1. Apakah kebijakan impor yang diambil oleh Tom Lembong dapat dikategorikan sebagai tindakan penyalahgunaan wewenang yang melanggar hukum?
Analisis :
Dalam kasus ini untuk memastikan apakah kebijakan impor yang diambil oleh Tom Lembong (mantan Menteri Perdagangan Indonesia) dapat dikategorikan sebagai penyalahgunaan wewenang yang melanggar hukum, perlu dilakukan analisis berdasarkan prinsip-prinsip hukum administrasi, peraturan terkait, dan konteks kebijakan itu sendiri.
Kebijakan impor gula yang diambil oleh Tom Lembong didasarkan pada kebutuhan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga gula dalam negeri. Namun muncul dugaan bahwa kebijakan tersebut melibatkan pelanggaran kewenangan serta diduga mengandung unsur konflik kepentingan serta menyebabkan adanya kerugian keuangan negara.
Berdasarkan analisis hukum, kebijakan impor yang dilakukan oleh Tom Lembong dapat dikategorikan sebagai penyalahgunaan wewenang dan melanggar hukum jika memang terbukti :
1. Melanggar prosedur dengan melakukan suatu kebijakan yang tidako sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Menguntungkan kelompok tertentu yang dalam hal ini menimbulkan konflik kepentingan atau menimbulkan adanya kolusi
3. Menimbulkan kerugian negara yang dalam hal ini harus dibuktikan dengan bukti yang sah menunjukkan bahwa akibat dari dilakukannya kebijakan impor ini menimbulkan kerugian bagi negara.
Berdasarkan analisa tersebut, dalam pasal 17 Undang-Undang No 13 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan menyebutkan bahwa : larangaan penyalahgunaan wewenang meliputi larangan melampaui wewenang, larangan mencampuradukan wewenang dan/atau larangaan bertindak sewenang-wenang. Namun dalam hal ini tindakan yang dilakukan Tom Lembong dalam hal melakukan tindakan impor gula tidaklah dilakukan dengan melampaui kewenangan karena dalam hal ini Tom Lembong hanya menandatangani kesepakatan Impor Gula tanpa ada perbuatan lebih yang bisa dikatakan melampaui kewenangan, tom lembong murni melakukan sebuah kebijakan sesuai dan sejalan dengan kewenangan yang ia miliki. Hal ini sejalan dengan Pasal 8 UU 30 Tahun 2014 ayat 1,2 dan 3 yang menegasakan bahwasannya :
(1) Setiap Keputusan dan/atau Tindakan harus ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang berwenang.
(2) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menggunakan Wewenang wajib berdasarkan:
a. peraturan perundang-undangan; dan b. AUPB.
(3) Pejabat Administrasi Pemerintahan dilarang menyalahgunakan Kewenangan dalam menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan.
Jika kebijakan tersebut lebih menguntungkan kelompok tertentu tanpa justifikasi yang sah, ini dapat menjadi indikasi penyalahgunaan wewenang.
Kebijakan impor oleh Tom Lembong hanya dapat dikategorikan sebagai penyalahgunaan wewenang dan melanggar hukum jika terbukti :
1. Tidak berdasarkan hukum yang berlaku.
2. Bertujuan untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu.
3. Mengabaikan prinsip kepentingan umum dan integritas.
4. Melanggar prosedur administratif atau terdapat konflik kepentingan.
Kenyataan yang terjadi, perbuatan Tom lembong didasari oleh hukum yang berlaku serta hal ini tidak berkaitan dengan keuntungan pribadi atau kelompok manapun serta perbuatan impor ini mempertimbangkan prinsip kepentingan umum. Hal ini juga dapat disimpulkan bahwa kegiatan impor ini tidak memiliki unsur kepentingan pribadi.
Tom Lembong melakukan penekenan surat perintah untuk melakukan impor gula yang dalam hal ini, didasari oleh alasan pengantisipasian terhadap krisis gula yang akan terjadi di masa yang akan datang, hal ini bukanlah bentuk dari tindakan sewenang wenang. Tom Lembong, dalam kapasitasnya sebagai pejabat pemerintah, telah mengambil kebijakan untuk mengizinkan impor gula kristal mentah dengan tujuan utama mendukung stabilitas perekonomian nasional. Tom Lembong Mempertimbangkan sektor perekonomian Indonesia yang dalam hal ini memiliki tiga pilar yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) dan Koperasi. Hal ini lah yang menjadi acuan Impor GKM yang dilakukan oleh sektor perusahaan Swasta yang dalam hal ini bertujuan untuk menunjang perekonomian Negara. Hal ini sama sekali tidak mengandung unsur keuntungan pribadi, yang dalam hal ini, perbuatan Tom Lembong bukanlah suatu tindakan Korupsi
Kebijakan tersebut diambil dengan penuh tanggung jawab, tanpa adanya indikasi penyalahgunaan kekuasaan atau pelanggaran prosedur hukum. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No 14 Tahun 2020 Tentang Ketentuan Impor Gula pada Pasal 4, impor gula kristal mentah tidak termasuk dalam kategori yang dilarang, selama dilakukan sesuai dengan mekanisme dan persyaratan yang telah diatur oleh pemerintah.
Selain itu, langkah ini selaras dengan tujuan untuk menjaga stabilitas harga, melindungi konsumen, dan mendukung daya saing industri nasional. Dalam prosesnya, kebijakan ini juga mencerminkan prinsip transparansi dan akuntabilitas, dengan tetap berpegang pada asas-asas umum pemerintahan yang baik (AUPB). Alasan mendukung sektor ekonomi dapat dipertimbangkan dalam analisis kebijakan, tetapi tidak dapat membenarkan pelanggaran terhadap hukum. Sesuai dengan yang tertuang dalam Pasal 9 ayat 1 UU No 13 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan.1
Dengan demikian, berdasarkan analisis yang telah dilakukan, tindakan Tom Lembong dalam kebijakan impor gula kristal mentah bukan hal yang ilegal secara hukum, dan bukan pula dilakukan dengan menyalahgunakan kewenangan tetapi hal ini merupakan bentuk tanggung jawabnya sebagai pejabat publik untuk menjaga kepentingan ekonomi negara dan kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan.
1 UU No 13 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan