan (X1), Belanja Kesehatan (X2), Belanja Infrastruktur (X3), Investasi Swasta (X4) terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y).

4.2.2.Hasil Uji t

(1) Variabel Belanja Pendidikan (X1)

Hasil pengujian hipotesis koefisien regresi variabel Belanja Pendidikan (X1) memiliki nilai yang telah di standardized sebesar 0,182 didapatkan nilai thitung sebesar 2,098 dengan nilai signifikansi sebesar 0,039.

Dengan nilai ttabel sebesar 1,994 maka nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (2,098 > 1,994) dan nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05. Dapat disimpulkan dalam pengujian ini bahwa H0 ditolak dan Ha

diterima sehingga variabel Benlanja Pendidikan (X1) berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).

(2) Variabel Belanja Kesehatan (X2)

Hasil pengujian hipotesis koefisien regresi variabel Belanja Kesehatan X2) memiliki nilai yang telah di standardized sebesar 0,248 didapatkan nilai thitung sebesar 2,115 dengan nilai signifikansi sebesar 0,038. Nilai statistik thitung lebih besar dari nilai ttabel (2,115 > 1,994) dan nilai signifikansi dibawah α = 0,05. Kesimpulan dari pengujian ini menunjukkan bahwa variabel Belanja Kesehatan (X2) berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).

(3) Variabel Belanja Infrastruktur (X3)

Dari hasil pengujian hipotesis koefisien regresi, variabel Belanja Infrastruktur (X3) memiliki nilai standardized sebesar 0,244 didapat nilai thitung sebesar 2,153 dengan nilai signifikansi sebesar 0,035. Hasil nilai statistik thitung lebih besar dari nilai ttabel (2,153 > 1,994) dan signifikansi lebih kecil dari α = 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Belanja Infrastruktur (X3) berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).

(4) Variabel Investasi Swasta (X4)

Dari hasil pengujian hipotesis koefisien regresi, variabel Belanja Infrastruktur (X3) memiliki nilai standardized sebesar 0,374 didapat nilai thitung sebesar 4,910 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hasil nilai statistik thitung lebih besar dari nilai ttabel (4,910 > 1,994) dan singnifikansi lebih kecil dari α = 0,05.

Kesimpulannya adalah variabel Investasi Swasta (X4) berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).

E.KESIMPULANDANSARAN 5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa semua variable (belanja pendidikah, belanja kesehatan, belanja infrastruktur, dan investasi swasta) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan variabel investasi swasta memiliki pengaruh terbesar diantara variabel lainnya.

1. Pengeluaran pendidikan memiliki pengaruh positif dan signfikan. Faktor pendidikan merupakan dasar dari pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan yang tinggi maka akan meningkatkan kapasitas produksi individu dan terserapnya teknologi modern yang dapat meningkatkan produksi sehingga tercapainya pertumbuhan ekonomi.

2. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh positif signifikan variabel pengeluaran kesehatan. Ini dikarenakan kesehatan merupakan salah satu investasi manusia untuk menuju populasi yang sehat. Dengan tingkat kesehatan yang tinggi maka kapasitas produksi setiap indivudu akan meningkat. Disamping itu juga kesehatan merupakan faktor inti dalam kesejahteraan yang merupakan indikator dari pertumbuhan ekonomi.

3. Pengeluaran infrastruktur berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Ini dikarenakan bahwa infrastruktur memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi. Ketersediaan infrastruktur yang layak akan memperlancar aktivitas perdagangan dan menarik minat investasi. Dengan infrastruktur juga dapat memperkecil kesenjangan ekonomi antar daerah dikarenakan akses yang terjangkau antara wilayah pusat kegiatan perekonomian dengan wilayah terpencil.

4. Diantara variabel lain, investasi swasta memiliki pengaruh yang paling dominan dengan signifikansi positif.

Investasi merupakan salah satu langkah untuk menambah kapasitas produksi dengan transfer teknologi baru atau menambah perlengkapan produksi. Dengan semakin banyaknya investasi yang masuk maka PDRB suatu wilayah akan meningkat. Disamping itu juga dengan meningkatnya kapasitas produksi maka tenaga manusia untuk mengawal jalannya produksi akan meningkat sehingga lapangan pekerjaan yang terbuka akan semakin banyak.

(8)

5.2.Saran

Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi pihak-pihak lain. Adapun saran yang diberikan, antara lain:

1. Diharapkan pemerintah lebih meningkatkan pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan dikarenakan pendidikan sebagai faktor penting untuk membentuk kualitas sumber daya manusia yang ada sehingga menigkatkan prokdutivitas, sedangkan kesehatan meurupakan indikator dari kesejahteraan. Kehidupan yang layak dan kesejahteraan merupakan cerminan dari pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

2. Dari segi investasi diharapkan pihak pemerintah dapat meningkatkan ketersedian infrastruktur sehingga dapat menarik minat investor dan untuk mempertahankan serta meningkatkan pelayanan terhadap Investasi Swasta, dikarenakan variabel investasi swasta mempunyai pengaruh yang dominan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, diantaranya dengan membuka lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan hasil output daerah sehingga PDRB akan meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi dapat tercapai.

