ANALISIS PENGARUH INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
(Studi Pada 33 Provinsi di Indonesia)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Puspasari Windy Astuti 135020400111018
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2018
2 DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI... 2
LEMBAR PERSETUJUAN ... 3
ABSTRAK ... 4
A. PENDAHULUAN... 4
B. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
C. METODOLOGI PENELITIAN ... 7
D. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 7
E. PENUTUP ... 10
DAFTAR PUSTAKA ... 11
3
4
ANALISIS PENGARUH INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI (Studi Pada 33 Provinsi di Indonesia)
Puspasari Windy Astuti
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: [email protected]
ABSTRAK
Ketimpangan pendapatan identik menjadi masalah yang sering di hadapi oleh negara berkembang. Ketimpangan pendapatan yang cenderung tinggi dan ekstrim jika tidak segera diatasi akan menimbulkan terjadinya gejolak sosial di masyarakat seperti tingkat kriminalitas yang semakin tinggi, kesenjangan yang semakin parah antara golongan kaya dan miskin, dan penanganan maupun perbaikan yang semakin sulit dengan ketimpangan yang cenderung ekstrim. Sehingga untuk meminimalisir dampak dari ketimpangan pendapatan harus mengetahui faktor apa saja mempengaruhi ketimpangan pendapatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh investasi baik PMA dan PMDN, tenaga kerja, ekspor neto dan belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode penelitian tahun 2012 hingga tahun 2016. Metode yang digunakan adalah analisis regresi data panel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel PMA, tenaga kerja, dan belanja pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan variable PMDN dan ekspor neto tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Keyword : Pertumbuhan Ekonomi, Investasi Asing, PMA, PMDN, Ekspor, Impor, Belanja Pemerintah, Tenaga Kerja
A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan ekonomi nasional dan pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat menjadi indikator keberhasilan negara dalam menjalankan roda pembangunan, yang pada akhirnya dapat dipergunakan sepenuhnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.
Pembangunan ekonomi memerlukan dukungan investasi yang merupakan salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi. Kegiatan penanaman modal menghasilkan investasi yang akan terus menambah stok modal (capital stock). Selanjutnya peningkatan stok modal akan meningkatkan produktivitas serta kapasitas dan kualitas produksi, yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
Penanaman Modal Asing (PMA) masih diperlukan untuk mendukung pembangunan di berbagai kegiatan yang belum mampu sepenuhnya dilaksanakan dengan PMDN, terutama yang menghasilkan barang modal, bahan baku dan komponen sebagai subtitusi impor, barang jadi dan barang setengah jadi guna menciptakan kesempatan usaha dan lapangan kerja (Sukirno, 2004).
Tabel 1 : Perkembangan Investasi Asing dan Perdagangan Internasional di Indonesia
Tahun Investasi Asing (US$) Ekspor (Juta US$) Impor (Juta US$)
2012 19.474.500.000 203,496.6 177,435.6
2013 24.564.400.000 186,487.9 191,703.0
2014 28.617.900.000 179,162.7 186,639.2
2015 28.529.500.000 171,666.5 178,174.1
2016 29.275.940.800 147,637.4 142,694.4
Sumber : BPS, data diolah(2017)
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa perkembangan Investasi asing di Indonesia cenderung mengalami peningkatan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Hal ini berarti Indonesia termasuk ke dalam negara yang dilihat oleh negara lain sebagai negara yang memiliki potensi untuk berinvestasi.
5
Dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM, 2016) realisasi penanaman modal asing dalam kurun waktu 6 tahun terakhir masih terpusat pada Pulau Jawa dengan jumlah modal asing sebanyak 59%. Sedangkan untuk PMA di luar Jawa di dominasi oleh wilayah Kalimantan. Hal tersebut mungkin dikarenakan terdapat faktor-faktor yang berpengaruh pada masing-masing daerah.
Salah satu faktornya adalah keterbukaan pasar seperti ekspor. Jika pasar di suatu wilayah lebih terbuka, maka investor lebih mudah dalam menanamkan investasinya di daerah tersebut. Dilain pihak, masih terpusatnya perputaran ekonomi di wilayah Jawa membuat PMA tidak dapat tersebar merata di wilayah lainya di Indonesia.
Pengeluaran pemerintah adalah bagian dari kebijakan fiskal yakni suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang tercermin dalam dokumen APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah/regional (Sukirno, 2004). Semakin besar pengeluaran pemerintah daerah yang produktif maka semakin besar tingkat perekonomian suatu daerah, bukan saja karena pengeluaran ini dapat menciptakan berbagai prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembangunan, tetapi juga merupakan salah satu komponen dari permintaan agregat yang kenaikannya akan mendorong produksi domestik. Lin (1994) secara garis besar mengatakan ada sesuatu yang penting sejalan dengan peran di mana pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan.
Selain dari investasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga didukung dari sektor perdagangan luar negeri, yaitu ekspor dan impor. David Ricardo telah menerangkan perlunya perdagangan internasional dalam mengembangkan suatu perekonomian, serta mengenai keuntungan yang dapat diperoleh dari spesialisasi dan perdagangan antar negara (Sukirno, 2008). Dari kegiatan ekspor ini maka dapat terjamin kegiatan bisnis di sektor riil semakin terjaga. Produksi barang tidak hanya berputar di dalam negeri saja akan tetapi juga berputar di perdagangan Internasional. Namun perkembangan ekspor Indonesia mulai tahun 2012-2016 tidak mengalami peningkatan malah sebaliknya (Tabel 1). Jika semakin banyak permintaan barang dari luar negeri maka produksi akan meningkat, meningkatnya produksi akan berimbas pada meningkatnya pula permintaan terhadap tenaga kerja sehingga dapat meminimalisir angka pengangguran. Jika masyarakat bekerja maka daya beli masyarakat akan meningkat dan perputaran tingkat konsumsi akan semakin lebih baik dan akhirnya tujuan dalam pertumbuhan ekonomi pun akan tercapai.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Teori ini menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh 4 (empat) faktor yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta tingkat teknologi yang digunakan. Dari keempat faktor tersebut yang menjadi titik berat perhatian mereka adalah pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Teori pertumbuhan klasik dapat dilihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Akan tetapi apabila penduduk semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.
Teori Penduduk Optimum
Pendapat Ricardo dan teori yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus, menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan bertambah menurut deret hitung. Sedangkan penduduk akan bertambah menurut deret ukur sehingga pada saat perekonomian akan berada pada taraf subisten.
Menurut Malthus, kenaikan jumlah penduduk yang terus-menerus merupakan unsur yang perlu untuk adanya tambahan permintaan. Tetapi kenaikan jumlah penduduk saja tanpa dibarengi dengan kemajuan faktor-faktor atau unsur-unsur perkembangan yang lain sudah tentu tidak akan menaikkan pendapatan dan tidak akan menaikkan permintaan. Agar pertumbuhan ekonomi tercipta diperlukan adanya kenaikan jumlah kapital untuk investasi yang terus-menerus. Teori yang menjelaskan adanya hubungan antara pertambahan penduduk dengan pendapatan perkapita tersebut sering juga dikenal dengan teori penduduk optimum. Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut :
6 Gambar 1 : Grafik Teori Penduduk Optimum
Pada Gambar di atas, YPK menunjukkan tingkat pendapatan perkapita pada berbagai jumlah penduduk, dan M adalah puncak kurva tersebut. Maka penduduk optimal adalah jumlah penduduk sebanyak 𝑁0 dan pendapatan perkapita yang paling maksimum adalah 𝑌0. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi, kurva YPK akan terus-menerus bergerak ke atas (misalnya menjadi Y’PK).
Perubahan seperti ini menyebabkan dua hal berikut :
- Penduduk optimum akan bergeser dari 𝑁0 ke kanan menjadi 𝑁1
- Pada penduduk optimum 𝑁1 pendapatan perkapita lebih tinggi dari 𝑌0 yaitu menjadi 𝑌1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
Menurut Harrod dan Domar disebutkan bahwa investasi memiliki posisi yang sangat strategis dalam tataran pembangunan perekonomian suatu negara. Harrod-Domard menjelaskan bahwa apabila suatu negara menginginkan pertumbuhan ekonomi yang mantap (steady-state growth) yang ditandai dengan pertumbuhan produksi dengan kapasitas penuh, maka dampak permintaan yang muncul akibat penambahan pada investasi harus diimbangi dengan dampak penawarannya. Sedangkan menurut Abramovits dan Solow menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pada pertambahan faktor-faktor produksi antara lain tenaga kerja, akumulasi modal, serta kemajuan teknologi. Teori ini didasarkan pada teori klasik yang mengasumsikan perekonomian akan selalu berada pada kondisi “full employment” sehingga kapasitas produksi mesin dapat digunakan sepenuhnya.
