Enrika Ratu, 2023: Analisis Restorative Justice Terhadap Kasus Tindak Pidana KDRT Berdasarkan Hukum Pidana Islam dan Hukum Positif. Fokus penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pengaturan penyelesaian tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga berdasarkan restorative justice dalam hukum positif? Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui dan memahami pengaturan penyelesaian Restorative Justice di bidang Hukum Positif.
Oleh karena itu penulis akan mengkaji restorative justice dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga, baik dalam hukum pidana Islam maupun hukum positif. Bagaimana pengaturan penyelesaian tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga berdasarkan restorative justice dalam hukum pidana Islam di Indonesia. Peneliti ini mempunyai tujuan yang dirumuskan yaitu untuk mengetahui dan memahami pengaturan penyelesaian tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga berdasarkan Restorative Justice dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Positif serta memahami implikasi penerapan Restorative Justice dalam penyelesaian kasus-kasus rumah tangga di Indonesia mengetahui dan memahami .
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
- Fokus Penelitian
- Tujuan Penelitian
- Manfaat Penelitian
- Definisi Istilah
- Restorative Justice
- Tindak Pidana
- Kekerasan Dalam Rumah Tangga
- Hukum Positif
- Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan memuat uraian jalannya pertimbangan tesis diploma dari bab pendahuluan hingga bab akhir. Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman pembaca, dibagi menjadi lima bab dengan penjelasan sebagai berikut.
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Namun skripsi ini tidak berfokus pada kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga seperti yang ditulis dalam skripsi ini, juga tidak memberikan contoh kaos seperti dalam skripsi ini. Disertasi yang disusun oleh Novena Christi dengan judul “Penerapan Keadilan Restoratif dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia”. Dalam tesisnya, ia membahas tentang keberadaan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum pelaksanaan mediasi penal.
Skripsi ini tidak membahas tentang restorative justice dalam hukum pidana Islam, namun dalam skripsi ini penulis juga membahas tentang hukum pidana Islam.
Kajian Teori
- Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Pengertian rumah tangga secara umum adalah rumah tangga adalah suatu organisasi kecil dalam masyarakat yang terbentuk karena adanya ikatan perkawinan. Selain itu ada juga pembantu rumah tangga yang bekerja dan tinggal bersama rumah tangga tersebut. Pasal 3 menyatakan bahwa perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah22.
Pengertian keluarga atau rumah tangga hanya dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai apa yang sedang dibicarakan mengenai kekerasan terhadap perempuan. 23 Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan dalam rumah tangga dalam perspektif yuridis-viktimologis, (Jakarta: Sinar Grafa, 2012, et.2), 61. Perselisihan suami istri dalam keluarga merupakan hal yang biasa terjadi, akibat bertemunya dua individu yang berbeda dalam satu . Rumah pasti akan menghadirkan keinginan dan harapan yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, kekerasan dalam rumah tangga dapat terjadi pada siapa saja yang tinggal serumah. Hal ini bisa terjadi pada istri atau suami, anak, saudara atau pekerja rumah tangga yang tinggal serumah. Di Indonesia, kekerasan dalam anggota keluarga dikenal dengan istilah KDRT atau singkatan dari KDRT.
Beberapa perempuan mungkin mengalami kekerasan ekonomi, termasuk banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga. Dalam konteks legalisasi perkawinan, seperti nikah siri berdasarkan agama, kontrak, adat dan sejenisnya, perempuan di sini akan lebih rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suaminya dibandingkan perempuan yang menikah di KUA.
METODE PENELITIAN
- Metode Pendekatan
- Jenis Penelitian
- Sumber Bahan Hukum
- Bahan Hukum Utama (Primer)
- Bahan Hukum Kedua (Sekunder)
- Bahan Hukum Ketiga (Tersier)
- Metode Pengumpulan Bahan Hukum
Dimana metode ini bersifat analisis deskriptif untuk memberikan gambaran mengenai restorative justice dalam tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga dari perspektif hukum positif dan hukum pidana Islam. 15 Tahun 2020 yang memberikan kewenangan kepada jaksa untuk menghentikan penuntutan pidana berdasarkan restorative justice merupakan sebuah terobosan dalam penyelesaian tindak pidana. Pengaturan penyelesaian tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga berdasarkan keadilan restoratif dalam hukum pidana Islam di Indonesia Keadilan dalam hukum pidana Islam di Indonesia.
Implikasi penerapan restorative justice dalam penyelesaian kejahatan kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia Kejahatan kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia.
PEMBAHASAAN
Pengaturan Penyelesaian Tindak Pidana KDRT Berdasarkan
- Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
- Undang – Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang PKDRT
- Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2021
- Peraturan Kejaksaan No. 15 Tahun 2020
Namun kaitannya dengan pemahaman masyarakat terhadap tindak pidana terkadang sulit untuk dipahami. Pendekatan keadilan restoratif merupakan strategi penanganan kejahatan kekerasan dalam rumah tangga ringan serta reformasi hukum dalam penyelesaian kasus-kasus tersebut. Penyelesaian kasus kekerasan dalam rumah tangga ringan, baik dengan menggunakan undang-undang KUHP maupun Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, masih dinilai belum memberikan rasa keadilan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa proses peradilan pidana. . terutama dalam konteks rumah tangga yang bersangkutan.
Perkembangan terkini di bidang kekerasan kriminal menunjukkan bahwa ketidakpedulian secara psikis, fisik, seksual dan ketidakpedulian dalam rumah tangga benar-benar terjadi dan oleh karena itu sangat diperlukan. Perkara pidana yang dapat diselesaikan di sini dengan penyelesaian ini adalah perkara pidana ringan. Padahal di luar konteks hukum banyak terjadi konsultasi antara pelaku tindak pidana dengan korbannya, yang difasilitasi oleh penyidik dalam perkara pidana tersebut, khususnya dalam perkara pidana yang melibatkan kekerasan dalam rumah tangga.
30 Umar Sholahudin, Hukum dan Peradilan Masyarakat, (Malang: Setara Press lima ratus ribu rupee) kepada terdakwa tindak pidana maka No. Namun, kewenangan hakim untuk mengambil keputusan akhir dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga sesuai keinginan hakim dapat memberikan sedikit jalan pintas dalam diskusi antara pelaku dan korban. Perlakuan terhadap tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang tergolong ringan dalam penerapan restorative justice yang pada hakikatnya melindungi hak asasi manusia, belum sepenuhnya diatur dalam undang-undang.
Ridwan Mansyur, dalam penerapan aturan dalam sistem hukum yang telah dijelaskan di atas, mengatakan bahwa mediasi atau musyawarah dalam sistem peradilan pidana di Indonesia, khususnya dalam perkara tindak pidana ringan kekerasan dalam rumah tangga, merupakan hal yang paling baik untuk diterapkan dalam sistem hukum. . sistem di Indonesia. Selain itu membuat pelaku tindak pidana menjadi lebih bertanggung jawab dan mengganti kerugian akibat perbuatan jahatnya. Keadilan restoratif merupakan suatu pendekatan penyelesaian tindak pidana yang saat ini banyak terjadi di berbagai negara.
Analisa Pengaturan Penyelesaian RJ Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Penyisihan perkara tindak pidana kekerasan ringan dalam keluarga Penyiapan perkara tindak pidana kekerasan ringan dalam keluarga baik menggunakan undang-undang yang terdapat dalam KUHP maupun yang terdapat dalam UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut penulis, hal tersebut masih dinilai belum memberikan rasa keadilan bagi para pihak yang terlibat dalam sengketa pidana, khususnya dalam rumah tangga yang bersangkutan.
Pengaturan Penyelesaian Tindak Pidana KDRT Berdasarkan
- Pendapat Para Fuquha (ahli fiqh)
- Tujuan Hukum Islam
- Penjatuhan Hukuman Sesuai dengan Hukum Islam
- Penerapan Hukuman Pelaku KDRT
- Analisis Pengaturan Penyelesaian RJ terhadap Tindak
Nabi Muhammad SAW mengenalkan umat Islam pada hukum Islam yang mempunyai derajat keadilan yang sangat tinggi. Seperti yang kita lihat pada hukuman mati yang dijatuhkan dalam hukum Islam bagi pelaku pembunuhan atau disebut qishas, sebagian orang mengatakan bahwa ini adalah hukuman mati atau qishas. Tidak hanya itu, ada juga pendapat yang sama, yaitu pendapat yang salah karena sebagian masyarakat tidak melihat dan tidak mempertimbangkan aspek dan tujuan yang seharusnya dicapai oleh hukuman mati dalam hukum Islam.
Lima tujuan hukum Islam adalah terpeliharanya keimanan, jiwa, akal, nasab, dan pertama kali dikemukakan oleh Abu Ishak As-Shatibi, dan kemudian didukung oleh ulama hukum Islam lainnya. Hukum Islam harus menjunjung tinggi hak setiap orang untuk menjalankan agamanya menurut keyakinannya dan membela hak orang lain untuk melakukan hal yang sama. Tujuan lain dari hukum Islam adalah kelestarian jiwa, karena hukum Islam harus menjunjung tinggi hak asasi manusia untuk hidup dan hak untuk mempertahankan hidup.
Oleh karena itu, hukum Islam melarang pembunuhan (Q.S. 17:33) sebagai upaya melindungi jiwa individu dan berbagai alat yang digunakan manusia untuk menjaga kualitas hidupnya. Hukum Islam mendukung pelestarian akal karena memungkinkan manusia berpikir tentang Tuhan, alam semesta, dan diri mereka sendiri. Hukum Islam juga melarang siapa pun mengonsumsi minuman yang memabukkan, yang disebut khamr dalam Al-Qur'an (Q.S. 5:90), dan menghukum setiap perbuatan yang merugikan pikiran.
