• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis pengaruh sektor pariwisata terhadap pengangguran

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "analisis pengaruh sektor pariwisata terhadap pengangguran"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Dwi Wahyu Lillah, Prof. Devanto Shasta Pratomo, SE.,M.Si., Ph.D.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Email:[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel jumlah unit hotel, jumlah unit restoran, jumlah wisatawan mancanegara dan jumlah wisatawan nusantara terhadap pengangguran terbuka di Provinsi DIY. Alat analisis yang digunakan adalah regresi data panel, dari hasil pengujian yang diperoleh nilai koefisien determinasi untuk model random effect sebesar 0,6134. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel dependen sebesar 61,34%. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara serentak jumlah unit hotel, jumlah unit restoran, jumlah wisatawan mancanegara dan jumlah wisatawan nusantara berpengaruh signifikan terhadap pengangguran terbuka di Provinsi DIY, dengan hasil uji F statistik / prob (F-statistic) yaitu sebesar 0,0000. Sedangkan hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa variabel jumlah unit hotel, jumlah unit restoran, jumlah wisatawan mancanegara dan jumlah wisatawan nusantara berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka di Provinsi DIY.

Kata Kunci: Pengangguran Terbuka, Jumlah Unit Hotel, Jumlah Unit Restoran, Jumlah Wisatawan Mancanegara, dan Jumlah Wisatawan Nusantara.

A. PENDAHULUAN

Pariwisata merupakan hal yang kompleks dan bersifat unik, karena pariwisata bersifat multidimensi baik fisik, sosial, ekonomi, politik dan budaya. Menurut Meyers (2009) Pariwisata yaitu sebuah aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh orang untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah, melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau liburan serta tujuan lainnya.

Salah satu provinsi yang terkenal dengan sektor pariwisatanya adalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang merupakan destinasi tujuan wisatawan lokal maupun asing setelah Provinsi Bali di Indonesia. Potensi wisata di Provinsi DIY cukup beragam, banyak obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi, termasuk pusat kerajinan tradisional. Selain itu ada beberapa alasan lain yang menjadi alasan tambahan wisatawan memilih Provinsi DIY sebagai tujuan kunjungan wisata, yaitu kenyamanan dan keamanan, biaya hidup dan harga cendera mata yang murah serta lingkungan budaya lokal yang masih kental dan mengakar dalam kehidupan masyarakat.

Provinsi DIY menjadi menarik bagi wisatawan nusantara dikarenakan berbagai macam daya tarik wisatanya dan juga terkenal dengan kota wisata yang tidak memerlukan biaya cukup tinggi.

Dalam lima tahun terakhir perkembangan jumlah kunjungan wisatawan nusantara mencapai rata- rata sebesar 18,74 juta jiwa per tahun, sementara rata-rata jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 565 ribu jiwa per tahun. Tren positif pada peningkatkan jumlah wisatawan di Provinsi DIY dapat terjadi karena aktifnya peran pemerintah melalui Peraturan Daerah No 1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan DIY 2012-2025, sehingga telah terdapat integritas pembangunan pariwisata antara pihak pemerintah, pihak swasta dan juga masyarakat secara umum.

Sebagai salah satu provinsi yang menjadi denyut nadi dari pariwisata Indonesia, maka manfaat dari pariwisata tersebut sepatutnya mampu dirasakan oleh seluruh kabupaten/kota melalui terjadinya pola produksi dan konsumsi di setiap wilayah. Semakin tingginya jumlah wisatawan

(2)

yang mengunjungi setiap kabupaten/kota maka yang diharapkan adalah semakin besar pola konsumsi yang terjadi pada wilayah tersebut.

Tingkat Pengangagguran Terbuka (TPT) merupakan perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka dapat digunakan untuk memonitoring dan evaluasi perkembangan angka pengangguran. Fluktuasi tingkat pengangguran terbuka di Provinsi DIY dari tahun 2015 – 2017 berkisar antara 2,5– 4,5 persen dan keadaanya mengalami fluktuasi dan selalu berada di bawah tingkat pengangguran terbuka Indonesia yang berada pada kisaran 5,0–6,5 persen.

Angka tingkat pengangguran terbuka di Provinsi DIY mengalami peningkatan dari 2,81 persen pada tahun 2016 menjadi 2,84 persen pada tahun 2017. Sedangkan untuk tingkat pengangguran terbuka Indonesia mengalami penurunan dari 5,50 persen pada tahun 2016 menjadi 5,33 persen pada tahun 2017. Salah satu penyebab peningkatan tingkat pengangguran terbuka di Provinsi DIY yaitu : (i) Hujan yang terlambat turun membuat masa tanam padi dan masa panen padi bergeser, (ii) Turunnya produksi industri besar sedang jenis makanan dan jenis mesin dan perlengkapan (iii) Turunnya produksi industri mikro dan kecil jenis percetakkan dan reproduksi media rekan dan industri barang logam , bukan mesin dan peralatannya.

Banyaknya tenaga kerja yang tersedia merupakan sebuah keuntungan tersendiri bagi Provinsi DIY, dalam teori ekonomi neoklasik faktor-faktor pertumbuhan ekonomi melalui pendekatan faktor produksi terdiri dari modal, tenaga kerja dan teknologi. Salah satu modal utama dalam mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi adalah dengan adanya kualitas sumber daya manusia yang memumpuni dalam mengikuti perkembangan teknologi. Sehingga perlu adanya peranan sektor perekonomian yang mampu mendorong tenaga kerja untuk mendapatkan lapangan kerja sebagai salah satu cara untuk mengurangi pengangguran terbuka dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satu sektor yang berpotensi dalam mengurangi pengangguran terbuka adalah sektor pariwisata yang sampai saat ini memiliki tren positif untuk terus berkembang di Provinsi DIY. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perkembangan sektor pariwisata terhadap pengangguran terbuka di Provinsi DIY.

B. TUJUAN PUSATAKA Teori Pengangguran

Pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur. Pengangguran dapat terjadi disebabkan oleh tidakseimbangan pada pasar tenaga kerja. Hal ini menunjukkan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja yang diminta (Sukirno, 2000).Menurut Badan Pusat Statistik (2008) dalam indikator ketenagakerjaan, pengangguran merupakan penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.

Menurut Mankiw (2003), Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan yang paling berat. Bagi kebanyakan orang, kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang sering dibicarakan dalam perdebatan politik dan para politisi sering mengklaim bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu menciptakan lapangan kerja.

Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan, sehingga tidak seluruh yang tidak bekerja dikategorikan pengangguran karena ada pilihan-pilihan dalam melanjutkan untuk tidak bekerja yaitu seperti melanjutkan pendidikan dan berumah tangga. Selain itu pengangguran diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja yang ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum memperolehnya (Sukirno, 2000).

Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang dimaksudkan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Pengangguran menunjukkan sumber daya yang terbuang. Para pengangguran memiliki potensi untuk memberikan kontribusi pada pendapatan nasional, tetapi mereka tidak dapat melakukannya. Pencarian pekerjaan yang cocok dengan keahlian mereka

(3)

adalah menggembirakan jika pencarian itu berakhir, dan orang orang yang menuggu pekerjaan di perusahaan yang membayar upah di atas keseimbangan merasa senang ketika lowongan terbuka.

Jika dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang dimaksudkan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang sedang aktif dalam mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya.

Teori Pariwisata

Menurut definisi secara luas, pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain yang bersifat sementara dan dilakukan perorangan atau kelompok sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, dan ilmu (Spillane, 1987). Berdasarkan Undang-Undang No. 90 tentang kepariwisataan, pariwisata didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusaha objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di dalamnya. Menurut W.

Hunzieker (dalam Yoeti, 1996) pariwisata memiliki pengertian sebagai berikut: “ Tourism enterprise are all business entities wich, by combining various means of production, provide goods and service of a specially tourist nature”. kalimat tersebut memiliki pengertian bahwa pariwisata adalah semua kegiatan usaha yang terdiri dari bermacam-macam kegiatan yang menyediakan produksi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para wisatawan. Pariwisata mengandung tiga unsur antara lain: manusia (unsur insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata), tempat (unsur fisik yang sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu sendiri) dan waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan tersebut dan selama berdiam di tempat tujuan).

C. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini mnenggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan bersifat data panel, yaitu data yang menggabungkan data deret berkala (time series) dan data deret lintang (cross section). Data panel yang digunakan ada data time series dari tahun 2008– 2017 dan cross section sebanyak 5 (lima) kabupaten kota di Provinsi DIY. Data pada penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DIY melalui terbitan Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka berbagai tahun, Statistik KepariwisataaanDaerah Istimewa Yogyakarta berbagai tahun, dan Statistik KetenagakerjaanDaerah Istimewa Yogyakarta berbagai tahun, dan juga terdapat data yag diperoleh dariDirektorat Jenderal Perimbangan Keuangan(DJPK) melalui terbitan LGF Anggaran berbagai tahun.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui studi kepustakaan (library study), yaitu dengan mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan bidang studi dan permasalahan yang akan diteliti kemudian dihubungkan satu sama lainnya sehingga diperoleh hasil yang akan membantu dalam menjawab permasalahan yang ada.

Metode Analisis Analisis Data Panel

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan metode analisis data panel.

Model ekonometrika yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda.

Model regresi linier berganda bertujuan untuk mengestimasi dampak terhadap variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen.Data panel merupakan data yang sangat bermanfaat karena data jenis ini membantu peneliti untuk mendalami kegiatan pelaku ekonomi tidak hanya antara individu tetapi perilaku ekonomi lintas-waktu (Ekananda, 2016). Oleh karena penelitian ini menggunakan data panel, maka analisis modelnya menjadi model regresi data panel. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

= + + + + +

Keterangan:

Y : Pengangguran Terbuka

(4)

β0 : Konstanta β1-β5 : Koefisien regresi

X1 : Jumlah Hotel

X2 : Jumlah Restoran

X3 : Jumlah Wisatawan Mancanegara X4 : Jumlah Wisatawan Nusantara

e : komponen error

i : cross section: 1,2,3,.., 5 (kabupaten/kota di Provinsi DIY) t : time series: 1,2,3,...,10 (kabupaten/kota di Provinsi DIY) Estimasi Model Data Panel

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel.

Data panel adalah kombinasi elemen untuk data runtut waktu (time series) dan data cross-section (Gujarati, 2010). Penggunaan data metode data panel memiliki beberapa keunggulan, dan keunggulan tersebut memiliki implikasi pada tidak harus dilakukan pengujian asumsi klasik dalam model data panel (Ajija, R.Shochrul dan Sari, W.Dyah, 2011). Dalam pengolahan data digunakan alat bantu berupa perangkat lunak statistik (statistic software) yang dikenal dengan Stata versi 13.

Dalam model regresi data panel terdapat tiga Teknik yang dapat digunakan, yaitu:

1. Common Effect Model (CEM)

Pendekatan ini disebut juga sebagai pooled least square (PLS). Common Effect Model merupakan model yang menggambungkan seluruh data time series dengan cross section, selanjutnya dilakukan estimasi model dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square). Model ini menganggap bahwa intersep dan slop dari setiap variabel sama untuk setiap objek observasi.

Model ini merupakan model paling sederhana dibandingkan dengan kedua model lainnya.

2. Fixed Effect Model (FEM)

Pada Fixed Effect Model, model panel memiliki intersep yang mungkin berubah–ubah untuk setiap individu dan waktu, dimana setiap unit cross-section bersifat tetap secara time series. Salah satu kesulitan prosedur data panel adalah bahwa asumsi intersep dan slope yang konsisten sulit terpenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut, yang dilakukan dalam data panel adalah dengan memasukkan variabel boneka (dummy variable) untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda – beda, baik cross-section maupun time series. Model ini selain dinamakan fixed effect model disebut juga sebagai Least Square Dummy Variable (LSDV).

3. Random Effect Model (REM)

Perbedaan antar waktu dan antar individu dalam Random Effect Model diakomodasi lewat error. Error dalam model ini terbagi menjadi error untuk komponen individu, error komponen waktu, dan error gabungan. Keuntungan random effect model dibandingkan dengan fixed effect model adalah dalam hal derajat kebebasannya, tidak perlu dilakukan estimasi terhadap intersep N cross-sectional.

Pemilihan Model

Dalam menentukan model yang terbaik, pertama yang harus dilakukan adalah melakukan uji untukmemilih metode mana yang terbaik diantara metode tersebut antara lain adalah dilakukan denganUji Chow dan Uji Hausman. Uji Chow dilakukan untuk menguji antara metode common effectmodel dan fixed effect model, sedangkan Uji Hausman dilakukan untuk menguji apakah data dianalisis dengan menggunakan fixed effect model atau random effect model.

Metode Pengujian a) Uji Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah variabel independen secara simultanberpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian ini dapat dilakukan dengan membandingkannilai probabilitas alpha pada tingkat 5%. Jika nilai probablitas 5%, maka model diterima danterdapat pengaruh signifikan variabel independent terhadap variabel dependen, dan begitu pulasebaliknya.

b) Uji Parsial (Uji t-Statistik)

(5)

Uji t-Statistik merupakan suatu pengujian yang memiliki tujuan untuk melihat secara parsialapakah variabel independen masing – masing memiliki pengaruh signifikan atau tidak terhadapvariabel dependen. Pengujian ini dapat dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas alphapada tingkat 5%. Jika nilai probabilitas 5%, maka model diterima dan terdapat pengaruhsignifikan variabel independent terhadap variabel dependen, dan begitu pula sebaliknya.

c) Koefisien Determinasi (R-squared)

Koefisien determinasi (R-squared) menunjukkan seberapa besar presentase variasi dalamvariabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi dalam variabel independen. Nilai R-squaredberkisar antara 0 dan 1, apabila nilai tersebut mendekati 1, maka semakin besar variasi dalamvariabel independen dan model dalam penelitian ini semakin kuat.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lingkup Penelitian

Sebelum membahas hasil penelitian akan dipaparkan mengenai gambaran umum lingkup penelitian. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu provinsi dari 33 provonsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Posisi Provinsi DIY terletak antara8° 30’ – 7° 20’ Lintang Selatan dan 109° 40’ – 111° 0’ Bujur Timur, dengan luas 3.185,80 km atau 0,17% dari luas Indonesia. DIY dibagian selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian Timur Laut, Tenggara, Barat dan Barat Laut dibatasi oleh wilayah Provinsi Jawa Tengah yang meliputi:

- Kabupaten Klaten di sebelah Timur Laut - Kabupaten Wonogiri di sebelah Tenggara - Kabupaten Purworejo di sebelah Barat - Kabupaten Magelang di sebelah Barat Laut

Provinsi DIY memiliki potensi dalam perekonomian yang baik dan mendapatkan predikat sebagai kota pelajar dan kota berbudaya, sehingga mendatangkan para wisatawan dari berbagai mancanegara maupun lokal. Dalam hal ini Provinsi DIY memiliki suatu sektor keunggulan yang baik dalam perekonomian daerah. Sektor yang paling penting dalam memacu perekonomian Provinsi DIY ini adalah sektor pariwisata. Sektor pariwisata di Provinsi DIY ini meliputi pariwisata alam seperti pantai, gunung serta budaya dengan candi peninggalan zaman dahulu.

Provinsi DIY yang relatif aman dan nyaman dengan keramah-tamahan masyarakatnya, menjadikan Yogyakarta banyak diminati orang atau wisatawan untuk berkunjung. Tidak mengherankan jika setiap tahunnya jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus) yang datang terus meningkat.

Pemiliahan Model Regresi Pengujian Pertama

Dalam pengujian pertama terdapat variabel dependen yaitu tingkat pengangguran tebuka dan diikuti variabel independen yaitu hotel, restoran, wisatawan mancanegara, dan wisatawan nusantara dengan rumus sebagai berikut:

= + + + + +

Uji Chow

Tabel 1: Hasil Uji Chow

Fixed-Effect (Within) Regression R-squared Within 0,6225

Number of Obs 50

Number of Groups 5

Prob > F 0.0000

Sumber: Hasil Regeresi Stata 13, data diolah (2020)

(6)

Berdasarkan tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa nilai P Value (Prob>F) < Alpha 0,05 atau signifikan pada tingkat 5% dengan nilai 0,0000. Dari hasil estimasi tersebut dapatdisimpulkan bahwa model Fixed Effect Model lebih tepat untuk digunakan pada penelitian ini dibandingkan dengan model Common Effect Model pada uji Chow. Langkah selanjutnya dilakukan Hausman Test untuk memilih apakah menggunakan Fixed Effect Model atau Random Effect Model

Uji Hausman

Tabel 2: Hasil Uji Hausman

Random-Effects GLS Regression R-squared Within 0,6134

Number Of Obs 50

Number Of Groups 5

Prob > Chi2 0,9854

Sumber : Hasil Stata 13, data diolah (2020)

Berdasarkan tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa nilai P Value (Prob> Chi2) yaitu sebesar 0,9854 dan nilai tersebut lebih besar dari 0,05 atau signifikan pada tingkat 5%. Dari hasil estimasi tersebut dapat disimpulkan bahwa Random Effect Model lebih tepat untuk digunakan pada penelitian ini, dibandingkan dengan Fixed Effect Model pada uji Hausman. Langkah selanjutnya dilakukan Uji LM (Langrange Multiplier Test) untuk memilih apakah menggunakan Random Effect Model atau Common Effect Model.

Uji Langrange Multiplier

Table 3: Hasil Uji Langrange Multiplier

Breusch and Pagan Langrangian Multiplier Test for Random Effects

Prob > Chibar2 0,0000 Sumber : Hasil Stata 13, data diolah (2020)

Berdasarkan tabel 3 tersebut menunujukkan bahwa nilai P Value (Prob>Chibar2) yaitu sebesar 0,0000 dan nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 atau signifikan pada tingkat 5%. Dari hasil estimasti tersebut dapat disimpulkan bahwa Random Effect Model lebih tepat untuk digunakan pada penelitian ini, dibandingkan dengan Common Effect Model pada uji Langrange Multiplier (LM). Kesimpulan berdasarkan ketiga uji yang telah dilakukan yaitu Uji Chow, Uji Hausman dan Uji Langrange Multipler adalah menggunakan Random Effect Model.

Hasil Estimasi Regresi Data Panel

Table 4 :Hasil Regersi Random Effect Model

Variabel Nilai

Koefisien

Std. Error Uji t-Statistik

Hotel - 9.118072 1.279022 0.000

Restoran - 1.763772 0.8392346 0.036

Wisatawan Mancanegara - 3.22886 1.327327 0.015

Wisatawan Nusantara - 5.144335 1.52747 0.001

Constant 153.4056 26.56186 0.000

Observations 50

Number of id 5

(7)

R-Squared 0.6134

Prob (F-statistic) 0.0000

Sumber : Hasil Regersi Stata 13, data diolah (2020)

Berdasarkan dari hasil regresi Random Effect Model diatas dapat disimpulkan hasil pengaruh variabel hotel, restaurant, wisatawan nusantara, wisatawan mancanegara terhadap tingkat pengangguran terbuka sebagai berikut:

a) Jika seluruh variabel independen dianggap memiliki nilai konstan atau memiliki nilai nol, maka besarnya nilai tingkat pengangguran terbuka adalah sebesar 153,4056

b) Nilai koefisien dari regresi hotel adalah sebesar -9,118072 yang berarti bahwa hotel dan tingkat pengangguran terbuka memiliki hubungan negatif, sehingga apabila hotel mengalami kenaikan sebesar satu persen dengan menganggap faktor lain konstan atau tetap, maka tingkat pengangguran tebuka akan mengalami penurunan sebesar -9,118072 persen.

c) Nilai koefisien dari regresi restaurant adalah sebesar -1,763772 yang berarti bahwa restaurant dan ketimpangan pendapatan memiliki hubungan negatif, sehingga apabila restaurant mengalami kenaikan sebesar satu persen dengan menganggap faktor lain konstan atau tetap, maka tingkat pengangguran terbuka akan mengalami penurunan sebesar -1,763772 persen.

d) Nilai koefisien dari regresi wisatawan mancanegara adalah sebesar -3,22886 yang berarti bahwa wisatawan mancanegara dan tingkat pengangguran terbuka memiliki hubungan positif, sehingga apabila wisatawan mancanegara mengalami kenaikan sebesar satu persen dengan menganggap faktor lain konstan atau tetap, maka tingkat pengangguran terbuka akan mengalami kenaikan sebesar -3,22886 persen.

e) Nilai koefisien dari regresi wisatawan nusantara adalah sebesar -5,144335 yang berarti bahwa wisatawan nusantara dan tingkat pengangguran terbuka memiliki hubungan negatif, sehingga apabila wisatawan nusantara mengalami kenaikan sebesar satu persen dengan menganggap faktor lain konstan atau tetap, maka tingkat pengangguran terbuka akan mengalami penurunan sebesar -5,144335 persen.

Metode Pengujian Uji Hipotesis

Pengujian statistik dalam penelitian ini dapat diukur dari goodness of fit fungsi regresinya.

Secara statistik, ini dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F dan koefisien determinasi.

Uji Koefisien Determinasi ( )

Berdasarkan hasil regresi yang telah dilakukan sebelumnya dengan Random Effect Model pada tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai R sebesar 0,6134 atau sebesar 61,34%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel hotel, restaurant, wisatawan mancanegara, dan wisatawan nusantara mampu menjelaskan variabel tingkat pengangguran terbuka sebesar 61,34% sedangkan sisa dari nilaiR sebesar 0,3866 atau 38,66% dijelaskan melalui variabel lain diluar model penelitian.

Uji Simultan (Uji F-Statistik)

Dari hasil regresi Random Effect Model dapat dilihat bahwa nilai prob (F-statistic) adalah sebesar 0,0000. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa nilai prob (F-statistic) lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 atau 5%, artinya bahwa model ini signifikan pada taraf keyakninan sebesar 95%. Dengan hasil tersebut maka menunjukkan bahwa variabel hotel, restaurant, wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat pengangguran terbuka.

Uji Parsial ( Uji t-Statistik)

Berdasarkan hasil regresi yang telah dilakukan melalui Random Effect Model pada tabel 4 dapat dijelaskan uji t-statistik sebagai berikut:

a) Hasil t-statistik Variabel Hotel

Dari hasil pengujian t-statistik menunjukkan bahwa nilai probabilitas pada variabel hotel sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 atau dengan kata lain signifikan pada tingkat 5%. Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa hotel berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka.

b) Hasil t-statistik Variabel Restaurant

(8)

Dari hasil pengujian t-statistik menunjukkan bahwa nilai probabilitas pada variabel restaurant sebesar 0,036. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 atau dengan kata lain signifikan pada tingkat 5%. Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa restaurant berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka.

c) Hasil t-statistik Variabel Wisatawan Mancanegara

Dari hasil pengujian t-statistik menunjukkan bahwa nilai probabilitas pada variabel wisatawan mancanegara sebesar 0,015. Nilai tersebut lebih besar dari nilai alpha sebesar 0,05 atau dengan kata lain tidak signifikan pada tingkat 5%. Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa wisatawan mancanegara berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengagguran terbuka.

d) Hasil t-statistik Variabel Wisatawan Nusantara

Dari hasil pengujian t-statistik menunjukkan bahwa nilai probabilitas pada variabel wisatawan nusantara sebesar 0,001. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 atau dengan kata lain signifikan pada tingkat 5%. Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa wisatawan nusantara berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pengaruh Hotel Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka

Hotel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengangguran tebuka dan berpengaruh negatif, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini terbukti. Penelitian ini terbukti karena jumlah hotel memiliki pengaruh langsung terhadap tenaga kerja yang akan menurunkan pengangguran terbuka di provinsi DIY Yogyakarta. Sektor akomodasi saat ini memang menjadi sektor usaha yang terus dikembangkan mengingat sektor ini dapat membuka tenaga kerja secara luas karena banyak aspek–aspek perhotelan yang membutuhkan banyak tenaga kerja karena sifat industri perhotelan adalah hospitality management dimana dalam menghasilkan servis yang baik kepada pelanggan diarahkan dari sumber manusianya itu sendiri.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mbaiwa (2011), bahwa jumlah hotel berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka di sektor pariwisata, penelitian tersebut membahas bahwa industri pariwisata di Delta Okavango, Botswana mengandalkan perusahaan pariwisata multinasional yang berasal dari negara – negara kaya dan Afrika Selatan.

Dengan adanya efek tersebut pembangunan hotel menjadi sangat menguntungkan karena berdampak secara sosio ekonomi yang meliputi pengembangan usaha wisata, akomodasi, layanan restoran, penyediaan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat. Selain itu masyarakat disana juga mengembangkan pariwisata berkelanjutan berbasis alam untuk mencega dampak negatif industri perhotelan.

Pengaruh Restoran terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka

Restoran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini terbukti. Jenis dan macam kuliner yang tersedia di Provinsi DIY merupakan faktor utama yang menarik wisatawan untuk mengunjungi beberapa restoran yang menyajikan khas sajian daerah tersebut. Sektor ini juga terus berjalan mengikuti permintaan wisata yang tinggi di Provinsi DIY, dari mulai restoran kaki lima hingga bintang lima yang sudah menjamur menjadi industri yang menjanjikan. Jika variasi restoran di Provinsi DIY dapat semakin bervariasi dan jenis restoran juga dapat ditambah, maka akan lebih banyak wisatawan akan lebih tertarik untuk datang berkunjung ke daerah tersebut. Sehingga akan mendorong terjadinya peningkatan dalam lapangan kerja yang membutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang pada akhirnya penyerapan tenaga kerja juga semakin meningkat. Hal tersebut juga akan berdampak pada menurunnya angka pengangguran terbuka di Provinsi DIY.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astina, Hamzah dan Nasir (2013) bahwa jumlah usaha industri pariwisata restoran dan perhotelan berpengaruh signifikan terhadap pengangguran terbuka. Kondisi di Provinsi Aceh menunjukkan bahwa terus mengalami perkembangan di sektor pariwisata, ditandai dengan perkembangan industri restoran dan hotel yang terus bertambah. Adanya hal tersebut lapangan pekerjaan yang terserap akan lebih banyak, karena kualitas dari pelayanan selalu diutamakan oleh mereka.

Pengaruh Wisatawan Mancanegara terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka

Wisatawan mancanegara memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka dan berpengaruh negatif, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini terbukti. Konsumsi

(9)

wisatawan adalah barang dan jasa yang dibeli oleh wisatawan dalam rangka memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan selama wisatawan tinggal di daerah wisata yang dikunjunginya. Semakin lama wisatawan mancanegara tinggal di suatu daerah tujuan wisata, semakin banyak uang yang dibelanjakan di daerah tersebut. Dengan adanya kegiatan konsumtif dari wisatawan mancanegara, maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Oleh karena itu, semakin tingginya arus kunjungan wisatawan maka pendapatan sektor pariwisata juga akan semakin meningkat. Jika jumlah wisatawan meningkat maka penguasaha akan melakukan investasi pada sarana dan prasarana pariwisata untuk menarik lebih banyak wisatawan dan mengakomodirnya.

Hal ini akan membuat dibutuhkannya tenaga kerja untuk bekerja pada pekerjaan baru tersebut sehingga penyerapan tenaga kerja akan meningkat dan angka pengangguran terbuka akan menurun.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pavlic, Tolic dan Svikolos (2012) yang membuktikan bahwa kedatangan wisatawan dapat menurunkan tingkat pengangguran terbuka lewat sektor pariwisata. Pembahasan dari hasil penelitian tersebut bahwa kedatangan wisatawan mancanegara membawa dampak ekonomi yang besar di negara Kroasia. Hal ini ditunjukkan dengan hubungan secara langsung dan tidak langsung yang dirasakan, dampak secara langsung seperti penambahan devisa negara dan pendapatan masyarakat sekitar. Secara tidak langsung hal ini dirasakan dari bertambahnya lapangan kerja di sektor pariwsata yang dapat menurunkan pengangguran terbuka. Hal ini menjadi sebuah peluang bagi negara mereka untuk terus mengembangkan kualitas sumber daya manusia mereka.

Pengaruh Wisatawan Nusantara terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka

Wisatawan nusantara memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka dan berpengaruh negatif, maka hipotesis keempat dalam penelitian ini terbukti. Kunjungan wisatawan nusantara yang terus meningkat akan mendorong pemerintah maupun pihak swasta akan melakukan pembangunan sarana pendukung obyek wisata seperti pembangunan wahana – wahana baru guna menarik wisatawan melakukan kunjungan kembali. Peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung juga akan membangkitkan pembangunan sektor– sektor pendukung di sekitar obyek wisata, seperti restoran, perhotelan, transportasi dan sektor lainnya yang kemudian akan menyebabkan terjadinya penyerapan tenaga kerja untuk mengelolanya. Hal ini juga akan berdampak pada turunnya angka pengangguran terbuka.

E. KESIMPULAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab sebelumnya mengenai analisis tingkat pengangguran terbuka di Provinsi DIY periode tahun 2008 – 2017, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Hal ini sejalan dengan penelitian Susilo (2015) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara wisatawan nusantara dengan pengangguran terbuka yaitu dengan adanya kegiatan konsumtif yang dilakukan wisatawan akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata di suatu daerah. Oleh karena itu semakin tinggi kunjungan wisatawan nusantara, maka pendapatan sektor pariwisata juga akan semakin meningkat. Jika jumlah wisatawan meningkat, secara tidak langsung akan memperbesar lapangan pekerjaan dan jumlah pengangguran terbuka akan turun.Hotel berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat pengangguran terbuka di Provinsi DIY. Hasil ini terbukti karena hotel merupakan salah satu sektor penunjang pariwisata. Jika jumlah hotel berkembang, maka akan memperbesar atau meningkatkan kesempatan kerja. Semakin banyak kebutuhan wisatawan akan hotel, maka semakin banyak juga jumlah tenaga kerja yang diminta. Hal tersebut akan menurunkan angka pengangguran terbuka karena lapangan pekerjaan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja telah memadai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah hotel akan terakumulasi pada penurunan angka pengangguran terbuka di Provinsi DIY.

2. Restoran berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat pengangguran terbuka di Provinsi DIY. Hasil ini terbukti karena kuliner merupakan faktor utama yang menarik wisatawan untuk mengunjungi beberapa restoran untuk menikmati dari khas restoran atau khas daerah tersebut. Jika variasi restoran dapat semakin bervariasi dari jenis restoran juga dapat ditambah, maka akan lebih banyak wisatawan datang untuk berkunjung ke daerah tersebut.

(10)

Sehingga akan mendorong terjadinya peningkatan dalam lapangan kerja yang membutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang pada akhirnya penyerapan tenaga kerja juga semakin meningkat. Hal tersebut juga akan berdampak pada menurunnya angka pengangguran terbuka di Provinsi DIY.

3. Wisatawan mancanegara berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat pengangguran terbuka di Provinsi DIY. Hasil ini terbukti karena semakin lama wisatawan mancanegara tinggal di suatu daerah tujuan wisata dan semakin banyak uang yang dibelanjakan di daerah tersebut, maka kegiatan konsumtif dari wisatawan mancanegara tersebut akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Oleh karena itu, semakin tingginya arus kunjungan wisatawan maka pendapatan sektor pariwisata juga akan meningkat dan para pengusaha juga akan melakukan investasi pada sarana prasarana untuk menarik lebih banyak wisatawan dan mengakomodirnya. Hal ini akan membuat dibutuhkannya tenaga kerja untuk bekerja pada pekerjaan baru tersebut, sehingga penyerapan tenaga kerja akan meningkat dan angka pengangguran terbuka di Provinsi DIY akan menurun.

4. Wisatawan nusantara bepengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat pengangguran terbuka di Provinsi DIY. Hasil ini terbukti karena kunjungan wisatawan nusantara yang meningkat dapat membangkitkan pembangunan sektor – sektor pendukung di sekitar obyek wisata, seperti restoran, perhotelan, transportasi dan sektor lainnya. Selanjutnya akan menyebabkan terjadinya penyerapan tenaga kerja untuk mengelolanya. Hal tersebut akan berdampak pada turunnya angka pengangguran terbuka karena lapangan pekerjaan sudah tersedia.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam bab sebelumnya, maka saran yang tepat untuk direkomendasikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam upaya menurunkan pengangguran terbuka di Provinsi DIY langkah yang dapat dikaukan adalah meningkatkan sektor pariwisata dengan cara mempersiapkan perkembangan kepariwisataan secara optimal agar laju pariwisata di Provinsi DIY dapat memuasakan dari segi perhotelan dan restoran.

2. Untuk mengurangi tingkat pengangguran terbuka pemerintah Provinsi DIY menfokuskan untuk melakukan sosialisasi mengenai dampak positif dari pengembangan objek wisata terhadap masyarakat agar memiliki kesadaran untuk dapat memberikan pelayanan dan keramahan bagi wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke objek wisata di Provinsi DIY.

3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan faktor–faktor lain yang dapat mempengaruhi dan menurunkan angka pengangguran terbuka.

4. Untuk– untuk pihak dan instansi yang berwenang dalam mempublikasikan data, diharapkan untuk lebih melengkapi data di sektor kepariwisataan agar penelitian selanjutnya data yang didapat bisa lebih mudah dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Afrida. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Bandung: Ghalia Indonesia.

Astina, Chahayu., Hamzah, Abubakar., Nasir, Muhammad. 2013. Pengaruh Pariwisata Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Aceh. Jurnal Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Unsyiah Vol.1, No.3, April 2013.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2008. Analisis Perkembangan Statistik Ketenagakerjaan (Laporan Sosial Indonesia 2007). Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2009. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka. Propinsi D.I.Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka. Propinsi D.I.Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2011. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka. Propinsi D.I.Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka. Propinsi D.I.Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.

(11)

Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka. Propinsi D.I.Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka. Propinsi D.I.Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka. Propinsi D.I.Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka. Propinsi D.I.Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka. Propinsi D.I.Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2018. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka. Propinsi D.I.Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.

Bellante, Don., & Jackson, Mark. 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Indonesia.

Darsini, Ni Nyoman Ayu., & Darsana, Ida Bagus. 2014. Pengaruh Kunjungan Wisatawan, Luas Artshop dan Lokasi Artshop Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Bisnis Artshop di Kawasan Nusa Dua. E-Journal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 3, No. 5, Mei

2014.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1995. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta.

Dornbusch, R., Fisher S., Startz R. 2004. Makroekonomi, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.

Media Global Edukasi.

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Gujarati, D.N., & Porter, D.C. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika (Edisi Kelima). Jakarta:

Salemba.

Kuncoro, Haryo. 2002. Upah Sistem Bagi Hasil dan Penyerapan Tenaga Kerja, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 Nomor 1 : 45-54.

Mada, Muhammad & Ashar, Khusnul. 2015. Analisis Variabel yang Mempengaruhi Jumlah Pengangguran Terdidik di Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan (JIEP), Vol.25 No.1 (2015).

Mankiw, N.G. (2003). Teori Makroekonomi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: ANDI.

Maria, Siti. 2016. Dampak Sektor Pariwisata Terhadap Kesempatan Kerja Pariwisata Di Provinsi Kalimantan Timur. Conference on Management and Behavioral Studies, Universitas Tarumanagara, Jakarta, 27 Oktober 2016

Mbaiwa, Joseph, E. 2011. 'Hotel Companies, Poverty and Sustainable Tourism in The Okavanga Delta, Botswana', World Jurnal of Entrepreneurship, Management and Sustainable Development, 7(1).

Meyers, Koen. 2009. Pengertian Pariwisata, Jakarta: Unesco Office.

Pavlic, I., Tolic, M. S. dan Svikolos, T. 2012. ‘Impact of Tourism on the Employment in Croatia’, Recent Advances in Buseiness Management and Marketing, pp. 219–224.

Prasaja, Mukti Hadi. 2013. Pengaruh Investasi Asing, Jumlah Penduduk dan Inflasi terhadap Pengangguran Terdidik di Jawa Tengah Periode Tahun 1980-2011. Economics Development

Analysis Journal, 2 (3)

Pratomo, Devanto Shasta. 2017. Fenomena Pengangguran Terdidik di Indonesia.Sustainable Competitive Adventage (SCA), 7 (1).

Putri, Rizka Febriana. 2015. Analisis Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, dan Upah terhadap Pengangguran Terdidik di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013. Skripsi. Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Semarang.

Setiawan, Satrio Adi. 2010. Pengaruh Umur, Pendidikan, Pendapatan, Pengalaman Kerja dan Jenis Kelamin terhadap Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik di Kota Magelang. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Simanjuntak, P.J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: FE-UI.

Spillane, James J. 1987. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Sleman: Kanisius.

Subri, Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan. Jakarta:

PT. Rajagrafindo Persada.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta Suparmoko, 1998. Pengantar Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE-UGM.

(12)

Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.

Sutomo, AM Susilo., & Susanti, Lies. 1999. Analisis Pengangguran Tenaga Kerja Terdidik di Kotamadya Surakarta, Laporan Penelitian.

Todaro.M.P., & Smith.S.C. 2011. Pembangunan Ekonomi, Edisi Sebelas. Jakarta: Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi data panel efek acak ( Random Effect Method/REM ). Hasil penelitian

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:.. F-statistic 1.739122

Error z-Statistic Prob.. Error z-Statistic

Didapatkan dari hasil estimasi yang telah dilakukan diatas nilai Prob (F-Statistic) sebesar 0.000000 &lt; α 0.05 atau 5% maka dapat disimpulkan bahwa hasil

Error t-Statistic Prob.. Error t-Statistic

Hasil Uji F F-statistic 67.18974 ProbF-statistic 0.000000 Sumber: Data yang diolah menggunakan Eviews 12 Dapat dilihat pada Tabel 7, bahwa nilai prob F-statistic adalah

Model estimasi regresi data panel yang baik untuk digunakan pada penelitian ini adalah model common effect dimana hasil nilai Adjusted R-squared menunjukan angka 0.55 nilai tersebut

Hasil Uji F Prob F-Statistic 0.045665 Sumber : Data diolah penulis dengan Eviews 12 Pada hasil uji F didapat nilai Prob F-Statistic sebesar 0.045665 < 0.05 dapat disimpulkan bahwa