• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Pengeluaran

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Pengeluaran"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan, Dan Kontribusi Industri

Pengolahan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

(Studi Kasus: 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2017)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Andre Absalom Saputra 155020101111050

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2019

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

”Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan, Dan Kontribusi Industri Pengolahan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus: 38

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2017)”

Yang disusun oleh :

Nama : Andre Absalom Saputra

NIM : 155020101111050

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada hari/tanggal Jum’at, 19 Juli 2019

Malang, 19 Juli 2019 Dosen Pembimbing,

Putu Mahardika Adi Saputra,

SE., M.Si., MA., Ph.D

NIP.

197609102002121003

(3)

Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan, Dan Kontribusi Industri Pengolahan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

(Studi Kasus: 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2017) Andre Absalom Saputra*, Putu Mahardika Adi Saputra

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya#

*Email: andreabsalom17@gmail.com

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Provinsi Jawa Timur memiliki nilai produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan tertinggi kedua dibandingkan enam provinsi lain di pulau Jawa. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh investasi, tenaga kerja, pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kontribusi industri pengolahan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur tahun 2010- 2017. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Analisi data yang digunakan merupakan analisis regresi Data Panel dengan fixed effect melalui perangkat lunak Stata14. Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel independen yaitu investasi, tenaga kerja, pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kontribusi industri pengolahan memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.

Kata kunci: Investasi, Tenaga Kerja, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan, Kontribusi Industri Pengolahan.

A. PENDAHULUAN

Pembangunan Ekonomi merupakan serangkaian usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi angka pengangguran, dan meminimalkan ketimpangan pendapatan di masyarakat.

Pembangunan ekonomi berjalan efektif dan efisien ketika berpijak pada perencanaan pembangunan yang tepat sasaran. Menurut (Arsyad, 2010: 51), bahwa menyatakan pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan peningkatan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan nasional atau daerah adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi memegang peranan penting karena dapat dipakai untuk menilai kinerja perkembangan perekonomian suatu negara atau daerah. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi merupakan refleksi dari perkembangan tingkat kegiatan ekonomi yang terjadi secara dinamis dari tahun ke tahun (Arsyad, 2010: 21).

Dalam teori pertumbuhan Neo-Klasik yang dikembangkan oleh Solow dan Swan, pertumbuhan ekonomi dilihat dari sisi penawaran. Menurut Solow dan Swan, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi, diantaranya tingkat pertumbuhan modal, penduduk, dan teknologi. Modal yang dimaksud dalam hal ini adalah modal yang bersifat fisik seperti barang-barang modal dan investasi. Menurut Sukirno (2012: 121), investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang- barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Menurut Harrod-Domar, untuk bias tumbuh diperlukan adanya investasi yang merupakan tambahan neto ke dalam persediaan modal (Todaro dan Smith, 2011). Di Indonesia, bentuk investasi umumnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu investasi yang dilakukan oleh pemerintah/swasta dan investasi oleh pihak luar negeri. Investasi yang dilakukan oleh pemerintah/swasta lebih dikenal dengan sebutan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sedangkan investasi dari pihak luar negeri dikenal dengan sebutan Penanaman Modal Asing (PMA). Dengan adanya investasi maka kapasitas dalam produksi akan meningkat yang kemudian akan memengaruhi output yang dihasilkan. Meningkatnya output akan menyebabkan meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang dicapai.

Faktor lain yang berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi adalah sumber daya manusia yang ada di suatu wilayah.

Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) secara tradisional dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2003: 92). Faktor lain yang menjadi penentu pertumbuhan ekonomi adalah jumlah dan kualitas tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja pada suatu daerah dapat terbentuk menjadi besar jika suatu daerah memiliki jumlah penduduk yang besar juga. Pertumbuhan penduduk yang besar ini cenderung akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.

(4)

Sumber daya manusa yang dilengkapi oleh keterampilan, pengetahuan, kemampuan untuk bekerja dan kesehatan yang baik yang memungkinkan untuk mengejar berbagai strategi dalam pekerjaan mereka dan pencapaian hidup. Aset manusia bervariasi sesuai dengan ukuran rumah tangga, tingkat keterampilan, dan status kesehatan. Oleh karena itu, perubahan dalam aset ini tidak hanya memiliki pengaruh besar, tetapi menjadi faktor pendukung untuk aset lainnya.

(Maryunani, 2018). Pertumbuhan ekonomi tersebut akan menjadi lambat apabila jumlah tenaga kerja tidak dapat terserap dengan baik ke dalam lapangan perkerjaan. Hal ini erat kaitanya dengan tingkat pendidikan penduduk yang tergolong masih rendah. Tori Solow mengatakan mengenai pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa sumber daya yang berkualitas mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas pekerja (Lubis dan Saputra, 2015)

Pemerintah juga harus dipercaya untuk memikul peranan lebih besar dan lebih menentukan di dalam upaya pengelolahan perekonomian nasional dan daerah (Dumairy,1996:161). Pengeluaran pemerintah merupakan suatu jenis kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah sebagai salah satu langkah untuk mensejahterakan masyarakatnya dan menuju pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pembangunan diwujudkan dalam bentuk pembangunan dan perbaikan prasarana sosial dalam bidang pendidikan dan bidang kesehatan, seperti pembangunan Gedung-gedung sekolah dan pembangunan rumah sakit. Berdasarkan data dari Kementrian Keuangan, diketahui bahwa rincian anggaran pengeluaran pemerintah pusat untuk bidang pendidikan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Amandemen UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa anggaran pendidikan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Menurut Mukherjee (2007), investasi dalam bidang pendidikan dan pelatihan sangat penting untuk mendorong ekonomi apapun ke tingkat yang lebih tinggi produktivitas dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan pendapat Mukherjee di atas maka dapat diketahui bahwa peningkatan pendidikan melalui investasi atau dalam artian lain melalui investasi dalam pengeluaran pemerintah bidang pendidikan akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Investasi sumber daya manusia juga perlu dilakukan untuk mendapatkan kualifikasi dan pekerja terampil (Lubis dan Saputra, 2015). Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan nilai PDRB diatas nasional. Rata-rata PDRB Provinsi Jawa Timur (Atas Dasar Harga Konstan) pada tahun 2010-2017 mencapai Rp 1.230.500 miliar. Meski demikian, rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur yang mencapai 5,92 persen, dibawah DKI Jakata. Jika dilihat dalam skala kabupaten/kota yang rata-rata pertumbuhan ekonominya melampaui rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur ada 16 kabupaten/kota dan hanya 7 kabupaten/kota yang menopang dengan menyumbang PDRB terbesar di Jawa Timur yakni Subaraya, Gresik, Banyuwangi, Jember, Malang, dan Sidoarjo. Artinya, dari 38 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Timur ada 22 kabupaten/kota yang dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.

Dilihat dari data PDRB sektoral, perekonomian Jawa Timur dipengaruhi oleh sektor perindustrian, dimana sektor ini tidak luput dari faktor-faktor produksi diantaranya tenaga kerja, stok modal sebagai investasi dan teknologi dan sektor ini dapat memproduksi barang dan jasa. Sukirno (2004) berpendapat bahwa ukuran pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari kemampuan negara tersebut memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakatnya, kemudian dikembangkan. Tentunya kontribusi sektor industri pengolahan juga berbeda tiap masing-masing kabupaten/kota khususnya Provinsi Jawa Timur.

B. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang berdasarkan pada ciri khas (unique value) daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembangaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah).

Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatifinisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi.

Pembangunan ekonomi daerah suatu proses yang mencakup pembentukan institusiinstitusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk mengahasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, ahli ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Setiap upaya pembangunan daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masayarkat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah berserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya yang ada harus menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Lincolin Arsyad, 2010:374).

(5)

B. Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pertumbuhan ekonomi regional merupakan suatu proses pemerintah daerah dan masyarakat dalam mengelola sumber daya yang ada untuk mencipatakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan (Arsyad, 2010). Dalam analisis pertumbuhan ekonomi regional, unsur regional atau wilayah merupakan bagian dalam analisisnya. Wilayah yang dimaksud dapat berarti provinsi, kabupaten, atau kota. Target pertumbuhan ekonomi satu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya, hal ini dikarenakan potensi ekonomi yang ada di tiap-tiap wilayah juga berbeda sehingga kebijakan yang diterapkan juga harus sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah atau daerah.

Mengingat Indonesia telah masuk dalam era otonomi daerah, maka tiap-tiap daerah harus membuat dan menerapkan kebijakan yang dapat memaksimalkan potensi ekonomi guna mendorong pertumbuhan ekonomi di daerahnya sehingga kesejahteraan masyarakatnya pun dapat ditingkatkan.

C. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo-Klasik

Teori pertumbuhan neoklasik melihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini yang dikembangkan oleh Abramovits Solow pertumbuhan ekonomi tergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi. (Amstrong, 2000). Dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalah sama seperti yang digunakan dalam persamaan sektor modern Lewis yakni:

𝑌 = 𝐴𝑒𝑔𝑡. 𝐾𝑎𝐿1 (1)

dimana:

𝑌 = Produk Domestik Bruto

𝐾 = stok modal fisik dan modal manusia 𝐿 = tenaga kerja non terampil

𝐴 = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar 𝑒𝑔𝑡= melambangkan tingkat kemajuan teknologi

α = melambangkan elastisitas output terhadap model, yakni persentase kenaikan PDB yang bersumber dari 1%

penambahan modal fisik dan modal manusia.

Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan teknologi.

D. Teori Pertumbuhan Ekonomi Keynes

Keynes berpendapat bahwa pemerintah seharusnya melakukan investasi melalui kebijakasanaan fiskal dan moneter untuk mendorong kesempatan kerja penuh, stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi. Keynes menyarankan, untuk memerangi depresi dan resesi ekonomi, seharusnya dilakukan dengan cara meningkatkan belanja pemerintah atau mengurangi pajak yang dapat menambah belanja konsumsi sektor swasta. Dasar teori Keynes mengemukakan bahwa akumulasi modal didorong oleh investasi dan laju pertumbuhan output harus sama dengan tingkat permintaan agregat berpotensi dapat menghambat laju pertumbuhan output (Palley, 1996). Analisis Keynes dimulai dengan pengenalan bahwa jumlah output perekonomian yang diminta merupakan penjumlahan dari empat jenis pengeluraran dari empat sektor yaitu: Pengeluaran sektor rumah tangga dicerminkan oleh konsumsi masyarakat (c), pengeluran sektor badan usaha dicerminkan dari investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan (I), pengeluaran sektor pemerintah dicerminkan oleh pengeluaran pemerintah (G), sedangkan pengeluaran perdagangan dengan luar negri tercermin dari selisih antara ekspor dan impor negara yang bersangkutan atau disebut ekspor bersih (NX= X-M).

Jumlah output perekonomian yang diminta disebut permintaan agregat dengan persamaan:

𝑌 = 𝐶 + 𝐼 + 𝐺 + (𝑁 − 𝑋) (2)

Model ini menjelaskan terjadinya kenaikan pada konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, net ekspor akan menyebabkan kenaikan produksi barang dan jasa. Kenaikan produksi barang dan jasa akan menyebabkan peningkatan terhadap PDB. PDB yang meningkat akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi. Teori ekonomi Keynes juga memperkenalkan sebuah konsep baru yaitu angka pengganda (multiplier). Konsep ini menunjukan bahwa kenaikan sedikit investasi akan menghasilkan full employment. Pada akhirnya, adanya kenaikan investasi maupun pengeluaran pemerintah akan meningkatkan pengeluaran agregat berkali-kali lipat (Skousen, 2015). Rumus Keynes untuk multiplier (k) adalah:

𝑘 = 1

1−MPC (3)

Dimana MPC = Marginal Propensity to Consume (kecenderungan marginal untuk mengonsumsi.)

(6)

E. Teori Kutub Pertumbuhan

Teori ini pertama kali diutarakan oleh Francois Perroux. Proses dan hasil pertumbuhan ekonomi tidak sama pada tiap daerah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kemampuan dan masalah pokok yang dihadapi oleh tiap daerah. Teori ini mencoba mengkoreksi teori klasik yang menganggap perbedaan geografis tidaklah ada, fasilitas transportasi terdapat ke segala jurusan, bahan baku industri, pengetahuan teknis, dan kesempatan produksi adalah sama (Adisasmita, 2005: 60). Pernyataan Perroux mengenai pertumbuhan wilayah adalah bahwa pembangunan atau pertumbuhan tidak terjadi di semua wilayah, akan tetapi terbatas hanya pada beberapa tempat tertentudengan variable yang berbeda-beda intansitasnya. Pandangan Perroux mengenai proses pertumbuhan adalah konsisten denga tata ruang ekonomi (economic space theory), dimana industri pendorong dianggap sebagai titik awal dan merupakan elemen essensial untuk pembangunan selanjutnya. Perroux menjelaskan kriteria yang menjadi syarat dari industri pendorong, diantaranya:

1. Kapasitas industri besar agar berpengaruh kuat.

2. Merupakan sektor yang berkembang cepat.

3. Jumlah dan intensitasnya harus kuat dengan sektor-sektor lain sehingga besarnya pengaruh yang timbul diikuti oleh unit-unit ekonomi lain.

C. MODEL PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan analisis regresi data panel. Penelitian ini berupaya menganalisis beberapa variabel yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 38 kabupaten/kota Jawa Timur.

Semua paragraf harus indent. Semua paragraph harus justified, misalnya left-justified dan right-justified.

A. Definisi Operasional

Tabel 1 : Rangkuman Definisi Operasional

Nama Variabel Nama dalam Persamaan Satuan

Pertumbuhan Ekonomi Y Persentase

Investasi X1 Persentase

Tenaga Kerja X2 Persentase

Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan X3 Persentase

Kontribusi Industri Pengolahan X4 Persentase

Sumber: penulis (2019)

B. Metode Analisis dan Model Penelitian

Metode Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode analisis kuantitatif dengan menggunakan data panel. Data Panel merupakan kombinasi antara data times series dan cross-section (Gujarati dalam Sriyana, 2014:81). Data time series dalam penelitian ini adalah data tahun 2010–2017, sedangkan data cross- section yang diambil dalam penelitian adalah data yang diperoleh dari 28 Provinsi Di Provinsi Jawa Timur.

Sehingga model dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

𝑌𝑖𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1𝑋1𝑖𝑡 + 𝛽2𝑋2𝑖𝑡 + 𝛽3𝑋3𝑖𝑡 + 𝛽4𝑋4𝑖𝑡 + 𝜇 (4)

Dimana:

β0 : Konstanta

β1, β2, β3, β4 : Intersep

Y : Laju Pertumbuhan Ekonomi (persen) X1 : Variabel Investasi (miliar)

X2 : Variabel Tenaga Kerja (persen)

X3 : Variabel Pengeluaran Pemerintah Pendidikan (persen) X4 : Variabel Kontribusi Sektor Industri Pengolahan (dummy) μit : Variabel Error diluar model

i : Kabupaten/Kota

t : Tahun

it : Data Panel

(7)

D.HASILDANPEMBAHASAN A. Hasil Regresi

Dalam analisis data panel terdapat tiga metode yang digunakan untuk mengestimasi model. Tiga metode tersebut yaitu Pooled Least Squarel, Fixed Effect, dan Random Effect. Untuk menentukan metode yang akan digunakan terlebih dahulu melakukan pengujian melalui uji Chow dan uji Hausman. Berikut adalah hasil pengujian tersebut:

Tabel 2: Rangkuman Hasil Uji Chow dan Uji Hausman

Keterangan Nilai Probabilitas

Uji Chow 0,000

Uji Hausman 0,000

Sumber: Stata14 diolah penulis (2019) 1. Uji Chow

Uji Chow merupakan pengujian yang bertujuan menentukan antara metode Pooled Least Square atau metode Fixed Effect yang terbaik. Berdasarkan tabel diketahui bahwa nilai probabilitas F adalah 0.0000, yang berarti bahwa nilai probabilitas F < α 5%, sehingga H0 ditolak. Sesuai dengan hasil tersebut, maka model terbaik yang digunakan adalah model Fixed Effect.

2. Uji Hausman

Menurut Baltagi (2005), uji Hausman adalah uji yang digunakan untuk menentukan antara model Fixed Effect ataukah Random Effect yang terbaik. Menurut tabel menunjukkan bahwa nilai probabilitas Chi-Square adalah 0,0000, yang berarti bahwa nilai probabilitas Chi Square < α 5%, maka H0 ditolak. Oleh karena itu menghasilkan kesimpulan bahwa model Fixed Effect tetap sebagai model terbaik

Tabel 3: Rangkuman Hasil Fixed Effect Model

Sumber: Stata14 diolah penulis (2019) B. Hasil Penelitian

Uji Statistik

1. Koefisien Determinasi (R²)

Nilai R-squared dari hasil regresi data cross section adalah sebesar 0,6740 artinya bahwa kemampuan variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terkait adalah sebesar 67,40% sisanya sebesar 32,60%

dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam model.

