• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis pola asuh orang tua pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis pola asuh orang tua pada"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA PADA

KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI DI PAUD PUTRA DIRGANTARA DESA HARGANTORO

(STUDI KUALITATIF)

ARTIKEL SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Kebidanan

Oleh :

LILIS WIDYASTUTI NIM

AB202035

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2022

(2)

ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA PADA

KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI DI PAUD PUTRA DIRGANTARA DESA HARGANTORO

Lilis Widyastuti1, *Yunia Renny Andhikatias2, *Ernawati3 Universitas Kusuma Husada Surakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Di Jawa Tengah jumlah anak yang dideteksi dini tumbuh kembangnya sebesar 79,71% tahun 2018, dan persentase memperlihatkan bahwa anak di Jawa Tengah dengan gangguan perkembangan yang mengalami gangguan motorik halus adalah sebanyak 57%, pertumbuhan status gizi tidak normal 65,4% dan sosial sebanyak 62% (Bidang PKK Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018). Studi pendahuluan yang dilakukan di PAUD Putra Dirgantara Desa Hargantara dari 10 anak diperoleh data 4 anak yang bisa mengambar, menempel, melipat kertas dengan baik tanpa dibantu orang tuanya disini orang tua menerapkan pola asuh demokratis dan otoriter pada satu anak dan didapat 6 dari anak yang belum sempurna dalam mengambar serta masih didampingi orangtuanya.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Dengan populasi semua orang tua peserta didik di PAUD Putra Dirgantara dan pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Teknik Purposive Sampling. Sampel yang digunakan adalah tiga orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pola asuh orang tua terhadap ketrampilan motorik halus anak usia dini di PAUD Putra Dirgantara.

Keterkaitan pola asuh demokratis dan otoriter terhadap perkembangan motorik halus anak usia dini adalah anak dapat berlatih secara terus-menerus setiap hari, maka hal itu akan memberi pengaruh positif pada perkembangan motorik halus anak. Anak akan belajar dan berkembang dalam hal mengancing baju, menyusun puzzle, memasukkan benda ke dalam botol, menulis dan membaca.

(3)

Kata kunci: pola asuh orang tua, perkembangan motorik halus anak usia dini

In Central Java the number of children whose growth and development was detected early was 79.71% in 2018, and the percentage showed that children in Central Java with developmental disorders who had fine motor disorders were 57%, growth in nutritional status was not normal 65.4% and social as much as 62%

(Central Java Provincial Health Office PKK Sector, 2018). Preliminary study conducted at PAUD Putra Dirgantara, Pricentara Village, from 10 children, data obtained from 4 children who can draw, paste, fold paper well without the help of their parents, here parents apply democratic and authoritarian parenting to one child and 6 of the children who have not perfect in drawing and still accompanied by his parents.

The research design used in this research is descriptive research with a phenomenological approach. With a population of all parents of students in PAUD Putra Dirgantara and sampling in this study using the Purposive Sampling Technique. The sample used is three people. The purpose of this study was to analyze parenting patterns for fine motor skills in early childhood at PAUD Putra Dirgantara.

The relationship between democratic and authoritarian parenting on fine motor development of early childhood is that children can practice continuously every day, so it will have a positive influence on children's fine motor development.

Children will learn and develop in terms of buttoning clothes, putting together puzzles, putting objects in bottles, writing and reading.

Keywords: parenting style, fine motor development of early childhood I.PENDAHULUAN

Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) diperkirakan 5-10% anak

mengalami keterlambatan perkembangan dan sekitar 1-3%

balita mengalami keterlambatan perkembangan umum (global developmental delay) ((IDAI),

(4)

I.D.A.I., 2003). Keterlambatan tidak terdeteksi tanpa skrining sebanyak tujuh puluh persen anak, sedangkan 70-80% anak dengan keterlambatan perkembangan terindentifikasi dengan skrining perkembangan yang baik (Ariani &

Yosoprawoto, M., 2012).

Di Jawa Tengah jumlah anak yang dideteksi dini tumbuh kembangnya sebesar 79,71% tahun 2018, dan persentase memperlihatkan bahwa anak di Jawa Tengah dengan gangguan perkembangan yang mengalami gangguan motorik halus adalah sebanyak 57%, pertumbuhan status gizi tidak normal 65,4% dan sosial sebanyak 62% (Bidang PKK Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

motorik halus anak adalah faktor genetik, faktor kesehatan dan periode pranatal, faktor kesulitan dalam kelahiran bayi, Kesehatan dan gizi, rangsangan, perlindungan, prematur dan kelainan (Rumini, 2013). Dampak motorik halus yang terlambat dapat mengakibatkan perkembangan anak tersebut menjadi terhambat dan tidak sesuai dengan usia, cenderung adanya gangguan pada sistem saraf atau cerebral palsi.Selain itu juga dipenaruhi oleh status gizi, lama PAUD, usia dan bagaimana cara pengasuhan balita atau pola asuh yang diterapkan.

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi orang tua dan anak , dimana orang tua yang yang memberikan dorongan bagi anak

(5)

dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan, dan nilai – nilai yang dianggap paling tepat bagi orang tua agar anak biasa mandiri, tumbuh serta berkembang secara sehat dan optimal, memiliki rasa percaya diri, memiliki rasa ingin tahu, bersahabat, dan berorientasi untuk sukses (Tridhonanto,2014).

Pola asuh orang tua bertujuan agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.

Dalam penerapan pola asuh, orang tua perlu memperhatikan keunikan anak. Anak memiliki kekhasan sifat-sifat yang berbeda dari anak yang satu dengan anak yang lainnya, sehingga orang tua dapat menerapkan beberapa pola asuh secara bergantian untuk menghadapi anak ( Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana, Bina Keluarga Balita

dan Anak,2013) Perkembangan anak juga tidak lepas dari peran caregiver atau orang yang merawat balita (Soetjiningsih,2013).

Caregiver paling banyak diperankan oleh orang tua atau orang terdekat anak. Mereka seharusnya mengenali tentang kebutuhan anak serta berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak (WHO,2012).

Pola asuh orang tua terhadap tumbuh kembang motorik halus anak dapat diterapkan sejak dini.

Motorik halus adalah kemampuan anak dalam mengembangkan berbagai gerakan yang melibatkan koordinasi mata, tangan dan otot kecil. Motorik halus yang sudah dapat dilakukan oleh anak usia dini adalah antara lain: membuka dan menutup botol, menempel dan melepas sticker, menghubungkan

(6)

titik-titik, melipat kertas, menyusun puzzle dan balok, Dalam hal ini peneliti akan menganalisa perkembangan motorik halus pada anak usia dini di PAUD Putra Dirgantara, Desa Hargantoro, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Prof. Jawa Tengah.

Guna mengetahui pertumbuhan dan perkembangan motorik halus anak usia dini.

Studi pendahuluan yang dilakukan di PAUD Putra Dirgantara Desa Hargantara dari 10 anak diperoleh data 4 anak yang bisa mengambar, menempel, melipat kertas dengan baik tanpa dibantu orang tuanya disini orang tua menerapkan pola asuh demokratis dan otoriter pada satu anak dan didapat 6 dari anak yang belum sempurna dalam mengambar

serta masih didampingi orangtuanya

II.TINJAUAN PUSTAKA Anak Paud

Peraturan Presiden (Perpres) nomor 60 Tahun 2013, anak usia dini adalah bayi yang baru lahir hingga anak-anak yang belum genap berusia 6 tahun. Dalam pemantauan tumbuh kembangnya, kelompok usia ini dibagi menjadi janin dalam kandungan sampai lahir, lahir sampai berusia 28 hari, usia sampai 24 bulan, dan usia 2 sampai 6 tahun.

Motorik

Perkembangan motorik halus pada anak mencakup kemampuan anak dalam menunjukkan dan menguasai gerakan-gerakan otot indah dalam bentuk koordinasi, ketangkasan dan kecekatan dalam menggunakan tangan dan jari

(7)

jemari (Beaty dalam Wahyudi dan Agustin, 2012).

Pola Asuh Orang Tua Terhadap Ketrampilan Motorik Halus Anak Usia Dini Di Paud Putra Dirgantara

Berkaitan dengan pola asuh, akan memiliki hubungan erat

dengan perkembangan-

perkembangan yang dilalui anak, termasuk dalam perkembangan motorik. Baik itu motorik kasar maupun motorik halus. Motorik sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk gerak manusia.

Sedangkan Psikomotorik khusus digunakan pada domain mengenai perkembangan manusia yang mencakup gerak manusia. Pada tahapan perkembangan anak sangat berpengaruh pada pola asuh orang tua.

Dari pembahasan diatas bisa disimpulkan bahwa Pola Asuh pada anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan keterampilan motorik halus pada anak usia dini.

Dan apabila seorang anak mengalami perkembangan yang optimal sangat berpengaruh terhadap kehidupan sekarang dan yang akan datang.

III. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Rancangan penelitian merupakan rencana dan prosedur penelitian yang meliputi: asumsi- asumsi luas hingga metode rinci dalam pengumpulan data dan analisis data. Artinya, dalam menyusun suatu karya ilmiah hendaknya memiliki bekal ilmu pengetahuan yang luas dalam bidang yang akan dijadikan sebuah karya ilmiah. Peneliti memahami

(8)

konsep dan tujuan suatu karya ilmiah yang akan disusun, dengan mencari asumsi-asumsi terkait dalam bidang penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Menurut (Alase,2017) fenomenologi adalah sebuah metodologi kualitatif yang mengizinkan peneliti menerapkan dan mengaplikasikan kemampuan subjektivitas dan interpersonal dalam proses penelitian eksploratori.

Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PAUD Putra Dirgantara Desa Hargantoro Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah 2022

Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember – Agustus 2022 Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik tertentu dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan (Ayu putri arini,2014). Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua siswa- siswi PAUD Putra Dirgantara dan siswa-siswi PAUD Putra Dirgantara di Desa Hargantoro

Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi (Notoatmodjo, 2010).

Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan Teknik Purposive

(9)

Sampling adalah Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016). Adapun sampel dalam penelitian harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Informan Kunci

Informan kunci dalam penelitian ini adalah bidan setempat atau dokter umum Puskesmas sejumlah 1 informan

2) Informan Inti

Informan Inti dalam penelitian ini adalah orang tua siswa-siswi PAUD Putra Dirgantara berjumlah tiga orang.

3) Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah guru PAUD Putra Dirgantara Teknik Sampling

Dalam penelitian ini penggunakan Teknik Purposive Sampling yaitu untuk menentukan sampel yang akan diambil dalam penelitan. Purposive Sampling adalah untuk menentukan sampel dengan kreteria- kreteria tertentu (Sugiyono,2018). Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel non- probabilitas dan ini terjadi ketika

“elemen yang dipilih untuk sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti.

Instrument dan Prosedur Pengumpulan Data

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti saat melaksanakan wawancara yaitu, sebagai berikut:

a. Peneliti datang ke sekolah PAUD Putra Dirgantara

(10)

b. Peneliti memberikan salam dan sapa kepada informan

c. Peneliti memberikan penjelasan kepada informan tentang prosedur wawancara yang akan dilaksanakan d. Peneliti melakukan wawancara dengan informan

e. Peneliti melakukan wawancara terhadap 3 informan dengan cara individual

f. Peneliti mewawancarai satu informan tanpa diketahui informan yang lain guna mengantisipasi persamaan jawaban yang diberikan oleh informan

g. Peneliti memperoleh jawaban dari informan

h. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada informan

i. Penelitian selesai dilaksanakan IV.HASIL PENELITIAN

Pada era modern seperti sekarang ini, orang tua sudah

selayaknya memiliki pilihan yang terbaik dalam menentukan pola asuh yang akan diterapkan untuk anak-anaknya. Pola asuh yang dipilih hendaknya dapat memberikan pengaruh yang positif pada tumbuh kembang anak-anak.

