ANALISIS RESIKO
BENCANA
NAMA anggota
1.Musyafaah (084221004)
2.Eni Ismawati (086221002)
3.Lisna Aulia Afifah (086221004) 4.Erna Wulandari (086221006)
5.Nafisatul Ulum (086221007)
6.Ervika Agustina P (086221008) 7.Rahma Widia A (086221010)
8.Rika Aviana (086221029)
ANALISIS RESIKO BENCANA
Analisis risiko bencana merupakan
proses sistematis untuk mengidentifikasi,
menilai, dan mengelola risiko yang
terkait dengan bencana alam atau
bencana lainnya. Tujuannya adalah
untuk mengurangi dampak negatif dan
meningkatkan kesiapsiagaan
masyarakat.
RESIKO BENCANA, BAHAYA, DAN
KERENTANAN
BENCANA
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non- alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis
Bencana dapat dibedakan menjadi dua yaitu bencana oleh faktor alam (natural disaster) seperti letusan gunungapi, banjir, gempa, tsunami, badai, longsor, dan bencana oleh faktor non alam ataupun faktor manusia (man-made disaster) seperti konflik sosial dan kegagalan teknologi.
BAHAYA
Bahaya (hazard) adalah suatu fenomena fisik, fenomena, atau aktivitas manusia yang berpotensi merusak, yang bisa menyebabkan hilangnya nyawa atau cidera, kerusakan harta- benda, gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan
KERENTANAN
Kerentanan (vulnerability) adalah kondisi-kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang meningkatkan kecenderungan (susceptibility) sebuah komunitas terhadap dampak bahaya
LANJUTAN
Penilaian risiko bencana dapat dilakukan dengan pendekatan ekologi (ekological approach) dan
pendekatan keruangan (spatial approach)
berdasarkan atas analisa ancaman (hazard),
kerentanan (vulnerabiliti) dan kapasitas (capacity) sehingga dapat dibuat hubungannya untuk menilai risiko bencana dengan rumus :
RB = HxV/C
RB = Risiko Bencana H = Hazard (bahaya)
V = Vulnerability (kerentanan) C = Capacity (kemampuan)
JENIS BENCANA
1. Bencana Alam :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
2. Bencana non-Alam :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit.
3.Bencana Sosial :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.
FAKTOR PENENTU RESIKO BENCANA
Tingkat penentu resiko bencana disuatu wilayah dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu ancaman, kerentanan dan kapasitas.
*langkah-langkah dalam pengelolaan bencana:
1. Ancaman/bahaya (Hazard) = H
Kejadian yang berpotensi mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat sehingga menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerusakan harta benda, kehilangan rasa aman, kelumpuhan
ekonomi dan kerusakan lingkungan serta dampak psikologis.
2. Kerentanan (Vulnaribility) = V
Kerentanan merupakan suatu kondisi yang menurunkan kema mpuan
seseorang atau komunitas masyarakat untuk menyiapkan diri, bertahan hid up, atau merespon potensi bahaya.
LANJUTAN
R=Risiko Bencana
H = Hazard (bahaya)
V = Vulnerability (kerentanan) C = Capacity (kemampuan)
3. Kapasitas (Capacity) = C
Kapasitas adalah ke kuatan dan sumber daya yang ada pada tiap individu dan lingkungan yang mam pu mencegah, melakukan mitigasi, siap menghadapi
dan pulih dari akibat bencana d engan cepat.
Risiko bencana (Risk) = R
Risiko bencana merupakan interaksi tingkat kerentanan dengan bahaya yang
ada. Ancaman bahaya ala m bersifat tetap karena bagian dari dina mika proses alami, sedangkan tingkat kerentanan dapat dikurangi s ehingga k emampuan
dalam menghadapi ancaman bencana semakin meningkat. Prinsip atau konsep y ang digunakan dalamp enilaian risiko bencana adalah:
R =( H x V ) : C
TUJUAN ANALISIS BENCANA
Tujuannya agar komunitas mampu mengelola risiko, mengurangi, maupun memulihkan diri dari dampak bencana tanpa ketergantungan dari pihak luar.
Fokus kegiatan Pengurangan Risiko Bencana secara Partisipatif dari komunitas dimulai dengan koordinasi awal dalam rangka membangun pemahaman bersama tentang rencana kegiatan kajian kebencanaan, yang didalamnya dibahas rencana pelaksanaan kajian dari sisi peserta, waktu dan tempat serta keterlibatan tokoh masyarakat setempat akan sangat mendukung kajian analisa kebencanaan ini. Selain itu juga di sampaikan akan Pentingnya Pengurangan Risko Bencana mengingat wilayah kita yang rawan akan bencana.
Kegiatan Kajian dan analisis Risiko bencana secara partisipasif oleh masyarakat Hal-hal yang dikaji : ancaman, kerentanan dan potensi terhadap bencana untuk wilayahnya
SIKLUS BENCANA DAN PENANGGULANGAN BENCANA
Siklus bencana dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase pra bencana, fase bencana dan fase pasca bencana.
Berikut rincian tentang kegiatan penanggulangan bencana sesuai siklus bencana.
1) Pra Bencana a) Pencegahan
Pencegahan ialah langkah-langkah yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara drastis akibat dari ancaman melalui pengendalian dan pengubahsuaian fisik dan lingkungan. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk menekan penyebab ancaman dengan cara mengurangi tekanan, mengatur dan menyebarkan energy atau material ke wilayah yang lebih luas atau melalui waktu yang lebih panjang
b) Mitigasi
Mitigasi ialah tindakan-tindakan yang memfokuskan perhatian pada pengurangan dampak dari ancaman Mitigasi
Mitigasi ialah tindakan-tindakan yang memfokuskan perhatian pada pengurangan dampak dari ancaman.
c) Kesiapsiagaan
Fase Kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik dengan memikirkan berbagai tindakan untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana dan menyusun perencanaan agar dapat melakukan kegiatan pertolongan serta perawatan yang efektif pada saat terjadi bencana
LANJUTAN...
2) Saat Bencana
Aktivitas yang dilakukan secara kongkret yaitu: 1. Instruksi pengungsian, 2.
pencarian dan penyelamatan korban, 3. menjamin keamanan di lokasi bencana, 4.
pengkajian terhadap kerugian akibat bencana, 5. pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat, 6. pengiriman dan penyerahan barang material, dan 7. menyediakan tempat pengungsian, dan lain-lain.
3) Setelah Bencana a) Fase Pemulihan
fase ini merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti sedia kala (sebelum terjadi bencana).
b) Fase Rekonstruksi/Rehabilitasi
merupakan fase dimana individu atau masyarakat berusaha mengembalikan fungsi-fungsinya seperti sebelum bencana dan merencanakan rehabilitasi terhadap seluruh komunitas.