Penjatuhan sanksi atau hukuman terhadap pelanggar sesuai dengan hukum Islam mencakup tujuan kesejahteraan masyarakat secara umum dan berbagai bentuk hukuman bagi pelanggar seperti 57 Hukuman U'qubah dalam Hukum Pidana Islam. Fakta bahwa perbuatan melawan hukum yang diakui dalam hukum Islam harus dimaafkan juga harus diperhitungkan oleh hakim.
Implikasi Penerapan Restorative Justice dalam Penyelesaian
- Pengaruh Adanya Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
- Pengaruh Adanya Undang – Undang No. 23 Tahun 2004
- Pengaruh Adanya Peraturan Kepolisian No. 8 Tahun 2021
- Pengaruh Adanya Peraturan Kejaksaan No. 15 Tahun 2020
- Analisis Pengaruh adanya Peraturan Penyelesaian RJ kasus
Dampak dari keberadaan KUHP yang mengatur penyelesaian restorative justice pada tindak pidana ringan kekerasan dalam rumah tangga adalah pemidanaan tetap dilakukan di pengadilan biasa dengan menggunakan mekanisme peradilan yang sudah ada. Pasalnya, secara tegas telah disebutkan bahwa kekerasan fisik, psikis, seksual, dan penelantaran rumah tangga (financial lalai) yang dilakukan dalam rumah tangga merupakan tindak pidana. Di lingkungan kepolisian, ketentuan restorative justice diatur dalam Peraturan Polri Nomor 8 Tahun 2021 tentang Penanganan Tindak Pidana Berdasarkan Restorative Justice, Pasal 1 Angka 3 menyebutkan bahwa restorative justice adalah penyelesaian tindak pidana yang melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku. , keluarga korban, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat atau pemangku kepentingan untuk bekerja sama mencari solusi.
Penanganan tindak pidana berdasarkan restorative justice di lingkungan Polri diatur dalam Peraturan Polri Nomor 8 Tahun 2021, sehingga diharapkan dapat menjadi landasan hukum bagi anggota Polri di lapangan dalam pelaksanaan restoratif. keadilan dalam menangani tindak pidana yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Namun pada kenyataannya isi Peraturan Polisi Nomor 8 Tahun 2021 masih belum banyak diketahui dan dipahami oleh anggota Polri, sehingga dapat mempengaruhi penanganan tindak pidana guna mencapai tujuan hukum yaitu kepastian, kemaslahatan dan kemanfaatan. keadilan.73. Oleh karena itu, Tim Pelaksana melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa penyuluhan hukum tentang Peraturan Polri Nomor 8 Tahun 2021 tentang Penanganan Tindak Pidana.
15 Tahun 2020 yaitu mengakhiri penuntutan tindak pidana ringan kekerasan dalam rumah tangga dengan penyelesaian restorative justice, kemudian selanjutnya dilindungi dengan pembentukan payung hukum. Pelanggaran pidana hanya diancam dengan pidana denda atau pidana penjara paling lama 5 tahun. Analisis Pengaruh Peraturan Penyelesaian RJ Terhadap Kasus KDRT Pengaruh KUHP sebagai landasan hukum Pengaruh KUHP sebagai landasan hukum dalam memutus suatu perbuatan hukum khususnya pada Pasal KUHP dan Pasal 483 dengan adanya penyelesaian kasus tindak pidana ringan ini sangat mempengaruhi proses kriminalisasi di Indonesia.
Dalam hal ini, setelah terbitnya peraturan tersebut, menjadi kewenangan kepolisian berupa penghentian penyidikan dan penyidikan kasus pidana kekerasan dalam rumah tangga melalui restorative justice apabila telah menerapkan dan melengkapi mekanisme peraturan yang ada. IMPLEMENTASI KEADILAN RESTORATIF PADA KASUS PIDANA PENGGUNAAN KEKERASAN SECARA KOLEKTIF | www.kejari-parepare.go.id.
PENUTUP
Simpulan
Saran
Bagi pelaku kekerasan dalam rumah tangga, hendaknya segala permasalahan diselesaikan dengan baik dan dengan kepala dingin, tanpa melibatkan emosi dan kekerasan, karena kekerasan bukanlah solusi dari segala permasalahan, justru akan berdampak buruk baik bagi pelaku maupun korbannya. Menyatakan dengan jujur bahwa dalam hasil penelitian ini tidak terdapat unsur plagiarisme terhadap karya penelitian atau karya ilmiah yang dilakukan atau dibuat oleh orang lain, kecuali yang dikutip secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata hasil penelitian ini mengandung unsur plagiarisme dan terdapat tuntutan dari pihak lain, maka saya bersedia ditindak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.