Dalam pemilihan pola asuh, latar belakang orang tua juga mempengaruhi pola asuh yang akan diterapkan. Karakteristik orang tua merupakan pondasi dalam pembentukan karakter anak, juga sebagai penentu baik tidaknya tumbuh kembang anak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat beberapa respon orang tua dengan pola asuh yang digunakan sebagai ukuran keberhasilan anak dalam perkembangan motorik halus.

Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga informan maka dapat

(11)

disimpulkan bahwa semua informan adalah perempuan yaitu ibu dari anak, selanjutnya berumur dalam kategori dewasa yaitu 26 – 40 tahun, berpendidikan cukup yaitu SMP dan SMA, dan sebagian besar adalah bekerja. Semua informan adalah pengasuh utama dan dominan dalam mengasuh anaknya.

Pola asuh yang digunakan yaitu, pola asuh orang tua terhadap anak menerapkan pola asuh yang otoriter dan juga demokratis, yaitu model asuh otoriter memiliki ciri yang jelas yakni kontrol atau pengawasan yang ketat terhadap sikap tingkah laku anaknya dan untuk yang demokratis merupakan pola asuh yang mencirikan orang tua melakukan dorongan kepada anak untuk bertindak namun disisi lain orang tua memberikan

kelonggaran terhadap capaian anak.

Hal ini ditunjukkan pada jawaban informan Y yang mengemukakan bahwa ibu mendampingi selama anak belajar, menuntut anak dalam belajar, melakukan penargetan terhadap kemampuan atau perkembangan belajar anak, akan tetapi tidak terlalu memaksa.

Untuk informan E dan T menerapkan pola asuh otoriter ditunjukkan pada informan E yang menyatakan bahwa orang tua walaupun mengharuskan anak belajar setiap hari, namun tidak menetapkan target- target tertentu terhadap proses belajar anak. Orang tua hanya berkeinginan anak belajar mengaji (membaca Al Quran) sejak dini. Bentuk dorongan orang tua untuk meningkatkan ketrampilan motorik halus anak diantaranya dengan orang tua

(12)

membelikan mainan anak, salah satunya fuzzle yang merangsang perkembangan motorik halus anak.

Informan T mendorong anaknya untuk berdisiplin ketika bangun pagi, mendorong anak untuk melakukan tindakan-tindakan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, misalnya mandi dan sarapan. Orang tua juga mendorong anak untuk membantu orang tua, misalnya membantu menyapu lantai rumah, namun orang tua tidak menetapkan hasil kegiatan anak tersebut harus baik, misalnya menyapu lantai walaupun tidak bersih tidak apa-apa, yang penting anak mengerti tentang tanggung jawab untuk membantu orang tua.

Berikut gambaran hasil penelitian tentang motorik halus anak ditampilkan pada table berikut.

Table 4.1 Gambaran Keterampilan Motorik Halus Anak

Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa ketiga anak memiliki hampir semua ketrampilan motorik halus, hanya pada anak ke 1 tidak mampu memasukkan benda dalam botol.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa motorik halus anak-anak dari informan adalah baik. Hal ini juga membuktikan keberhasilan atas pola asuh yang diterapkan oleh orang tua kepada anak-anak. dapat disimpulkan bahwa orang tua yang memiliki pola asuh yang baik akan menghasilkan tumbuh kembang anak yang baik pula.

Ketrampilan motorik halus Anak ke 1 Anak ke 2 Anak ke 3 1. Ketrampilan menggunting atau

memotong

2. Ketrampilan mengancing baju

3. Kemandirian dalam makan

4. Ketrampilan memasukkan benda dalam botol

-

5. Ketrampilan menggambar atau mewarnai 6. Ketrampilan menyusun balok atau fuzzle

(13)

Gambaran pola asuh menurut informan kunci yaitu dr. A berpendapat bahwa ‘pengaruh pola asuh terhadap perkembangan motorik halus anak, dalam pola asuh memang antara pola satu dengan yang lainnya berbeda-beda, tidak bisa disamakan, masing- masing juga ada kelebihan dan kekurangan sendiri, terutama pada orang tua tidak semua keluarga bisa menerapkan pola asuh yang sama mungkin dikeluarga satu menggunakan pola asuh otoriter lebih baik daripada pola asuh yang permisif, jadi pada dasarnya perkembangan motorik halus anak tidak hanya karena pola asuh tetapi juga tergantung dari psikologi orang tua dan anaknya sendiri, jadi walaupun pola asuhnya berbeda akan tetapi perkembangan motorik halus pada anak bisa saja sama”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa jenis pola asuh yang efektif digunakan oleh orang tua di PAUD Putra Dirgantara adalah pola asuh otoriter merujuk hasil penelitian yang telah dilakukan.. Karena pola asuh demokratis dianggap kurang efektif untuk digunakan para orang tua di PAUD Putra Dirgantara.

V.PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik benang merah bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua anak-anak dari PAUD PUTRA DIRGANTARA adalah pola asuh demokratis dan pola asuh otoriter.

Dimana pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang sangat efektif untuk diterapkan karena memiliki ciri-ciri orang tua melakukan dorongan kepada anak

(14)

untuk bertindak namun disisi lain orang tua memberikan kelonggaran terhadap capaian anak. Jadi, anak merasa diperhatikan dan merasa memiliki tanggung jawab atas diri sendiri serta tugas ringan dari orang tua tanpa merasa tertekan dan merasa memiliki beban. Sedangkan pola asuh otoriter yang dipilih oleh orang tua anak-anak PAUD Putra Dirgantara memiliki ciri-ciri yang jelas yakni kontrol atau pengawasan yang ketat terhadap sikap tingkah laku anaknya. Yang disini orang tua menerapkan disiplin terhadap anak-anaknya, seperti memberi tanggung jawab belajar setiap hari dan membantu pekerjaan orang tua yang ringan meski dengan hasil yang kurang maksimal setidaknya anak sudah melakukan tugasnya dengan baik.

VI. PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Jenis pola asuh yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik anaknya di PAUD PUTRA DIRGANTARA ada 2, yaitu pola asuh demokratis yang merupakan pola asuh dengan ciri-ciri orang tua melakukan dorongan kepada anak untuk bertindak namun disisi lain orang tua memberikan kelonggaran terhadap capaian anak. Jadi, pengaruh pola asuh terhadap anak memberikan pengertian dan pemahaman akan tugas yang dimiliki tanpa merasa tertekan dan melakukan tugas tersebut dengan terpaksa. Dan pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang memiliki ciri-ciri yang jelas yakni kontrol atau pengawasan yang ketat terhadap sikap tingkah laku anaknya, yang artinya anak dituntut untuk memahami dan memenuhi kewajibannya atau tugasnya dengan baik meskipun hasilnya kurang maksimal.

2. Ketrampilan motorik halus anak akibat pola asuh yang diterapkan orang tua anak PAUD Putra Dirgantara adalah anak dapat berkembang dalam hal mengancing baju, menyusun balok atau puzzle, menggunting atau memotong, kemandirian dalam makan serta memasukkan benda ke dalam botol.

3. Berikut pola asuh orang tua yang digunakan oleh orang tua di PAUD Putra Dirgantara:

a. Pola asuh yang digunakan oleh informan Y adalah pola asuh demokrasi.

(15)

Teori yang digunakan adalah teori (Samsunuwiyati ,2012) yakni orang tua mampu memberikan contoh, semangat teladan, serta dorongan bagi seorang anak melalui bentuk pendampingan yang demokratis. Dipertegas lagi dengan temuan oleh (Widhiasih ,2017) bahwa anak yang diasuh dengan cara yang harmonis atau demokratis mampu meningkatkan hasil belajar IPS pada kategori sangat baik. Dan menggunakan teori pola asuh dari Menurut Baumrind dalam Samsunuwiyati (2012) model asuh otoriter memiliki ciri yang jelas yakni kontrol atau pengawasan yang ketat terhadap sikap tingkah laku anaknya.

Dengan pernyataan sesuai dengan hasil wawancara “Ibu mendampingi selama bermain, dan mengantar anak ketika belajar”. “Ibu mengharuskan anak harus bisa terhadap target belajar, anak dituntut dalam belajar, tetapi tidak saklek”.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh informan Y merupakan pola asuh campuran yaitu demokratis dan otoriter karena terdapat tuntutan untuk anak, juga terdapat target belajar akan tetapi tidak terlalu memaksa.

Pola asuh yang digunakan oleh informan E adalah jenis pola asuh otoriter dengan teori yang digunakan menurut Baumrind dalam Samsunuwiyati (2012) model asuh otoriter memiliki ciri yang jelas yakni kontrol atau pengawasan yang ketat terhadap sikap tingkah laku anaknya.

Dengan pernyataan hasil wawancara informan E “dirumah anak setiap hari harus ada waktu untuk belajar, baik belajar

membaca atau menulis. Bermain biasanya sama teman-temannya. Ngaji seminggu tiga kali.Target anak adalah bisa ngaji sedini mungkin. Saya membelikan permainan yang membantu perkembangan anak, misalnya mainan fuzzle dan lain-lain”.

b. Pola asuh yang digunakan oleh informan T adalah jenis pola asuh otoriter dengan teori yang digunakan menurut Baumrind dalam Samsunuwiyati (2012) model asuh otoriter memiliki ciri yang jelas yakni kontrol atau pengawasan yang ketat terhadap sikap tingkah laku anaknya.

Dengan pernyataan hasil wawancara informan T “Anak diminta bangun pagi dengan tertib, lalu membantu orang tua sebisa mungkin, tidak harus bersih, namun anak tahu tanggung jawab membantu orang tua. Kemudian mandi lalu sarapan”.

Saran

1. Saran bagi peserta didik, dapat mengetahui ketrampilan motorik halus anak usia dini

2. Saran bagi guru, dapat mengetahui pola asuh yang digunakan para orang tua. Juga dapat menjadi bahan evaluasi untuk guru-guru guna

mengembangkan Lembaga

Pendidikan serta mengembangkan pembelajaran yang ada.

3. Saran bagi Lembaga Pendidikan, dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter anak usia dini.

4. Saran bagi peneliti, dapat menjadi motivasi dalam menerapkan pola asuh terhadap anak.

(16)

VII.DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Sabaria dkk. (2018).

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak.

Melalui Bermain Barang Bekas. Vol. 3 (1), 24-33

Djaja, Maswita dkk. (2016). Seri Pendidikan Orang tua: Pengasuhan Positif. Jakarta. Kemendikbud.

Diana, Wulan. (2019). Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak USia Prasekolah Di PAUD Harapan Bunda Surabaya. Vol. 2 No. 1.

Masturah, Imas dan Anggita Nauri.

(2018). Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta. Kemenkes RI.

Mayar, Farida dan Wandi, Zherly Nadia.

(2020). Analisis Kemampuan Motorik Halus dan Kreativitas pada Anak Usia Dini melalui Kegiatan Kolase.

DOI:10.31004/ obsesi.v4il.347

Mulyana, Dedy. 2013. Metode Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Sosial Lainnya. Cet. VIII. PT.Remaja Rosdakarta. Bandung

Rachmawati, Yeni. 2012. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Cet. III.

Kencana Prenada Media Group. Jakarta Zizousari dan Yuna Chan. (2016).

Working Mom is Super Mom, bagaimana Membagi Antara Keluarga dan Karier.

Yogyakarta. Trans Idea Publishing.

https://penelitianilmiah.com/jenis- wawancara/

https://www.wawasanpendidikan.com/20 14/10/pengertian-pola-asuh-anak- dalam.html

http://repository.upi.edu/12418/5/S_PEA _1005816_Chapter2.pdf

http://eprints.radenfatah.ac.id/1554/5/BA B%20II%20agra.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Karakteristik Anak, Keberadaan Orang tua, dan Pola Asuh Orang tua terhadap Perkembangan Sosial Emosional pada Usia Prasekolah Wilayah Kota dan Desa di