3. Mengingat variabel bebas dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini dengan mempertimbangkan variabel-variabel lain yang merupakan variabel lain diluar variabel yang sudah masuk dalam penelitian ini.

DAFTARPUSTAKA

Bank Dunia. 2009. Kajian Belanja Pendidikan Indonesia, tersedia pada http://www.worldbank.org, diakses 21 Agustus. 2015.

Bank Dunia. 2010. Kajian Indeks Pembangunan Indeks, tersedia pada http://www.worldbank.org, diakses 21 Agustus. 2015.

Bank Indonesia. 2014. Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2014. Surabaya: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV.

Bappeprov Jatim. 2012. Mengoptimalkan Pengelolaan Keuangan Daerah untuk Pertumbuhan yang Inklusif.

Surabaya.

BPM Jawa Timur. 2014. Laporan Tahunan Kinerja Investasi di Jawa Timur Tahun 2014.

http://bpm.jatimprov.go.id/bpm/index.php?page=news&news_cat_id=0&news_id=151, diakses 18 April 2016.

BPS Indonesia. 2013. PDRB Provinsi-provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha 2009-2013. Jakarta:

Badan Pusat Statistik.

BPS Jawa Timur. 2007. PDRB Pertumbuhan Ekonomi, tersedia pada www.bps.go.id/subjek/view/id/52, diakses 22 Oktober 2015.

BPS Jawa Timur. 2015. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Dalam Angka. Surabaya: Badan Pusat Statistik Jawa Timur.

BPS Jawa Timur. 2015. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di Jawa Timur 2010-2014.

Surabaya: Badan Pusat Statistik Jawa Timur.

Creswell, JW. 2013. Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed). 3rd ed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Eliza, Y. 2015. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi dan Angkatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Barat. SNEMA 2015 Universitas Negeri Padang

Gurinto, Mangkusubroto.2010. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Haryanto, T.P. 2013. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011. Economics Development Analysis Journal 2 (3). Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

(9)

Kemkeu. 2014. Belanja Infrastruktur Indonesia, tersedia pada http://www.kemkeu.go.id, diakses 5 Januari 2016.

Kuncoro, Mudrajat. 2011. Metode Kuantitatif (Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis & Ekonomi). 4th ed. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Mankiw, N. G. 2008. Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Pemprov Jatim. 2012. Rancangan Tata Ruang Wilayah Jawa Timur 2012-2017. Surabaya: Pemprov Jatim.

Pemprov Jatim. 2015. Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur 2015. Surabaya: Pemprov Jatim.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 238/ PMK.05/ 2011 Tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan.

Pranessy, L. Ridwan Nurazi & Merri Anitasari. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu. Jurnal Ekonomi dan Perencanaan Pembanguna Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu. Volume 04 No. 03.

Prasetya, F. 2012. Modul Ekonomi Publik Bagian V: Teori Pengeluaran Pemerintah. Malang: Universitas Brawijaya.

Putusan MK No. 24/ PUU-V/ 2007 Atas Pengujian Pasal 49 Ayat (1) Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional dan Undang-Undang No. 18 Tahun 2006 Tentang APBN Tahun 2007.

Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2004. Undamg-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Sekretariat Negara. Jakarta.

Samuelson, P. A. & Nordhaus WD. 2005. Ilmu Makroekonomi. Edisi Tujuh Belas, Diterjemahkan oleh Gretta, Theresa Tanoto, Bosco Carvallo, dan Anna Elly. Jakarta: PT. Media Global Edukasi.

Sarwedi. 2002. Investasi Asing Langsung di Indonesia dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Akuntansi &

Keuangan Vol. 4 No. 1.

SETJEN DPR-RI. 2011. Biro Analisis Anggaran dan Pelanksanaan APBN. Jakarta.

Sodik, J. 2007. Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Kasus Data Panel di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 12 No. 1, April 2007: Hal 27-36, UPN “Veteran”

Yogyakarta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabet.

(10)

Sumarsono, S. 2010. Manajemen Keuangan Pemerintah.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sukirno, S. 2015. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta:Rajawali Pers, 2015.

Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik. Yogyakarta: Andi.

Suparno, Hadi. 2014. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Peningkatan Pembangunan Manusia di Provinsi Kalimantan Timur. Ekonomika-Bisnis Volume 5 No. 1 Januari 2014.

Trimulyanti, Iseh. 2014. Analisis Faktor-Faktor Internal terhadap Pertumbuhan Penyaluran Kredit (Studi pada Bank Perkreditan Rakyat Kota Semarang Periode 2009-2012). Universitas Dian Nuswantoro.

Wahyuni, I.G.A.P., Made Sukarsa & Nyoman Yuliarmi. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kesenjangan Pendapatan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. E- Junal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udaya. Bali

Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. 3rd ed. Yogyakarta : EKONISIA.

Referensi

Dokumen terkait

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN PERLINDUNGAN SOSIAL TERHADAP KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI