Analisis Pengaruh Pendidikan Multikultural di Kanada dan Amerika Terhadap Pendidikan Multikultural di Indonesia
Fajar Arif Budiman Pendahuluan
Pendidikan multikultural adalah aspek penting bagi negara yang memiliki begitu banyak keragaman budaya. Karena budaya tersebut yang memberikan ciri khas keragaman bagi negara.
Pendidikan multikultural adalah Pendidikan yang menjunjung tinggi perbedaan. Sehingga ketika keberagaman tersebut tergabung dalam satu kawasan yang di sebut negara tidak terjadi konflik.
Sikap saling menghargai tersebutlah yang nantinya akan menjadi keberagaman yang dinamis serta merupakan jati diri bangsa yang patut di lestarikan. (Yudi Hartono, 2003:420). Menurut Suparlan (2002:17) Pendidikan mltikulturalis merupakan pengikat serta jembatan bagi perbedaan peredaan yang ada dalam suatu masyarakat. Menurut Paulo Freire (2000:7) mendefinisikan Pendidikan yang seharusnya mampu menciptakan sebuah tatnan masyarakat yang terdidik dan dan berpendidikan, bukan hanya mengagungkan salah satu kelas sosial akibat kekayaan dan kemakmuran yang di perolehnya. Di Indonesia sendiri Pendidikan multikultural yang terapkan adalah untuk menanamkan nilai nilai yang bersifat universal. Nilai nilai yang dimaksud ialah nilai kesetaraan, toleransi, pluralism, dan demokrasi (Yusuf al Qardhawi 2001: 79). Seorang tokoh Bernama Gurpreet Mahajan memaknai konsep multikulturalisme sebagai sesuatu yang baru yitu muncul sekitar tahun 1950-an yang pertama kali terjadi di Kanada dan Australia, kemudian dilanjutkan Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan berbagai negara lainya. Menurut (Mhd Iqbal Wardhani 2020) Multikulturakisme adalah pengakuan pluralisme budaya yang mengarah untuk memberikan ruang kepada kelompok minoritas agar tidak terjadi kepunahan budaya atau identitas serta mendapatkan pengakuan.
BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikulturalisme muncul sebagai respons terhadap kebutuhan untuk memahami, menghargai, dan merayakan keberagaman budaya, etnis, agama, dan latar belakang sosial yang ada di masyarakat. Pada abad ke-20, terjadi banyak perubahan sosial dan politik yang mempengaruhi masyarakat di berbagai belahan dunia. Pergerakan hak sipil di Amerika Serikat, perjuangan anti-kolonial di banyak negara di Afrika dan Asia, serta berbagai gerakan pembebasan lainnya membawa kesadaran akan pentingnya menghargai keberagaman. Pada pertengahan abad ke-20, muncul gerakan untuk inklusi sosial dan pendidikan. Pendidikan inklusif menekankan pentingnya memastikan bahwa semua individu, termasuk mereka yang berasal dari latar belakang yang berbeda, memiliki akses yang sama terhadap pendidikan dan kesempatan untuk belajar. Banyak kurikulum pendidikan pada masa itu didominasi oleh perspektif etno-sentris, yang mengutamakan satu kelompok etnis atau budaya tertentu sementara mengabaikan atau mengesampingkan keberagaman lainnya. Kritik terhadap pendekatan ini mendorong munculnya pendekatan pendidikan yang lebih inklusif dan multikultural. Di bidang sosiologi, antropologi, dan pendidikan, ada perkembangan teori-teori yang menggarisbawahi pentingnya memahami dan merespons keberagaman. Tokoh-tokoh seperti James Banks, Sonia Nieto, dan Gloria Ladson-Billings adalah beberapa contoh intelektual yang berkontribusi pada pengembangan teori multikulturalisme dalam konteks pendidikan. Di banyak negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, dan Australia, ada kebijakan pendidikan yang dibuat untuk mendukung pendekatan multikulturalisme dalam sistem pendidikan. Kebijakan ini termasuk pengembangan kurikulum yang mencerminkan keberagaman budaya, pelatihan guru dalam hal keberagaman, dan promosi nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan. Globalisasi membawa orang dari berbagai budaya dan latar belakang ke dalam kontak yang lebih dekat, sementara teknologi mempercepat pertukaran informasi dan interaksi lintas budaya. Ini membuat pendidikan multikulturalisme semakin relevan dan penting dalam menghadapi tantangan dunia yang semakin terhubung. Dengan demikian, munculnya pendidikan multikulturalisme merupakan hasil dari berbagai faktor sosial, politik, dan intelektual yang saling terkait, dengan tujuan untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, berkeadilan, dan berempati terhadap keberagaman manusia.
B. Pendidikan Multikultural di Kanada
Di Kanada, pendidikan multikultural sangat diperhatikan dan dianggap penting dalam membentuk masyarakat yang inklusif dan beragam. Kanada memiliki kebijakan pendidikan yang mendukung multikulturalisme. Salah satu contohnya adalah Canadian Multiculturalism Act yang diadopsi pada tahun 1988. Undang-undang ini menetapkan kerangka kerja untuk mempromosikan pemahaman, penghargaan, dan keberagaman budaya dalam masyarakat Kanada, termasuk dalam sistem pendidikan. Kurikulum
pendidikan di Kanada sering kali mencerminkan keberagaman budaya, etnis, dan bahasa di negara tersebut. Materi pembelajaran sering kali dirancang untuk mengakomodasi pengalaman dan perspektif siswa dari berbagai latar belakang. Guru di Kanada sering menerima pelatihan yang menekankan pentingnya memahami dan merespons keberagaman siswa. Mereka dilatih untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan ramah bagi semua siswa, tanpa memandang latar belakang mereka. Karena Kanada merupakan negara dengan dua bahasa resmi, yaitu Inggris dan Prancis, pendidikan bahasa juga menjadi bagian penting dari pendidikan multikultural. Selain itu, ada juga upaya untuk mendukung dan mempertahankan bahasa-bahasa minoritas yang ada di Kanada.
Pendidikan multikultural di Kanada sering kali terkait erat dengan komitmen terhadap keadilan sosial. Program-program seperti pembangunan keterampilan antirasisme, advokasi untuk hak asasi manusia, dan promosi kesetaraan gender sering menjadi bagian dari pendidikan multikultural di sekolah-sekolah Kanada. Sekolah-sekolah di Kanada sering bekerja sama dengan komunitas lokal, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi keagamaan untuk memperkuat pendidikan multikultural. Ini bisa termasuk kegiatan seperti mengundang pembicara tamu dari berbagai budaya atau mengadakan acara budaya yang merayakan keberagaman. Pendidikan multikultural di Kanada bukan hanya tentang mengakui keberagaman, tetapi juga tentang membangun hubungan yang kuat antara berbagai kelompok masyarakat dan menciptakan lingkungan yang inklusif bagi semua warga negara.
C. Pendidikan Multikultural di Amerika
Di Amerika Serikat, pendidikan multikultural juga merupakan bagian penting dari upaya untuk mempromosikan inklusi, penghargaan terhadap keberagaman, dan kesadaran tentang berbagai budaya, latar belakang etnis, agama, dan pengalaman sosial. Banyak sekolah di Amerika Serikat telah memperkenalkan kurikulum yang mencakup materi tentang berbagai budaya, sejarah, dan kontribusi dari berbagai kelompok etnis, ras, dan agama. Ini bertujuan untuk memberikan siswa pemahaman yang lebih baik tentang keberagaman masyarakat mereka dan untuk memecah stereotip yang ada. Ada peningkatan fokus pada pendidikan antirasisme, yang bertujuan untuk mengajarkan siswa tentang ketidakadilan sosial, rasisme sistemik, dan bagaimana mereka dapat menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat. Program-program seperti ini sering kali mencakup pendekatan multikultural dalam upaya mereka. Amerika Serikat, di mana terdapat banyak siswa dengan latar belakang bahasa dan budaya yang beragam, pendidikan bahasa dan kebudayaan merupakan bagian penting dari pendidikan multikultural. Banyak sekolah menawarkan program dua bahasa atau program yang mempertahankan bahasa dan budaya minoritas. Guru-guru di Amerika Serikat juga menerima pelatihan dalam pendekatan multikultural, termasuk bagaimana menghormati dan merespons kebutuhan belajar siswa dari berbagai latar belakang. Ini bisa mencakup pemahaman tentang ketidaksetaraan dalam pendidikan, hak-hak siswa, dan bagaimana mengatasi prasangka dan stereotip di kelas.
Sekolah-sekolah sering mengadakan acara atau kegiatan yang merayakan keberagaman budaya. Ini bisa termasuk festival budaya, pertunjukan seni, atau kegiatan lain yang memperkuat identitas budaya siswa dan mempromosikan pengertian antarbudaya.
Sekolah-sering bekerja sama dengan organisasi masyarakat, lembaga keagamaan, dan kelompok advokasi untuk memperkuat pendidikan multikultural. Ini bisa melibatkan berbagai kegiatan, mulai dari proyek pelayanan masyarakat hingga seminar untuk orang tua tentang pentingnya pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural di Amerika Serikat terus berkembang dan menjadi semakin penting dalam menghadapi tantangan keberagaman masyarakat yang semakin kompleks. Dengan memperkuat pendidikan multikultural, diharapkan dapat dibangun masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan berempati.
D. Pendidikan Multikultural di Indonesia
Di Indonesia, pendidikan multikultural juga menjadi sebuah isu yang penting mengingat keberagaman budaya, agama, etnis, dan bahasa di negara ini.Indonesia memiliki dasar konstitusional yang kuat dalam mendukung keberagaman budaya dan agama, seperti yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
"kebhinekaan" sebagai salah satu prinsip negara. Kurikulum pendidikan di Indonesia juga mencoba mencerminkan keberagaman budaya dan sejarah bangsa. Meskipun masih ada ruang untuk peningkatan, beberapa mata pelajaran seperti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) serta Sejarah sering kali mencakup materi yang menyoroti keberagaman budaya dan agama di Indonesia. Di Indonesia, pendidikan agama menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah. Namun, pendidikan agama di Indonesia juga mencoba untuk mengajarkan toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman agama, meskipun terkadang tantangannya besar. Pelatihan guru di Indonesia semakin memperhatikan pendekatan multikultural dalam mengajar. Guru-guru diberikan pelatihan untuk memahami dan menghargai keberagaman siswa mereka serta bagaimana menghadapi perbedaan dan konflik yang mungkin muncul di kelas. Banyak sekolah di Indonesia mengadakan acara-acara yang merayakan keberagaman budaya, seperti perayaan Hari Kartini, Hari Pahlawan, dan perayaan budaya lokal. Ini memberikan siswa kesempatan untuk memahami dan menghargai keberagaman budaya yang ada di sekitar mereka. Masih ada tantangan dalam menghadapi intoleransi dan konflik agama di Indonesia, ada juga kesadaran yang meningkat di masyarakat akan pentingnya pendidikan multikultural dalam membangun hubungan yang harmonis antar kelompok etnis dan agama.
Pendidikan multikultural di Indonesia masih berkembang dan menghadapi berbagai tantangan, tetapi langkah-langkah yang diambil dalam mendukung inklusi dan penghargaan terhadap keberagaman diharapkan dapat membentuk masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Banks, J. A. (1994). An introduction to multicultural education. Allyn & Bacon.
Banks, J. A. (2009). Teaching strategies for ethnic studies (8th ed.). Allyn & Bacon.
Gay, G. (2010). Culturally responsive teaching: Theory, research, and practice (2nd ed.).
Teachers College Press.
Ladson-Billings, G. (1995). Toward a theory of culturally relevant pedagogy. American Educational Research Journal, 32(3), 465-491.
Nieto, S. (2008). Affirming diversity: The sociopolitical context of multicultural education (5th ed.). Pearson.
Sue, D. W. (2010). Microaggressions in everyday life: Race, gender, and sexual orientation.
John Wiley & Sons.
Mhd Iqbal Wardhani. 2020. “Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman.” Al-Munqidz 3 (3):
396–412.