2. Uji F

Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama.

Berdasarkan hasil regresi data panel bahwa nilai probability F-statistik adalah sebesar 0.000, nilai ini lebih kecil dari nilai signifikansi α (5%) sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel bebas yaitu pengeluaran pemerintah, tenaga kerja dan kontribusi industri pengolahan secara serentak atau bersama-sama mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.

. xtreg y x1 x2 x3 x4, fe

Fixed-effects (within) regression Number of obs = 304 Group variable: id Number of groups = 38

R-sq: Obs per group:

within = 0.6740 min = 8 between = 0.2368 avg = 8.0 overall = 0.4302 max = 8

F(4,262) = 101.33 corr(u_i, Xb) = -0.1631 Prob > F = 0.0000

--- y | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

---+--- x1 | .0016293 .0001534 10.62 0.000 .0013272 .0019314 x2 | .0637864 .0067318 9.48 0.000 .020531 .0770418 x3 | .0043741 .0017213 2.54 0.012 .0009847 .0077635 x4 | .1309521 .0511614 2.56 0.011 .0302123 .2316919 _cons | 1.910322 1.069912 1.79 0.075 4.017044 .1963991 ---+--- sigma_u | 2.2065634

sigma_e | .40036379

rho | .96812798 (fraction of variance due to u_i)

---

(8)

3. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Nilai t-statistik yang menunjukkan nilai lebih kecil dari 5% dapat dinyatakan memiliki pengaruh secara individual terhadap variabel terikat. Berdasarkan regresi data cross section dapat dilihat nilai t-statistic dari masing-masing variabel bebas yaitu:

1. Variabel investasi mempunyai nilai probabilitas sebesar 0,000, nilai probabilitas tersebut lebih besar dari nilai signifikansi α (5%) sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel investasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuuhan ekonomi.

2. Variabel tenaga kerja mempunyai nilai probabilitas sebesar 0,000, nilai probabilitas tersebut lebih besar dari nilai signifikansi α (5%) sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pertumbuuhan ekonomi.

3. Variabel pengeluaran pemerintah sektor pendidikan mempunyai nilai probabilitas sebesar 0,012, nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari nilai signifikansi α (5%) sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

4. Variabel kontribusi industri pengolahan mempunyai nilai probabilitas sebesar 0,011, nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari nilai signifikansi α (5%) sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel kontribusi industri pengolahan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Uji Asumsi Klasik

a. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui error dari varians dalam model regresi dalam keadaan konstan (Gujarati, 2009). Heteroskedastisitas dapat terjadi karena terdapat outlier dalam data, beberapa data penting yang tidak termasuk dalam model yang diteliti, dan terdapat kesalahan transformasi data (linear dengan model log linear).

Tabel 4: Rangkuman Hasil Uji Heterokedastisitas

Breusch-Pagan / Cook-Weisberg test for heteroskedasticity Ho: Constant variance

Variables: fitted values of y chi2(1) = 2.23 Prob > chi2 = 0.1352 Sumber: Stata14 diolah penulis (2019) b. Uji Multikolineartitas

Uji Multikolineartitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model uji regresi yang baik selayaknya tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 5: Rangkuman Hasil Uji Multikolinearitas . Variable | VIF 1/VIF

---+--- x1 | 1.13 0.881856 x2 | 1.11 0.903919 x4 | 1.06 0.947558 x3 | 1.05 0.951167 ---+--- Mean VIF | 1.09

Sumber: Stata14 diolah penulis (2019)

Correlation Matrix antar variabel independen menunjukkan angka < 10,00 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada variabel-variabel independen di dalam penelitian ini.

(9)

C. Analisis Pengujian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari investasi, tenaga kerja, pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, dan kontribusi industri pengolahan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan www.djpk.depkeu.go.id berupa laporan realisasi penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri kabupaten dan kota provinsi JawaTimur.

Hasil dari data tersebut kemudian dianalisis menggunakan regresi data panel yang diolah dengan menggunakan Eviews 9. Berikut ini merupakan pembahasan secara rinci dari variabel dari investasi (X1), tenaga kerja (2), pengeluaran pemerintah sektor pendidikan (3), dan kontribusi industri pengolahan (4) terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.

1. Pengaruh Investasi (X1) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur.

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai koefisien regresi parsial sebesar 0,016293 dengan nilai t-hitung sebesar 6,389032 dan nilai probabilitas sebesar 0,0000. Dikarenakan nilai probabilitas < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa jumlah investasi berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai koefisien regresi parsial bernilai positif sebesar 0,016293 yang artinya jika jumlah investasi meningkat sebesar 1% maka Laju pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0,016293% dengan asumsi faktor lainnya dianggap tetap. Artinya, apabila terjadi peningkatan jumlah investasi maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan jumlah investasi maka pertumbuhan ekonomi juga akan menurun. Hal ini menandakan bahwa jumlah investasi dapat menjadi penentu tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah.

Meningkat dan besarnya investasi di Jawa Timur menunjukkan Jawa Timur masih menjadi primadona bagi para investor dalam menanamkan modalnya. Hal tersebut dikarenakan Jawa Timur didukung dengan potensi ekonomi yang sangat bagus sehingga memberikan dampak yang baik bagi investor dalam pengembangan bisnis. Daya tarik yang dimiliki Jawa Timur sebagai daerah tujuan investasi didukung oleh fasilitas infrastruktur yang memadai, kemudahan dalam perizininan, ketersediaan tenaga kerja yang melimpah serta keadaan makro ekonomi yang stabil. Peningkatan investasi di Jawa Timur sebagai modal dalam peningkatan produksi output, sehingga dengan meningkatnya produksi barang dan jasa di Jawa Timur akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan Invetasi yang terjadi pada 38 kota/kabupaten berfluktuatif dikarenakan hanya beberapa daerah yang memiliki potensi dan peluang investasi yang bagus dikarenakan tidak disemua daerah di Jawa Timur yang memiliki iklim investasi yang bagus, juga kualitas sumber daya manusia yang mempuni, dengan infrastruktur yang kurang, dan kemudahan perizinan yang sulit

2. Pengaruh Tenaga Kerja (X2) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur.

Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa variabel jumlah tenaga kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.0637864%. Hasil tersebut sesuai dengan teori dan hipotesis dalam penelitian ini. Artinya, apabila terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan jumlah tenaga kerja maka pertumbuhan ekonomi juga akan menurun. Hal ini menandakan bahwa jumlah tenaga kerja dapat menjadi penentu tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah.

Jawa Timur merupakan salah satu Provinsi di Indonesia dengan jumlah tenaga kerja yang melimpah setelah provinsi Jawa Barat. Banyaknya jumlah tenaga kerja di Jawa Timur akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan output sehingga akan meningkatkan produktivitas barang dan jasa dalam sektor produksi yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Pertumbuhan akan menyebabkan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang terserap untuk berkerja diberbagai sektor di Jawa Timur. Seperti yang terjadi pada leading sektor di Jawa Timur yaitu pada sektor industri yang mayoritas adalah industri agrowisata, dimana agrowisata ini merupakan industri padat karya tentunya membutuhkan tenaga kerja yang banyak untuk menghasilkan output.

3. Pengarih Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan (X3) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur.

Variabel pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan pertumbuhan ekonomi hasil yang ditemukan bahwa pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan signifikan dan positif dengan nilai koefisien 0.0043741%.

Terjadinya peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan akan memberikan dampak berupa kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses layanan serta pendidikan dan akan memberikan berpengaruh terhadap peningkatan modal manusia. Peningkatan modal manusia akan meningkatkan produktivitas pekerja

(10)

dan akan berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, Peningkatan pertumbuhan ekonomi akan berdampak pada peningkatan pendapatan nasional. Pendapatan nasional yang tinggi akan berpengaruh pada peningkatan pengeluaran pemerintah termasuk pengeluaran pemerintah untuk pendidikan.

Pengeluaran pemerintah di Jawa Timur meskipun mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi 30.3 persen karena alokasi dana lebih ke belanja tidak langsung dibandingkan dengan belanja tidak langsung, karena belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksaan program dan kegiatan pemerintah Jawa Timur. Namun alokasi dana pengeluaran pemerintah sektor pendidikan masih diatas dari amanah konstitusi yang menetapkan anggaran pengeluaran pemerintah sektor pendidikan minimal sebesar 20 persen. Tingginya dukungan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dengan alokasi anggaran sektor pendidikan cukup besar digunakan untuk program-program beasiswa, penambahan jumlah guru, dan pembangunan sarana pendidikan akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Semakin banyaknya sumber daya manusia yang berkualitas di Jawa Timur akan menghasilkan produktivitas barang dan jasa dengan daya tarik nilai jual yang tinggi sehingga berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

4. Pengaruh Kontribusi Industri Pengolahan (X4) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur.

Variabel kontribusi industri pengolahan dalam penelitian ini menyatakan bahwa industri pengolahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi upah total yang diberikan oleh pemilik perusahaan kepada tenaga kerja maka penyerapan tenaga kerja yang dilakukan juga akan semakin tinggi. Menurut hasil olah data regresi untuk variabel kontribusi industri pengolahan (X4) memiliki nilai koefisien estimasi sebesar 1,569359 artinya setiap kenaikan 1 persen kontribusi industri pengolahan maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 1,569359 persen dengan asumsi variabel pengeluaran pemerintah dan tenaga kerja dianggap konstan. Hal ini dikarenakan sektor industri memegang peran kunci sebagai mesin pembangunan karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor lain karena nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap input atau bahan dasar yang diolah.

Peranan sektor industri juga menunjukkan kontribusi yang semakin tinggi. Kontribusi yang semakin tinggi dari sektor industri menyebabkan perubahan struktur perekonomian negara yang bersangkutan secara perlahan ataupun cepat dari sektor pertanian ke sektor industri. Dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sektor pertanian dan jasa. Sebagai misal pertumbuhan sektor industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi suatu industri. Dengan adanya industri tersebut memungkinkan juga berkembangnya sektor jasa.

E.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jumlah investasi dilihat dari total jumlah investasi PMA dan PMDN 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2010-2017 berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut dikarenakan Jawa Timur didukung dengan potensi ekonomi yang sangat bagus sehingga memberikan dampak yang baik bagi investor dalam pengembangan bisnis

2. Tenaga Kerja berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja yang naik tiap tahunnya menggambarkan peningkatan jumlah tenaga kerja, dengan banyaknya jumlah tenaga kerja akan menunjang peningkatan produksi barang dan jasa dalam sektor produksi, sehingga nilai tambah output sektor produksi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

3. Pengeluaran Pemerintah di sektor pendidikan berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya peningkatan pengeluaran pemerintah disektor pendidikan dapat mempermudah masyarakat untuk mengakses pendidikan, sehingga meningkatkan pendidikan di Jawa Timur. Dengan tingginya tingkat pendidikan akan menghasilkan tenaga kerja yang berkompeten, dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang selanjutnya akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.

4. Kontribusi sektor industri pengolahan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Hal ini dikarenakan sektor ini memberikan kontribusi yang paling besar pada PDRB dibandingkan dengan sektor lain. Namun kontribusi sektor ini masih dihasilkan oleh beberapa daerah saja yang merupakan

(11)

sektor unggulan daerah tersebut dan mayoritas Sektor Industri di Jawa Timur masih didominasi oleh industri agro dimana industri ini merupakan inudustri yang padat karya. Disamping itu penguatan sektor industri juga akan mendorong berkembangnya sektor-sektor hilir misalnya sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor-sektor lainnya.

5. Variabel invetasi, tenaga kerja, pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kontribusi industri pengolahan berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur.

F. SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Upaya-upaya yang diperlukan untuk mendorong peningkatan investasi perlu untuk direalisasikan dan dikembangkan sehingga stok modal dapat dimanfaatkan dengan maksimal untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Upaya tersebut misalnya terdapat kemudahan dalam akses permodalan dan adanya insentif untuk para investor.

2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Pemerintah selaku pemangku kebijakan di harapkan dapat membuka banyak lapangan kerja sehingga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Jawa Timur yang setiap tahunnya mengalami peningkatan dapat di serap dengan baik oleh lapangan kerja sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

3. Pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika pengeluaran pemerintah disektor pendidikan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi maka pemerintah hendaknya membuat kebijakan yang mampu meningkatkan pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan demi mendorong tumbuhnya tenaga kerja yang berkualitas. Selain itu, di harapkan kepada masyarakat untuk dapat memanfaatkan sarana mau pun prasarana yang telah di ciptakan pemerintah melalui pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan dan juga melalui program wajib belajar dua belas tahun menunjukkan keinginan pemerintah untuk meningkatkan pendidikan di Jawa Timur.