Teori Investasi Adam Smith
Menurut Adam Smith investasi dilakukan karena para pemilik modal mengharapkan untung dan harapan masa depan keuntungan bergantung pada iklim investasi pada hari ini dan pada keuntungan nyata. Smith yakin keuntungan cenderung menurun dengan adanya kemajuan ekonomi.
Pada waktu laju pemupukan modal meningkat, persaingan antar pemilik modal akan meningkat.
Upah akan dinaikkan dan keuntungan yang diperoleh akan menurun (Jhingan, 2003).
- Teori Marginal Efficiency of Capital dari Keynes
Menurut Keynes tingkat bunga bukanlah satu satunya yang menyebabkan naik turunnya investasi melainkan juga adalah kemungkinan keuntungan yang diharapkan dari sejumlah investasi yang menurut Keynes disebut sebagai marginal efficiency of capital (MEC). Maka secara rasional keputusan pengusaha untuk melakukan investasi kemungkinan terjadi antara lain jika keuntungan yang diharapkan (MEC) lebih besar dari pada tingkat bunga, maka investasi di laksanakan. Dengan demikian investasi akan naik atau menjadi besar. Jika keuntungan yang di harapkan (MEC) lebih kecil dari pada tingkat bunga maka investasi tidak dilaksanakan. Ini menyebabkan investasi akan turun atau semakin rendah. Jika keuntungan yang diharapkan (MEC) sama dengan tingkat bunga maka investasi bisa di laksanakan dan bisa juga tidak. Bila perusahaan berorientasi sosial maka investasi layak dilakukan, sedangkan bila perusahaan berorientasi profit, maka investasi tidak akan dilakukan.
Teori Investasi Harrod dan Domar
Teori Harrod-Domar memandang bahwa pembentukan modal dianggap sebagai pengeluaran yang akan menambah kemampuan suatu perekonomian untuk menghasilkan barang dan atau jasa, maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah permintaan efektif seluruh masyarakat. Dimana apabila pada suatu masa tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa berikutnya perekonomian tersebut mempunyai kemapuan utnuk menghasilkan barang-barang dan atau jasa yang lebih besar (Sadono, 2007).
7
C.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari data publiksi Badan Kordinasi Penanaman Modal, Kementerian Perdagangan dan Badan Pusat Statistik (2012-2016). Penelitian ini menggunakan teknis analisis regresi data panel. Serta membuktikan hipotesis yang telah dibuat dan mengetahui pengaruh antar variabel-variabel yang diteliti.
Tabel 2 : Definisi Operasional Variabel
VARIABEL DEPENDEN
PERTUMBUHAN EKONOMI Selsisih antara kenaikan Gross Domestik Product tahun sekarang dengan Gross Domestik Product tahun lalu. Data pertumbuhan ekonomi setiap daerah yang di keluarkan oleh Badan Pusat Statistik (%)
VARIABEL INDEPENDEN
PMA Nilai realisasi investasi asing baik perseroan atau perseorangan yang masuk ke dalam perekonomian Indonesia secara langsung setiap tahunnya. (%)
PMDN Kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri yang telah disetujui dan telah terealisasi di Indonesia. (%)
TENAGA KERJA Penduduk dalam usia kerja suatu negara dalam memproduksi barang dan jasa. Penduduk berumur 15 tahun ke atas yang aktif bekerja. (%) EKSPOR NETO Selisih antara ekspor dan impor yang masuk kedalam negeri. (%) BELANJA PEMERINTAH Pengeluaran pemerintah (termasuk barang dan jasa) untuk
penyelenggaran pemerintahan yang didasarkan pada APBN (%) Metode Analisis
Metode penelitian digunakan untuk memahami objek yang menjadi tujuan penelitian, oleh karena itu metode harus sesuai dengan tujuan penelitian sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel karena mengandung data time series dan cross section.
Model Regresi Panel dari penelitian ini sebagai berikut:
𝑷𝑬𝒊,𝒕= 𝜶 + 𝜷𝟏𝒍𝒏𝑷𝑴𝑨𝒊,𝒕+ 𝜷𝟐 𝒍𝒏𝑷𝑴𝑫𝑵𝒊,𝒕+ 𝜷𝟑 𝒍𝒏𝑻𝑲𝒊,𝒕+ 𝜷𝟒𝒍𝒏𝑵𝑬𝒊,𝒕+ 𝜷𝟓𝒍𝒏𝑩𝑷𝒊,𝒕+ 𝜺𝒊𝒕
Keterangan :
𝑃𝐸 : Nilai PDRB PMA : Nilai realisasi PMA PMDN : Nilai realisasi PMDN TK : Jumlah Tenaga Kerja NE : Jumlah Ekspor neto BP : Nilai Belanja Pemerintah a : Konstan
i : 33 Provinsi t : 2012-2016
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian empiris dalam makalah ini akan mengestimasi model data panel, menguji model analisis yang memberikan performance yang paling baik mengenai dampak variabel independen terhadap pertumbuhan ekonomi, dan selanjutnya akan mengidentifikasi dampak signifikan dari variabel independen terhadap pertumbuhan ekonomi menggunakan model terpilih. Untuk menguji pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap pertumbuhan ekonomi tersebut, diterapkan tiga model analisis, yaitu, pendekatan kuadrat terkecil (pooled least squared/PLS), pendekatan efek
8
tetap (fixed effects/FEM), dan pendekatan efek acak (random effects/REM). Selanjutnya, untuk menguji model mana yang memberikan performance paling baik. Pemilihan Model Estimasi Data Panel untuk menguji model pendekatan yang memberikan performance paling baik antara PLS, FEM dan REM, digunakan Uji Chow atau Uji Likelihood Ratio dan Uji Hausman. Uji Chow atau Uji Likelihood Ratio digunakan untuk menguji pemilihan antara FEM atau PLS, sedangkan Uji Hausman digunakan untuk menentukan model yang terbaik antara FEM dan REM.
Kesimpulan berdasarkan uji yang digunakan yaitu chow test, hausmant test, dan lagrage multiplier test yang telah dilakukan adalah random effect model. Random Effect Model menggunakan model Error Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least Square (GLS) yang digunakan untuk menyembuhkan data yang tidak lolos uji asumsi klasik pada teknik Ordinary Least Square (OLS) sehingga tidak perlu dilakukan uji asumsi klasik dalam pembentukan model ini.
Tahapan selanjutnya dalam penelitian ini adalah pembahasan dari hasil regresi menggunakan random effect model.
Hasil Analisis Regresi
Tabel 3 Hasil Analisis Regresi Random Effect Model
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob
PMA 0.801174 0.219508 3.649871 0.0004
PMDN -0.186679 0.216956 -0.860443 0.3908
Tenaga Kerja 3.038182 0.558381 5.441052 0.0000
Net Ekspor 0.039649 0.030182 1.313672 0.1908
Belanja Pemerintah
-4.786065 0.740651 -6.461967 0.0000
C 13.43427 3.715431 3.615806 0.0004
R-Squared 0.288992
F-statistic 0.000000
Sumber : Output stata, diolah (2017)
Uji Koefisien Determinasi
Nilai R-Squared dalam penelitian ini sebesar 0.288992 atau sebesar 28,89%, yang berarti variabel PMA, PMDN, Tenaga Kerja, Ekspor Neto, dan Belanja Pemerintah menjelaskan variabel Pertumbuhan Ekonomi sebesar 28,89% sedangkan sisanya 71,11% dijelaskan variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
Uji F-Statistik
Hasil dalam penelitian ini menujukan nilai Prob (F-Statistic) 0.0000 dimana nilai ini lebih kecil dari 0.05. Angka tersebut menunjukan bahwa hasil uji koefisien regresi simultan menerima H0 sehingga bisa dibuat kesimpulan dalam penelitian ini yaitu, variabel PMA, PMDN, Tenaga Kerja, Ekspor Neto, dan Belanja Pemerintah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variable Pertumbuhan Ekonomi.
Dari hasil regresi diperoleh persamaan sebagai berikut:
PE = 13.43427 + 0.801174 PMA - 0.186679 PMDN + 3.038182 Tenaga Kerja + 0.039649 Ekspor Neto – 4.786065 Belanja Pemerintah + e
Uji Hipotesis
Uji T digunakan untuk melihat pengaruh secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. Dari tabel 3 pada kolom nilai prob dari variabel PMA, Tenaga Kerja, dan Belanja Pemerintah lebih kecil dari alfa sebesar 5 persen (0.05) maka dari itu berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan nilai variable PMDN dan ekspor neto lebih besar dari alfa, oleh karena itu kedua variable ini tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pembahasan
Pengaruh PMA terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil dari regresi variabel PMA menunjukkan hasil signifikan dengan arah positif. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu tentang investasi asing terhadap pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh Setyowati (2008). Apabila investasi mengalami peningkatan maka akan meningkatkan perekonomian, hal ini diindikasikan kenaikkan investasi akan memicu
9
pertumbuhan ekonomi karena peningkatan penanaman modal (Todaro, 2003). Penanaman modal akan berakibat peningkatan produksi barang dan jasa di dalam perekonomian. Peningkatan produksi barang dan jasa akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Untuk itu setiap daerah atau wilayah memerlukan investasi untuk menigkatkan kualitas produksi yang dimiliki wilayahnya, investasi haruslah ditanamkan di berbagai sektor ekonomi, agar memperluas pasar, serta produk yang dihasilkan mampu bersaing dan memilik harga jual yang tinggi tentunya dengan kualitas bagus, sehingga mampu menigkatkan perekonomian. Hal ini sesuai dengan teori Samuelson (2004), investasi merupakan suatu hal yang penting dalam membangun ekonomi karena dibutuhkan sebagai faktor penunjang di dalam peningkatan proses produksi.
Pengaruh PMDN terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil dari regresi variabel PMDN menunjukan pengaruh yang tidak signifikan terhadap Pertumbuhan ekonomi, hal ini disebabkan karena PMDN bukan merupakan satu-satunya faktor yang berperan besar dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penggunaan PMDN untuk pembangunan sering kurang tepat sasaran, sehingga tidak dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menandakan bahwa masih kurang adanya kepercayaan investor dalam negeri untuk menanamkan modalnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jamzani, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa investasi PMDN tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional pasca otonomi di Indonesia tahun 2000-2003
Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Variabel tenaga kerja menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan ekonomi, hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Sodik (2007) yang menunjukkan bahwa tenaga kerja dilihat dari proxy angkatan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dari sudut pandang proses produksi maka keberadaan tenaga kerja merupakan salah satu input atau factor produksi. Hasil tersebut juga sesuai dengan teori pertumbuhan output total dan teori pertumbuhan Solow yang menyatakan Peningkatan jumlah tenaga kerja yang pesat dapat mempercepat pula laju pertumbuhan ekonomi. Karena tenaga kerja merupakan pelaku dan pengelola faktor produksi lainnya sehingga peningkatan jumlah tenaga kerja di Indonesia akan berdampak positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh Ekspor Neto terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Variabel ekspor neto menunjukan pengaruh yang tidak signifikan terhadap Pertumbuhan ekonomi, hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Susanti (2008) yang menunjukan variable ekspor neto berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Mengalami penurunan ekspor neto juga dikarenakan terjadinya penurunan permintaan terhadap barang dan jasa di luar negeri sehingga impor lebih besar dari pada ekspor dan hal ini akan mengakibatkan penurunan produksi barang dan jasa. Penurunan produksi barang dan jasa ini menyebabkan penurunan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh Belanja Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil dari regresi variabel belanja pemerintah menunjukkan hasil signifikan dengan arah negatif. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taufan dan Heny (2014) dengan judul pengaruh belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi pada Sulawesi Barat. Nilai koefisien regresi variabel Belanja Pemerintah yang bernilai negatif sebesar 4.786065 menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan pada Belanja Pemerintah sebesar 1% maka nilai pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan sebesar 4.786065 dengan faktor lain dianggap tetap.
Penurunan terjadi diakibatkan belanja pemerintah dari tahun 2012 hingga 2016 lebih besar disektor belanja pegawai dibandingkan belanja modal, sedangkan belanja modal merupakan salah satu faktor terbesar penyumbang meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
10
E. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan Hasil dan Pembahasan sebelumnya maka dapat dibuat beberapa kesimpulan yaitu Penanaman modal asing memiliki hasil yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. PMA juga memilihi hubungan yang positif dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal tersebut dikarenakan peningkatan investasi asing berdampak pada meningkatnya produksi barang dan jasa yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Investasi asing atau PMA memberi dampak yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Penanaman modal dalam negeri memilihi hasil yang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena PMDN bukan merupakan satu-satunya faktor yang berperan besar dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Jumlah tenaga kerja di Indonesia memiliki hasil yang berpengaruh dan juga memilihi hubungan yang positif dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan bertambahnya jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia maka diharapkan produktivitas dari tenaga kerja akan semakin meningkat sehingga hal ini dapat memacu pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ekspor neto memiliki hasil yang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ekspor neto belum mampu memberikan konstribusi bagi pertumbuhan ekonomi, karena perkembangan ekspor neto yang melambat dan sempat mengalami defisit. Faktor ekonomi global dan pelemahan harga komoditas ekspor juga masih dituding sebagai penyebab utamanya.
Belanja pemerintah memiliki hasil yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengimplikasikan bahwa pertumbuhan pengeluaran pemerintah sangat dibutuhkan dalam meningkatkan perekonomian, dalam hal ini adalah kebijakan pemerintah dalam mengatur dan mengendalikan pengeluarannya baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dirumuskan diatas maka diberikan beberapa saran yaitu untuk dapat meningkatkan pertumbuhan investasi di Indonesia, pemerintah harus dapat mengupayakan iklim investasi yang kondusif, menciptakan stabilitas ekonomi, meningkatkan keamanan negara dan regulasi yang tepat agar para investor, baik asing maupun dalam negeri, dapat merasa aman dan tertarik untuk menanamkan modal mereka sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan yang sebaiknya dilakukan pemerintah adalah meningkatkan lapangan kerja padat karya untuk jangka panjang maupun jangka pendek di berbagai bidang usaha sehingga banyak angkatan kerja yang dapat terserap sehingga jumlah tenaga kerja meningkat dan meningkatkan PDB juga. Cara lain untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja adalah mempermudah arus informasi lowongan pekerjaan sampai ke seluruh pelosok negeri sehingga masyarakat dapat dengan mudah memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki
Pemerintah sebaiknya membuat kebijakan meningkatkan ekspor komoditas yang menguntungkan eksportir dan negara, mempermudah eksportir dalam melakukan kegiatan ekspor barang, bahkan pemerintah bisa membantu pihak eksportir untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Cara lain adalah meningkatkan kualitas barang dan jasa yang diekspor, menambah atau mengalihkan negara tujuan ekspor agar ekspor Indonesia meningkat. Dan pemerintah daerah diharapkan mengalokasikan dana APBD yang lebih besar untuk belanja modal, karena selama ini kecenderungan yang terjadi adalah APBD lebih banyak dialokasikan untuk belanja pegawai
11
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2016, Februari 05). Ekonomi Indonesia Triwulan IV 2015 tumbuh 5,04 persen tertinggi selama tahun 2015. Dipetik 13 Februari 2016, 22.03 WIB, dari : http://www.bps.go.id/Brs/view/id/1267
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivatiate Dengan Program SPSS Edisi Keempat.
Semarang :Universitas Diponegoro.
Gujarati, D. 1993. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Gujarati, Damodar N. dan Dawn C. Porter. 2003. Dasar – Dasar Ekonometrika. Jakarta : Erlangga.
Jhingan ML.1996. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Diterjemahkan oleh Guritno. Jakarta:
Penerbit: Rajawali Pers.
Jhingan, M. L .2000. Ekonomi Perencanaan dan Pembangunan. Edisi Kesembilan. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.
Kuncoro, Mudrajad. 2007. Metode Kuantitatif Teori Dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi.
Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Mankiw, Gregory. 2006. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV ALFABETA
Sukirno, Sadono. 1996. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Cetakan Keenam. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja Persada Grafindo.
Sukirno, Sadono. 2008 "Makro Ekonorni Teori Pengantar”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Todaro, Michael, P. dan Stephen C. Smith. 2003 . Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, edisi kedelapan. Jakarta : Erlangga.