4. Pemerintah provinsi Jawa Timur perlu terus mengembangkan sektor industri pengolahan untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi Jawa Timur karena terbukti sektor tersebut menjadi leading sector perekonomian.

Adapun subsektor industri pengolahan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan adalah (1) industri barang logam, komputer, barang elektronik, optic dan peralatan listrik; dan (2) industri tekstil dan pakaian. Karena selain memiliki kontribusi yang kecil dibanding industri agro terhadap total output, nilai tambah bruto, dan total permintaan, juga memiliki multiplier output, multiplier pendapatan, serta nilai indeks keterkaitan ke depan dan ke belakang yang tinggi. Peningkatan output pada kedua sektor ini akan mampu menarik dan mendorong pertumbuhan sektor lainnya.

DAFTARPUSTAKA

Adisasmita, W. 2005, Metode Penelitian & Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Arsyad, L. 2010, Ekonomi Pembangunan, Edisi 5. Yogyakarta: BPPE.

Amstrong, E.J., and Bradshaw, T. K. 2002, “Planning Local Economic Development: Theory and Practice, 3 rd Edition”. Sage Publications, Inc. California. Boston: Pearson.

Badan Pusat Statistik., Jawa Timur Dalam Angka 2010-2017, 2019.

Baltagi, R.J., 2005. “Government Spending in a Simple Model of Endogenous Growth”. Journal of Economy 98 (5), 103-125.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2010-2017, Laporan Realisasi Anggaran, 2019.

Dumairy., 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Dumairy. 2000. Perekonomian Indonesia. Jakarta:

Erlangga.

(12)

Folster, S. and Henrekson, M., 1999. “Growth and Public Sector: a critique of the critics” Europen Journal of Political Economy,15:2, 337-358.

Gershberg, A.I. 1998. “Decentralization, Recentralization, and Performance Accountability: Building an Operationally Useful Framework for Analysis”. Development Policy Review, Vol. 16.pp.405-431.

Gurajati, D.N., & Dawn C.P., 2012. Dasar-dasar Ekonometrika. Buku 1 Ed. 5. Jakarta: Salemba Empat.

Gurajati, D.N., & Dawn C.P., 2012. Dasar-dasar Ekonometrika. Buku 2 Ed. 5. Jakarta: Salemba Empat..

Kontour, R. 2002., Statistik Praktis Pengolahan Data Untuk Penyusunan Skripsi dan Tesis. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Maryunani, 2018. Analisys Of Poverty In Forest Surrounding Communiteis By Sustainable Livelihood Approach, 20(1):01-15.

Lubis, R. F., 2015. The Middle-Income Trap : Is There a Way Out For Asian Countries ?, 30(3), 273–287.

Mankiw, N.G. 2013. Macroeconomics, 8 th Edition. New York: Worth Publisher.

Munther N., 2008. Applied Econometrics and International Development. Econpapers.Repec.Org, 8, 44. Retrieved from http://econpapers.repec.org/article/eaaaeinde/default7.htm

Nasikh., 2017. An Analysis of Factors Affecting Indonesia’s Economic Growth.

Nicholson, W, 1991. Teori Ekonomi Mikro I. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Palley, I.T. 1996. “Growth theory in a Keynesian model : some Keynesian foundations for new endogenous growth theory.” Journal of Post Keynesian Economics. Fall, Vol 19. No. I.

Skousen, M., 2015. Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi Modern. Sejarah Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Prenada.

Sukirno, S., 2010. Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grasindo Perseda.

Todaro, M.P and Smith, S.C. 2012. Economic Development, 11th Edition.

Todaro, M.P., 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Tambunan, T.H., 2001. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Penerbit Ghalia

Referensi

Dokumen terkait

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL Artikel Jurnal dengan judul : ANALISIS KOMPARASI MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH SALURAN HARGA ASET

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL Artikel Jurnal dengan judul : PENGARUH PENDAPATAN, RESIKO, PREMI, DAN INFORMASI TERHADAP PREFERENSI MASYARAKAT GOLONGAN MENENGAH KE